tugas ujian anestesi - nidya febrina

36
TUGAS UJIAN ANESTESIOLOGI Pembimbing : Dr. Uus Rustandi, Sp.An-KIC Dr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An. M.kes Disusun oleh : NIDYA FEBRINA 1102010206 KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI 0

Upload: unidya-febrina

Post on 01-Feb-2016

100 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

anestesi

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

TUGAS

UJIAN ANESTESIOLOGI

Pembimbing :

Dr. Uus Rustandi, Sp.An-KIC

Dr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An. M.kes

Disusun oleh :

NIDYA FEBRINA

1102010206

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANASTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RSUD ARJAWINANGUN

PERIODE 26 OKTOBER – 14 NOVEMBER 2015

0

Page 2: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

1. Cara Menilai Ada atau Tidak Kelainan Jalan Napas

1. LOOK

Kesadaran; “the talking patient” : pasien yang bisa bicara berarti airway

bebas, namun tetap perlu evaluasi berkala.

Agitasi

Nafas cuping hidung

Sianosis

Retraksi

Accessory respiratory muscle

2. LISTEN

Snoring, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring .

Gurgling, (suara berkumur) menunjukkan adanya cairan/ benda asing .

Stridor, dapat terjadi akibat sumbatan sebagian jalan napas jalan napas

setinggi laring (Stridor inspirasi) atau setinggi trakea (stridor ekspirasi).

Hoarness, akibat sumbatan sebagian jalan napas setinggi faring .

Afoni, pada pasien sadar merupakan petanda buruk, pasien yang

membutuhkan napas pendek untuk bicara menandakan telah terjadi

gagal napas .

3. FEEL

Aliran udara dari mulut/ hidung.

Posisi trakea terutama pada pasien trauma, adanya krepitasi.

2. Alat-Alat yang Digunakan Untuk Intubasi Endotrakea

1. Bag and mask , selang O2 dan O2

2. Laryngoscope

3. Endotrakeal tube

4. Syringes / spuit

5. Stylet

6. Xylocain jelly

1

Page 3: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

7. Suction canule

8. Magil forceps

9. Oropharingeal tube

10. Plester

11. Stetoscope

3. Obat -Obatan Untuk Intubasi Endotrakea

1. Sedasi

a). Pentothal 25 mg / cc dosis 4-5 mg/kgbb

b).Dormicum 1 mg / cc dosis 0,6 mg/kgbb

c). Diprivan 10 mg/cc 1-2 mg/kgbb

2. Muscle relaxan

a). Succynilcholin 20 mg / cc dosis 1-2 mg/kgbb

b).Pavulon 0,15 mg/kgbb

c). Tracrium 0,5-0,6 mg/kgbb

d).Norcuron 0,1 mg/kgbb

3. Obat-obatan emergency (troley emergency)

a). Sulfas Atropine

b).Epedrine

c). Adrenalin / Epinephrin

d).Lidocain 2%

2

Page 4: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

A. Sebutkan Teknik Induksi Anestesi dan Obat-obatan yang D igunakan

U ntuk M asing- M asing T eknik I nduksi T ersebut

Induksi Anastesi

Merupakan tindakan untuk membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar,

sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan pembedahan. Induksi dapat

dikerjakan secara intravena, inhalasi, intramuscular atau rectal. Setelah pasien

tidur akibat induksi anestesia langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan

anestesia sampai tindakan pembedahan selesai. Untuk persiapan induksi

anestesi diperlukan ‘STATICS’:

S : Scope Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung.

Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai

dengan usia pasien. Lampu harus cukup terang.

T : Tube Pipa trakea.pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon

(cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed).

A : Airway Pipa mulut faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa

hidung-faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk

menahan lidah saat pasien tidak sadar untuk menjaga

supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.

T : Tape Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau

tercabut.

I : Introducer Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastic (kabel)

yang mudah dibengkokan untuk pemandu supaya pipa

trakea mudah dimasukkan.

C : Connector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia

S : Suction Penyedot lender, ludah danlain-lainnya.

3

Page 5: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

a. Induksi intravena

Paling banyak dikerjakan dan digemari. Indksi intravena dikerjakan

dengan hati-hati, perlahan-lahan, lembut dan terkendali. Obat induksi

bolus disuntikan dalam kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi

anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi

dan selalu diberikan oksigen. Dikerjakan pada pasien yang

kooperatif.

o Obat-obat induksi intravena:

Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000 mg

Sebelum digunakan dilarutkan dalam akuades steril sampai

kepekatan 2,5% ( 1ml = 25mg). hanya boleh digunakan untuk

intravena dengan dosis 3-7 mg/kg disuntikan perlahan-lahan

dihabiskan dalam 30-60 detik.

