tujuan percobaan

59
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI OBAT-OBAT SISTEM SARAF OTONOM (AKTIVITAS KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK) Disusun oleh : Kelompok 3 D Iqbal Safaat H 10060309054 Dewi Sulastri 10060310115 Tutuh Maftuhah 10060310117 Nurahma Purnamasari 10060310118 Jane Aprilianto 10060310119 Hari,Tanggal Praktikum : Rabu, 17 Oktober 2012 Hari, Tanggal Laporan : Rabu, 24 Oktober 2012 Asisten : Suwendar, S.Si., M.Si., Apt 1

Upload: thedutchman

Post on 04-Aug-2015

247 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tujuan Percobaan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

OBAT-OBAT SISTEM SARAF OTONOM

(AKTIVITAS KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK)

Disusun oleh :

Kelompok 3 D

Iqbal Safaat H 10060309054

Dewi Sulastri 10060310115

Tutuh Maftuhah 10060310117

Nurahma Purnamasari 10060310118

Jane Aprilianto 10060310119

Hari,Tanggal Praktikum : Rabu, 17 Oktober 2012

Hari, Tanggal Laporan : Rabu, 24 Oktober 2012

Asisten : Suwendar, S.Si., M.Si., Apt

LABORATORIUM TERPADU FARMASI UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2012

1

Page 2: Tujuan Percobaan

I. Pendahuluan

Sistem saraf Otonom

Sistem saraf otonom berperan dalam memelihara keseimbangan dalam organisme, juga

mengatur fungsi –fungsi yang tidak ada berada dibawah kesadaran dan kemauan setra terlibat

dalam pengaturan metabolisme sel. Berdasarkan morfologinya sistem saraf otonom dibagi

menjadi dua yaitu :

Sistem Simpatikus : Perangsangan sistem saraf simpatikus menyebabkan reaksi ergotropik yaitu

meningkatkan kemampuan untuk bekerja dan berhubungan dengan luar.

Sistem Parasimpatikus : Perangsangan sistem saraf parasimpatikus menyebabkan reaksi

tropotropik,yaitu meningkatnya semua proses yang berfungsi untuk aktivitas pengembalian.

Obat obat Sistem saraf Otonom ( aktivitas kolinergik dan Antikolinergik)

Atropin

Nama & Struktur Kimia (Sinonim) atropin

Nama lain atropin : Atropine sulfate a-(Hydroxymethyl)benzeneacetic acid 8-mehtyl-8-

azabicyclo(3.2.1)oct-3-yl ester tropine topate, d,l- hyosciamine. C17H23NO3•1/2H2O4S.

Kelarutannya : 1 g larut dalam 400 ml air,50 ml air panas,3 ml etanol,60 ml eter dan dalam 1 ml

kloroform. Atropin sulfat mudah larut dalam air. (mursidi, 1989)

Atropin adalah senyawa berbentuk kristal putih,rasa sangat pahit,titik lebur 115° dan

terdiri dari amine antimuscarinic tersier. Atropin merupakan antagonis reseptor kolinergik yang

diisolasi dari Atropa belladona L, Datura stramonium L dan tanaman lain dari family

Solanaceae. (mursidi,1989)

Atropin merupakan agen preanestesi yang digolongkan sebagai antikolinergik atau

parasimpatolitik. Atropin sebagai prototip antimuskarinik mempunyai kerja menghambat efek

asetilkolin pada syaraf postganglionik kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat reversible

dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan atau pemberian

antikolinesterase. (Achmad, 1986)

2

Page 3: Tujuan Percobaan

Mekanisme kerja Atropine memblok aksi kolinomimetik pada reseptor muskarinik secara

reversible (tergantung jumlahnya) yaitu, hambatan oleh atropine dalam dosis kecil dapat diatasi

oleh asetilkolin atau agonis muskarinik yang setara dalam dosis besar. Hal ini menunjukan

adanya kompetisi untuk memperebutkan tempat ikatan.. (Jay dan Kirana, 2002)

Atropin dapat menimbulkan beberapa efek, misalnya pada susunan syaraf pusat, merangsang

medulla oblongata dan pusat lain di otak, menghilangkan tremor, perangsang respirasi akibat

dilatasi bronkus, pada dosis yang besar menyebabkan depresi nafas, eksitasi, halusinasi dan lebih

lanjut dapat menimbulkan depresi dan paralisa medulla oblongata. Efek atropin pada mata

menyebabkan midriasis dan siklopegia. Pada saluran nafas, atropin dapat mengurangi sekresi

hidung, mulut dan bronkus. Efek atropin pada sistem kardiovaskuler (jantung) bersifat bifasik

yaitu atropin tidak mempengaruhi pembuluh darah maupun tekanan darah secara langsung dan

menghambat vasodilatasi oleh asetilkolin. Pada saluran pencernaan, atropin sebagai

antispasmodik yaitu menghambat peristaltik usus dan lambung, sedangkan pada otot polos

atropin mendilatasi pada saluran perkencingan sehingga menyebabkan retensi urin (Hidayat,

2005)

Farmakologi dan kegunaan atropin

Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa daun kecubung mengandung alkaloida

atropina yang dapat di gunakan dalam pengobatan dengan memanfaatkan senyawa-senyawa

atropin yang dilaporkan memiliki berbagai aktifitas biologis yang menarik, seperti di antaranya

dapat di gunakan sebagai antiasmatik (gibbs, 2000), antireumatik (anonim, 2006),

antispasmodik, mydriasis dan cyclopedia pada mata (jones, 1987),analgetik (anonim, 2004),

antitusif dan antidote untuk keracunan organophosphor.

Atropin dan kebanyakan obat-obat antimuskarinik tersier diabsorbsi dengan baik dari usus

dan dapat menembus membrane konjuktiva. Reabsobsinya diusus cepat dan lengkap, seperti

alkaloida alamiah lainnya, begitu pula dari mukosa. Reabsorbsinya melalui kulit utuh dan mata

tidak mudah. (Jay dan Kirana, 2002)

Atropin dan senyawa tersier lainnya didistribusikan meluas kedalam tubuh setelah

penyerapan kadar tertentu dalam susunan saraf pusat (SSP) dicapai dalam 30 menit sampai 1

3

Page 4: Tujuan Percobaan

jam, dan mungkin membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh efek

perifernya. Didistribusikan keseluruh tubuh dengan baik.

Atropin cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan massa paruh sekitar 2 jam

kira-kira 60% dari dosis diekskresikan kedalam urine dalam bentuk utuh. Sisanya dalam urine

kebanyakan sebagian metabolit hidrolisa dan konjugasi. Efeknya pada fungsi parasimpatis pada

semua organ cepat menghilang kecuali pada mata. Efek pada iris dan otot siliaris dapat bertahan

sampai 72 jam atau lebih. Spesies tertentu, terutama kelinci memiliki enzim khusus satropin

esterase yang membuat proteksi lengkap terhadap efek toksik atropine dengan mempercepat

metabolisme obat. Ekskresinya melalui ginjal, yang separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t1/2

nya 2-4 jam. (Betram, 2004).

Kolinergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek

yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan neurohormon

asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya. Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dari

makanan dan menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron SP

dirangsang, timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat dan tidur. Efek

kolinergis faal yang terpenting seperti: stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik

dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi air mata, dan lain-lain,

memperkuat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan

penurunan tekanan darah, memperlambat pernafasan, antara lain dengan menciutkan bronchi,

sedangkan sekresi dahak diperbesar ( memperbesar sekresi saliva ) kontraksi otot mata dengan

efek penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya

pengeluaran air mata, kontraksi kantung kemih dan ureter dengan efek memperlancar

pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi otot kerangka, menekan SSP setelah pada

permulaan menstimulasinya (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).

