turbidi dan neflo

13
TURBIDIMETRI DAN NEFELOMETRI MAKALAH Memenuhi tugas kelompok matakuliah Analisis Spektrometri yang dibina Ibu Qonitah Fardiyah S.Si., M.Si. Oleh Kelompok 1 Mikho Imam F (11509020) Ferry Ch. Nalle (12509020711100 ) Anne Alifatur R (12509020711100 ) Fitriana Dewi K (125090207111011 ) Ella Yuni Dwi Andari (1250902071110017) Rohmatul Wahid (12509020711100 ) Puspita Diah P. (125090207111029) M. Alwi (12509020711100 ) Qurratu A’yun (12509020711100 ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Oktober 2014

Upload: puspita-diah

Post on 18-Jul-2015

544 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: turbidi dan neflo

TURBIDIMETRI DAN NEFELOMETRI

MAKALAH

Memenuhi tugas kelompok matakuliah

Analisis Spektrometri

yang dibina Ibu Qonitah Fardiyah S.Si., M.Si.

Oleh Kelompok 1

Mikho Imam F (11509020)

Ferry Ch. Nalle (12509020711100 )

Anne Alifatur R (12509020711100 )

Fitriana Dewi K (125090207111011 )

Ella Yuni Dwi Andari (1250902071110017)

Rohmatul Wahid (12509020711100 )

Puspita Diah P. (125090207111029)

M. Alwi (12509020711100 )

Qurratu A’yun (12509020711100 )

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

Oktober 2014

Page 2: turbidi dan neflo

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Beberapa senyawaan yang tak dapat larut, dalam jumlah sedikit dapat disiapkan

dalam keadaan agregasi sedemikian sehingga diperoleh suspensi yang stabilnya sedang.

Sifat-sifat dari setiap suspensi akan berbeda-beda menurut konsentrasi fase terdispersinya.

Bila cahaya dilewatkan melalui suspensi itu, sebagian dari energi radiasi yang jatuh

dihamburka denagn penyerapan, pemantulan, pembiasan, sementara sisanya

ditransmisikan. Pengukuran intensitas cahaya yang ditransmisikan sebagai fungsi dari

konsentrasi fase-terdispersi adalah dasar dari analisis turbidimetri. Bila suspensi

dipandang dengan sudut tegak-lurus terhadapa aah cahaya yang jatuh, sinar tampak

opalesens (berpendar seperti mutiara) disebabkan oleh pantulan cahaya dari partikel-

partikel suspensi itu (efek Tyndall).

Cahaya dipantulkan tak beraturan dan membaur, sehingga istilah cahaya-baur

digunakan untuk menerangkan opalesens atau kekabutan itu. Pengukuran intensitas

cahaya-baur ini, sebagai fungsi dari konversi fase-terdispersinya adalah dasar dari analisis

nefelometri (Gr nephele = awan). Analisis nefelometri adalah paling pekaan untuk

suspensi-suspensi yang sangat encer (> 100 mg per liter). Teknik-teknik untuk analisis

turbidimetri dan analisis nefelometri masing-masing menyerupai analisis filter fotometri

dan flourometri.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana prinsip dari analisis turbidimetri ?

b. Bagaimana prinsip dari analisis nefelometri?

c. Apa saja aplikasi yang dapat diterapkan untuk analisis turbidimetri?

d. Apa saja aplikasi yang dapat diterapkan untuk analisis nefelometri?

e. Bagaimana contoh soal untuk analisis turbidimetri dan analisis nefelometri?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Dapat menjelaskan prinsip dari analisis turbidimetri.

b. Dapat menjelaskan prinsip dari analisis nefelometri.

c. Dapat mengetahui aplikasi dari analisis turbidimetri.

d. Dapat mengetahui aplikasi dari analisis nefelometri.

e. Dapat memberikan contoh soal dari analisis turbidimetri dan analisis nefelometri.

