tugas ujian.docx
TRANSCRIPT
Nama : Ria Dianty Mudzakir
NPM : 2008730106
1. Koreksi PRC
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan
dengan memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam
pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena
keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan
dan alat-alat tubuh. Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma
secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 75-80% dan Hb
24gr/dl. Pack Red cell berisi 240-340ml. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl
diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.
Indikasi transfuse darah
- Perdarahan akut sampai Hb < 8gr% atau Ht < 30%. Pada orang tua, kelainan paru,
kelainan jantung Hb <10g/dl
- Bedah mayor kehilangan darah >20% volum darah.
Kebutuhan darah (ml) :
∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB x 3
Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
2. Koreksi Whole Blood
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Dapat bertahan
dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan
plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post
transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi
perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan.
Indikasi :
- Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar
- Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume
darah total.
a) Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai <48 jam sesudah pengambilan.
Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap
termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik.
Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan
golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko
penularan penyakit relatif banyak.
b) Darah Baru
Yaitu darah yang disimpan antara < 6 hari sesudah diambil dari donor. Faktor
pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan kadar
kalium, amonia, dan asam laktat.
c) Darah Simpan
Darah yang disimpan 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya
penularan dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan
terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh
eritrosit menurun. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
Rumus kebutuhan whole blood
∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB x 6
3. Koreksi FFP
Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada
suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).
Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma (faktor pembekuan),
terutama faktor V dan VIII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah masif, setelah
terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat
menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.
Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu
sesuai suhu tubuh.
Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
Indikasi :
- Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)
- Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang
mengancam nyawa.
- Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi
massif
- Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan
Rumus kebutuhan FFP
∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB x 10
4. Koreksi Trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh
kekurangan trombosit. Transfusi trombosit terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan
karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3
hari.
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
- Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,
leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang
karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
- Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga
memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Macam sediaan:
- Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
- Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C.
Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada
dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul.
Rumus Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3
5. Koreksi natrium
Ekskresi air hampir selalu disertai oleh ekskresi natrium baik lewat urin, tinja atau
keringat, karena itu terapi kekurangan air (dehidrasi) selalu diberikan cairan yang
mengandung natrium. Natrium berperan memelihara tekanan osmotic dan volume cairan
ekstraseluler dan natrium sebagian besar (84%) berada di cairan ekstraselular. Kebutuhan
natrium perhari sekitar 50-100 mEq atau 3-6 gram sebagai NaCl. Keseimbangan natrium
diatur terutama oleh ginjal. Berat atom Na=23 dengan muatan listrik 1. Nilai normal
natrium 135-145 mEq/L
HIPONATREMIA
Hiponatremia adalah sebuah gangguan elektrolit (gangguan pada garam dalam darah)
dimana konsentrasi natrium dalam plasma lebih rendah dari normal, khususnya di bawah
135 meq/L.
- Hipertonik hiponatremia disebabkan oleh penyerapan air yang ditarik oleh osmol
seperti glukosa ( hiperglikemia atau diabetes ) atau manitol ( infus hipertonik ).
- Hiponatremia isotonik, lebih sering disebut pseudohiponatremia kesalahan
laboraturium karena hipertrigliseridemia atau hiperparaproteinemia.
- Hiponatremia hipotonik sejauh ini merupakan jenis yang paling umum.
Hiponatremia hipotonik dikategorikan dalam 3 cara berdasarkan status volume pasien
darah.
a) Hipervolemik hiponatremia dimana ada penurunan volume sirkulasi efektif
walaupun volume total tubuh meningkat. Volume menurun beredar efektif
menstimulasi pelepasan ADH yang menyebabkan retensi air. Hipervolemik
hiponatremia yang paling umum akibat dari gagal jantung kongensif, gagal hati
atau penyakit ginjal.
b) Euvolemik hiponatremia dimana peningkatan ADH sekunder baik fisiolagis
namun rilis ADH yang berlebihan ( seperti mual atau sakit parah ) atau
disebabkan oleh sekresi yang tidak pantas dan non- fisiologis ADH, yaitu sindrom
hipersekresi hormon antidiuretik tidak pantas ( SIADH ).
c) Hiponatremia hipovolemik dimana sekresi ADH dirangsang oleh depresi
volume.
gejala hiponatremia adalah mual dan muntah, sakit kepala, kebingungan, kelesuan,
kelelahan, kehilangan nafsu makan, gelisah dan iritabilitas, kelemahan otot, kejang, kram,
penurunan kesadaran atau koma.
Kehilangan Na total = 0,6 x BB x ( 136 – kadar Na plasma )
HIPERNATREMIA
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar
natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah.
Penyebab : fungsi ginjal yang abnormal, diare, muntah, demam, keringat yang
berlebihan
Gejala : kebingungan, lesu, lemah, kejang otot, kejang seluruh tubuh, koma, kematian.
Rumus :
natrium yang normalnatrium pasien
x cairan yang dibutuhkan (BB X 0,6) = liter
Diberikan setengahnya dalam 10 jam bisa memakai N4, Dex 5%, atau RL. Bila memakai
Dex 5% cek gula darah dan elektrolit dicek tiap 4 jam.
