tujuan percobaangghg

26
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II (PEMBUATAN LARUTAN) Oleh: AGUNG WIDODO A1M012080 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Upload: ika-rahmayani

Post on 30-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hkfddhgfhh

TRANSCRIPT

Page 1: TUJUAN PERCOBAANgghg

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR II

(PEMBUATAN LARUTAN)

  

Oleh:

AGUNG WIDODO

A1M012080

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2013

Page 2: TUJUAN PERCOBAANgghg

TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu,

mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.    Larutan

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu sistem homogen yang

mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan

secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran. Suatu

larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua atau lebih zat. Suatu larutan disebut

suatu campuran karena susunannya dapat berubah-ubah. Disebut homogen karena

susunannya begitu seragam sehingga tak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan.

Dalam campuran heterogen permukaan-permukaan tertentu dapat dideteksi antara bagian-

bagian atau fase-fase yang terpisah (Keenan, 1984).

Larutan dilihat berdasarkan keadaan fasa setelah bercampur ada yang homogen dan

heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa yaitu yang

mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya.

Contoh larutan homogen yaitu gula dan alkohol dalam air. Sedang campuran heterogen

adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih, contohnya air susu dan air kopi

(Syukri, 1999).

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di

dalam larutan. Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat

terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan

bagian per juta (part per million). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat

dinyatakan encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).Molekul

komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses

pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan

antar pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarutnya sama-sama polar,

akan terbentuk suatu struktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan

interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil bila komponen zat terlarut ditambahkan

tidak akan dapat larut lagi (Oktoby, 2001).

Pour point adalah suhu terendah yang dinyatakan sebagai kelipatan 5oF dimana minyak

yang diamati mengalir apabila minyak didinginkan dan diperiksa pada kondisi tertentu. Poir

Page 3: TUJUAN PERCOBAANgghg

point yang tinggi akan mengakibatkan mesin sulit dinyalakan pada suhu rendah. Pour point

ester minyak jarak yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada spesifikasi yang

diperbolehkan. Rendahnya nilai pour point ini menunjukkan bahwa produk ester minyak

jarak dapat digunakan pada daerah yang sangat dingin (Kusumaningsih dkk, 2006).

B. Jenis-jenis larutan

Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang dapat

dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang utama yang terdapat

dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat terlarut. Larutan

terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi

langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya,

karena itu campuran gas adalah larutan

Jenis-jenis larutan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a)                 Gas dalam gas – seluruh campuran gas

b)                 Gas dalam cairan – oksigen dalam air

c)                 Cairan dalam cairan – alkohol dalam air

d)                Padatan dalam cairan – gula dalam air

e)                 Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium

f)                  Cairan dalam padatan – Hg dalam perak

g)                 Padatan dalam padatan – alloys (Keenan, 1984).

Pengenceran bisa menurunkan harga konsentrasi larutan. Hal itu yang menjadi dasar

pembuatan larutan di laboratorium seringnya. Dalam rumus pengenceran pun dapat dilihat

bahwa penambahan air atau zat pelarut akan menurunkan konsentrasi larutan. Rumusnya:

V1.M1 = V2.M2 jika V1 adalah volume betadine pekat dan M1 adalah konsentrasi betadine

pekat. Kemudian ditambahkan pelarut untuk proses pengenceran sehingga V2 (volume encer)

maka M2 sebagai konsentrasi pengenceran yang memiliki konsentrasi lebih kecil dari pada

konsentrasi sebelumnya. Jadi intinya pengenceran dapat menurunkan harga (Oktoby, 2001).

Page 4: TUJUAN PERCOBAANgghg

Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan.

Endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan.

Kelarutan (S) suatu endapan menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari

larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan,

konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu, dan pada komposisi pelarutnya (Lesdantina,

2009).

Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, seperti persen berat (w/w),

persen volume (v/v), molaritas (M), molalitas (m), bagian per sejuta (ppm), fraksi mol (x) dan

normalitas (N).

a. Persen berat (w/w)

Persen berat menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Perhitungannya:

%(w/w) = Massa Komponen / Massa Campuran x 100%( Keenan, 1984).

b. Persen Volume (v/v)

Persen volume menyatakan mL zat terlarut dalam 100 mL larutan. Perhitungannya:

%(v/v) = Volume Komponen / Volume Campuran x 100% (Keenan, 1984).

c. Molaritas (M)

Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Perhitungannya:

M = Massa Zat x 100% : Mr x V (Keenan, 1984).

d. Molalitas (m)

Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg pelarut. Perhitungannya:

m = Massa Zat Terlarut x 1000 : Mr x p (Keenan,1989).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: gelas piala, gelas ukur 100 mL,

pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok 10 mL, labu takar 50 mL dan 100mL buret.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : asam klorida pekat, larutan

natrium hidroksida 0,1M pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1M, indikator metil

merah, indikator phenophtalein, indikator metil orange, aquades.

IV. PROSEDUR KERJA

Page 5: TUJUAN PERCOBAANgghg

A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida

1. Larutan asam klorida pekat diambil 4,15 mL dengan menggunakan gelas ukur yang telah

ditimbang dan pipet tetes. Lakukan dalam lemari asam.

2. Labu takar 50 mL yang kosong ditimbang,catat beratnya. Isi labu takar tersebut dengan

sekitar 20-25 mL akuades.

3. Asam klorida pekat yang telah diambil tadi dimasukkan ke dalam labu takar dengan

perlahan-lahan. Lakukan dalam lemari asam.

4. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas (perhatikan, meniskus yang

diamati adalah meniskus bawah). Tutup labu takar dan lakukan pengocokan hingga larutan

homogen. Timbang berat labu takar yang telah berisi larutan. Larutan yang telah dibuat

dalam tahap ini disebut sebagai larutan A. Tutup labu takar dan lakukan pengocokan hingga

larutan homogen. Timbang berat labu takar yang telah berisi larutan.

6. Larutan asam klorida yang telah dibuat (larutan A) dipindahkan 10 mL ke dalam labu takar

50 mL yang baru dengan menggunakan pipet ukur dan pipet gondok.

7. Akuades ditambahkan ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl yang

telah diencerkan ini disebut larutan B.

B.     Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi

Titrasi dengan indikator Metil Merah

1.      Buret dibilas dengan akuades, kemudian bilas kembali dengan larutan NaOH

yang akan digunakan.

2.      Buret diisi dengan larutan natrium hidroksida.

3.      Volume awal dicatat larutan natrium hidroksida dalam buret dengan membaca

skala pada meniskus bawah larutan.

4.      Larutan asam klorida encer (larutan B) dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam

erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

5.      Indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.

6.      Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan natrium hidroksida di dalam

buret hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang

konstan, hentikan titrasi.

7.      Volume akhir natrium hidroksida yang tersisa dalam buret dibaca. Hitung volume

natrium hidroksida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan

volume akhir natrium hidroksida dalam buret.

8.      Titrasi diulang sebanyak 2 kali.

Page 6: TUJUAN PERCOBAANgghg

Titrasi dengan indikator phenophtalein

1.      Prosedur dilakukan kembali dengan titrasi terhadap 10 mL larutan asam klorida encer

(larutan B) dengan larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indikator

phenophtalein.

2.      Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator metil

merah dan dengan menggunakan indikator phenaphtalein sebagai indikator.

C. Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida

1.      0,4 gram butiran natrium hidroksida ditimbang menggunakan kaca arloji dan neraca analitik.

2.      Natrium hidroksida dipindahkan dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang telah berisi 20-

25 mL akuades hangat.

3.      Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh natrium hidroksida larut sempurna.

4.      Larutan dari gelas beker dipindahkan ke dalam labu takar 50 mL.

5.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas pada labu takar. Tutup labu takar kemudian kocok

hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai larutan C.

6.      Larutan C dipindahkan sebanyak 25 mL ke dalam labu takar 100 mL yang baru dengan

menggunakan pipet gondok yang sesuai.

7.      Akuades ditambahkan hingga tanda batas. Kocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh

disebut sebagai larutan D.

D.    Penentuian Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi

Titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai Titran

1.      Buret dibilas dengan akuades sebelum digunakan, kemudian bilas kembali

dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan.

2.      Buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M.

3.      Volume awal larutan HCl 0,1 M dicatat dalam buret dengan membaca skala pada

meniskus bawah larutan.