Reseptor kolinergika terdapat dalam semua ganglia, sinaps, dan neuron postganglioner

dari SP, juga pelat-pelat ujung motoris dan di bagian Susunan Saraf Pusat yang disebut sistem

ekstrapiramidal. Berdasarkan efeknya terhadap perangsangan, reseptor ini dapat dibagi menjadi 2

bagian, yakni: (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).

4

Page 5: Tujuan Percobaan

A. Reseptor Muskarinik

Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat pula muskarin, yaitu suatu

alkaloid yang dikandung oleh jamur beracun tertentu. Sebaliknya, reseptor muskarinik ini

menunjukkan afinitas lemah terhadap nikotin. Dengan menggunakan study ikatan dan

panghambat tertentu, maka telah ditemukan beberapa subklas reseptor muskarinik seperti

M1, M2, M3, M4, M5. Reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem saraf tepi dan

organ efektor otonom, seperti jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin. Secara khusus

walaupun kelima subtipe reseptor muskarinik terdapat dalam neuron, namun reseptor M1

ditemukan pula dalam sel parietal lambung, dan reseptor M2 terdapat dalam otot polos dan

jantung, dan reseptor M3 dalam kelenjar eksokrin dan otot polos. Obat-obat yang bekerja

muskarinik lebih peka dalam memacu reseptor muskarinik dalam jaringan tadi, tetapi dalam

kadar tinggi mungkin memacu reseptor nikotinik pula (Mary J. Mycek, dkk, 2001).

Sejumlah mekanisme molekular yang berbeda terjadi dengan menimbulkan sinyal

yang disebabkan setelah asetilkolin mengikat reseptor muskarinik. Sebagai contoh, bila

reseptor M1 atau M2 diaktifkan, maka reseptor ini akan mengalami perubahan konformasi

dan berinteraksi dengan protein G, yang selanjutnya akan mengaktifkan fosfolipase C.

Akibatnya akan terjadi hidrolisis fosfatidilinositol-(4,5)-bifosfat (PIP2) menjadi diasilgliserol

(DAG) dan inositol (1,4,5)-trifosfat (IP3) yang akan meningkatkan kadar Ca++ intrasel.

Kation ini selanjutnya akan berinteraksi untuk memacu atau menghambat enzim-enzim atau

menyebabkan hiperpolarisasi, sekresi atau kontraksi. Sebaliknya, aktivasi subtipe M2 pada

otot jantung memacu protein G yang menghambat adenililsiklase dan mempertinggi

konduktan K+, sehingga denyut dan kontraksi otot jantung akan menurun (Mary J. Mycek,

dkk, 2001).

B. Reseptor Nikotinik

Reseptor ini selain mengikat asetilkolin, dapat pula mengenal nikotin, tetapi afinitas lemah

terhadap muskarin. Tahap awal nikotin memang memacu reseptor nikotinik, namun setelah itu

akan menyekat reseptor itu sendiri. Reseptor nikotinik ini terdapat di dalam sistem saraf pusat,

medula adrenalis, ganglia otonom, dan sambungan neuromuskular. Obat-obat yang bekerja

5

Page 6: Tujuan Percobaan

nikotinik akan memacu reseptor nikotinik yang terdapat di jaringan tadi. Reseptor nikotinik pada

ganglia otonom berbeda dengan reseptor yang terdapat pada sambungan neuromuskulular.

Sebagai contoh, reseptor ganglionik secara selektif dihambat oleh heksametonium, sedangkan

reseptor pada sambungan neuromuskular secara spesifik dihambat oleh turbokurarin (Mary J.

Mycek, dkk, 2001).

Stimulasi reseptor ini oleh kolenergika menimbulkan efek yang menyerupai efek

adrenergika, jadi bersifat berlawanan sama sekali. Misalnya vasokonstriksi dengan naiknya tensi

ringan, penguatan kegiatan jantung, juga stimulasi SSP ringan. Pada dosis rendah, timbul

kontraksi otot lurik, sedangkan pada dosis tinggi terjadi depolarisasi dan blokade neuromuskuler

(Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).

Kolinergika dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengan kerja langsung dan

zat-zat dengan kerja tak langsung. Kolinergika yang bekerja secara langsung salah satunya

adalah pilokarpin.Pilokarpin ini bekerja secara langsung terhadap organ-organ ujung dengan

kerja utama yang mirip efek muskarin dari ACh. Semuanya adalah zat-zat amonium kwaterner

yang bersifat hidrofil dan sukar larut memasuki SSP, kecuali arekolin (Tan Hoan Tjay &

Rahardja, 2002).

PILOKARPIN

Salah satu kolinergika yang sering digunakan dalam pengobatan glaukoma adalah

pilokarpin. Alkaloid pilokarpin adalah suatu amin tersier dan stabil dari hidrolisis oleh

asetilkolenesterase. Dibandingkan dengan asetilkolin dan turunannya, senyawa ini ternyata

sangat lemah. Pilokarpin menunjukkan aktivitas muskarinik dan terutama digunakan untuk

oftamologi. Penggunaan topikal pada kornea dapat menimbulkan miosis dengan cepat dan

kontraksi otot siliaris. Pada mata akan terjadi suatu spasme akomodasi, dan penglihatan akan

terpaku pada jarak tertentu, sehingga sulit untuk memfokus suatu objek. Pilokarpin juga

6

Page 7: Tujuan Percobaan

merupakan salah satu pemacu sekresi kelenjar yang terkuat pada kelenjar keringat, air mata, dan

saliva, tetapi obat ini tidak digunakan untuk maksud demikian. Pilokarpin adalah obat terpilih

dalam keadaan gawat yang dapat menurunkan tekanan bola mata baik glaukoma bersudut sempit

maupun bersudut lebar. Obat ini sangat efektif untuk membuka anyaman trabekular di sekitar

kanal Schlemm, sehingga tekanan bola mata turun dengan segera akibat cairan humor keluar

dengan lancar. Kerjanya ini dapat berlangsung sekitar sehari dan dapat diulang kembali. Obat

penyekat kolinesterase, seperti isoflurofat dan ekotiofat, bekerja lebih lama lagi. Disamping

kemampuannya dalam mengobati glaukoma, pilokarpin juga mempunyai efek samping. Dimana

pilokarpin dapat mencapai otak dan menimbulkan gangguan SSP. Obat ini merangsang keringat

dan sekresi salivasi yang berlebihan (Mary J. Mycek, dkk, 2001).

II. Tujuan Percobaan

Mempunyai keterampilan dalam melakukan pengujian aktivitas kolinergik dan

antikolinergik suatu obat pada hewan percobaan.

Memahami efek berbagai oabt sistem saraf otonom dalam pengendalian fungsi atau

aktivitas organ viseral tubuh

III. Bahan alat dan hewan percobaan

Bahan :

Atropine, pilokarpin, thiopental, NaCl fisiologis, kertas saring, metilen blue

Alat:

Alat suntik 1 ml, sonde oral, bejana pengamatan

Hewan :

Mencit sekelamin

7

Page 8: Tujuan Percobaan

IV. Prosedur

Mencit dibagi menjadi 4 kelompok tiap kelompok terdiri dari tiga ekor

Semua mencit disuntik dengan thiopental (i.p)

Setelah muncul gejala sedasi, mencit diberi perlakuan

Kelompok 1 kontrol diberi NaCl fisiologis

Kelompok 2 diberi pilokarpin (p.o)

Kelompok 3 diberi pilokarpin (p.o) setelah muncul efek diberi atropine (p.o)

Kelompok 4 diberi atropine (p.o) setelah muncul efek diberi atropine (p.o)

Semua mencit disimpan dalam bejana kaca yang telah diberi alas kertas saring yang ditaburi

metilen bule

Dilakuakan pengamatan pengeluaran saliva pada kertsa saring stiap 5 menit,

Diameter bercak saliva pada kertas saring diukur

8

Page 9: Tujuan Percobaan

Setiap kali pengamatan kertas saring diganti dengan yang baru

Pengamatan dilakukan selama 30 menit, dimulai dimulai setelah pemberian NaCl fisiologis

(kel.1), Pilokarpin (kel. 2 dan 3), atropin (kel.4)

Dilakukan perhitungan persen inhibisi salvias berdasarkan data diameter bercak saliva untuk

setiap kelompok dengan menggunakan persamaan

%I= [(Φbsawal - Φbst) / Φbsawal] x 100%

Keterangan :

% I         = persen inhibisi.