6. Koreksi Kalium
Sebagian besar K terdapat di sel (150mEq/L). pembedahan menyebabkan katabolisme
jaringan dan mobilisasi kaliu pada hari-hari pertama dan kedua. Kebutuhan kalium rutin
sekitar 0,5mEq/kgBB/hari. Kemampuan ginjal menahan kalium sangat rendah. Kadar
kalium plasma hanya 2% dari total K tubuh. Fungsi K ialah merangsang saraf-otot,
menghantarkan impuls listrik, membantu utilisasi O2, asam-amino, glikogen, dan
pembentukan sel. Kadar K serum normal 3-5mEq/L.
HIPOKALEMIA
Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3.8 mEq/L darah.
Penyebab : Beberapa obat dapat menyebabkan kehilangan kalium yang dapat
menyebabkan hipokalemia(diuretik loop (seperti Furosemide),steroid, licorice, kadang-
kadang aspirin, dan antibiotik tertentu), disfungsi Ginjal, Kehilangan cairan tubuh karena
muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat, masalah Endokrin atau hormonal
(aldosteronisme, atau sindrom Cushing), Miskin diet asupan kalium
Manifestasi klinik
a CNS dan neuromuskular; lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
b Pernapasan; otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
c Saluran cerna; menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual, muntah, kembung
d Kardiovaskuler; hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
e Ginjal; poliuria,nokturia.
Rumus :
1/6 x BB x (kalium normal 4,5 – kalium pasien )
Diencerkan dengan Dex5%, jadi 100cc habis dalam 3 jam. Atau diberikan 20mEq/L
selama 1 jam
HIPERKALEMIA
Hyperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi
kalium darah lebih dari 5 mEq/L.
Penyebab : gagal ginjal akut/kronik, penyakit Addison, luka bakar luas, pemberian cepat
cairan yang mengandung Kalium,
Gejala : a. Neuromaskuler: kelemahan otot yaitu paralisis flasid pd tungkai bawah lalu ke
badan dan lengan, Parestesia wajah, lidah, kaki, dan tangan
b. Saluran cerna: Mual, diare, kolik usus
c. Ginjal: Oliguria, Anuria
koreksi :
a. Dex 40% dosisnya 2,5cc/kgBB
b. Insulin 1 iu didalam 10cc Dex 40%
Setelah itu keduanya dicampur lalu diberikan selama 4 jam 1-2jam kemudian cek
elektrolit
7. Koreksi Albumin
nilai normal kadar albumin serum, yaitu 3,5–5 g/dl atau total kandungan albumin dalam
tubuh adalah 300-500 gram. Albumin merupakan jenis protein terbanyak di dalam
plasma yang mencapai kadar 60%. Nilai normal albumin didalam darah sekitar 3,5-5
g/dl.
Fungsi dari albumin adalah :
- mengangkut molekul-molekul kecil melewati plasma dan cairan sel. Fungsi ini erat
kaitannya dengan bahan metabolisme-asam lemak bebas dan bilirubin dan berbagai
macam obat yang kurang larut dalam air tetapi harus diangkut melalui darah dari satu
organ ke organ lainnya agar dapat dimetabolisme atau diekskresi.
- memberi tekanan osmotik di dalam kapiler sehingga albumin dapat menjaga
keberadaan air dalam plasma darah dengan demikian volume darah akan tetap stabil.
Bila jumlah albumin turun maka akan terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
(edema) misalnya bengkak di kedua kaki. Atau bisa terjadi penimbunan cairan dalam
rongga tubuh misalnya di perut yang disebut asites.
Rumus :
(Albumin normal- albumin pasien) x BB = gram
Diberikan selama 3 hari.
8. Koreksi Magnesium
Fungsi magnesium dalam tubuh adalah untuk membantu proses pencernaan protein dan
mampu memelihara kesehatan otot serta sistem jaringan penghubung, magnesium juga
melenturkan pembuluh darah dan membantu menghilangkan timbunan lemak yang
terjadi pada dinding sebelah dalam dari pembuluh darah. Juga berfungsi sebagai zat yang
membentuk sel darah merah berupa zat pengikat oksigen dan haemoglobin.
Pada tubuh orang dewasa terkandung 20 – 25 gram magnesium. Kebutuhan magnesium
untuk orang dewasa pria 350 mg per hari dan untuk dewasa wanita 300 mg.
Hipomagnesemia (kadar magnesium yang rendah dalam darah) adalah suatu keadaan
dimana konsentrasi magnesium dalam darah kurang dari 1,6 mEq/L darah. Gejala :
Kehilangan nafsu makan, Mual, Muntah, Mengantuk, Kelemahan, Perubahan
kepribadian, Kejang otot, Gemetar.
Hipermagnesemia (kadar magnesium yang tinggi dalam darah) adalah suatu keadaan
dimana konsentrasi magnesium lebih tinggi dari 2,1 mEq/L darah. Gejala : Kelemahan,
Tekanan darah rendah, Gangguan pernafasan.
Rumus :
0,2cc/kgBB dengan MgSO4 20%
Diberikan bolus pelan-pelan
9. Gagal napas
Gagal nafas adalah suatu kegawatan yang disebabkan oleh gangguan pertukaran oksigen
dan karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tidak mampu memenuhi metabolisme
tubuh dan Ketidakmampuan mempertahankan nilai pH (keasaman), oksigen (O2), dan
karbondioksida (CO2) darah arteri supaya tetap dalam batas normal.