Bergantung dosis dan kecepatan suntikan tiopental akan

menyebabkan pasien berada dalam keadaan sedasi, hypnosis,

anestesia atau depresi napas. Tiopental menurunkan aliran darah

otak, tekanan likuor, tekanan intracranial dan diguda dapat

melindungi otak akibat kekurangan O2 . Dosis rendah bersifat

anti-analgesi.

Propofol (diprivan, recofol)

Dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu

bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml = 1o mg). suntikan

intravena sering menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik

sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2 mg/kg intravena.

Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kg, dosis rumatan

untuk anestesia intravena total 4-12 mg/kg/jam dan dosis sedasi

untuk perawatan intensif 0.2 mg/kg. pengenceran hanya boleh

dengan dekstrosa 5%. Tidak dianjurkan untuk anak < 3 tahun

dan pada wanita hamil.

Ketamin (ketalar)

Kurang digemari karena sering menimbulkan takikardia,

hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat

4

Page 6: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur dan mimpi buruk.

Sebelum pemberian sebaiknya diberikan sedasi midazolam

(dormikum) atau diazepam (valium) dengan dosis0,1 mg/kg

intravena dan untuk mengurangi salvias diberikan sulfas atropin

0,01 mg/kg.

Dosis bolus 1-2 mg/kg dan untuk intramuscular 3-10 mg.

ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml =

10mg), 5% (1 ml = 50 mg), 10% ( 1ml = 100 mg).

Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)

Diberikan dosis tinggi.Tidak menggaggu kardiovaskular,

sehingga banyak digunakan untuk induksi pasien dengan

kelianan jantung. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil

dosis 20-50 mg/kg dilanjutkan dosis rumatan 0,3-1 mg/kg/menit.

b. Induksi intramuscular

Sampai sekarang hanya ketamin (ketalar) yang dapat diberikan

secara intramuskulardengan dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5

menit pasien tidur.

c. Induksi inhalasi

N2O (gas gelak, laughing gas, nitrous oxide, dinitrogen

monoksida) berbentuk gas, tak berwarna, bau manis, tak

iritasi, tak terbakar dan beratnya 1,5 kali berat udara.

Pemberian harus disertai O2 minimal 25%. Bersifat anastetik

lemah, analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk

mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi

inhalasi jarang digunakan sendirian, tapi dikombinasi dengan

salah satu cairan anastetik lain seperti halotan.

Halotan (fluotan)

Sebagai induksi juga untuk laringoskop intubasi, asalkan

anestesinya cukup dalam, stabil dan sebelum tindakan

diberikan analgesi semprot lidokain 4% atau 10% sekitar

faring laring.

5

Page 7: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Kelebihan dosis menyebabkan depresi napas, menurunnya

tonus simpatis, terjadi hipotensi, bradikardi, vasodilatasi

perifer, depresi vasomotor, depresi miokard, dan inhibisi

refleks baroreseptor.Merupakan analgesi lemah, anestesi kuat.

Halotan menghambat pelepasan insulin sehingga mininggikan

kadar gula darah.

Enfluran (etran, aliran)

Efek depresi napas lebih kuat dibanding halotan dan

enfluran lebih iritatif disbanding halotan.Depresi terhadap

sirkulasi lebih kuat dibanding halotan, tetapi lebih jarang

menimbulkan aritmia.Efek relaksasi terhadap otot lurik lebih

baik disbanding halotan.

Isofluran (foran, aeran)

Meninggikan aliran darah otak dan tekanan

intracranial.Peninggian aliran darah otak dan tekanan

intracranial dapat dikurangi dengan teknik anestesi

hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk

bedah otak.Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung

minimal, sehingga digemari untuk anestesi teknik hipotensi

dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner.

Desfluran (suprane)

Sangat mudah menguap.Potensinya rendah (MAC 6.0%),

bersifat simpatomimetik menyebabkan takikardi dan

hipertensi.Efek depresi napasnya seperti isofluran dan

etran.Merangsang jalan napas atas sehingga tidak digunakan

untuk induksi anestesi.

Sevofluran (ultane)

Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan

isofluran.Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan

napas, sehingga digemari untuk induksi anestesi inhalasi

disamping halotan.