Φbsawal = diameter bercak saliva awal.

Φbst        = diameter bercak saliva waktu (t)

V. Data Pengamatan

Tabel Pengamatan Kelompok 1

No. Mencit Diameter Bercak Saliva (d = mm)

5' 10' 15' 20' 25' 30'

1 Kontrol 0 0 0 0 0 0

2 Pilokarpin 1,90 1,84 2,37 2,57 1,55 1,50

3 Pilokarpin + Atropin 1,50 1,10 0,90 0,57 0,50 0,45

4.a Atropin 0,90 0 0 0 0 0

4.b Atropin + Pilokarpin - - - - - -

Keterangan : - = mencit yang mati

9

Page 10: Tujuan Percobaan

5 10 15 20 25 300

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0 0 0 0 0 0

1.9 1.84

2.372.57

1.55 1.51.5

1.10.9

0.57 0.5 0.45

0.9

0 0 0 0 00 0 0 0 0 0

Grafik Kelompok 1

kontrolpilokarpinpilokarpin + atropinatropinatropin + pilokarpin

waktu (menit)

diam

eter

saliv

a (m

m)

Tabel Pengamatan Kelompok 2

No. Mencit Diameter Bercak Saliva (d = mm)

5' 10' 15' 20' 25' 30'

1 Kontrol 0 0 0 0 0 0

2 Pilokarpin 1,65 1,85 2,96 2,71 1,64 1,15

3 Pilokarpin + Atropin 0,89 1,39 2,14 1,33 1,09 0,85

4 Atropin + Pilokarpin 0,50 1,57 1,82 3,96 4,09 4,10

10

Page 11: Tujuan Percobaan

5 10 15 20 25 300

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

0 0 0 0 0 0

1.651.85

2.962.71

1.64

1.150.89

1.39

2.14

1.331.09 0.85000000000000

10.5

1.571.82

3.96 4.09 4.1

Grafik Kelompok 2

kontrolpilokarpinpilokarpin + atropinatropin + pilokarpin

waktu (menit)

diam

eter

saliv

a (m

m)

Tabel Pengamatan Kelompok 3

No. Mencit Diameter Bercak Saliva (d = mm)

5' 10' 15' 20' 25' 30'

1 Kontrol 0 0 0 0 0 0

2 Pilokarpin 5,00 3,60 3,00 3,00 2,10 1,50

3 Pilokarpin + Atropin 3,50 3,80 4,70 4,70 4,10 5,40

4 Atropin + Pilokarpin 0,50 0,60 0,90 0,30 0,90 1,20

11

Page 12: Tujuan Percobaan

5 10 15 20 25 menit

300

1

2

3

4

5

6

0 0 0 0 0 0

5

3.63 3

2.11.5

3.5 3.8

4.7 4.74.1

5.4

0.50.600000000000

0010.9

0.30.9 1.2

Grafik Kelompok 3

kontrolpilokarpinpilokarpin + atropinatropin + pilokarpin

waktu (menit)

diam

eter

saliv

a (m

m)

Persen inhibisi saliva

Mencit 2

T10 : % I = [(Φbsawal – Φbst10) / Φbsawal ] x 100%

%I = 5 mm−3,6 mm

5 mm X 100%

%I = 28%

T15 : % I = [(Φbsawal – Φbst15) / Φbsawal ] x 100%

%I = 5 mm−3 mm

5 mm X 100%

%I = 40%

T20 : % I = [(Φbsawal – Φbst20) / Φbsawal ] x 100%

%I = 5 mm−3 mm

5 mm X 100%

%I = 40%

T25 : % I = [(Φbsawal – Φbst25) / Φbsawal ] x 100%

12

% I = [(Φbsawal – Φbst) / Φbsawal ] x 100%

Page 13: Tujuan Percobaan

%I = 5 mm−2,1 mm

5 mm X 100%

%I = 58%

T30 : % I = [(Φbsawal – Φbst30) / Φbsawal ] x 100%

%I = 5 mm−1,5 mm

5 mm X 100%

%I = 70%

Mencit 3

T10 : % I = [(Φbsawal – Φbst10) / Φbsawal ] x 100%

%I = 3,5 mm−3,8 mm

3,5 mm X 100%

%I = -8,5%

T15 : % I = [(Φbsawal – Φbst15) / Φbsawal ] x 100%

%I = 3,5 mm−4,7 mm

3,5 mm X 100%

%I = -34%

T20 : % I = [(Φbsawal – Φbst20) / Φbsawal ] x 100%

%I = 3,5 mm−4,7 mm

3,5 mm X 100%

%I = -34%

T25 : % I = [(Φbsawal – Φbst25) / Φbsawal ] x 100%

%I = 3,5 mm−4,1 mm

3,5 mm X 100%

%I = -17%

T30 : % I = [(Φbsawal – Φbst30) / Φbsawal ] x 100%

%I = 3,5 mm−5,4 mm

3,5 mm X 100%

%I = -54%

13

Page 14: Tujuan Percobaan

Mencit 4

T10 : % I = [(Φbsawal – Φbst10) / Φbsawal ] x 100%

%I = 0,5 mm−0,6 mm

0,5 mm X 100%

%I = -20%

T15 : % I = [(Φbsawal – Φbst15) / Φbsawal ] x 100%

%I = 0,5 mm−0,9 mm

0,5 mm X 100%

%I = -80%

T20 : % I = [(Φbsawal – Φbst20) / Φbsawal ] x 100%

%I = 0,5 mm−0,3 mm

0,5 mm X 100%

%I = 40%

T25 : % I = [(Φbsawal – Φbst25) / Φbsawal ] x 100%

%I = 0,5 mm−0,9 mm

0,5 mm X 100%

%I = -80%

T30 : % I = [(Φbsawal – Φbst30) / Φbsawal ] x 100%

%I = 0,5 mm−1,2 mm

0,5 mm X 100%

%I = -140%

Tabel Pengamatan Kelompok 4

No. Mencit Diameter Bercak Saliva (d = mm)

5' 10' 15' 20' 25' 30'

1 Kontrol 0 0 0 0 0,96 0

14

Page 15: Tujuan Percobaan

2 Pilokarpin 0 0,84 0,90 1,51 2,83 2,54

3 Pilokarpin + Atropin 1,00 1,32 0,42 0 0 0,47

4 Atropin + Pilokarpin 0 0,88 1,87 2,32 2,12 2,10

5 10 15 20 25 300

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0 0 0 0

0.960000000000001

00

0.840000000000001

0.9

1.51

2.832.54

11.32

0.42

0 0

0.47

0

0.88

1.87

2.322.12 2.1

Grafik Kelompok 4

kontrolpilokarpinpilokarpin + atropinatropin + pilokarpin

waktu (menit)

diam

eter

saliv

a(m

m)