Etiologi:
1. Penyakit saluran napas
Bronkitis kronik
Emfisema
Asma bronkial
Bronkietasis
2. Penyakit paru parenkim
Pneumonia
Edema paru
Aspirasi
Inhalasi asap, gas
3. Gangguan hiperpermeabilitas
Edema paru
ARDS
4. Penyakit pembuluh darah
Emboli paru
Syok kardiogenik
Fistula A. V pulmoner
5. Trauma
Trauma dada
Trauma leher
Trama kepala
6. Gangguan neuromuskular
Poliomielitis, sindrom tetanus
Guillain Barre, paralisis diafragma
7. Obat-obat
Barbiturat
Narkotik
Sedatif
Obat-obat relaksasi
8. Kelainan dinding dada
Kifoskoliosis
Ankylosing spondylitis
9. Lain-lain
Hipotermia
Gejala : Sesak napas berat, Batuk , Sianosis, Pulsus paradoksus, Stridor, Aritmia,
Takikardia, Konstriksi pupil
Gagal nafas tipe I:
PCO2 normal atau meningkat
PO2 turun
Umumnya kurus
Warna kulit: pink puffer
Hiperventilasi
Pernapasan: purse-lips
Gagal nafas tipe II :
PCO2 meningkat
PO2 menurun
Sianosis
Umumnya kegemukan
Hipoventilasi
Tremor CO2
Edema
Tatalaksana :
1. langkah pertama ( harus ).
Menguasai dan membebaskan jalan nafas.
Tujuannya : agar jalan nafas bebas dari sumbatan ( karena lidah, posisi, lender, benda asing,
dsb. ) sehingga dengan demikian O2 dapat lewat dengan lancar.
Caranya :
Mengatur posisi
- Eksistensi kepala topang leher ( tidak dikerjakan apabila ada dugaan patah tulang
leher )
- Eksistensi kepala angkat dagu
- Triple manuver
Menguasai jalan nafas dengan alat.
- Pasang pipa orofaringeal ( guedel )
- Pasang pipa nasofaringeal
- Pasang pipa endotracheal ( intubasi )
v Menguasai jalan nafas dengan operatif
- Krikotirotomi
- Trakheostomi
Indikasi Intubasi dengan pipa endotracheal
- Sumbatan jalan nafas bagian atas yang tidak bisa di bebaskan dengan mengatur
posisi atau alat sederhana.
- Tidak ada reflek pertahanan jalan nafas ( mis:pada gangguan kesadaran )
- Untuk membersihkan lender jalan nafas yang produktif.
- Hypoxemia yang refraktur
- Memerlukan alat Bantu nafas
Indikasi krikotirotomi / trakheostomi
- Bila penguasaan jalan nafas bagian atas dengan menggunakan alat sederhana atau
pipa endotrakheal gagal ( acute trakheostomi )
- Bila penguasaan jalan nafas bagian atas dengan menggunakan pipa endotrakheal
memerlukan waktu lebih lama dari 7 hari ( elektif trakheostomi )
2. Langkah kedua
Menilai fungsi ventilasi paru
Bila gangguan ventilasi dan analisa gas darah menunjukkan hasil yang PaCO2 > 60 mmHg dan
PH darah < 7,2 serta PaO2 tidak membaik dengan cara I, maka lakukan bantuan ventilasi.
Tujuannya : memperbaiki ventilasi paru sehingga menghasilkan PaCO2 : 40 – 45 mm Hg dan
PH darah : 7,35 – 7,45.
Caranya :
*Tanpa alat
- Dari mulut ke mulut
- Dari mulut ke hidung
- Dari mulut ke alat
*Dengan alat sederhana : AMBU baG
*Dengan alat canggih : ventilator.
3. langkah ketiga
pemberian O2
tujuannya : memberikan fraksi inspirasi oksigen ( FiO2 ) yang cukup sehingga
menghasilkan PaO2 yang memadai ( acceptable ) untuk pasien yang bersangkutan atau
saturasi oksigen ( SaO2 ) > 90%.
Tekanan parsial oksigen dalam arteri ( PaO2 ) dipengaruhi oleh kondisi pasien (termasuk
umur). Secara kasar hubungan antara umur dan PaO2 yang memadai adalah sbb :
PaO2 = 100 – ( 0,3 X umur )
Caranya :
Cara pemberian O2 akan berpengaruh terhadap FiO2 ( LIHAT TABEL )
TABEL CARA PEMBERIAN O2 DAN FiO2
CARA PEMBERIAN ALIRAN O2 ( L /
sec )
FiO2 ( % )
Nasal chateter/ canule/ prong 1 – 2 24 – 28
3 – 4 30 – 35
5 – 6 38 – 44
Masker sederhana 5 – 6 40
6 – 7 50
7 – 8 60
Masker dengan kantong 6 60
7 70
8 80
9 – 10 90 – 99
Masker dengan venture Aliran tetap 24 – 35
Tanpa oksigen 8 – 10 40
ventilator - 21 – 100
4. langkah keempat
memberikan cairan infuse NaCl 0,9 % atau lainnya dan melakukan resusitasi jalan
siatem cardiovascular.
langkah kelima
5. memantau keadan pasien
mengikuti perembangan pasien lebih lanjut agar setiap perubahan yang menjurus ke arah
jelek segera dapat diantisipasi sedini mungkin.