6

Page 8: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

d. Induksi per rectal

Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau

midazolam.

e. Induksi mencuri

Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi

biasa hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien,

tetapi kita berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur

baru sungkup muka kita tempelkan.

f. Pelumpuh otot nondepolarisasi Tracurium 20 mg (Antracurium)

Berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak

menyebabkna depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin

menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat bekerja.

Dosis awal 0,5-0,6 mg/kgBB, dosis rumatan 0,1 mg/kgBB, durasi

selama 20-45 menit, kecepatan efek kerjanya -2 menit. Tanda-tanda

kekurangan pelumpuh otot diantaranyab cegukan (hiccup), dinding

perut kaku, dan ada tahanan pada inflasi paru

B. Jelaskan Tentang Rapid Sequence Intubation (RSI)

1. Pengertian

Rapid Sequence Intubation (RSI) adalah suatu prosedur tehnik

intubasi yang dilakukan setelah preoksigenisasi, kemudian induksi dengan

menggunakan obat induksi yang poten lalu diikuti pemberian obat

pelumpuh otot dengan kerja cepat untuk dapat menyebabkan penurunan

kesadaran dan paralisis motorik untuk tujuan intubasi secara cepat. Teknik

ini didasari pada pasien dalam keadaan tidak puasa atau lambung penuh

yang akan dilakukan intubasi, yang memiliki resiko aspirasi cairan atau isi

lambung.

2. Obat-obat yang digunakan

Thiopenthone, suxamethonium, efedrin, atropine

3. Teknik RSI

Teknik melakukan RSI, yaitu :

7

Page 9: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

1) Pasien selalu dilakukan preoksigenasi sebelum dilakukan induksi. 4 kali

tarikan nafas maksimal dari oksigen sudah cukup untuk denitrogenasi paru

normal. Pasien dengan penyakit paru memerlukan 3-5 menit

preoksigenasi. 

2) Prekurarisasi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi mungkin

mencegah peningkatan tekanan intraabdomen yang berhubungan dengan

fasikulasi yang disebabkan oleh suksinilkolin. Tahap ini sering

ditinggalkan, meski tahap ini dapat menurunkan tonus spingter

oesophagus bagian bawah. Jika recorunium dipilih untuk relaksasi, dosis

p[riming kecil (0,1 mg/kgbb) diberikan 2-3 menit sebelum induksi

mungkin mempercepat onset dari aksi.

3) Blade yang besar dan tube endotracheal disiapkan sebelumnya. Sebaiknya

dimulai dengan memakai stilet dan nomor tube endotracheal satu sampai

setengah nomor dibawah biasanya, untuk memeaksimalkan kemudahan

melakukan intubasi.

4) Asisten melakukan penekanan ringan diatas kartilago krikoid sesaat

setelah induksi (Sellick’s Manuver). Karena kartilago krikoid terbentuk

cincin yang tidak putus dan tidak kempes, tekanan diatas menekan

jaringan dibawahnya. Oesophagus lalu kolaps, dan secra pasif regurgitasi

cairan lambung tidak dapat mencapai hipofaring. Tekanan pada krikoid

yang berlebihan (lebih keras daripada yang ditoleransi orang pada

umumnya) dapat menyebabkan ruptur dinding oesophagus posterior.

5) Tidak ada pemberian tes dosis dari tiopental. Dosis induksi diberikan

secara bolus. Seharusnya dosis ini dimodifikasi bila ada indikasi bahwa

sistem kardiovaskular pasien tidak stabil. Agen RSI lain dapat

menggantikan thiopental.(seperti propofol, ketamin)

6) Suksinilkolin (1,5 mg/kgbb) atau recuronium (0,9 -1,2 mg/kgbb) dapat

diberikan segera setelah tiopenthal, walaupun pasien belum hilang

kesadarannya.

8

Page 10: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

7) Pasien tidak dilakukan ventilasi secara artifisisal, untuk menghindari

pengisian udara perut dimana hal ini dapat meningkatkan risiko emesis.

Setelah reflek spontan pasien berhenti atau respon otot terhadap rangsang

hilang, pasien segera mulai di intubasi. Penekanan pada cricoid

dipertahankan sampai cuff tube endotracheal sudah dikembangkan dan

posisi tube sudah pasti. Modifikasi dari RSI klasik memperbolehkan

ventilasi yang gentle selama tekan krikoid dipertahankan.