Tabel Pengamatan Kelompok 5

No. Mencit Diameter Bercak Saliva (d = mm)

5' 10' 15' 20' 25' 30'

1 Kontrol 0,30 0 0 0 0 0

2 Pilokarpin 0,20 2,10 3,10 2,50 2,60 0,80

3 Pilokarpin + Atropin 3,70 2,25 3,40 3,10 3,10 3,30

4 Atropin + Pilokarpin 0,95 1,00 1,10 0,78 1,15 0,60

15

Page 16: Tujuan Percobaan

5 10 15 20 25 300

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

0.30 0 0 0 0

0.2

2.1

3.1

2.5 2.6

0.8

3.7

2.25

3.43.1 3.1

3.3

0.9500000000000011 1.1

0.781.15

0.600000000000001

Grafik Kelompok 5

kontrolpilokarpinpilokarpin + atropinatropin + pilokarpin

waktu (menit)

diam

eter

saliv

a (m

m)

Tabel Pengamatan kelompok 6

No. Mencit Diameter Bercak Saliva (d = mm)

5' 10' 15' 20' 25' 30'

1 Kontrol 0 0 0 0 0 0

2 Pilokarpin 1,88 2,93 2,30 2,85 2,00 1,41

3 Pilokarpin + Atropin 3,26 2,58 3,72 4,34 4,27 3,43

4 Atropin + Pilokarpin 0,49 3,57 5,62 3,22 4,58 7,28

16

Page 17: Tujuan Percobaan

5 10 15 20 25 300

1

2

3

4

5

6

7

8

0 0 0 0 0 0

1.88

2.932.3

2.85

21.41

3.262.58

3.724.34 4.27

3.43

0.49

3.57

5.62

3.22

4.58

7.28

Grafik Kelompok 6

kontrolpilokarpinpilokarpin + atropinatropin + pilokarpin

waktu (menit)

diam

eter

saliv

a(m

m)

Tabel Rata-Rata

No. Mencit Diameter Bercak Saliva (d = mm)

5' 10' 15' 20' 25' 30'

1 Kontrol 0,05 0 0 0,16 0 0

2 Pilokarpin 1,77 2,19 2,44 2,52 2,12 1,48

3 Pilokarpin + Atropin 2,31 2,07 2,55 2,34 2,18 2,32

4 Atropin + Pilokarpin 0,49 1,52 2,26 2,12 2,57 3,06

17

Page 18: Tujuan Percobaan

5 10 15 20 25 300

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

0.05 0 00.16

0 0

1.77

2.192.44 2.52

2.12

1.48

2.312.07

2.552.34

2.182.32

0.49

1.52

2.262.12

2.57

3.06

Grafik rata -rata

kontrol pilokarpinpilokarpin + atropin atropin + pilokarpin

waktu (menit)

diam

eter

saliv

a (m

m)

Persen inhibisi saliva rata-rata

Mencit 2

T10 : % I = [(Φbsawal – Φbst10) / Φbsawal ] x 100%

%I = 1,77 mm−2,19 mm

1,77 mm X 100%

%I = -23,72%

T15 : % I = [(Φbsawal – Φbst15) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,19 mm−2,44 mm

2,19 mm X 100%

%I = -11,41%

T20 : % I = [(Φbsawal – Φbst20) / Φbsawal ] x 100%

18

% I = [(Φbsawal – Φbst) / Φbsawal ] x 100%

Page 19: Tujuan Percobaan

%I = 2,44 mm−2,52 mm

2,44 mm X 100%

%I = -3,27%

T25 : % I = [(Φbsawal – Φbst25) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,52mm−2,12 mm

2,52 mm X 100%

%I = 15,87%

T30 : % I = [(Φbsawal – Φbst30) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,12mm−1,48 mm

2,12 mm X 100%

%I = 30,18%

Mencit 3

T10 : % I = [(Φbsawal – Φbst10) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,31mm−2,07 mm

2,31 mm X 100%

%I = 10,38%

T15 : % I = [(Φbsawal – Φbst15) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,07 mm−2,55mm

2,07 mm X 100%

%I = -23,18%

T20 : % I = [(Φbsawal – Φbst20) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,55 mm−2,34 mm

2,55 mm X 100%

%I = 8,23%

T25 : % I = [(Φbsawal – Φbst25) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,34 mm−2,18mm

2,34 mm X 100%

%I = 6,83%

19

Page 20: Tujuan Percobaan

T30 : % I = [(Φbsawal – Φbst30) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,18 mm−2,32 mm

2,18 mm X 100%

%I = -6,4%

Mencit 4

T10 : % I = [(Φbsawal – Φbst10) / Φbsawal ] x 100%

%I = 0,49 mm−1,52 mm

0,49 mm X 100%

%I = -210,2%

T15 : % I = [(Φbsawal – Φbst15) / Φbsawal ] x 100%

%I = 1,52mm−2,26 mm

1,52 mm X 100%

%I = -48,68%

T20 : % I = [(Φbsawal – Φbst20) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,26 mm−2,12 mm

2,26 mm X 100%

%I = 6,19%

T25 : % I = [(Φbsawal – Φbst25) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,12mm−2,57 mm

2,12 mm X 100%

%I = -21,22%

T30 : % I = [(Φbsawal – Φbst30) / Φbsawal ] x 100%

%I = 2,57 mm−3,06 mm

2,57 mm X 100%

%I = -19,06%

VI. PEMBAHASAN

20

Page 21: Tujuan Percobaan

Pada praktikum farmakologi kali ini akan dibahas mengenai obat-obat system saraf

otonom, dimana dilakukan pengujian terhadap penggunaan obat – obatan yang berpengaruh pada

system saraf otonom (SSO) yang diujicobakan pada 4 ekor mencit dengan perlakuan yang

berbeda – beda yaitu pada mencit 1 diberikan NaCl fisiologis sabagai control, mencit 2 diberikan

pilokarpin, mencit 3 diberikan pilokarpin kemudian atropin, dan mencit 4 diberikan atropine,

setelah 30 menit kemudian baru diberikan pilokarpin. Semua obat diberikan dengan rute yang

sama yaitu secara oral. Sebelum semua mencit diberikan obat, mencit disuntik dengan thiopental

secara interaperitonal dengan tujuan agar mencit tersebut tertidur atau menurunkan aktivitasnya.

Selain itu, pembiusan mencit dilakukan karena dalam keadaan tertidur biasanya terjadi salivasi,

diman salivasi ini akan digunakan sebagai parameter dalam pengujian obat-obat system saraf

otonom.

Dalam literature disebutkan bahwa secara umum system saraf otonom terbagi menjadi 2

bagian yaitu system saraf simpatik dan system saraf parasimpatik, dimana kedua system saraf ini

memperlihatkan fungsi yang antagonis. Bila yang satu menghambat suatu fungsi organ maka

yang lain memicu fungsi organ tersebut. Saliva yang merupakan salah satu kelenjar dalam

system pencernaan, akan meningkatkan aktivitasnya jika distimulasi oleh system saraf

parasimpatik, tetapi sebaliknya, jika diberikan obat-obat yang aktivitasnya berlawanan dengan

system parasimpati yaitu obat simpatomimetik, maka aktivitas kelenjar saliva akan menurun.

(farmakologi dan terapi ed.5 hlm. 30-31)

Berdasarkan data pengamatan dari kelompok 3 diketahui bahwa pada mencit satu yang

diberikan obat NaCl fisiologis tidak mengeluarkan saliva sedikitpun yang dibuktikan dengan

tidak adanya bercak saliva pada kertas yang telah diberi metilen blue yang diamati mulai dari

menit ke 5 sampai menit ke 30, ini menandakan bahwa mencit 1 tidak mengalami aktivitas

kolinergik ataupun antikiolinergik karena tidak diberikan obat yang dapat mempengaruhi kedua

system tersebut, sehingga tidak memicu adanya rangsangan saraf-saraf otonom.