Yang di pantau:
Tingkat kesadaran
Tekanan darah
Nadi ( kualitas dan kuantitas )
Pernafasan
Produksi urine
Analisa gas darah
10. Syok
Syok adalah Suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang menyeluruh
sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
Stadium Syock
1. Kompensasi
Komposisi tubuh dengan meningkatkan reflek syarpatis yaitu meningkatnya
resistensi sistemik dimana hanya terjadi detruksi selektif pada organ penting. TD
sistokis normal, dioshalik meningkat akibat resistensi arterial sistemik disamping TN
terjadi peningkatan skresi vaseprsin dan aktivasi sistem RAA. menitestasi khusus
talekicad, gaduh gelisah, kulit pucat, kapir retil > 2 dok.
2. Dekompensasi
Mekanisme komposisi mulai gagal, cadiac sulfat made kuat perfusi jaringan
memburuk, terjadilah metabolisme anaerob. karena asam laktat menumpuk terjadilah
asidisif yang bertambah berat dengan terbentuknya asan karbonat intrasel. Hal ini
menghambat kontraklilitas jantung yang terlanjur pada mekanisme energi pompo
Na+K di tingkat sel. Pada syock juga terjadi pelepasan histamin akibat adanya
smesvar namun bila syock berlanjut akan memperburuk keadaan, dimana terjadi
vasodilatasi disfori & peningkatan permeabilitas kapiler sehingga volumevenous
retwn berkurang yang terjadi timbulnya depresi muocard. Maniftrasi klinis : TD
menurun, porfsi teriter buruk olyserci, asidosis, napus kusmail.
3. Irreversibel
Gagal kompensasi terlanjut dengan kematian sel dan disfungsi sistem
multiorgan, cadangan ATP di keper dan jantung habis (sintesa baru 2 jam). terakhir
kematian walau sirkulasi dapat pulih manifestasi klinis : TD taktenkur, nadi tak
teraba, kesadaran (koma), anuria.
Tanda Dan Gejala
1. Sistem Kardiovaskuler
Gangguan sirkulasi perifer - pucat, ekstremitas dingin. Kurangnya pengisian
vena perifer lebih bermakna dibandingkan penurunan tekanan darah.
Nadi cepat dan halus.
Tekanan darah rendah. Hal ini kurang bisa menjadi pegangan, karena adanya
mekanisme kompensasi sampai terjadi kehilangan 1/3 dari volume sirkulasi darah.
Vena perifer kolaps. Vena leher merupakan penilaian yang paling baik.
CVP rendah.
2. Sistem Respirasi
Pernapasan cepat dan dangkal.
3. Sistem saraf pusat
Perubahan mental pasien syok sangat bervariasi. Bila tekanan darah rendah
sampai menyebabkan hipoksia otak, pasien menjadi gelisah sampai tidak sadar.
Obat sedatif dan analgetika jangan diberikan sampai yakin bahwa gelisahnya
pasien memang karena kesakitan.
4. Sistem Saluran Cerna
Bisa terjadi mual dan muntah.
5. Sistem Saluran Kencing
Produksi urin berkurang. Normal rata-rata produksi urin pasien dewasa adalah 60
ml/jam (1/5–1 ml/kg/jam).
Jenis syok
a. Syok hipovolemik : kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya
multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat
b. Syok cardiogenik : kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali.
c. Syok neurogenik : Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor
karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh
tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung
(capacitance vessels).
d. Syok anafilaktik : reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa
penurunan kesadaran
e. Syok septic : disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas.
Penatalaksanaan
1. Oksigenasi adekuat
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri dengan mempertahankan
saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100 % dengan cara :
a. Membebaskan jalan nafas.
b. Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg.
c. Kurangi rasa sakit & anxietas.
2. Suport cadiovaskuler sistem.
a. Terapi cairan untuk meningkatkan preload
pasang akses vaskuler secepatnya.
resusitasi awal volume di berikan 10 – 30 ml/Kg BB cairan kristaloid atau koloid
secepatnya (< 20 menit). dapat diulang 2 – 3 kali sampai tekanan darah dan perfusi
perifer baik.
b. Obat-obatan inotropik untuk mengobati disaritmia, perbaikan kontraklitas jantung
tanpa menambah konsumsi oksigen miocard.
Dopamin : meningkatkan vasokmstrokuta. Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip
infuse
Epinefrin : Meningkat tekanan perfusi myocard. 0,3-0,5 mg sc dapat diulang
setiap 15-20 menit.
Norepinefrin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
Dobutamin : meningkatkan cardiak output.
Amiodaron : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung, menurunkan
tekanan pembuluh darah sitemik.
11. Dobutamin
Dobutamine adalah agonis reseptor β1 dan β2 dengan beberapa efek agonis α (Tabel
7-4). Efek vascular umumnya vasodilatasi. Dobutamine mempunyai efek inotropik
poten tanpa menimbulkan perubahan signifikan pada denyut jantung. Dobutamin tidak
menyebabkan pelepasan norepinefrin endogen seperti Dopamin. Efek aritmogenik
kurang daripada dopamin
Indikasi : terapi jangka pendek penderita dengan dekompensasi jantung akibat
berkurangnya kontraktilitas baik akibat penyakit jantung organik maupun akibat
tindakan bedah.
