tumbuh tinggi laras wangsa

1
Tumbuh tinggi laras wangsa: membuana Ketika Ilalang takut terbalut gulma memaksa Dedaun berayun di dekatnya membonceng hama Semakin tinggi Gulma kurajut kutendang sayang, kubuang di lubang kututup parang Hama kutantang, kuajak berkelahi kupukuli sampai mati Ilalang juga kurajang matang di atas bakaran arang Cemara menjulang Akarnya mengebut, menjulur-julur seri berkisi rapi Kusiram dalam julang tinggi kupandangi besarlah sayang Mendamba cemara kutancap hara pada setangkai andai yang kusemai Cemara meraja Meraksasa masa kemasa dari hari kehari cemara membuta Hanya bisa menggayuh walau selaksa dahanya juga tak utuh Cemara meninggi memuncak marak beranak pinak Sedang aku disini kedinginan mohon hujan terpa pucuknya Cemara lupa Banjir bandang berang datang habisi hati cemara tinggi Sudah kuat tak terangkat malah bah sapa tubuh rebah Mengambang terpana tergopoh memandang yang kokoh Menangis bodoh berharap cemara itu roboh Kupanggil Cemara oleh Bambang Sulaksono Nganjuk

Upload: eddo-saputra

Post on 19-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

QW

TRANSCRIPT

Page 1: Tumbuh Tinggi Laras Wangsa

Tumbuh tinggi laras wangsa: membuana

Ketika

Ilalang takut terbalut gulma memaksa

Dedaun berayun di dekatnya membonceng hama

Semakin tinggi

Gulma kurajut kutendang sayang, kubuang di lubang kututup parang

Hama kutantang, kuajak berkelahi kupukuli sampai mati

Ilalang juga kurajang matang di atas bakaran arang

Cemara menjulang

Akarnya mengebut, menjulur-julur seri berkisi rapi

Kusiram dalam julang tinggi kupandangi besarlah sayang

Mendamba cemara kutancap hara pada setangkai andai yang kusemai

Cemara meraja

Meraksasa masa kemasa dari hari kehari cemara membuta

Hanya bisa menggayuh walau selaksa dahanya juga tak utuh

Cemara meninggi memuncak marak beranak pinak

Sedang aku disini kedinginan mohon hujan terpa pucuknya

Cemara lupa

Banjir bandang berang datang habisi hati cemara tinggi

Sudah kuat tak terangkat malah bah sapa tubuh rebah

Mengambang terpana tergopoh memandang yang kokoh

Menangis bodoh berharap cemara itu roboh

Kupanggil Cemara – oleh Bambang Sulaksono

Nganjuk