tuugas tbc

17
MTB (Mycobacterium Tuberculosis), atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria , umumnya Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru , namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal. Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak , demam , berkeringat di malam hari , dan berat badan turun . (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang- orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan). Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada ) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian

Upload: rimayunike

Post on 18-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

TB

TRANSCRIPT

MTB (Mycobacterium Tuberculosis), atau TB (singkatan dari bacillus berbentuk tuberkel) merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal.Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan). Infeksi pada organ lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil CalmetteGurin.Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh M. Tuberculosis, dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu detik. Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di tingkat global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun 2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara di Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80% nya menunjukkan hasil positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 510% saja yang menunjukkan hasil positif. Masyarakat di dunia berkembang semakin banyak yang menderita Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi AIDS. Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat ke 3 dunia penderita TB, tetapi keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat ke 5 dunia.Klasifikasi dan rujukan eksternal

Hasil Sinar-X dada seorang penderita Tuberkulosis tingkat lanjut. Panah putih menunjukkan adanya infeksi pada kedua belah paru-paru. Panah hitam menunjukkan adanya lubang yang sudah terbentuk.

Tuberkulosis (TB)Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. TB biasanya berpengaruh pada paru, tetapi juga dapat berdampak pada organ lain, terutama pada Odha dengan jumlah CD4 di bawah 200.TB adalah penyakit yang sangat berat di seluruh dunia. Hampir sepertiga penduduk dunia, dan sepertiga Odha terinfeksi TB. Sistem kekebalan tubuh yang sehat biasanya dapat mencegah penyakit aktif. TB adalah penyebab kematian yang besar untuk Odha di seluruh dunia, menurut WHO.Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri TB dalam paru. Infeksi ini disebut TB paru. Infeksi dapat menyebar dari paru ke ginjal, tulang belakang dan otak. Infeksi ini disebut TB luar paru. TB luar paru ditemukan pada orang yang sudah terinfeksi TB tetapi belum diobati. Odha yang tinggal di daerah rawan TB dapat mengembangkan TB luar paru.TB aktif di paru dapat menyebabkan batuk selama tiga minggu atau lebih, kehilangan berat badan, kelelahan terus-menerus, keringat basah kuyup pada malam, dan demam, terutama pada sore hari. Gejala ini mirip dengan gejala yang disebabkan PCP (lihat Lembaran Informasi (LI) 512). Gejala ini dapat berbeda bila TB juga terjadi di bagian tubuh lain. Bila Odha dengan TB mengalami gejala tanpa alasan jelas, sebaiknya kesampingkan penyakit TB aktif.TB menular melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif pada paru batuk, bersin atau bicara. Sinar ultraviolet dalam cahaya matahari dapat mematikan TB. Ventilasi yang baik mengurangi risiko infeksi TB. Namun orang yang tinggal dekat dengan orang dengan TB aktif mudah terinfeksi. Hal ini terutama mungkin bila kita pada tahap infeksi HIV lanjut. Kita dapat terinfeksi TB pada jumlah CD4 berapa pun.