Sedangkan pada mencit kedua yang diberikan pilokarpin setelah diamati pada 5 menit

pertamayang terlihat adanya bercak saliva pada kertas yang telah diberi metilen blue sehingga

bercaknya dapat terlihat jelas, ini menandakan bahwa mencit mengalami efek kolinergik karena

adanya hipersalivasi. Hal ini disebabkan karena pilokarpin merupakan obat kolinergik yang

merangsang saraf parasimpatik, dimana efeknya akan mengaktifkan kelenjar-kelenjar pada tubuh

21

Page 22: Tujuan Percobaan

yang salah satunya pada kelenjar saliva. Berdasrkan literature obat kolinergik adalah sekelompok

zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan parasimpatik, karena

melepaskan asetilkolin (ACh) di ujung-ujung neuronya. Efek kolinergis yang ditimbulkan juga

merangsang atau menstimulasi sekresi kelenjar ludah, sehingga hal tersebut dapat memicu

terjadinya heprsalivasi sehingga mencit mengeluarkan saliva yang banyak karena pilokarpin

merupakan salah satu pemicu sekresi kelenjar saliva. Pada menit ke-10, 15, 20, 25, dan 30,

diameter salivanya makin kecil yang seharusnya pada literature disebutkan bahwa pilokarpin

dapat meningkatkan salivasi, hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu :

1. Pilokarpinya habis dikeluarkan pada menit-menit awal

2. Efek pilokarpinnya habis

3. Kesalahan dalam pengukuran diameter saliva

4. Mencit tidak selalu mengeluarkan saliva pada menit-menit tertentu

5. Dll.

Pada mencit ketiga yang diberi pilokarpin kemudian atropine, setelah diamati pada 5

menit pertama memang mengeluarkan saliva karena ada efek dari pilokarpin tersebut tetapi

setelah diamati pada menit ke- 10, 15, 20, 25, dan 30, aktivitas salivasinya makin meningakat

yang seharusnya menurun karena diberi atropine. Berdasarkan literature, atropine merupakan

obat yang digolongkan sebagai antikolinergik atau bersifat simpatomimetik yang bekerja

memblokade asetilkolin endogen maupun eksogen. Pada saluran cerna yaitu mengurangi sekresi

saliva, sehingga pemberian atropine seharusnya dapat menurunkan produksi saliva karena

mukosa mulut mencit kering. Ini bisa disebabkan karena beberapa faktor yaitu :

1. Pada menit ke-5 dan 10 kemungkinan obat atropine yang bekerja karena terdapat

penurunan saliva, kemudian pada menit ke-15 sampai 30 obat pilokarpin yang bekerja

sehingga pengeluaran saliva meningkat.

2. Faktor pada mencit ke-2 juga berlaku pada mencit ke-3.

Pada mencit keempat yang diberi atropine dulu kemudian pilokarpin dengan rentan

waktu 30 menit diketahui pada menit ke-5 mencit mengeluarkan saliva sedikit karena masih ada

efek dari obat atropine, pada menit ke-10 sampai ke-30, pengeluaran mencit cenderung makin

22

Page 23: Tujuan Percobaan

meningkat waluapun pada menit ke-20 sempat menurun, hal ini disebabkan karena beberapa

faktor diantaranya yaitu :

1. Efek dari obat atropinya telah habis pada waktu ke-25 dan ke-30

2. Faktor pada mencit ke-2 juga berlaku pada mencit ke-4.

Pada data pengamatan grafik rata-rata, diketahui bahwa pada garis biru (kontrol) tidak

ada peningkatan ataupun penurunan, sedangkan pada garis merah (pilokarpin), mengalami

peningkatan tetapi pada menit ke-30 menurun. Hal ini bias disebabkan karena efek pilokarpin

sudah habis. Pada garis hijau (pilokarpin+atropin) terdapat saliva yang menandakan adanya efek

pilokarpin, tetapi pada menit ke-10 sampai ke-30 cenderung terjadi penurunan aktivitas salivasi,

ini dikarenakan obat atropine mulai bekerja. Pada garis ungu (atropine+pilokarpin), pada menit

ke-5 mengeluarkan sedikit saliva, ini menandakan obat atropine bekarja, kemudian pada menit

ke-10 sampai ke-30 cenderung terjadi peningkatan aktivitas salivasi, ini menandakan adanya

efek pada pemberian obat pilokarpin.

Pada persen inhibisi saliva rata-rata mencit 2 yang diberi pilokarpin, berdasarkan data

perhitungan diketahui cenderung mengalami adanya stimulasi dari pemberian obat pilokarpin

yang ditandai dengan tanda (–) pada hasil akhir perhitungan persen inhibisinya

Pada persen inhibisi saliva rata-rata mencit 3 yang diberi pilokarpin kemudian atropine,

berdasarkan data perhitungannya diketahui efek dari atropine lebih bekerja daripada pilokarpin

yang ditandai dengan nilai positif pada hasil akhir perhitungan persen inhibisinya.

Pada persen inhibisi saliva rata-rata mencit 4 yang diberi atropine kemudian pilokarpin,

berdasarkan data perhitungan diketahui bahwa efek pilokarpin cenderung lebih bekerja dari pada

atropine yang ditandai dengan tanda (-) pada hasil akhir perhitungan persen inhibisinya yang

menandakan adanya stimulasi dari obat pilokarpin.

UJI STATISTIK

Uji Statistik pada menit ke 5

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol ,0500 6 ,12247 ,05000

23

Page 24: Tujuan Percobaan

Pilokarpin 1,7717 6 1,79299 ,73199

Pair 2 Kontrol ,0500 6 ,12247 ,05000

Pilokarpin+Atropin 2,3083 6 1,31448 ,53663

Pair 3 Kontrol ,0600 5 ,13416 ,06000

Atropin+PIlokarpin ,4880 5 ,33611 ,15031

Pair 4 Pilokarpin 1,7717 6 1,79299 ,73199

Pilokarpin+Atropin 2,3083 6 1,31448 ,53663

Pair 5 Pilokarpin 1,7460 5 2,00339 ,89594

Atropin+PIlokarpin ,4880 5 ,33611 ,15031

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Kontrol & Pilokarpin 6 -,429 ,395

Pair 2 Kontrol & Pilokarpin+Atropin 6 ,519 ,292

Pair 3 Kontrol & Atropin+PIlokarpin 5 ,768 ,129

Pair 4 Pilokarpin &

Pilokarpin+Atropin

6 ,352 ,494

Pair 5 Pilokarpin &

Atropin+PIlokarpin

5 ,065 ,917

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -1,72167 1,84890 ,75481

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -2,25833 1,25533 ,51249

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -,42800 ,24833 ,11106

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-,53667 1,81185 ,73968

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

1,25800 2,00962 ,89873

Paired Samples Test

Paired Differences t

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

24

Page 25: Tujuan Percobaan

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -3,66196 ,21863 -2,281

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -3,57572 -,94094 -4,407

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -,73635 -,11965 -3,854

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-2,43808 1,36475 -,726

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

-1,23727 3,75327 1,400

Paired Samples Test

df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin 5 ,071

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin 5 ,007

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin 4 ,018

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

5 ,501

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

4 ,234

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin adalah 1,7717 dan standar

deviationnya adalah 1,79299. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,0500 dan standar

deviationnya adalah 0,12247. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan

salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,1

atau dengan tingkat kepercayaan 90%. Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output

nilai signifikansi 0,071. Karena 0,071 < 0,1 maka adanya pilokarpin memberikan efek pada

peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 90%.