Page 3: turbidi dan neflo

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar Analisis Turbidimetri

Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada

pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah perbandingan

antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar mula-mula. Bila cahaya

dilewatkan melalui larutan yang bersuspensi, maka sebagian dari energi radiasi akan

dihamburkan, diserap, dipantulkan, dibiaskan dan sisanya akan diteruskan. Pengukuran

intensitas cahaya diteruskan sebagai fungsi dari konsentrasi yang merupakan dasar dari

perelatan Turbidimeter. Bila suspensi dipandang dengan sudut tegak lurus terhadap cahaya

yang datang maka sistem (larutan) tampak berpencar yang disebabkan oleh pantulan cahaya

dari partikel-partikel suspensi (efek tyndall). Pada umumnya turbidimeter di gunakan untuk

analisa larutan suspensi

Skema Alat

Keterangan alat

1. Sumber sinar: Sumber sinar yang digunakan harus dapat memberikan sinar polikromatis

secara kontiniu.

2. Ceremin cekung: Digunakan untuk memantulkan sinar dari sumber sinar menuju lensa.

3. Lensa: Berfungsi untuk memantulkan sinar dari sumber sinar menuju lensa.

4. Filter: filetr yang digunakan harus sama dengan warna larutan (jika larutan berwarna)

atau tergantung pad kondisi smpel yang dianalisa.

5. Kuvet: sebagai tempat sampel

6. Detektor: detektor berfungsi sebagai untuk medeteksi sinar hamburan yang berasal dari

partikel padat yang terdapat dalam larutan. Detektir pada posisi ini terdapat pada

peralatan nefelometer.

7. Detektor. Digunakan untuk medeteksi sinar yang diteruskan oleh sample. Detector pada

posisi ini terdapat pada perelatan turbidimeter.

Sinar yang dipancarkan oleh lampu akan dipantulkan oleh cremin cekung dan

kemudian diteruskan ke sample yang mengandung partikel yang tersuspensi. Sinar yang jatuh

tepat pada partikel yang trsuspensi tersebut akan disebarkan atau dihamburkan. Kemudian

sinar yang dihamburkan oleh cuplikan akan ditangkap nefelometer yang mana arahnya tegak

lurus dari sumber cahaya. Sinar yang diteruskan ditangkap oleh pengamatan yang arahnya

membentuk garis lurus dari sumber cahaya disebut Turbidimeter. Alat yang biasanya dipakai

untuk menentukan kekeruhan secara fisual digunakan perlatan Hellige Turbiditmeter.

Page 4: turbidi dan neflo

Pada peralatan ini terdapat 3 macam filter dan 3 macam ukuran tabung.Pemakainan

tabung tergantung dari kekeruhan sample semakin keruh sample maka semakin pendek

tabung yang digunakan. Filter tersebut adalh None, Dark dan Light.

Prinsip kerja: Sample dimasukkan kedalam tabung atau kuffet sampai tanda garis

kemudian ditutup dengan “Plunger “ kuffet yang berisi sample tersebut ke dalam turbidimeter

dan dipasang filter yang digunakan yang tergantung kepada keadaan sample kemudian alat

dihidupkan dan diatur tombol skala 0 – 200 sampai didapatkan banyangan yang merata

Bila banyangan mereta telah diperoleh bacalah ckala yang ditunjukkan pada saat banyangan

mereta tersebut. Angka yang didapt diplot kedalam kurva yang telah tersedia akan didapatkan

kekeruhan sebagai ppm SiO2. Prinsip kerja dari turbidimetri sendiri adalah menghitung jumlah cahaya yang

diteruskan (dan mengkalkulasi jumlah cahaya yang diabsorbsi) oleh partikel dalam suspensi

untuk menentukan konsentrasi substansi yang ingin dicari. Karena menggunakan jumlah

cahaya yang diabsorbsi untuk pengukuran konsentrasi, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi

akan bergantung pada :

1. Jumlah partikel

2. Ukuran partikel.

Semakin besar dan banyak jumlah partikel, maka jumlah cahaya yang diabsorbsi akan

semakin besar.

Dan untuk penentuan kadarnya (detector) digunakan spektrofotometer cahaya.

Ilustrasi :

Keterangan :

Sejumlah cahaya ditembakkan dari sebuah sumber cahaya menuju monokromator

Monokromator akan menguraikan cahaya dan meneruskannya menuju cuvet yang

berisikan suspensi sel

Ketika cahaya melewati cuvet, maka terjadi tiga kemungkinan

1. Cahaya akan diserap sebagian oleh partikel tersuspensi

Page 5: turbidi dan neflo

2. Sebagian cahaya diteruskan

3. dan sebagian lagi menyebar ke segala arah

Jumlah cahaya yang diserap akan sebanding dengan jumlah partikel tersuspensi

(konsentrasi sampel).

Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometr (detektor)

2.2 Prinsip Dasar Analisis Nefelometri

Nephelometri dan turbidimetri terkait erat dengan teknik analisis yang berdasarkan

pada hamburan radiasi dengan larutan yang mengandung materi partikulat tersebar. Ketika

radiasi yang melewati media transparan yang partikelnya padat tersebar, bagian radiasi

tersebar ke segala arah, memberikan penampilan keruh pada campuran. Penurunan kejadian

radiasi, sebagai hasil dari hamburan oleh partikel adalah dasar dari metode turbidimetri.

Disisi lain, metode nephelometri didasarkan pada pengukuran radiasi tersebar, biasanya

disudut kanan insiden balok tersebut. Pilihan antara nephelometri dan pengukuran

turbidimetri tergantung pada fraksi cahaya yang tersebar. Ketika hamburan luas, karena

kehadiran banyak partikel, turbidimetri umunya menghasilkan hasil yang lebih dapat

diandalkan. Nephelometri lebih disukai pada konsentrasi rendah karena intensitas tersebarnya

kecil dengan latar belakang hitam lebih mudah untuk diukur dibandingkan perubahan kecil

dalam intensitas radiasi yang ditransmisikan intens. Hal ini penting untuk dicatat bahwa

hamburan terkait dengan kedua nephelometri dan turbidimetri tidak melibatkan kerugian

daya radiasi, hanya arah propagasi dipengaruhi (Morais, dkk, 2012).

Nephelometri didasarkan pada pengukuran radiasi tersebar oleh partikel sampel

disudut kanan pada balok. Detektor ditempatkan pada jalan insiden radiasi dari sumber.

Dalam kebanyakan kasus, detektor ditempatkan di 90 derajat relative terhadap jalur insiden

radiasi. Ini mengukur intensitas yang bagian dari radiasi tersebar yang dipancarkan tegak

lurus dari sel ke arah detektor. Untuk pengukuran nephelometric, persamaan menggambarkan

hubungan antara intensitas radiasi tersebar, intensitas kejadian radiasi, dan konsentrasi

partikel yang menyebabkan hamburan (Morais, dkk, 2012):

I = KI0C

Nilai K adalah konstan hanya untuk instrumen tertentu dan ketika eksperimental kondisi

dikendalikan dengan hati-hati. Intensitas radiasi tersebar adalah berbanding lurus dengan

kedua intensitas radiasi insiden dan konsentrasi analit. Untuk tes solusi diencerkan, hal ini

menguntungkan untuk menggunakan insiden radiasi yang memiliki intensitas tinggi (Morais,

dkk, 2012).

Sinyal yang teredeteksi tersebar mungkin timbul dari partikel bunga tetapi juga dari

debu, bercak di latar belakang, atau dari molekul lain (misalnya, protein dan lipid) dalam

sampel. Refleksi dan menyebar dari komponen optic instrumen juga dapat menyebabkan

sinyal latar belakang. Kinerja terbaik diperoleh dalam solusi encer mana penyerapan dan

refleksi yang minimal. Dengan kondisi tersebut, hubungan antara konsentrasi hamburan

partikel dan intensitas cahaya yang tersebar hampir linier atas sangat luas berbagai

konsentrasi (Morais, dkk, 2012).

Page 6: turbidi dan neflo

Prinsip kerja :

Nefelometri menitik beratkan pengukuran pada jumlah cahaya yang disebarkan

(scaterred) dari kuvet yang mengandung suspense partikel dalam suatu cairan

(solution)

Komponen-komponen dari nefelometer itu sama dengan komponen yang terdapat pada

spektrometer cahaya kecuali pada detector yang ditempatkan pada sudut yang khusus

dari sumber cahaya.

Detector merupakan sabuah tube fotomultiplier yang ditempatkan pada suatu posisi

untuk mendeteksi cahaya yang tersebar. Detektor bisa ditempatkan pada sudut 90o,

70o or 37o tergantung pada sudut mana paling banyak ditemukan cahaya yang

disebarkan.