4.      NaOH encer (larutan D) dipindahkan 10 mL ke dalam erlenmeyer dengan

menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

5.      Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes ke dalam larutan tersebut.

6.      larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret

hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang konstan,

hentikan titrasi.

7.      Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Hitung volume asam

klorida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir

asam klorida dalam buret.

Page 7: TUJUAN PERCOBAANgghg

8.      Titrasi diulangi sebanyak 2 kali.

Titrasi HCl 0,1 M dengan larutan NaOH sebagai Titran

1. Buret dibilas dengan akuades sebelum digunakan, kemudian bilas kembali dengan

larutan NaOH yang telah dibuat (larutan D).

2. Buret diisi dengan larutan NaOH encer (larutan D).

3. larutan HCl 0,1 M dipindahkan sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer dengan

menggunakan pipet gondok atau pipet ukur.

4. Indikator metil merah ditambahkan 2-3 tetes ke dalam larutan tersebut.

5. Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan NaOH encer di dalam buret

hingga terjadi perubahan warna begitu terjadi perubahan warna yang konstan,

hentikan titrasi.

6. Volume NaOH yang diperlukan dihitung untuk mentitrasi larutan HCl.

7. Titrasi diulang sebanyak 2 kali.

8. Hasil yang diperoleh dibandingkan antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M

sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Perhitungan

1. Hasil

I. Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl (Larutan Asam Klorida)

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan1. Diambil larutan asam klorida pekat 4,15 mL

dengan menggunakan alat ukur

2. Diisi labu takar dengan aquades 20-25 mL

3. Dimasukkan secara perlahan-lahan asam

klorida pekat ke dalam labu takar

4. Ditambahkan aquades ke dalam labu takar

hingga tanda batas

5. Ditutup labu takar dan dikocok hingga

larutan homogeny

6. Dicatat volume larutan A 50 mL

7. Dipindahkan larutan A dengan menggunakan

pipet gondok atau pipet tetes

8. Diukur ke dalam labu takar 50 mL

Page 8: TUJUAN PERCOBAANgghg

yang baru

9. Ditambahkan aquades ke dalam labu takar

hingga tanda batas

10. Dicatat larutan setelah diencerkan 50 mL

(larutan B)

II. Penentuan Konsentrasai Larutan HCl melalui titrasi

a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan1. Diambil 10 mL larutan HCl 0,1 M Berwarna merah

2. Dimasukkan ke dalam elenmeyer

dengan menggunakan pipet gondok

atau pipet ukur

3. Ditambahkan 2-3 tetes indicator Berwarna kuning

metil merah dan dititrasi larutan NaOH

4. Dicatat pembacaan volume akhir V1 NaOH = 2,8 mL

V2 NaOH = 3,2 mL

V1 HCl = 10 mL

V2 HCl = 10 mL

5. Rata-rata Volume NaOH (2,8 + 3,2) : 2 = 3 mL

Rata-rata Volume HCl (10 + 10) : 2 = 10 mL

b. Titrasi dengan Indikator Fenolftalien

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan1. Diambil 10 mL larutan HCl 0,1 M Berwarna kuning

2. Dimasukkan ke dalam elenmeyer

dengan menggunakan pipet gondok

atau pipet ukur

3. Ditambahkan 2-3 tetes indikator Berwarna merah muda

phenopthalein dan dititrasi larutan

dalam elenmeyer dengan ditetesi

larutan NaOH

4. Dicatat pembacaan volume akhir V1 HCl = 10 mL

V2 HCl = 10 mL

Page 9: TUJUAN PERCOBAANgghg

V1 NaOH = 3,2 mL

V2 NaOH = 3,6 mL

5. Rata-rata volume HCl (10 + 10) : 2 = 10 mL

Rata-rata volume NaOH (3,2 + 3,6) : 2 = 3,4 mL

III. Pembuatan Larutan NaOH

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan

1 Butiran NaOH ditimbang 0,4 gram

2 Dipindah ke dalam gelas beker berisi aquades 20-25 mL

aduk hingga larut

3 Dipindah ke dalam labu takar 50 mL ditambah V = 50 mL

aquades

Mr NaOH 40 gram/mol

(Larutan C)

4 Dipindah larutan C ke dalam labu takar 50 mL V = 10 mL

yang baru

5 Ditambah dengan aquades V = 50 mL

(Larutan D)

IV. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH melalui Titrasi.

a. Titrasi NaOH dengan larutan HCl sebagai titran

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan1. Buret dibilas dengan aquades dan HCl, Berwarna bening

lalu diisi dengan larutan HCl

2. Pindah NaOH ke dalam elenmeyer 10 mL

3.