Dosis : minimal 5 micro/kgBB/menit
Maksimal 20micro/kgBB/menit
Rumus : dosis x BB x 60
pengencer = cc/jam
1 ampul dobutamin mengandung 250mg (5cc) diencerkan dengan Dex 5% menjadi
50cc
Awitan aksi : 1-2menit
Lama aksi : <10mnt
Efek samping : hipertensi, takikardia, aritmia, sesak napas,
12. Dopamin
Dopamine adalah agen vasopressor dan inotropic. Dopamine bekerja dengan cara
meningkatkan kekuatan memompa pada jantung dan suplai darah ke ginjal dan
digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung ketika jantung tak mampu memompa
cukup darah.
Indikasi : Memperbaiki keseimbangan hemodinamik pada kondisi sindroma syok
terhadap infark miokardial, trauma, syok sepsis, operasi terbuka gagal jantung, dieresis
gagal ginjal dan serangan jantung kronis.
Dosis : minimal 2 micro/KgBB/menit untuk vasodilatasi ginjal
Maksimal 20micro/kgBB/menit untuk vasodilator perifer
1 ampul dopamine ada yang 200mg (10cc)
50mg (5cc)
Caranya : 1 ampul dopamine 200mg diencerkan dengan Dex 5% dijadikan 50%
Rumus : dosis x BB x 60
4000 mikro = cc/jam
Awitan aksi : 2-4 menit
Lama aksi : <10menit
Efek samping : aritmia, angina, blok AV, hipotensi, hipertensi, vasokonstriksi, dispneu,
sakit kepala, mual, muntah,
13. Norephinefrin
Katekolamin yang menghasilkan vasokonstriktor perifer yang poten terhadap dasar
vascular arteri maupun vena (aksi adrenergic alfa). Merupakan stimulator inotropik poten
dari jantung (aksi adrenergic beta-1), tetapi dengan aksi yang lebih kecil dibandingkan
epinefrin.
Penggunaan : vasokonstriktor, inotrop. Kurang menyebabkan takikardi dibanding
epinefrin, tidak dianjurkan pada henti jantung.
Dosis : minimal 0,05 mikro/kgBB/ mrnit
Maksimal 1 mikro/ kgBB/ menit
1 ampul norepinefrin mengandung 4 mg (4cc) diencerkan dengan Dex 50% menjadi 25cc
(1cc= 160micro)
Rumus : dosis x BB x 60
pengencer = cc/jam
Awitan aksi : <1 menit
Lama aksi : 2-10menit
Efek samping : bradikardia, takiaritmia, hipertensi, penurunan curah jantung, deplesi
volume plasma
14. Epinefrin
Suatu katekolamin endogen yang mengaktivasi reseptor adrenergic alfa maupun beta.
Efek reseptor adrenrgik beta : peningkatan kontraktilitas miokard dan nadi, relaksasi otot
polos cabang bronkus, dilatasi vaskulatur otot skelet. Epinefrin mengurangi absorpsi
anastetik local.
Penggunaan : inotrop, bronkolidator, pengobatan reaksi alergi, resusitasi
Dosis : minimal 0,03 mikro/kgBB/mnt = 3 micro dopamine
Maksimal 0,2 mikro/kgBB/mnt = 20 mikro dopamine
1 ampul adrenalin : 1 mg (1cc)
50cc dex 5% + 4 mg (4 amp) = 4000 mikro, 1cc = 80 mikro
Rumus : dosis yangdiminta x BB x60
adonan dlm 1 cc = cc
Awitan aksi : 30-60 detik
Lama aksi : 5-10menit
Efek samping : hipertensi, takikardia, aritmia, angina, udem paru, sakit kepala,
hiperglikemia, hiperkalemia sementara, hipokalemia
15. Sulfat atrophin
atropin secara kompetisi mengantagonisir aksi asetilkolin pada reseptor muskarinik.
Menurunkan sekresi saliva, bronkus, dan lambung, dan merelaksasi otot bronkus
penggunaan : bradikardia sinus / CPR, pramedikasi (vagolisis), reverse blockade
neuromuskuler, terapi tambahan pada pengobatan bronkospasme dan tukak lambung.
Dosis : bradikardi sinus : dewasa : 0,5 – 1,0 mg diulangi tiap 3-5menit , dosis max
40ug/kg
Anak : 10-20ug/kgbb
Reverse : 0,015mg/kgBB
Awitan aksi : 45-60 detik
Lama aksi : 1-2 jam
Efek samping : takikardia, bradikardia, palpitasi, depresi napas, halusinasi, refluks
gastroesofagus, penglihatan kabur, urtikaria
16. Amiodarone
Turunan benzofuran untuk campuran antiartimik kelas 1C dan III. Memperpanjang lama
potensial aksi dan meningkatkan periode refrakter serat jantung.