Karena jumlah cahaya yang disebarkan jauh lebih besar daripada yang diteruskan

dalam suspensi turbid, maka nefelometri memiliki tingkat sensitifitas yang lebih tinggi

daripada turbidimetri.

Jumlah cahaya yang disebarkan, bergantung pada jumlah dan ukuran partikel yang

tersuspensi

Ilustrasi :

Sebagian besar aplikasi klinis, sumber cahaya yang digunakan adalah lampu tungsten,

dimana tungsten memberikan cahaya dalam daerah visible.

Untuk snsitivitas yang lebih tinggi dan untuk aplikasi penentuan ukuran dan jumlah

partikel dalam suspense, digunakan laser light nefelometer

2.3 Aplikasi Turbidimetri

Penentuan konsentrasi total protein dalam cairan biologis seperti urin dan CSF yang

mengandung sedikit protein (mg/L kuantitas) menggunakan Asam Trikoloroasetat.

Penentuan aktivitas amilase menggunakan pati sebagai substrat. Penurunan

kekeruhan berbanding lurus dengan aktivitas amilase.

Penentuan aktivitas enzim lipase menggunakan trigliserida sebagai substrat.

Penurunan kekeruhan berbanding lurus dengan aktivitas enzim lipase.

Penentuan kekeruhan pada air reservoir

Analisa limbah detergen

Page 7: turbidi dan neflo

Penentuan Kadar Sulfat dengan Metode Turbidimetri

Metode :

Standar sulfat sebanyak 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; dan 3,0 ml diletakkan dalam labu takar

25 ml kedalam masing-masing labu takar ditambahkan 2,5 ml NaCl-HCl dan 5 ml

larutan gliserol-etanol dan diencerkan sampai tanda tera dengan air. BaCl2 1 g

ditambahkan ke tiap labu,ditutup, dan dikocok selama 1 menit dengan cara

membalik-balik labu takar. Larutan blankodisiapkan tanpa penambahan

larutan standar sulfat. Larutan analat disiapkan juga dengan perlakuan yang sama

seperti larutan standar dan dibuat dalam 3 kali ulangan. Turbiditas masing-masing

larutan diukur. Kurva hubungan turbiditas dengan kandungan sulfat (ppm)

dibuat.Kadar sulfat dalam analat beserta standar deviasi dan selang kepercayaan

95% lalu dihitung.

2.4 Aplikasi Nefelometri

Digunakan secara luas untuk menentukan konsentrasi zat yang tidak diketahui dimana

terdapat reaksi antigen-antibody

Penetuan immunoglobulin (total, IgG, IgE, IgM, IgA) di dalam serum dan cairan

biologi lainnya.

Penentuan konsentrasi serum protein individu; Hb, Haptoglobin, Transferring, c-

reaktif protein, 1-antitrypsin, albumin (dengan menggunakan antibody spesifik

untuk setiap protein).

Penetuan ukuran dan jumlah partikel (dengan laser – nephelometer).

Sintesis Imunoglobulin Cairan Cerebrospinal

Menentukan tingkat beberapa protein plasma darah. Misalnya total tingkat antibodi

isotypes atau kelas: Immunoglobulin M, imunoglobulin G, dan Imunoglobulin A. Hal

ini penting dalam kuantifikasi M - protein dalam penyakit seperti multiple myeloma

(Anonim1, 2013).

Hal ini dilakukan dengan mengukur kekeruhan dalam sampel air dengan

melewatkan cahaya melalui sampel yang diukur. Dalam nephelometri pengukuran

dilakukan dengan mengukur cahaya melewati sampel di sudut (Anonim2, 2013).

Teknik ini banyak digunakan di laboratorium klinis karena relatif mudah

otomatis. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa suspensi encer partikel kecil akan

menghamburkan cahaya (biasanya laser) melewatinya bukan hanya menyerapnya.

Jumlah menyebar ditentukan dengan mengumpulkan cahaya pada sudut (biasanya

pada 30 dan 90 derajat) (Anonim2, 2013).

Antibodi dan antigen dicampur dalam konsentrasi sehingga hanya agregat

kecil dibentuk yang tidak cepat menyelesaikan ke bawah. Jumlah menghamburkan

cahaya diukur dan dibandingkan dengan jumlah pencar dari campuran dikenal.