Larutan NaOH dalam elenmeyer

ditambahkan Berwarna kuning

2 tetes indikator metil merah

Perubahan warna pada titrasi I Berwarna merah muda

Volume pada titrasi I 4,6 mL

4. Perubahan warna pada titrasi II Berwarna merah muda

Volume pada titrasi II 4,6 mL

5. Rata-rata volume HCl (4,6+4,6) : 2 = 4,6 mL

Rata-rata volume NaOH (10+10) : 2 = 10 mL

Page 10: TUJUAN PERCOBAANgghg

b. Titrasi Larutan HCl dengan NaOH sebagai Titran

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan1. Buret dibilas dengan aquades dan

NaOH, lalu diisi dengan laruta NaOH

2. Pindah NaOH ke dalam elenmeyer 10 mL

3. Larutan NaOH dalam elenmeyer Berwarna merah muda

ditambahkan 2 tetes indikator metil

merah

Perubahan warna pada titrasi I Berwarna kuning

Volume pada titrasi I V = 20,4 mL

4. Perubahan warna pada titrasi II Berwarna kuning

Volume pada titrasi II V = 17,9 mL

5. Volume NaOH (20,4 + 17,9) : 2 = 19,15 mL

Volume HCl (10  10) : 2 = 10 mL

2. Perhitungan

         Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat

Diketahui : Massa jenis HCl = 1,19 kg/mL = 1190 gram/L Persen berat HCl = 37 % (b/b) Massa 1 L larutan pekat HCl = 1190 gr/L x 1 L =1190 gram Massa HCl dalam 1 L larutan pekat = 37 % x 1190 = 440,3g

Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol [HCl] pekat = 440 , 3 gram/36,5 gram.mol -1 = 12,0630mol/L

1 L  Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer (Larutan A dan B)

1.      Melalui Perhitungan Pengenceran

a. Konsentrasi Larutan A

Diketahui : Volume HCl pekat = 4,15 mL

MHCl = 12,0630

VA = 50 mL

Ditanya : MolaritasA = ….?

Jawab : MA . VA = MHCl . VHCl

MA . 50 = 12,0630 . 4,15

MA = 1,00 M

Page 11: TUJUAN PERCOBAANgghg

b. Konsentrasi Larutan B

Diketahui : MA = 1,00 M

VA yang diencerkan = 20 mL

VB = 100 mL

Ditanya : MB = …..?

Jawab : MA . VA = MB . VB

(1,00 . 20) = MB . 100

20 = MB . 100

MB = = 0,2 M

2. Melalui Titrasi

a. Dengan indikator metil merah

Diketahui : MNaOH = 0,1 M

VHCl = 10 mL

VNaOH = 3 mL

Ditanya : MHCl = …..?

Jawab : MHCl . VHCl . n = MNaOH . VNaOH . n

X .10 mL .1 = 0,1 . 3

10X = 0,3

MHCl = 0,03 M

b. Dengan indikator fenophtalein

Diketahui : MNaOH = 0,1 M

VHCl = 10 mL

VNaOH = 3,4 mL

Ditanya : MHCl = …..?

Jawab : MHCl . VHCl . n = MNaOH . VNaOH . n

X .10 mL . 1 = 0,1 . 3,4. 1

10X = 0,34

MHCl = 0,034 M

   Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH

1. Melalui Perhitungan Pengenceran

a.                 Konsentrasi Larutan C

Diketahui : massa NaOH = 0,4 gram

Page 12: TUJUAN PERCOBAANgghg

Volume NaOH = 50 mL = 0,05 L

Mr NaOH = 40 gr/mol

Ditanya : M NaOH = ….?