Penggunaan : Aritmia ventrikuler, Takikardia kompleks QRS lebar dengan hemodinamik
yang stabil, Atrial Fibrilasi (AF)
, pasien dengan gagal jantung kongestif, Preoperatif Aritmia
dosis : PO pemuatan : 800-1600 mg/hari selama 1-3minggu
PO pemeliharaan : 200-600mg/hari
Kadar terapeutik : 1,0 – 2,5 ug/ml
Awian aksi : 2-4 hari
Lama aksi : 45 hari
Efek samping : hipotensi, gaya berjalan yang abnormal/ataksia, kepeningan, kelelahan,
pusing, tidak enak badan, gangguan ingatan, gerakan yang tidak disengaja, insomnia,
lemah koordinasi, peripheral neuropathy, gangguan tidur, gemetar), fotosensitivitas,
anoreksia, konstipasi
17. Digoksin
Digoksin merupakan glikosida jantung yang berasal dari digitalis lanata yang memiliki
efek inotropik positif (meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung). Selain itu,
digoksin juga mempunyai efek tak langsung terhadap aktivitas syaraf otonom dan
sensitivitas jantung terhadap neurotransmiter.
Penggunaan : pengobatan gagal jantung, aritmia supraventrikel
Dosis : dewasa IV atau PO 0,5-1 mg. dalam dosis terbagi, 50% dosis pertama, 4-8 jam
kemudian 25%. Anak-anak >2 tahun : 0,02-0,06 mg/kgbb tiap 8jam
Awitan aksi :5-10menit
Lama aksi : 3-4hari
Efek samping : Keracunan Digoxin: anoreksia, diare, sakit di bagian perut , sakit kepala,
kelelahan, sakit di bagian wajah, kelemahan, kepeningan, kebingungan mental,
Gangguan penglihatan (mengaburkan penglihatan, gangguan warna)
18. Koloid dan kristaloid
KOLOID
Cairan koloid adalah larutan kristaloid yang mengandung molekul besar sehingga
membran kapiler tidak permeabel terhadap cairan tersebut. Larutan koloid merupakan
pengganti cairan intravaskular. Darah total, plasma, dan albumin pekat mengandung
koloid alami dalam bentuk protein, terutama albumin. Dextran dan hydroxyethyl
starches (HES) adalah koloid sintetis yang dalam penggunaannya dapat digabung dengan
darah total atau plasma, tetapi tidak dianggap sebagai pengganti produk darah ketika
albumin, sel darah merah, antitrombin, atau protein koagulasi dibutuhkan. Cairan koloid
dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien daripada kristaloid,
karena larutan koloid mengekspansikan volume vaskuler dengan lebih sedikit cairan dari
pada larutan kristaloid. Contoh cairan ini antara lain : Dekstran, Haemacel, Albumin,
Plasma, Darah.
KRISTALOID
Cairan kristaloid adalah larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil sehingga
membran kapiler permeabel terhadap cairan tersebut. Cairan kristaloid dapat mengganti
dan mempertahankan volume cairan ekstraselular. dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%
(D5NaCl 0,45), Asering, dsb.
19. Kandungan cairan infuse
a. ASERING
Indikasi:
Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut,
demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.
Komposisi:
Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
KA-EN 1B
Indikasi:
- Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada
kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
- < 24 jam pasca operasi
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-
500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
- Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada
keadaan asupan oral terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium 20 mEq/L
- Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
- Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan
berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
- Na 30 mEq/L
- K 0 mEq/L
- Cl 20 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 40 gr/L
KA-EN 4B
Indikasi:
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
- Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
hipokalemia
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
- Na 30 mEq/L
- K 8 mEq/L
- Cl 28 mEq/L
- Laktat 10 mEq/L
- Glukosa 37,5 gr/L
RINGER LAKTAT
Komposisi : Na (130 mEq/L), Cl (109 mEq/L), Ca (3 mEq), dan laktat (28 mEq/L)-
Dosis : 14 tetes/ menit-
Indikasi : RL merupakan cairan yang paling fisiologis dapat diberikan pada kebutuhan
volume dalam jumlah besar. RL juga banyak digunakan sebagai replacement therapy
20. Aminofilin
Aminofilin diubah menjadi teofilin, suatu bronkodilator metilxantin, dapat menimbulkan
efek farmakologinya dengan menginhibisi fosfodiesterase, sehingga meningkatkan kadar
adenosine monofosfat siklik dalam otot polos bronkus.
Penggunaan : untuk megnilangka sesak napas pada penderita sma bronchial
Dosis : minimal 0,3 mg/kgbb/ jam
Maksimal 0,9 mg/kgbb/jam
Dalam 1 ampul aminofilin mengandung 240mg (10cc) diencerkan dengan Dex 5% 40cc
menjadi total cairannya 50cc (240mg), 1 cc (4,8mg)
Rumus : dosis x BBpengencer
= cc/jam
Awitan aksi : beberapa menit
Efek samping : palpitasi, sinus takikardia, aritmia ventrikuler, kejang, sakit kepala, mual,
muntah, hiperglikemi, SIADH
21. Cairan isotonik, hipotonik, hipertonik
1. Cairan hipotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan
osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),
sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada
pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi
yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke
sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam
otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 0,45% dan Dekstrosa 2,5%.
2. Cairan Isotonik.
Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah.
Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga
tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah
cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3. Cairan hipertonik.
Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu
menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema
(bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%,
NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk
darah (darah), dan albumin.