1. TB dan HIV: Pasangan yang BurukBanyak jenis virus dan bakteri hidup di tubuh kita. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan kuman ini agar mereka tidak menyebabkan penyakit. Jika HIV melemahkan sistem kekebalan, kuman ini dapat mengakibatkan infeksi oportunistik (IO). Angka TB pada Odha sering kali 40 kali lebih tinggi dibanding angka untuk orang yang tidak terinfeksi HIV. Angka TB di seluruh dunia meningkat karena HIV. TB dapat merangsang HIV agar lebih cepat menggandakan diri, mengurangi jumlah CD4 dan memburukkan infeksi HIV. Karena itu, penting agar orang dengan HIV mencegah dan mengobati TB.2. Bagaimana TB Didiagnosis?Ada tes kulit yang sederhana untuk TB. Sebuah protein yang ditemukan pada bakteri TB disuntik pada kulit lengan. Jika kulit kita bereaksi dengan bengkak, itu berarti kita kemungkinan terinfeksi bakteri TB. Hasil tes kulit yang positif bukan berarti kita TB aktif.Jika HIV atau penyakit lain sudah merusak sistem kekebalan kita, kita mungkin tidak menunjukkan reaksi pada tes kulit, walaupun kita terinfeksi TB. Kondisi ini disebut anergi. Oleh karena masalah ini, dan karena kebanyakan orang di Indonesia sudah terinfeksi TB, jadi tes kulit sekarang jarang dipakai di sini. Jika kita anergi, pembiakan bakteri dari dahak (lihat alinea berikut) adalah cara terbaik untuk diagnosis TB aktif. Bila kita mempunyai gejala yang mungkin disebabkan oleh TB, dokter akan minta kita menyediakan tiga contoh dahak untuk diperiksa, termasuk satu yang diminta dikeluarkan dari paru pada pagi hari. Dokter juga mungkin melakukan rontgen dada. Dokter juga akan coba membiakkan bakteri TB dari contoh dahak atau cairan yang diambil dari bagian tubuh lain yang dapat mengena TB. Tes ini dapat memerlukan jangka waktu dua sampai empat minggu, tergantung pada cara yang dilakukan. Sulit mendiagnosis TB aktif, terutama pada Odha, karena tampaknya mirip dengan pneumonia, masalah paru lain, atau infeksi lain, dan juga dapat terjadi di luar paru. Namun tes baru yang lebih cepat sedang dikembangkan.3. Bagaimana TB Diobati?Jika kita terinfeksi TB, tetapi tidak mengalami penyakit aktif, kemungkinan kita diobati dengan isoniazid (INH) untuk sedikitnya enam bulan, atau dengan INH plus satu atau dua obat lain untuk tiga bulan. INH dapat menyebabkan masalah hati, terutama pada perempuan. Sebuah penelitian pada 2001 menunjukkan bahwa penggunaan INH bersamaan dengan rifapentin seminggu sekali selama tiga bulan sama efektif. CDC-AS sekarang mengusulkan terapi jangka lebih pendek ini. Sayangnya rifapentin berinteraksi dengan beberapa protease inhibitor. Penyesuaian takaran mungkin dibutuhkan, tetapi belum diteliti.Jika kita mengalami TB aktif, kita diobati dengan antibiotik. Karena bakteri TB dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obat tunggal, kita akan diberi kombinasi antibiotik. Obat TB harus dipakai untuk sedikitnya enam bulan, tetapi kebanyakan kasus TB dapat disembuhkan dengan antibiotik yang ada. Jika kita tidak memakai semua obat, TB dalam tubuh kita mungkin jadi resistan dan obat tersebut akan menjadi tidak efektif lagi.Ada jenis TB yang resistan terhadap beberapa antibiotik. Ini disebut TB yang resistan terhadap beberapa obat atau MDR-TB, atau yang resistan terhadap semua obat lini pertama dan kedua (XDR-TB). Jenis TB ini jauh lebih sulit diobati. Lebih banyak jenis obat harus dipakai untuk jangka waktu yang lebih lama. Angka kesembuhan lebih rendah dibandingkan TB yang lazim. Untuk pertama kali selama 40 tahun terakhir, FDA-AS baru saja menyetujui obat baru untuk TB. Obat tersebut, bedakwilin, adalah efektif terhadap TB yang resistan terhadap obat lain.

4. Masalah ObatBeberapa antibiotik yang dipakai untuk mengobati TB dapat merusak hati atau ginjal. Begitu juga beberapa obat antiretroviral (ARV). Bisa jadi sulit untuk memakai obat TB dan ARV sekaligus. INH dapat menyebabkan neuropati perifer (LI555), seperti juga beberapa ARV, jadi dapat terjadi masalah bila obat ini dipakai bersama. Pengobatan TB juga dapat menyebabkan sindrom pemulihan kekebalan (lihat LI483).Juga, banyak ARV berinteraksi dengan obat yang dipakai untuk memerangi TB lihat LI407 untuk informasi mengenai interaksi obat. Rifampisin umumnya dipakai untuk mengobati TB. Obat ini dapat mengurangi tingkat ARV dalam darah kita di bawah tingkat yang diperlukan untuk mengendalikan HIV. ARV dapat meningkatkan tingkat obat TB ini sehingga mengakibatkan efek samping yang berat.Rifampisin tidak boleh dipakai jika kita memakai kebanyakan protease inhibitor (PI) atau NNRTI. Ada pedoman khusus untuk dokter jika kita memakai obat untuk memerangi TB dan HIV sekaligus. Untuk alasan ini, lebih baik TB diobati sebelum terapi ARV (ART) dimulai. Namun bila jumlah CD4 di bawah 350, ART sebaiknya dimulai segera setelah efek samping obat TB sudah hilang.5. Garis DasarTB adalah penyakit berat dan membunuh lebih banyak Odha dibanding dengan semua penyakit lain. TB dan HIV saling memburukkan. Ada pengobatan efektif untuk infeksi TB, dan untuk penyakit TB aktif. Jika kita pernah dekat dengan orang TB aktif, atau mempunyai gejala TB, sebaiknya kita segera dites dan diobati. Pengobatan untuk TB perlu jangka waktu yang lama, dan dapat sulit dipakai sekaligus dengan ARV, tetapi obat tersebut dapat menyembuhkan TB. Beberapa obat TB dapat berinteraksi dengan ARV, jadi pengobatan harus direncanakan dengan hati-hati jika kita memiliki TB dan HIV sekaligus. Penting dipahami bahwa semua obat TB harus dipakai untuk jangka waktu sesuai perintah dokter.