Jawab : n =

= = 0,01 mol

MNaOH = n/v

= 0,01/0,05 L

= 0,2 M

b. Konsentrasi Larutan D

Diketahui : MC = 0,2 M

VC = 25 mL

VD = 100 mL

Ditanya : MD = …..?

Jawab : MC . VC = MD . VD

0,2. 25 = MD . 100

5 = 100 MD

MD = 5 = 0,05 M

1002. Melalui Titrasi

a. Titrasi NaOH oleh HCl

Diketahui : VNaOH = 10 mL = 0,01 L

VHCl = 4,6 mL =0,0046 L

NHCl =0,1 N

Ditanyakan : MNaOH ?

Jawab : NHCl.VHCl = MNaOH.VNaOH

0,1.0,0046 = MNaOH.0,01 L

MNaOH = 0,046 M

Page 13: TUJUAN PERCOBAANgghg

b. Titrasi HCl oleh NaOH

Diketahui : VNaOH = 19,15 mL = 0,01915 L

VHC l = 10 mL = 0,01 L

NHCl = 0,1 N

Ditanyakan : MNaOH ?

Jawab : NHCl.VHCl = MNaOH.VNaOH

0,1.0,01L = MNaOH.0,01915

MNaOH = 0,0522 M

B. Pembahasan

Percobaan pembuatan dan pengenceran larutan asam klorida percobaan ini untuk

mengetahui bagaimana cara pembuatan dan penentuan konsentrasi larutan. Dalam praktikum

ini kita menggunakan beberapa bahan yaitu larutan asam klorida pekat, larutan natrium

hidroksida 0,1M, pellet natrium hidroksida, larutan asam klorida yang sudah diketahui

konsentrasinya yaitu sebesar 0,1M, kemudian indikator metil merah, indikator

phenophtlaein , dan akudes.

Percobaan yang pertama adalah pembuatan dan pengenceran larutan HCl yang bertujuan

untuk mendapatkan konsentrasi larutan lebih rendah dari konsentrasi semula. HCl pekat

diambil sebanyak 4,15 mL diambil dengan gelas ukur kemudian dimasukkan dalam labu

takar beri akuades 20-25ml masih dilakukan didalam lemari asam. Kemudian diencerkan

dengan menambahkan air murni (akuades) sampai batas tutup labu takar kocok hingga

homogen. Dari pengenceran ini akan kita dapatkan HCl encer yang tentunya dengan

konsentrasi yang lebih rendah. Dengan demikian data yang kami peroleh dari hasil percobaan

sesuai dengan tujuan pengenceran. Molaritas HCl pekat adalah 12,0630 mol/L, molaritas

larutan A adalah 1,0 M mol/L, dan molaritas larutan B adalah 0,2 M Dapat kita lihat,

Molaritas HCl pekat lebih tinggi daripada molaritas larutan A dan larutan B. Begitu pula

molaritas larutan A lebih tinggi daripada molaritas larutan B. Hal ini menunjukan bahwa

pembuatan larutan dan dimaksudkan untuk mengencerkan larutan tersebut saya rasa sudah

terlihat jelas.

Hal ini dapat terlihat pada hasil perhitungan molaritas dalam hal ini satuan konsentrasi

yang dipakai adalah moralitas. Terlihat bahwa terjadi perbedaan yang jelas dari data yang ada

dengan data perhitungan setelah kami melakukan percobaan. Konsentrasi larutan HCl pekat

lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi dari larutan HCl yang sudah m,engalami

pengenceran. Kami telah melakukan pengenceran untuk melakukan pengenceran larutan.

Page 14: TUJUAN PERCOBAANgghg

setelah ini kami akan melakukan titrasi dari larutan yang sudah kita encerkan lagi dengan

penitran yang sesuai.

Penentuan konsentrasi larutan asam klorida melalui titrasi suatu larutan konsentrasinya

sudah diketahui maka larutan tersebut adalah larutan standar. Larutan standar terbagi menjadi

dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer

konsentrasinya relatif tetap dibandingkan dengan konsentrasi awal pada saat pertama kali

larutan tersebut dibuat. Larutan standar sekunder konsentrasinya sering mengalami perubahan

dibanding konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat. Standarisasi adalah

penentuan konsentrasi eksak dari larutan standar sekunder dengan bantuan larutan standar

primer.