8) Bila intubasi mengalami kesulitan, tekanan pada krikoid dipertahankan

sampai dan pasien diventilasi secara gentle dengan oksigen sampai usaha

intubasi berikutnya dapat dilakukan. Bila intubasi tetap tidak berhasil,

spontan ventilasi seharusnya diadakan dan dilakukan intubasi sadar.

9) Setelah selesai pembedahan, pasien harus diekstubasi setelah reflek-reflek

jalan napas kembali dan kesadaran sudah pulih.

C. Jelaskan Tentang Malignant Hypertermia

1. Definisi

Malignant hypertermia adalah penyakit terkait genetik yang

menyebabkan kenaikan cepat pada suhu tubuh dan kontraksi otot yang

berlebih yang disebabkan oleh anestesia umum. Hipertermia maligna

merupakan suatu komplikasi anestesia yang jarang namun

berpotensi fatal. Keadaan ini ditandai dengan kenaikan suhu

tubuh secara cepat, meningkatnya kekakuan otot,

takikardia, dan asidosis.

Malignant hyperthermia merupakan sebuah trait autosomal dominant

yang diwariskan dengan penetrance yang kecil. Hal ini berhubungan dengan

mutasi pada 2 gen, yaitu RyR1 (Ryanodine Receptortype 1) yang

mengkodekan skeletal muscle isoform dari calcium release channel pada

sarcoplasmic reticulum, dan CACNA15 yang mengkodekan alpha subunit

dari L-type calcium channel isoform pada sarcolemma (dihydropyridine

receptor). Penghentian yang menyimpang dari aktivitas RyR1 ditemukan

pada orang yang MH susceptible. Penyandang MH sebagian terbukti

mengalami mutasi kromosom no.19q 12.1-13.2. Mutasi ini menyebabkan

9

Page 11: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

perilaku menyimpang pada reseptor ryanodin (RyR) di dalam sel otot

skeletal.

2. Pencetus

Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.

Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan

secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium

intraselular dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan

hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian

antipiretik tidak bemanfaat.

Pemacu :

Halothane (anesthesia agent) atau anestesi lain yang digunakan dengan

cara menghirup.

Succinylcholine (neuromuscular blocker)

Phenothiazine

Haloperidol

3. Angka Kejadian

Insiden terjadinya malihnan hipertermi berkisar antara 1:5000 hingga 1:

50.000 – 100.000 kasus dewasa dan 1:3000 _ 1:5000 pada kasus pediatrik.

10

Page 12: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Prevalensi kelainan ini mungkin 1 dalam 3000-4000 individu, dapat

mengenai seluruh kelompok etnik dan golongan umur, dengan insidensi

terbanyak dewasa muda, dimana perbandingan pria : wanita adalah 2:1.

Semua Ras dapat terkena, dan insiden tertinggi terjadi

pada individu usia muda dengan rata-rata usia 18.3 tahun.

Telah diketahui , bahwa anak anak dibawah usia dibawah 15

tahun didapatkan terjadinya kemungkinan hipertermi

maligna sebesar 52.1 %. Usia termuda yang pernah

dilaporkan dan telah dikonfirmasi dengan uji lab adalah

terjadi pada usia 6 bulan dan yang tertua terjadi pada usia

78 tahun  (Rosenberg et al, 2007). Di china dilaporkan

terjadi kejadian Hipertermi maligna pada anak usia 3 tahun

9 bulan dengan tanpa riwayat penyakit keluarga

sebelumnya yang dikarenakan pemberian suksinil kolin dan

sevofluran (shu chia hsu, 2007). Di amerika serikat

dilaporkan 1-2 pasien meninggal setiap tahunya karena

hipertermi maligna (Anne, 2008).

4. Penatalaksanaan

Tatalaksana utama adalah menurunkan suhu tubuh dengan cepat dan

agresif dengan total body cooling (air es/dingin lewat NGT, rectal, dan IV),

segera menghentikan pemakaian obat anestesi, pemberian oksigen 100%,

memperbaiki asidosis, furosemid (1 mg/kgBB), manitol 20% (1

g/kgBB),insulin, dextrose, hidrokortison, Dantrolone (antidote spesifik 2.5

mg/kgBB IV dan kemudian tiap 5-10 menit) dan mengatasi aritmia.

Panduan Tatalaksana Krisis Hipertermia Maligna Pada Intra Operasi :

1) Segera hentikan semua zat anestetik volatil.

2) Aktifkan situasi kegawatdaruratan.

