tutorial bph
DESCRIPTION
farmakoterapi 1TRANSCRIPT
TUGAS KULIAH FARMAKOTERAPI
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA (BPH)
1. Jelaskan mengenai faktor statik dan faktor dinamik pada BPH dan mekanisme terjadinya gejala yang
disebabkan oleh kedua faktor tersebut!
- Faktor statik berhubungan dengan penyumbatan anatomi pada leher saluran kemih yang
disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat yang dapat menghambat secara fisik leher kandung
kemih sehingga terjadi penyumbatan terhadap aliran urin . Pembesaran kelenjar ini tergantung dari
stimulasi androgen pada jaringan epitel dan stimulasi estrogen dari jaringan stoma pada prostat.
- Faktor dinamik berhubungan dengan stimulasi reseptor α adrenergik yang berlebihan pada otot
polos komponen stroma dari kelenjar prostat, leher kandung kemih, dan uretra posterior, sehingga
terjadi kontraksi pada kelenjar prostat disekitar uretra. Keadaan ini akan mengurangi kemampuan
dari lumen uretra, sehingga akan terjadi penyempitan.
- Gejala penyakit BPH dapat disebabkan oleh faktor statis dan / atau dinamis . Faktor-faktor
dinamis kemungkinan mengarah pada gejala. Faktor statis mungkin ditekankan pada faktor
lingkungan. Pasien yang sedang stres atau sakit dapat mengalami kesulitan berkemih. Dalam
situasi tersebut, sinyal α-adrenergik meningkat sehingga menimbulkan kontraksi berlebihan pada
jaringan stroma di prostat . Ketika stres telah hilang, gejala sering berkemih pun akan hilang.
2. Gejala BPH dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti antihistamin, fenotiazin, trisiklik antidepresan
dan antikolinergik. Jelaskan mekanisme masing-masing obat dalam menyebabkan gejala pada BPH!
- Pengobatan secara farmakologi perlu dihindari pada beberapa kategori karena dapat memperburuk
gejala. Seperti obat – obatan antikolinergik (antihistamin, fenotiazin, trisiklik antidepresan atau
obat antikolinergik yang digunakan untuk antispasmodic atau mengobati parkinson’s disease)
yang berefek buruk dimungkinkan dapat menurunkan kontraktilitas dari otot detrusor kandung
kemih. Pada pasien dengan BPH yang memiiki lumen sempit pada uretra, kehilangan kontraksi
detrusor efektif dapat berakibat pada retensi urin akut, khususnya pada pasien dengan pembesaran
kelenjar prostat.
- Antihistamin yang berpengaruh pada BPH adalah antagonis histamin H1 (AH1), dimana AH1 efek
kerjanya mirip atropin (prototipe antimuskarinik). Mekanismenya dengan memblok kerja
muskarinik agonis-agonis kolinergik. Hambatan kerja reseptor muskarinik M2, M3 ginjal bisa
berpengaruh pada kandung kemih. Akibatnya, terjadi kontriksi trigonum dan sfingter yang
membuat jalan keluar urin menyempit dan relaksasi otot detrusor sehingga menimbulkan
hambatan pengeluaran urin.
Niki Nastiti P.D0910753045
- Antikolinergik merupakan antagonis asetilkolin yang mekanisme kerjanya menghambat
asetilkolin. Asetilkolin berfungsi menghantarkan semua sinyal parasimpatis ke organ akhir (hati,
paru-paru, kandung kemih, dll) dengan cara mengikat reseptor muskarinik. Bila asetilkolin
dihambat maka terjadi penghambatan kerja reseptor muskarinik. Hambatan kerja reseptor
muskarinik M2, M3 ginjal bisa berpengaruh pada kandung kemih.
- Fenotiazin merupakan obat antipsikosis tipikal, mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat
berbagai reseptor, yaitu reseptor dopamin, α-adrenergik, muskarinik, histamin H1, dan serotonin
5HT2. Akibat gangguan saraf simpatis terjadi hambatan reseptor dopamin dapat mempengaruhi
pembentukan norepinefrin (adrenergik), jika norepinefrin tidak terbentuk maka tidak ada yang
berikatan dengan reseptor adrenergik, terutama reseptor adrenergik β2 dan atau α1 yang bekerja di
ginjal. Akibatnya, akan terjadi kontraksi otot detrusor (β2) dan relaksasi trigonum dan sfingter (α1)
yang membuat jalan keluar urin menyempit.
- Antidepresan trisiklik bekerja dengan menghambat re-uptake neurotransmitter di otak. Dari
berbagai macam antideperesan trisiklik terdapat perbedaan potensi dan selektivitas hambatan re-
uptake berbagai neurotransmitter. Ada yang sensitif terhadap NE dan ada yang sensitif terhadap
serotonin, dan ada pula yang sensitif terhadap dopamin. Jika terjadi hambatan pada dopamin maka
maka akan mempengaruhi pembentukan NE, dan jika Ne tidak terbentuk maka tidak ada yang
berikatan dengan reseptor adrenergik, terutama reseptor adrenergik β2 dan atau α1 yang bekerja di
ginjal.Terhadap saraf otonom obat ini akan memperlihatkan efek muskarinik sehingga salah
satunya terjadi retensi urin karena kontraksi otot detrusor (β2) dan relaksasi trigonum dan sfingter
(α1) yang membuat jalan keluar urin menyempit.