Pada praktikum ini dilakukan titrasi HCl encer dengan menggunakan titran NaOH dan

indikator metil merah serta indikator phenophtalein. Fungsi dari pemberian indikator adalah

untuk mengetahui titik ekivalen dari suatu proses titrasi apakah sudah tercapai. Pada titrasi

HCl dengan menggunakan indikator metil merah terlihat bahwa adanya perubahan warna

ketika HCl ditetesi metil merah. Sebelum larutan ini dititrasi larutan ini berwarna merah

muda , lalu setelah dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH terjadi perubahan warna

yaitu menjadi warna kuning muda. Pada titrasi ini rata-rata volume NaOH yang terpakai yaitu

3 mL sehingga didapat molaritasnya 0,03 mol/L.

Titrasi HCl dengan menggunakan indikator phenophtalein terlihat bahwa belum adanya

perubahan warna ketika HCl ditetesi phenophtalein karena indikator phenophtalein dalam

larutan asam tidak berwarna. Sebelum larutan ini dititrasi larutan ini tidak berwarna, lalu

setelah dilakukan titrasi dengan menggunakan NaOH terjadi perubahan warna yaitu menjadi

warna merah muda. Perubahan warna ini pengaruh dari phenophtalein sebagai penujuk

bahwa suasana larutan yang awalnya asam berubah menjadi basa setelah adanya penambahan

NaOH. Pada titrasi ini rata-rata volume NaOH yang terpakai yaitu 3,4 mL sehingga didapat

molaritasnya 0,034 mol/L.

Data pada titrasi pertama volume NaOH secara garis besar, telah dilakukan dengan

benar. Baik menggunakan indikator metil merah maupun indikator phenophtalein. Prosedur

diatas menggunakan reaksi kuantitatif yang mengacu pada reaksi asam – basa.

Pembuatan larutan natrium hidroksida untuk membuat konsentrasi larutan lebih rendah

dari konsentrasi semula maka dilakukan pengenceran larutan tersebut. Pelet natrium

hidroksida di timbang sebanyak 0,4gram menggunakan kaca arloji pada neraca analitik,

kemudian pindahkan ke gelas beker yang telah berisi akuades 20-25 ml aduk dengan

Page 15: TUJUAN PERCOBAANgghg

menggunakan batang pengaduk add homogen. Kemudian pindahkan dalam labu takar 50ml

tambahkan akuades sampai tanda batas lalu kocok dan jadilah larutan C.

Pelet natrium hidroksida dilarutkan dan diencerkan dengan menambahkan air murni

(akuades) sampai batas yang ditentukan tujuannya untuk menurunkan konsentrasi NaOH.

Dari pengenceran ini akan kita dapatkan NaOH yang tentunya dengan konsentrasi yang lebih

rendah. Dengan demikian data yang kami peroleh dari hasil percobaan ini sesuai pula dengan

tujuan pengenceran. Molaritas NaOH (larutan C) adalah 0,2 mol/L. Kemudian setelah didapat

larutan C diambil lagi sebanyak 25mL pindahkan kedalam labu takar 100ml diberi akuades

hingga tanda baca. Tutup labu takar kocok larutan C dan akuades tadi sampai homogeny, dan

setelah melakukan pengenceran didapatkan molaritas NaOH (larutan D) adalah 0,05 mol/L.

Dapat kita lihat dari data tersebut, molaritas larutan C lebih tinggi daripada molaritas larutan

D.

Dalam pembuatan larutan dengan melarutkan zat dalam bentuk padatan harus memilik

ketelitian dan kesabaran sendiri. Hal ini tergantung pada asisten masing-masing. Pada

penentuan titik ekivalen sudah dibantu oleh indicator karena indikator penentu titik ekivalen.

Tetapi dalam menentukan titik ekivalen masing-masing orang tidak sama dalam presepsi

warna akhir. Maka dari itu diperlukan kerjasama yang kompak dari praktikan dan asisten.