22. Ketoasidosis
Ketoasidosis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut DM akibat defisiensi
(absolut ataupun relatif) hormon insulin. Komplikasi akut pada Diabetes Melitus merupakan
keadaan darurat yang dapat mengancam jiwa bila tidak mendapat perawatan dan pengobatan
yang cepat dan adekuat.
Gejala Klinis :
- Polidipsia, poliuria, dan kelemahan merupakan gejala tersering yang ditemukan, dimana
beratnya gejala tersebut tergantung dari beratnya hiperglikemia dan lamanya penyakit.
- Anoreksia, mual, muntah, dan nyeri perut (lebih sering pada anak-anak) dapat dijumpai
dan ini mirip dengan kegawatan abdomen. Ketonemia diperkirakan sebagai penyebab
dari sebagian besar gejala ini. Beberapa penderita diabetes bahkan sangat peka dengan
adanya keton dan menyebabkan mual dan muntah yang berlangsung dalam beberapa jam
sampai terjadi KAD.
- Ileus (sekunder akibat hilangnya kalium karena diuresis osmotik) dan dilatasi lambung
dapat terjadi dan ini sebagai predisposisi terjadinya aspirasi.
- Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam) sebagai kompensasi terhadap
asidosis metabolik dan terjadi bila pH < 7,2.
- Secara neurologis, 20% penderita tanpa perubahan sensoris, sebagian penderita lain
dengan penurunan kesadaran dan 10% penderita bahkan sampai koma.
KRITERIA DIAGNOSIS
Penderita dapat didiagnosis sebagai KAD bila terdapat tanda dan gejala seperti pada kriteria
berikut ini :
a) Klinis : riwayat diabetes melitus sebelumnya, kesadaran menurun, napas cepat dan dalam
(kussmaul), dan tanda-tanda dehidrasi.
b) Faktor pencetus yang biasa menyertai, misalnya : infeksi akut, infark miokard akut,
stroke, dan sebagainya.
c) Laboratorium :
hiperglikemia (glukosa darah > 250 mg/dl).
asodosis (pH < 7,3, bikarbonat < 15 mEq/l).
ketosis (ketonuria dan ketonemia).
penatalaksanaan
- Penderita dikelola dengan tirah baring. Bila kesadaran menurun penderita dipuasakan.
- Untuk membantu pernapasan dipasang oksigen nasal (bila PO2 < 80 mgHg).
- Pemasangan sonde hidung-lambung diperlukan untuk mengosongkan lambung, supaya
aspirasi isi lambung dapat dicegah bila pasien muntah.
- Kateter urin diperlukan untuk mempermudah balans cairan, tanpa mengabaikan resiko
infeksi.
- Untuk keperluan rehidrasi, drip insulin, dan koreksi kalium dipasang infus 3 jalur.
- EKG perlu direkam secepatnya, antara lain untuk pemantauan kadar K plasma.
- Heparin diberikan bila ada DIC atau bila hiperosmolar berat (>380 mOsm/L).
- Koreksi elektrolit
Rehidrasi cairan
Pilihan antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari ada tidaknya hipotensi dan tinggi
rendahnya kadar natrium. Pada umumnya dibutuhkan 1-2 liter dalam jam pertama. Kemungkinan
diperlukan juga pemasangan CVP. Rehidrasi tahap selanjutnya sesuai dengan kebutuhan,
sehingga jumlah cairan yang diberikan dalam 15 jam sekitar 5 liter.
Insulin
Insulin baru diberikan pada jam kedua. 180 mU/kgBB diberikan sebagai bolus intravena, disusul
dengan drip insulin 90 mU/jam/kgBB dalam NaCl 0,9%.
JENIS PREPARAT AWITAN PUNCAK LAMA
KERJA
(JAM)
KERJA
(JAM)
KERJA
(JAM)
Insulin kerja
pendek
Insulin kerja
menengah
Insulin kerja
panjang
Insulin campuran
Actrapid Human
40/Humulin
Actrapid Human 100
Monotard Human 100
Insulatard
NPH
PZI
Mixtard
0,5 – 1
1 – 2
2
0,5 - 1
2 – 4
4 – 12
6 – 20
2 – 4 dan 6 - 12
5 – 8
8 – 24
18 – 36
8 - 24
23. Infark miokard
Miokard infark adalah Kondisi yang mengancam jiwa yang ditandai adanya formasi nerkotik
yang di area otot jantung okulasi arteri koroner dan gangguan aliran darah suplai oksigen ke otot
jantung .
Tanda dan gejala infark miokart serta dasar patofisiologinya
a. Nyeri (terasa meremuk , berat, lama, tidak sembuh dengan istirahat atau nitrogliserin).
Penghentian penyediaan darah untuk miokardium yang disebabkan sumbatan trombosis
menyebabkan akumulasi metabolit pada bagian iskemik miokardium , tampak ini menganggu
persarafan .
b. Syok (Tekanan darah sistolik dibawah 80 mmHg, rona wajah kelabu, letargi , diaforesis,
sianosis perifer, takikardi, atau brakikardi, nadi pelan.). Pada beberapa kasus , syok utamanya
disebabkan oleh nyeri hebat, pada kasus lain oleh karena penurunan curah jantung ( COP ) dan
fungsi jaringan yang tidak adekuat menghasilakan jaringan hipoksia .
c. Oliguria ( aliran urine kurang dari 30 mL / jam.)