Jumlah diketahui ditentukan dari kurva standar (Anonim2, 2013).

Mendeteksi antigen atau antibodi, tetapi biasanya dijalankan dengan antibodi sebagai

reagen dan antigen pasien sebagai diketahui (Stevens, 2010). Titik akhir tes

nephelometry dijalankan dengan memungkinkan reaksi antibodi/antigen untuk

Page 8: turbidi dan neflo

menjalankan sampai selesai (sampai semua antibodi reagen hadir dan membawa

antigen sampel pasien yang dapat agregat telah melakukannya dan tidak lebih

kompleks dapat terbentuk). Sayangnya, partikel yang besar akan jatuh keluar dari

solusi dan menyebabkan pembacaan palsu pencar, sehingga nephelometry kinetik itu

dibuat (Rahma, 2011).

2.5 Contoh soal Turbidimetri dan Nefelometri

1. Sebutkan perbedaan turbidimetri dan neflometri !

2. Gambarkan diagram skema metode neflometi dan turbidimetri !

3. Tuliskan Persamaan matematis untuk neflometri dan turbidimetri !

4. Sebutkan aplikasi turbidimetri dan neflometri !

JAWABAN

1. Turbidimetri : pengukuran spesi dengan pergerakan cahaya dalam larutan dengan

penurunan intensitas cahaya setelah dilewatkan pada larutan. Pada turbidimetri

detector ditempatkan sejajar dengan sumber sinar dan mengukur penurunan kekuatan

radiasi yang ditransmisikan.

Neflometri : teknik untuk mengukur spesi dengan pergerakan cahaya dalam larutan

dengan intensitas cahaya pada sudut terjauh dari cahaya yang dilewatkan melalui

sampel. Pada neflometri pergerakan radiasi diukur pada sudut 900C terhadap sumber

sinar.

2. Gambar skema perbedaan neflometri dan turbidimetri (Harvey,2000)

3. Persamaan untuk Neflometri

Persamaan untuk Turbidimetri

Page 9: turbidi dan neflo

Dimana :

T : Transmitan

IT : Intensitas Radiasi yang ditransmisikan oleh sampel

I0 : Intensitas sumber radiasi yang ditransmisikan oleh blanko

C : konsentrasi (w/v)

k : konstanta (bergantung pada ukuran beberapa factor seperti ukuran dan bentuk

hamburan patikel dan panjang gelombang dari sumber radiasi.

b : panjang kuvet

IS : intensitas hamburan radiasi

kS : konstanta empiris untuk system

I0 : intensitas sumber radiasi

4. Aplikasi turbidimetri

a. Penentuan konsentrasi total protein pada fluida biologis seperti urine dan CSF

yang terdiri atas protein dalam jumlah kecil (mg/L) menggunakan asam

trikloroasetik.

b. Penentuan aktivitas amylase menggunakan amilum sebagai substrat.

c. Penentuan aktivitas lipas menggunakan trigliserida sebagai substrat.

Aplikasi Neflometri

a. penentuan immunoglobulin pada serum dan fluida biologis laiinya

b. penentuan konsentrasi serum protein seperti hemoglobin,haptoglobin,albumin,dsb

c. penentuan ukuran dan jumlah partikel (laser neflometer)

5. Tentukan kadar ion sulfat jika diketahui tabel berikut!

Tabel 1 penentuan kurva kalibrasi larutan standart sulfat [SO42-]

Larutan Volume SO4

2-

(mL)

Konsentrasi

SO42- (ppm)

Turbidan

Terukur (NTU)

Turbidan

Terkoreksi

(NTU)

Blanko 0.0000 0.0000 5.23 0

Standart 1 0.1000 0.174000 17.50 14.50

Standart 2 0.2000 3.48000 46.50 42.00

Standart 3 0.3000 5.22000 75.50 71.00

Standart 4 0.4000 6.96000 86.50 82.20

Standart 5 0.5000 8.70000 102.50 97.50

Standart 6 0.6000 10.44000 126.50 121.44

Page 10: turbidi dan neflo

Perhitungan:

1. Turbidan Terkoreksi = Turbidan Terukur – Turbidan Blanko

= (17.50 – 5.23) NTU

= 12.27 ppm

2. Berat Molekul K2SO4 = 174 g/mol

3. Konsentrasi larutan stok sulfat (ppm) = 0.01 mol/L x 174 g/mol x 1000 mg/1 g

= 1740 ppm

4. Pengenceran

V1N1 = V2N2

0.100 mL x 1740 ppm = 100 mL x N2

N2 = 0.1740

Tabel 2 Pengukuran Konsentrasi Pada Sampel dengan Turbidimetri

Laruta

n

Turbiditasterukur

(NTU)

Turbiditasterkoreksi

(NTU) Konsentrasi (ppm)

1 2 3 1 2 3 1 2 3 Rerata

Sampel

1

96.0

0

93.1

0

84.6

0

91.7

7

88.8

7

80.3

7

39.093

5

37.864

8

34.246

3

37.073

8

Sampel

2

56.4

0

62.7

0

62.4

0

52.1

7

58.4

7

58.1

7

22.314

6

24.983

9

24.856

8

24.051

8

Perhitungan:

1. Persamaan regresi

y = 2.3601x – 0.4946

R2 = 0.9859

2. Konsentrasi 1 ulangan 1

91.77 = 2.3601x – 0.4946

x = 39.0935

3. Rerata Konsentrasi sampel 1 = 𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2+𝑈𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 3

3

= (39.0935+37.8648+34.2463)ppm

3

= 37.0738

4. Standart Deviasi sampel 1 = √∑ (𝑥−(𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎))2𝑛

𝑖=1

𝑛−1

= √(39.0935−37.0738)+(37.8648−37.0738)+(34.2463−37.0738)

3−1

= 2.5104

5. Standart Deviasi sampel 2 = √∑ (𝑥−(𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎))2𝑛

𝑖=1

𝑛−1

= 1.5058

6. Ketelitian Sampel 1 = ( 1- 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖

𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ) x 100 %

= ( 1- 2.5104

37.0738 ) x 100 %

Page 11: turbidi dan neflo

= 93.29 %

7. Ketelitian Sampel 2 = ( 1- 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑡 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖

𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 ) x 100 %

= ( 1- 1.5058

24.0518 ) x 100 %

= 93.74 %

Page 12: turbidi dan neflo

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Turbidimetri adalah suatu metoda analisis kuantitatif yang berdasarkan pada

pelenturan sinar oleh suspensi zat padat. Pada dasarnya yang diukur adalah

perbandingan antara intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar mula-

mula. Bila cahaya dilewatkan melalui larutan yang bersuspensi, maka sebagian dari

energi radiasi akan dihamburkan, diserap, dipantulkan, dibiaskan dan sisanya akan

diteruskan.

2. Nephelometri didasarkan pada pengukuran radiasi tersebar oleh partikel sampel

disudut kanan pada balok. Detektor ditempatkan pada jalan insiden radiasi dari

sumber

3. Turbidimetri dapat diaplikasikan salah satunya dalam analisa limbah detergen

4. Nefelometri salah satunya digunakan untuk menentukan konsentrasi zat yang tidak

diketahui dimana terdapat reaksi antigen-antibody

Page 13: turbidi dan neflo

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2013, Definition of Nephelometry,

http://www.lib.mcg.edu/edu/esimmuno/ch4/nephelom.htm, (online) diakses pada

tanggal 15 Oktober 2014.

Anonim2, 2013, Quantitave Nephelometry,

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003545.htm, (online) diakses pada

tanggal 15 Oktober 2014.

Bassett ,J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:

Kedokteran EGC.

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw Hill.

Khopkar.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Morais, Ines P. A., Ildiko V. Toth, and Antonio O. S. S. Rangel. 2012. Turbidimetric and

Nephelometric Flow Analysis: Concepts and Applications, pg 557-559, Universidade

Cato´lica Portuguesa. Portugal.

Rahma, S. 2011. Turbidimetri dan nefelometri. ITB. Bandung.

Stevens. 2010. Clinical Immunology dan Seriology 3rd Ed, pg 127. USA: FA Davis

Company.

Walimah, A. 2014. Turbidimetri untuk analisis ion sulfat dengan menggunakan flow

injection analysis. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan alam. Universitas

Negeri Jember.