Penentuan konsentrasi larutan natrium hidroksida melalui titrasi pada praktikum ini

dilakukan titrasi NaOH dengan menggunakan HCl sebagai titran dan titrasi HCl dengan

menggunakan NaOH sebagai titran. Pada titrasi NaOH dengan menggunakan larutan HCl

sebagai titran, NaOH dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran. Diambil sejumlah

10ml larutan D kedalam Erlenmeyer dan beri beberpa tetes indikator metal merah. Titrasi

dengan hati-hati dilihat dengan seksama jika terjadi perubahan warna konstan hentikan

praktikum. Ditambahkanya indikator yang berfungsi sebagai penunjuk titik akhir dalam

titrasi. Indikator yang digunakan pada percobaan ini yaitu metil merah Pada titrasi ini terjadi

perubahan warna yaitu dari kuning menjadi merah muda. Lakukan pratikum sebanyak duplo

hasil volume titran yang terpakai dihitung rata-ratanya.

Jika suatu larutan konsentrasinya sudah diketahui maka larutan tersebut adalah larutan

standar. Larutan standar terbagi menjadi dua yaitu larutan standar primer dan larutan standar

sekunder. Larutan standar primer konsentrasinya relatif tetap dibandingkan dengan

konsentrasi awal pada saat pertama kali larutan tersebut dibuat. Larutan standar sekunder

konsentrasinya sering mengalami perubahan dibanding konsentrasi awal pada saat pertama

kali larutan tersebut dibuat.

Page 16: TUJUAN PERCOBAANgghg

Percobaan selanjutnya adalah titasi larutan HCl yang sudah diketahui konsebtrasinya 0,1

M dengan larutan D alias larutan natrium hidroksida yang sudah di encerkan tadi. Masukkan

larutan D kedalam buret yang bersih dan sudah dibilas dengan larutan D. Ambil 10ml HCl

0,1M kedalam Erlenmeyer kemudian tambahkan indikator metal merah. Lakukan titrasi

dengan hati-hati dan dilihat perubahan warna yang terjadi. Hentikan titrasi jika warna

berubah konstan dan lakukan titrasi ini sebanyak 2 kali dan nanti di hitung rata-ratanya.Pada

titrasi larutan HCl dengan menggunakan NaOH sebagai titran, larutan HCl dititrasi dengan

larutan NaOH sebagai titran. Ditambahkan indikator yang berfungsi sebagai penunjuk titik

akhir dalam titrasi atau tercapainya titik ekivalen dalam percobaan yang dilakukan dengan

cara penitrasian. Pada titrasi ini terjadi perubahan warna yaitu dari merah muda menjadi

kuning.

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :

1.    Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang

jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat

yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau

solven.

2.    Untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan

cara melakukan pengenceran zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan dan

mengencerkan suatu larutan pekat. Salah satu cara menurunkan konsentrasi suatu

larutan adalah dengan cara pengenceran.

3.    Dalam proses titrasi diperlukan adanya indikator sebagai penunjuk akhir suatu proses

titras atau sebagai penunujuk tercapainya titik ekuivalen. Dalam percobaan ini

digunakan dua indikator yaitu phenophtalein dan metil merah.

4.    Dari data perhitungan konsentrasi dari Larutan A adalah = 1,0 M dan untuk larutan B

sebanyak = 0,2 M, kemudian konsentrasi larutan C 0,2 M , dan konsentrasi dari

larutan D sebesar 0,05 M.

DAFTAR PUSTAKA

Keenan, C.W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.

Keenan, C.W. 1989. Kimia Universitas Edisi ke-6. Erlangga: Jakarta.

Page 17: TUJUAN PERCOBAANgghg

Kusumaningsih,T.,Pranoto,dan R.Suryoso.2006.Pembuatan Bahan Bakar Biodisel dari Minyak Jarak; Pengaruh Suhu dan Konsentrasi KOH pada Reaksi Transesterifikasi Berbasis Katalis Basa.Bioteknologi,3(1):20-26.

http :// biosains.mipa.uns.ac.id/C/C0301/C030104.pdf. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2013.

Lesdantina. 2009. Pemurnian NaCl Dengan Menggunakan Natrium Karbonat. UNDIP: Yogyakarta.

Oktoby,D.W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern .Erlangga: Jakarta.

Petrucci,R.H. 1987. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga: Jakarta.

Syukri,S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB: Bandung.

http://laporanpraktikumlengkap.blogspot.co.id/2014/09/pembuatan-dan-penentuan-konsentrasi_81.html