Menunjukan hipoksia ginjal berkaitan dengan tidak adekuatnya perfusi jaringan dari hipotensi .
Syok kardiogenik terlihat ketika kerusakan ventrikel kiri lebih dari 40 %.
d. Demam (Suhu berkisar 37,5 0 – 39, 50 C disertai oleh leukositas dan percepatan perubahan
sedimentasi ). Demam dan perubahan jumlah sel darah putih hasil dari destruksi jaringan
miokardium dan proses inflamasi. Demam menurun ketika fibroblast mulai menggantikan
leukosit dan jaringan scar mulai membentuk.
e. Ketakutan
Nyeri hebat dari serangan jantung merupakan pengalaman yang mengerikan
f. mual , muntah
Mual dan muntah mungkin hasil dari nyeri hebat atau dari reflek ’ vagovagal ’ yang menjalar
dari area miokardium yang rusak terhadap saluran gastrointestinal .
g. Edema Paru Akut (dispneu, Ortopneu, ronchi + / + )
Pada beberapa kasus , ventrikel kiri menjadi lumpuh , kongestif paru hebat terjadi .
Penatalaksanaan
- Baringkan dengan posisi semi fowler
- Berikan oksigen 4 lt/menit
- Pasang EKG monitor
- Pasang infuse
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan enzim jantung
TERAPI AWAL (MONACO)
- Morfin : 2,5-5 mg sc.iv tiap 5-15 menit (atau phetidin, 25-50 mg i.v tiap 15-30
menit)
- Oksigen : 4 l/menit jika saturasi O2 < 90 %
- Nitrat : S.L. (0,3 – 0,6 mg)
- Aspirin : mula-mula 160-325 mg dikunyah, dilanjutkan oral
- Clopidogrel : 150-300 mg
24. Udem paru
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh kelebihan cairan di paru-paru.
cairan ini terkumpul dalam kantung-kantung udara di paru-paru banyak, sehingga sulit
untuk bernapas.
Manifestasi klinis :
sesak napas hebat yang dapat disertai sianosis, berkeringat dingin, batuk dapat disertai
dahak yang berwarna kemerahan (pink frothy sputum), pasien merasa ketakutan. Pasien
bisanya dalam posisi duduk atau sedikit membungkuk kedepan.
penatalaksanaan
a. Posisi dan Terapi Oksigen
Pasien diposisikan dalam keadaan duduk atau setengah duduk. Oksigen (40-50%) segera
diberikan sampai dengan 8 L/menit, untuk mempertahankan PO2, kalau perlu dengan
masker. Jika kondisi pasien semakin memburuk, timbul sianosis, makin sesak, takipneu,
ronki bertambah, PO2 tidak bisa dipertahankan ≥60 mmHg, atau terjadi kegagalan
mengurangi cairan edema secara adekuat, maka perlu dilakukan intubasi endotrakeal, dan
penggunaan ventilator.
Efek terapi : Oksigen konsentrasi tinggi akan meningkatkan tekanan intraalveolar
sehingga dapat menurunkan transudasi cairan dari kapiler alveolar dan mengurangi aliran
balik vena (venous return) ke toraks , mengurangi tekanan kapiler paru.
b. Morfin Sulfat
Morfin diberikan secara intravena dengan dosis 2-5 mg. Dapat diulangi tiap 15 menit.
Sampai total dosis 15 mg biasanya cukup efektif.
Efek terapi : obat ini mengurangi kecemasan, mengurangi rangsang vasokonstrikstor
adrenergik terhadap pembuluh darah arteriole dan vena. Obat ini dapat menyebabkan
depresi pernapasan, sehingga nalokson harus tersedia.
c.Nitroglycerin dan Nitroprusside
Nitroglycerin sublingual 0,4-0,6 mg (dapat diulangi setiap 5 menit). Jika pasien tidak
respon atau EKG menunjukkan tanda-tanda iskemik, nitroglycerin dapat diberikan
melalui drip intravena 10-30 ug/menit dan dititrasi.
Pada pasien dengan hipertensi resisten dan tidak berespon baik dengan pemberian
nitroglycerin, dapat diberikan nitroprusside dimulai dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit dan
dititrasi.
d. Diuretik loop intravena
Diberikan furosemid 40-80 mg i.v. bolus atau bumetanide 0,5 – 1 mg iv, dapat diulangi
atau dosis ditingkatkan setelah 4 jam atau dilanjutkan dengan drip kontinu sampai dicapai
produksi urin 1 ml/kgBB/jam. Selama terapi ini elektrolit serum dimonitor terutama
kalium.
e. Inotropic
Pada pasien dengan hipotensi atau pasien yang membutuhkan tambahan obat-obatan
inotropic, dapat dimulai dengan Dopamin dosis 5-10 ug/kg/menit dan dititrasi sampai
mencapai tekanan sistolik 90-100 mmHg. Dopamin dapat diberikan sendiri atau
dikombinasikan dengan dobutamin yang dimulai dengan dosis 2,5 ug/kgBB/menit dan
dititrasi sampai terjadi respon klinis yang diinginkan.
f. Aminofilin
Kadang-kadang aminofilin 240-480 mg intravena efektif mengurangi bronkokonstriksi,
meningkatkan aliran darah ginjal dan pengeluaran natrium dan memperkuat konstraksi
miokard.