3. Sebutkan golongan α1-Adrenergic antagonis (generasi 1-3) dan golongan 5α-Reductase inhibitor
(buat dalam tabel)
Golongan Kategori Nama Obat Mekanisme KerjaBentuk
sediaant½ Dosis
Onset of
Action
α1-
Adrenergic
antagonis
Menurunkan
faktor
dinamik
Generasi1:
Phenoxy-
benzamin
Generasi 2:
Terazosin
Doxasozin
Alfuzosin
Generasi 3:
Tamsulosin
Merelaksasi otot
polos pada prostat
dan leher kandung
kemih
Berhari-
hari sampai
6 minggu
tergantung
kebutuhan
dosis titrasi
Generasi 1
Menurunkan
faktor
dinamik
Phenoxy-
benzamin
Memblok
presinaptik dan
postsinaptik
reseptor
αadrenergik.
Tetapi, hambatan
terhadap
presinaptik reseptor
αadrenergik tidak
diinginkan karena
akan menghasilkan
katekolamin,
menyebabkan
takikardia dan
aritmia
Generasi 2 Menurunkan
faktor
dinamik
-Terazosin
-doxasozin
- Alfuzosin
Memblok secara
selektif postsinaptik
reseptor α1
adrenergik di dalam
Tablet
Tablet
Tablet
12jam
22jam
5 jam
1-10
mg/hari
single
dose, max
2-6
minggu;
2-6
minggu;
jaringan stromal
prostatik
20mg;
1-4mg/
hari
single
dose, max
8mg;
10 mg/
hari
single
dose
Beberapa
hari
Generasi 3
Menurunkan
faktor
dinamik
Tamsulosin Memblok secara
selektif postsinaptik
reseptor α1A di
dalam prostat,
menghasilkan
relaksasi otot polos
pada prostat dan
leher kandung
kemih tanpa
relaksasi otot polos
vaskular perifer
Tablet 10jam 0,4-
0,8mg/
hari
single
dose
Beberapa
hari
5α-
Reductase
inhibitor
Menurunkan
faktor statik
Finasteride
Dutasteride
Mengurangi
perbesaran prostat
dengan cara
menghambat enzim
5α-reductase yang
bertanggung jawab
pada pengubahan
intraprostatic dari
testosteron menjadi
androgen 5α-
Dihidrotestosteron,
androgen yang aktif
akan menstimulasi
pertumbuhan
Tablet 6,2jam
3-5
jam
5 mg/hari;
0,5mg/
hari
6 bulan
1 bulan
jaringan prostat
Berdasarkan tabel diatas, manakah terapi yang terpilih untuk pasien dengan BPH? Kapan terapi tersebut
diberikan tunggal atau kombinasi?
- Pemilihan terapi untuk pasien tergantung pada keadaannya karena faktor dinamik atau statik,
Antagonis α1-adrenergik yang direkomendasikan sebagai first line terapi untuk pengobatan BPH
karena faktor dinamik tingkat sedang sampai berat. Dan yang paling banayak digunakan adala
golongan generasi 2 yaitu doxazosin. Jika terjadi karena faktor statik digunakan terapi inhibitor 5α-
reduktase. Jika terapi tunggal dan kombinasi sudah diberikan tapi tidak ada respon, atau gejala
bertmbah parah dan terjadi komplikasi BPH maka dilakukan pembedahan.
- Jika memungkinkan, terapi obat harus dimulai dengan agen tunggal, biasanya antagonis α1-
adrenergik lebih cepat bertindak dengan onset of action berhari-hari sampai 6 minggu dan lebih
efektif daripada inhibitor 5α-reduktase. Selain itu, α1-adrenergik antagonis yang efektif dalam
mengurangi LUTS (Low Urinary Tract (voiding) Symptoms) independen dari ukuran prostat, tidak
berpengaruh pada PSA (Prostate Specific Antigen), dan berkaitan dengan disfungsi seksual
daripada inhibitor 5α-reduktase. Sebuah inhibitor 5α-reduktase adalah agen pertama pilihan yang
baik pada pasien dengan perbesaran prostat (> 40 g) yang tidak dapat mentoleransi efek samping
kardiovaskular dari α1-adrenergik antagonis.
- Terapi kombinasi dengan antagonis α1-adrenergik dan 5α-reduktase inhibitor ideal digunakan untuk
pasien dengan gejala yang parah dan mengalami perbesaran kelenjar prostat lebih besar dari 40 g
dan PSA tinggi ≥ 1,4 ng / mL, seperti pada pasien yang mempunyai resiko tinggi terhadap progres
penyakit, misalnya mengalami perburukan gejala dan perkembangan komplikasi penyakit. Alasan
farmakologis terapi kombinasi tersebut adalah penggunaan dua obat dengan mekanisme yang
berbeda aksi dapat lebih efektif daripada obat tunggal. Manfaat klinis terapi kombinasi adalah
mengurangi gejala, mengurangi kebutuhan untuk prostatectomy, dan mengurangi insiden
komplikasi BPH. Namun, terapi kombinasi lebih mahal dari monoterapi dan menghasilkan efek
negatif yang lebih banyak.