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TBC. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tingkat prevalensi penderita TBC di Indonesia diperkirakan sebesar 289 per 100 ribu penduduk dan insidensi sebesar 189 per 100 ribu penduduk. Bahkan 27 dari 1.000 penduduk terancam meninggal seperti yang dilaporkan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang dihimpun sepanjang 2011 mengenai tuberculosis (TBC) di Indonesia. Laporan tersebut juga meliris bahwa angka penjaringan penderita baru TBC meningkat 8,46 persen dari 744 penderita TBC di 2010 menjadi 807 per 100.000 penduduk di 2011. Namun, kabar baiknya angka kesembuhan pada 2011 mencapai target sebesar 83,7 persen dan angka keberhasilan pengobatan pada 2011 mencapai target sebesar 90,3 persen.A. Gejala Penyakit TBC

Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.

Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut gejala-gejala penyakit tuberculosis yang perlu Anda ketahui.

Gejala utama

Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.

Gejala tambahan yang sering dijumpai Dahak bercampur darah/batuk darah Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada Demam/meriang lebih dari sebulan Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas Badan lemah dan lesu Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan

"Paling mudah untuk mengetahui seseorang terkena tuberkulosis jika dia berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas. Walaupun tidak bisa langsung ditetapkan tuberkulosis karena harus didiagnosis, tapi itu salah satu pertanda. Jika Anda lemas, batuk tak berhenti, nyeri pada dada, dan keringat pada malam hari, langsung segera periksa," tambah dr Arifin Nawas Sp(P), salah seorang tenaga ahli klinis tuberkulosis di RSUP Persahabatan di tempat sama.

Menurutnya, untuk memastikan seseorang terkena TB atau tidak, tim medis melakukan diagnosis dengan mengadakan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (BTA) dan gambaran radio logis (foto rontgen).Penyebab Infeksi TBC

Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di negeri ini.

Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular, yaitu lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin & dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung kuman TBC akan sakit.

Pada orang-orang yang memiliki tubuh yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini tidak akan muncul dan kuman TBC akan "tertidur". Namun,pada mereka yang mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk, akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi 'TBC aktif') atau dapat juga mengakibatkan kuman TBC yang "tertidur" di dalam tubuh dapat aktif kembali (reaktivasi).

Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.Pengobatan Penyakit TBC

Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD). Pengobatan TBC adalah pengobatan jangka panjang, biasanya selama 6-9 bulan dengan paling sedikit 3 macam obat.

Kondisi ini diperlukan ketekunan dan kedisiplinan dari pasien untuk meminum obat dan kontrol ke dokter agar dapat sembuh total. Apalagi biasanya setelah 2-3 pekan meminum obat, gejala-gejala TBC akan hilang sehingga pasien menjadi malas meminum obat dan kontrol ke dokter.

Jika pengobatan TBC tidak tuntas, maka ini dapat menjadi berbahaya karena sering kali obat-obatan yang biasa digunakan untuk TBC tidak mempan pada kuman TBC (resisten). Akibatnya, harus diobati dengan obat-obat lain yang lebih mahal dan "keras". Hal ini harus dihindari dengan pengobatan TBC sampai tuntas.

Pengobatan jangka panjang untuk TBC dengan banyak obat tentunya akan menimbulkan dampak efek samping bagi pasien. Efek samping yang biasanya terjadi pada pengobatan TBC adalah nyeri perut, penglihatan/pendengaran terganggu, kencing seperti air kopi, demam tinggi, muntah, gatal-gatal dan kemerahan kulit, rasa panas di kaki/tangan, lemas, sampai mata/kulit kuning.

Itu sebabnya penting untuk selalu menyampaikan efek samping yang timbul pada dokter setiap kali kontrol sehingga dokter dapat menyesuaikan dosis, mengganti obat dengan yang lain, atau melakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan.

Pengobatan untuk penyakit-penyakit lain selama pengobatan TBC pun sebaiknya harus diatur dokter untuk mencegah efek samping yang lebih serius/berbahaya. Penyakit TBC dapat dicegah dengan cara: Mengurangi kontak dengan penderita penyakit TBC aktif. Menjaga standar hidup yang baik, dengan makanan bergizi, lingkungan yang sehat, dan berolahraga. Pemberian vaksin BCG (untuk mencegah kasus TBC yang lebih berat). Vaksin ini secara rutin diberikan pada semua balita. Perlu diingat bahwa mereka yang sudah pernah terkena TBC dan diobati, dapat kembali terkena penyakit yang sama jika tidak mencegahnya dan menjaga kesehatan tubuhnya.

Semoga informasi mengenai gejala penyakit TBC, faktor penyebab dan cara pencegahan di atas bermanfaat buat anda yang membutuhkan informasi tersebut.