Untuk Pengaruh Pilokarpin+Atropin terhadap Kontro (Pair 2) diketahui nilai rata-rata

untuk pilokarpin+Atropin adalah 2,3083 dan standar deviationnya adalah 1,31448. Sedangkan

nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,0500 dan standar deviationnya adalah 0,12247. Dari data

tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin.

Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%.

25

Page 26: Tujuan Percobaan

Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,007. Karena 0,007

< 0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit

dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk Pengaruh Atropin+pilokarpin terhadap kontrol (pair 3) dapat diketahui nilai rata-

rata untuk Atropin+pilokarpin adalah 0,4880 dan standar deviationnya adalah 0,33611.

Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,000 dan standar deviationnya adalah 0,0000.

Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan

pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat

kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi

0,031. Karena 0,031 < 0,05 maka adanya Atropin+pilokarpin memberikan efek pada peningkatan

salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk Pengaruh pilokarpin+atropin terhadap pilokarpin dapat diketahui nilai rata-rata

untuk pilokarpin+Atropin adalah 2,3083 dan standar deviationnya adalah 1,31448. Sedangkan

nilai rata-rata untuk Pilokarpin adalah 1,7717 dan standar deviationnya adalah 1,79299. Dari data

tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin.

Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,1 atau dengan tingkat kepercayaan 90%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,501. Karena 0,501 > 0,1

maka adanya pilokarpin+Atropin tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin dimana hubungan

keduanya tidak bermakna yang artinya tidak adanya efek pada penambahan Pilokarpin+atropin

dengan tingkat kepercayaan 90%.

Untuk Pengaruh atropin+pilokarpin terhadap pilokarpin dapat diketahui nilai rata-rata

untuk Atropin+pilokarpin adalah 0,4880 dan standar deviationnya adalah 0,3361. Sedangkan

nilai rata-rata untuk Pilokarpin adalah 1,7460 dan standar deviationnya adalah 2,00339. Dari data

tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin.

Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%.

Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,234. Karena 0,234

> 0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin Tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin dimana

hubungan keduanya tidak bermakna yang artinya Tidak adanya efek pada penambahan

atropin+pilokarpin dengan tingkat kepercayaan 95%.

Uji Statistik Pada menit ke 10

26

Page 27: Tujuan Percobaan

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin 2,1933 6 ,95962 ,39176

Pair 2 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin+Atropin 2,0733 6 1,02481 ,41838

Pair 3 Kontrol ,0000 5 ,00000 ,00000

Atropin+PIlokarpin 1,5240 5 1,19701 ,53532

Pair 4 Pilokarpin 2,1933 6 ,95962 ,39176

Pilokarpin+Atropin 2,0733 6 1,02481 ,41838

Pair 5 Pilokarpin 2,2640 5 1,05529 ,47194

Atropin+PIlokarpin 1,5240 5 1,19701 ,53532

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Kontrol & Pilokarpin 6 . .

Pair 2 Kontrol & Pilokarpin+Atropin 6 . .

Pair 3 Kontrol & Atropin+PIlokarpin 5 . .

Pair 4 Pilokarpin &

Pilokarpin+Atropin

6 ,892 ,017

Pair 5 Pilokarpin &

Atropin+Pilokarpin

5 ,220 ,722

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol – Pilokarpin -2,19333 ,95962 ,39176

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -2,07333 1,02481 ,41838

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -1,52400 1,19701 ,53532

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

,12000 ,46652 ,19046

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

,74000 1,41082 ,63094

Paired Samples Test

Paired Differences t

27

Page 28: Tujuan Percobaan

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -3,20039 -1,18628 -5,599

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -3,14880 -,99787 -4,956

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -3,01028 -,03772 -2,847

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-,36958 ,60958 ,630

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

-1,01176 2,49176 1,173

Paired Samples Test

df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Kontrol – Pilokarpin 5 ,003

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin 5 ,004

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin 4 ,047

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

5 ,556

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

4 ,306

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin adalah 2,1933 dan standar

deviationnya adalah 0,95962. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,0000 dan standar

deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan

salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05

atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output

nilai signifikansi 0,003. Karena 0,003 < 0,05 maka adanya pilokarpin memberikan efek pada

peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk Pengaruh pilokarpin+atropin terhadap kontrol dapat diketahui nilai rata-rata untuk

pilokarpin+Atropin adalah 2,0733 dan standar deviationnya adalah 1,02481. Sedangkan nilai

28

Page 29: Tujuan Percobaan

rata-rata untuk kontrol adalah 0,000 dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,004. Karena 0,004 <

0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit

dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk pengaruh atropin+pilokarpin terhadap kontrol dapat diketahui nilai rata-rata untuk

Atropin+pilokarpin adalah 1,5240 dan standar deviationnya adalah 1,19701. Sedangkan nilai

rata-rata untuk kontrol adalah 0,000 dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,047. Karena 0,047 <

0,05 maka adanya Atropin+pilokarpin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit

dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk pengaruh pilokarpin+atropin terhadap pilokarpin dapat diketahui nilai rata-rata

untuk pilokarpin+Atropin adalah 2,0733 dan standar deviationnya adalah 1,02481. Sedangkan

nilai rata-rata untuk Pilokarpin adalah 2,1933 dan standar deviationnya adalah 0,95962. Dari data

tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin.

Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%.

Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,556. Karena 0,556

> 0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin yang

artinya hubungan keduanya tidak bermakna dan tidak adanya efek pada penambahan

Pilokarpin+atropin.

Untuk pengaruh atropin+pilokarpin terhadap pilokarpin dapat diketahui nilai rata-rata

untuk atropin+pilokarpin adalah 1,5240 dan standar deviationnya adalah 1,19701. Sedangkan

nilai rata-rata untuk Pilokarpin adalah 2,2640 dan standar deviationnya adalah 1,05529. Dari data

tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin.

Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%.

Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,556. Karena 0,306

> 0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin yang

29

Page 30: Tujuan Percobaan

artinya hubungan keduanya tidak bermakna dan tidak adanya efek pada penambahan

Pilokarpin+atropin.

Uji Statistika pada Menit ke 15

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin 2,4383 6 ,82652 ,33743

Pair 2 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin+Atropin 2,5467 6 1,68175 ,68657

Pair 3 Kontrol ,0000 5 ,00000 ,00000

Atropin+PIlokarpin 2,2620 5 1,92552 ,86112

Pair 4 Pilokarpin 2,4383 6 ,82652 ,33743

Pilokarpin+Atropin 2,5467 6 1,68175 ,68657

Pair 5 Pilokarpin 2,4520 5 ,92332 ,41292

Atropin+PIlokarpin 2,2620 5 1,92552 ,86112

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Kontrol & Pilokarpin 6 . .

Pair 2 Kontrol & Pilokarpin+Atropin 6 . .

Pair 3 Kontrol & Atropin+PIlokarpin 5 . .

