tulisan - mata kuliah dr. djoko prasetyo, m.a. - 5. pendekatan retorik kisah para rasul 1-28

Download Tulisan - Mata Kuliah Dr. Djoko Prasetyo, M.a. - 5. Pendekatan Retorik Kisah Para Rasul 1-28

If you can't read please download the document

Upload: ahmadi-fd

Post on 05-Aug-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDEKATAN RETORIK KISAH PARA RASUL 1-28Ahmadi FD (1220510030) Kisah Para Rasul merupakan karya Lukas. Isinya adalah tentang kisah-kisah para rasul dalam tradisi kristen. Yang menarik adalah penyampaiannya, dengan mengambil setting tokoh Lukas sang penyampai kisah dan Teofilus seorang aristokrat yang memiliki kedudukan sosial tinggi di masyarakatnya, seorang ningrat. Lukas yang cendekiawan rupanya sadar betul kepada siapa dirinya sedang berinteraksi. Adalah pilihan tepat penyampaian Lukas kepada Teofilus menggunakan bahasa retoris (retorika); sebuah penyampaian yang menggunakan seni bahasa dalam merangkai wacana untuk tujuan persuasif supaya pendengar atau pembaca menangkap maksud dari pembicara atau penulis. Selain itu, cara tersebut sangat tepat mengingat kondisi sosial masyarakat Romawi kala itu menerapkan gaya Helenis (peradaban Yunani) yang sangat menjunjung tinggi budaya masyarakat yang berpikir. Retorika memiliki dua dimensi dasar; primer dan sekunder. Yang pertama merupakan hubungan antara pembicara (orator), apa yang disampaikan, dan pendengarnya. Yang kedua lebih luas, meliputi strategi retorika antara penulis/orator, teks/isi orasi, dan pembaca/pendengar. Teknik penyampaian retorika memiliki 6 pola dasar yang saling berkaitan; 1) exordium (pendahuluan) yang berisi latar belakang suatu masalah yang terjadi, 2) narratio (narasi), sebuah kegiatan memaparkan fakta, 3) propositio, rangkuman atas narasi, 4) probatio (bukti), berupa keterangan atas uraian pembicara, argumentasi, dan penjelasannya di hadapan para pendengarnya, dan merupakan bagian inti pola retorika, 5) confutatio, berupa penguatan atas probatio dengan cara menegasikan yang lain atau yang berlawanan dengan materi yang disampaikannya, dan dapat berwujud contoh-contoh yang mudah dipahami, dan 6) conclusio, yang berisi kesimpulan pembicaraan dengan dibumbui kalimat-kalimat persuasif penuh emosi, sehingga dapat menimbulkan sentuhan emosional bagi para pendengarnya. Adapun jenis retorika, menurut Aristoteles, ada tiga; 1) yudisial, jenis retorika yang disampaikan dalam pengadilan, yang memiliki sisi tuduhan dan pembelaan dan berorientasi pada masa lalu, 2) deliberatif, yang menilai sisi baik-tidak baik atau layak-tidak layak dalam suasana ruang tertutup dan berorientasi masa depan, dan 3) epideiktis, retorika di atas panggung mengenai pujian atau celaan dan berorientasi masa kini. Pada akhirnya, teknis penyampaian retorika perlu diatur sedimikian rupa sehingga dapat berjalan sesuai harapan. Berikut 5 langkah yang harus ditempuh. 1. Menetapkan unit retorika (sesuatu apa yang ingin disampaikan) 2. Menentukan situasi (perencanaan matang disertai pengetahuan audiensi-lokasi) 3. Menetukan jenisnya (yudisial, deliberatif, atau epideiktis) 4. Menganalisa retorika (dengan metode apa, berdasar 6 pola dasarnya) 5. Mengevaluasi keefektifan retorika (melalui korespondensi pendengar) Bahan Bacaan inspiratoronline.blogspot.com/2008/08/kepada-allah-yang-tidak-dikenal.htmlketerangan: tulisan ini merupakan parafrase total atas makalah yang menjadi bahan bacaan penulis di inspiratoronline.blogspot.com