Pair 4 Pilokarpin &

Pilokarpin+Atropin

6 ,688 ,131

Pair 5 Pilokarpin &

Atropin+Pilokarpin

5 -,229 ,711

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol – Pilokarpin -2,43833 ,82652 ,33743

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -2,54667 1,68175 ,68657

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -2,26200 1,92552 ,86112

Pair 4 Pilokarpin - -,10833 1,26410 ,51606

30

Page 31: Tujuan Percobaan

Pilokarpin+Atropin

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

,19000 2,31799 1,03664

Paired Samples Test

Paired Differences

t

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Kontrol – Pilokarpin -3,30571 -1,57095 -7,226

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -4,31155 -,78178 -3,709

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -4,65285 ,12885 -2,627

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-1,43492 1,21825 -,210

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

-2,68817 3,06817 ,183

Paired Samples Test

df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Kontrol – Pilokarpin 5 ,001

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin 5 ,014

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin 4 ,058

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

5 ,842

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

4 ,863

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin adalah 2,4383 dan standar

deviationnya adalah 0,82652. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,0000 dan standar

deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan

salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05

atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output

31

Page 32: Tujuan Percobaan

nilai signifikansi 0,001. Karena 0,001 < 0,05 maka adanya pilokarpin memberikan efek pada

peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk pengaruh pilokarpin+atropin terhadap kontrol diketahui nilai rata-rata untuk

pilokarpin+Atropin adalah 2,5467 dan standar deviationnya adalah 1,68175. Sedangkan nilai

rata-rata untuk kontrol adalah 0,000 dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,014. Karena 0,014 <

0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit

dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk pengaruh atropin+pilokarpin terhadap kontrol diketahui nilai rata-rata untuk

Atropin+pilokarpin adalah 2,2620 dan standar deviationnya adalah 1,92552. Sedangkan nilai

rata-rata untuk kontrol adalah 0,000 dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,1 atau dengan tingkat kepercayaan 90%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,058. Karena 0,058 < 0,1

maka adanya Atropin+pilokarpin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit dengan

tingkat kepercayaan 90%.

Untuk pengaruh pilokarpin+atropin terhadap pilokarpin diketahui nilai rata-rata untuk

pilokarpin+Atropin adalah 2,5467 dan standar deviationnya adalah 1,68175. Sedangkan nilai

rata-rata untuk Pilokarpin adalah 2,4383 dan standar deviationnya adalah 0,82652. Dari data

tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin.

Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%.

Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,842. Karena 0,842

> 0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin yang

artinya hubungan keduanya tidak bermakna dan tidak adanya efek pada penambahan

pilokarpin+atropin.

Untuk pengaruh atropin+pilokarpin terhadap pilokarpin diketahui nilai rata-rata untuk

atropin+pilokarpin adalah 2,2620 dan standar deviationnya adalah 1,92552. Sedangkan nilai rata-

rata untuk Pilokarpin adalah 2,4520 dan standar deviationnya adalah 0,92332. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

32

Page 33: Tujuan Percobaan

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,863. Karena 0,863 >

0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin yang artinya

hubungan keduanya tidak bermakna dan tidak adanya efek pada penambahan pilokarpin+atropin.

Uji Statistika pada menit ke 20

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin 2,5233 6 ,52884 ,21590

Pair 2 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin+Atropin 2,3400 6 1,98876 ,81191

Pair 3 Kontrol ,0000 5 ,00000 ,00000

Atropin+PIlokarpin 2,1160 5 1,56073 ,69798

Pair 4 Pilokarpin 2,5233 6 ,52884 ,21590

Pilokarpin+Atropin 2,3400 6 1,98876 ,81191

Pair 5 Pilokarpin 2,5140 5 ,59070 ,26417

Atropin+PIlokarpin 2,1160 5 1,56073 ,69798

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Kontrol & Pilokarpin 6 . .

Pair 2 Kontrol & Pilokarpin+Atropin 6 . .

Pair 3 Kontrol & Atropin+PIlokarpin 5 . .

Pair 4 Pilokarpin &

Pilokarpin+Atropin

6 ,734 ,097

Pair 5 Pilokarpin &

Atropin+PIlokarpin

5 -,091 ,884

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

33

Page 34: Tujuan Percobaan

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -2,52333 ,52884 ,21590

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -2,34000 1,98876 ,81191

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -2,11600 1,56073 ,69798

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

,18333 1,64030 ,66965

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

,39800 1,71842 ,76850

Paired Samples Test

Paired Differences

t

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Kontrol – Pilokarpin -3,07831 -1,96835 -11,688

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -4,42707 -,25293 -2,882

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -4,05390 -,17810 -3,032

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-1,53806 1,90472 ,274

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

-1,73570 2,53170 ,518

Paired Samples Test

df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Kontrol – Pilokarpin 5 ,000

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin 5 ,035

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin 4 ,039

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

5 ,795

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+Pilokarpin

4 ,632

34

Page 35: Tujuan Percobaan

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin adalah 2,5233 dan standar

deviationnya adalah 0,52884. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,0000 dan standar

deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan

salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05

atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output

nilai signifikansi 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka adanya pilokarpin memberikan efek pada

peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk pengaruh pilokarpin+atropin terhadap kontrol diketahui nilai rata-rata untuk

pilokarpin+Atropin adalah 2,3400 dan standar deviationnya adalah 1,98876. Sedangkan nilai

rata-rata untuk kontrol adalah 0,000 dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,035. Karena 0,035 <

0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit

dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk pengaruh atropin+pilokarpin terhadap kontrol diketahui nilai rata-rata untuk

Atropin+pilokarpin adalah 2,1160 dan standar deviationnya adalah 1,56073. Sedangkan nilai

rata-rata untuk kontrol adalah 0,000 dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,039. Karena 0,039 <

0,05 maka adanya Atropin+pilokarpin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit

dengan tingkat kepercayaan 95%.

Untuk pengaruh pilokarpin+atropin terhadap pilokarpin diketahui nilai rata-rata untuk

pilokarpin+Atropin adalah 2,3400 dan standar deviationnya adalah 1,98876. Sedangkan nilai

rata-rata untuk Pilokarpin adalah 2,5233 dan standar deviationnya adalah 0,52884. Dari data

tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin.

Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%.

Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,795. Karena 0,795

> 0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin yang

35

Page 36: Tujuan Percobaan

artinya hubungan keduanya tidak bermakna dan tidak adanya efek pada penambahan

pilokarpin+atropin.

Untuk pengaruh atropin+pilokarpin terhadap pilokarpin diketahui nilai rata-rata untuk

atropin+pilokarpin adalah 2,1160 dan standar deviationnya adalah 1,56073. Sedangkan nilai rata-

rata untuk Pilokarpin adalah 2,5140 dan standar deviationnya adalah 0,59070. Dari data tersebut

dapat diketahui perbedaan efek peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian

bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika

memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output nilai signifikansi 0,632. Karena 0,632 >

0,05 maka adanya pilokarpin+Atropin tidak memberikan pengaruh pada pilokarpin yang artinya

hubungan keduanya tidak bermakna dan tidak adanya efek pada penambahan pilokarpin+atropin.

Uji Statistika Pada menit ke 25

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol ,1600 6 ,39192 ,16000

Pilokarpin 2,1200 6 ,51080 ,20853

Pair 2 Kontrol ,1600 6 ,39192 ,16000

Pilokarpin+Atropin 2,1767 6 1,87956 ,76733

Pair 3 Kontrol ,1920 5 ,42933 ,19200

Atropin+PIlokarpin 2,5680 5 1,68510 ,75360

Pair 4 Pilokarpin 2,1200 6 ,51080 ,20853

Pilokarpin+Atropin 2,1767 6 1,87956 ,76733

Pair 5 Pilokarpin 2,2340 5 ,47820 ,21386

Atropin+PIlokarpin 2,5680 5 1,68510 ,75360

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Kontrol & Pilokarpin 6 ,681 ,136

Pair 2 Kontrol & Pilokarpin+Atropin 6 -,567 ,240

Pair 3 Kontrol & Atropin+PIlokarpin 5 -,149 ,811

Pair 4 Pilokarpin &

Pilokarpin+Atropin

6 ,018 ,973

Pair 5 Pilokarpin &

Atropin+PIlokarpin

5 -,601 ,284

36

Page 37: Tujuan Percobaan

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -1,96000 ,37667 ,15377

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -2,01667 2,12654 ,86816

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -2,37600 1,79970 ,80485

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-,05667 1,93894 ,79157

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

-,33400 2,00921 ,89855

Paired Samples Test

Paired Differences

t

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -2,35529 -1,56471 -12,746

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -4,24834 ,21500 -2,323

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -4,61063 -,14137 -2,952

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-2,09146 1,97813 -,072

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

-2,82877 2,16077 -,372

Paired Samples Test

df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin 5 ,000

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin 5 ,068

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin 4 ,042

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

5 ,946

37

Page 38: Tujuan Percobaan

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

4 ,729

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin adalah 2,1200 dan standar

deviationnya adalah 0,51080. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,1600 dan standar

deviationnya adalah 0,39192. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan

salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05

atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output

nilai signifikansi 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka adanya pilokarpin memberikan efek pada

peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin+Atropin adalah 2,1767

dan standar deviationnya adalah 1,87956. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,000

dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek

peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat

signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi,

terlihat dari output nilai signifikansi 0,036. Karena 0,036 < 0,05 maka adanya

pilokarpin+Atropin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk Atropin+pilokarpin adalah 2,5680

dan standar deviationnya adalah 1,68510. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,000

dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek

peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat

signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi,

terlihat dari output nilai signifikansi 0,039. Karena 0,039 < 0,05 maka adanya

Atriopin+pilokarpin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Uji Statistika pada menit ke 30

Paired Samples Statistics

38

Page 39: Tujuan Percobaan

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin 1,4833 6 ,58319 ,23808

Pair 2 Kontrol ,0000 6 ,00000 ,00000

Pilokarpin+Atropin 2,3167 6 2,03760 ,83185

Pair 3 Kontrol ,0000 5 ,00000 ,00000

Atropin+PIlokarpin 3,0560 5 2,70752 1,21084

Pair 4 Pilokarpin 1,4833 6 ,58319 ,23808

Pilokarpin+Atropin 2,3167 6 2,03760 ,83185

Pair 5 Pilokarpin 1,4800 5 ,65196 ,29156

Atropin+PIlokarpin 3,0560 5 2,70752 1,21084

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Kontrol & Pilokarpin 6 . .

Pair 2 Kontrol & Pilokarpin+Atropin 6 . .

Pair 3 Kontrol & Atropin+PIlokarpin 5 . .

Pair 4 Pilokarpin &

Pilokarpin+Atropin

6 -,370 ,471

Pair 5 Pilokarpin &

Atropin+PIlokarpin

5 -,003 ,996

Paired Samples Test

Paired Differences

Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -1,48333 ,58319 ,23808

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -2,31667 2,03760 ,83185

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -3,05600 2,70752 1,21084

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-,83333 2,31737 ,94606

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

-1,57600 2,78676 1,24628

Paired Samples Test

Paired Differences t

95% Confidence Interval of the

39

Page 40: Tujuan Percobaan

Difference

Lower Upper

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin -2,09535 -,87132 -6,230

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin -4,45500 -,17833 -2,785

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin -6,41783 ,30583 -2,524

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

-3,26527 1,59860 -,881

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

-5,03622 1,88422 -1,265

Paired Samples Test

df Sig. (2-tailed)

Pair 1 Kontrol - Pilokarpin 5 ,002

Pair 2 Kontrol - Pilokarpin+Atropin 5 ,039

Pair 3 Kontrol - Atropin+PIlokarpin 4 ,065

Pair 4 Pilokarpin -

Pilokarpin+Atropin

5 ,419

Pair 5 Pilokarpin -

Atropin+PIlokarpin

4 ,275

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin adalah 1,4822 dan standar

deviationnya adalah 0,58319. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,0000 dan standar

deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek peningkatan

salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat signifikansi 0,05

atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi, terlihat dari output

nilai signifikansi 0,002. Karena 0,002 < 0,05 maka adanya pilokarpin memberikan efek pada

peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 95%.

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk pilokarpin+Atropin adalah 2,3167

dan standar deviationnya adalah 2,03760. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,000

dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek

peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat

signifikansi 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika memperhatikan nilai signifikansi,

terlihat dari output nilai signifikansi 0,039. Karena 0,039 < 0,05 maka adanya

40

Page 41: Tujuan Percobaan

pilokarpin+Atropin memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Dari data diatas dapat diketahui nilai rata-rata untuk Atropin+pilokarpin adalah 3,0560

dan standar deviationnya adalah 2,70752. Sedangkan nilai rata-rata untuk kontrol adalah 0,000

dan standar deviationnya adalah 0,0000. Dari data tersebut dapat diketahui perbedaan efek

peningkatan salivasi antara kontrol dengan pilokarpin. Pengujian bisa menggunakan tingkat

signifikansi 0,1 atau dengan tingkat kepercayaan 90%. Jika memperhatikan nilai signifikansi,

terlihat dari output nilai signifikansi 0,065. Karena 0,065 < 0,1 maka adanya Atriopin+pilokarpin

memberikan efek pada peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan 90%.

VII. KESIMPULAN

Pilokarpin merupakan obat yang bersifat kolinergik yaitu dapat meningkatkan stimulasi

saliva

Atropine merupakan obat yang bersifat antikolinergik yaitu dapat menurunkan aktivitas

salivasi.

Uji statistik pada peningkatan pilokarpin perbandingnnya dengan control memberikan

adanya efek peningkatan salivasi mencit dengan tingkat kepercayaan pada :

o Menit ke-5 = 90%

o Menit ke-10 = 95%

o Menit ke-15 = 95%

o Menit ke-20 = 95%

o Menit ke-25 = 95%

o Menit ke-30 = 95%

Uji statistic pada inhibisi perbandingannya antara pilokarpin dengan pilokarpin+atropine

dan pilokarpin dengan atropine + pilokarpin pada menit ke-5, Tidak memberikan

pengaruh pada pilokarpin

Uji statistic pada inhibisi perbandingannya antara pilokarpin dengan pilokarpin+atropine

dan pilokarpin dengan atropine + pilokarpin pada menit ke-10, tidak memberikan

pengaruh pada pilokarpin.

41

Page 42: Tujuan Percobaan

Uji statistic pada inhibisi perbandingannya antara pilokarpin dengan pilokarpin+atropine

dan pilokarpin dengan atropine + pilokarpin pada menit ke-15, tidak memberikan

pengaruh pada pilokarpin.

Uji statistic pada inhibisi perbandingannya antara pilokarpin dengan pilokarpin+atropine

dan pilokarpin dengan atropine + pilokarpin pada menit ke-20, tidak memberikan

pengaruh pada pilokarpin.

42

Page 43: Tujuan Percobaan

VIII. Daftar Pustaka

Achmad.S. A. 1989. Analisis Metabolit Sekunder. UGM press. yogyakarta.

Amrun Hidayat. M. 2005. Alkaloid Turunan Triptofan. (di akses tanggal19 oktober 2012). http//www.wikipedia.com/turunan-triptofan.html

Anonim. 1985. Tanaman obat Indonesia jilid II. Depkes RI. Jakarta.

Anonim. 2000. Informatorium obat nasional Indonesia. Depkes RI. Jakarta.

Jay,than hoon dan kirana,raharja. 2002. Obat-obat penting. Gramedia Jakarta.

Robinson,T. 1991. Kandungan organik tumbuhan tinggi. ITB. Bandung.

Tanu, ian.2007. Farmakologi Dan Terapi edisi 5. Jakarta: FKUI

Katzung,B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik (Buku 3 Edisi 8). Penerbit Salemba Medika;

Jakarta

.

43