3) Naikkan ventilasi semenit untuk menurunkan ETCO2. Gunakan

oksigen tinggi dengan memantau pada SpO2.

4) Berikan dantrolen sodium. Dosis inisial 2,5 mg/kg BB, dilakukan

secara bolus intravena.

5) Dinginkan pasien. Gunakan ice packs di inguinal, aksila dan leher.

11

Page 13: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

6) Lavase lambung dengan cairan dingin.

7) Hentikan pendinginan jika suhu badan telah mencapai 38,5 °C.

8) Ganti CO2 absorber tiap kali telah jenuh.

9) Atasi aritmia sesuai algoritma. Jangan gunakan Ca channel blocker

10) Dosis lanjutan dantrolen dititrasi sesuai perubahan ETCO2 dan laju

jantung.

11) Batas dosis total (bolus dan rumatan) dantrolen adalah 10 mg/kg BB,

namun boleh ditambah bilamana sangat perlu.

12) Periksa AGD, elektrolit, kreatinin kinase urin. Hiperkalemia diatasi

dengan insulin dan glukosa, ditambah hiperventilasi.

13) Periksa koagulasi lengkap setelah 6-12 jam.

14) Pastikan semua proses tercatat dan segera dilaporkan ke Indonesian

MH Registry.

12

Page 14: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Jelaskan Mengenai :

1. Skor M allampati

Dalam anestesi, skor Mallampati, juga Mallampati klasifikasi, digunakan

untuk memprediksi kemudahan intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat

anatomi rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada visibilitas dasar uvula, pilar

faucial.

Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka maksimal dan lidah

dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi menjadi 4 grade, yaitu :

Grade I : Pilar faring, uvula, dan palatum mole terlihat jelas

Grade II : Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan pilar faring

tidak terlihat

Grade III  : Hanya palatum mole yang terlihat

Grade IV      : Pilar faring, palatum molr, dan uvula tidak terlihat.

2. Cara Konfirmasi Posisi ETT Setelah Dilakukan Intubasi

Melakukan auskultasi pada bagian paru dextra dan sinistra serta lambung.

3. Skor Modifikasi Aldrete

Untuk melihat pemulihan anestesi. Pasien dipindahkan ke ruang

pemulihan dan terus di observasi dengan cara menilai Aldrette’s Score. Apabila

bernilai 8 – 10, pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan. Bila nilai 5 – 8,

13

Page 15: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

dilakukan observasi secara ketat, dan bila nilai kurang dari 5, pasien

dipindahkan ke ICU.

Berikut dibawah ini adalah hal yang dinilai dalam skor Aldrete beserta

nilainya :

4. Bromage Score

Skoring ini digunakan untuk menilai pemulihan pasien paska anestesi spinal.

Dengan kata lain, skor ini fapat melihat lama kerja blokade motorik dimana

waktu yang diperlukan untuk pemulihan pergerakan tungkai, yaitu tungkai

dapat mengangkat lutut dan telapak kaki ( Bromage 0 )

Kriteria Nilai sebagai berikut :

Gerakan penuh dari tungkai, 0

Tak mampu ekstensi tungkai, 1

Tak mampu fleksi lutut, 2

Tak mampu fleksi pergelangan kaki, 3

Dapat digambarkan sebagai berikut :

14

Page 16: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Jika Bromage Score 2 dapat pindah ke ruang perawatan.

5. Skor PRST U ntuk M enilai K edalaman A nestesi

Untuk mengendalikan kedalaman anestesi pasien dihubungkan dengan

monitor bispectralindex score (BIS) serta untuk mengendalikan kecukupan

analgesi dinilai menggunakan skor patient response to surgical stimuli (PRST).

Nilai BIS dikendalikan antara 40 sampai 60 dan nilai PRST <3. Intervensi

hemodinamik dilakukan apabila didapatkan penurunan atau kenaikan tekanan

darah >30% daripada tekanan darah awal, nilai BIS<40 atau >60 dan nilai

PRST >3. Penurunan tekanan darah >30% diintervensi dengan memberikan

efedrin 5 mg intravena, namun bila terjadi penurunan tekanan darah yang

berulang, maka dilakukan pengurangan dosis propofol rumatan. Bila kenaikan

tekanan darah >30%, diatasi dengan cara memberikan bolus propofol dosis 0,5

mg/kgBB, namun apabila berulang dilakukan peningkatan dosis propofol

rumatan. Bila nilai BIS <40, dilakukan pengurangan dosis rumatan propofol

dan bila BIS>60 dilakukan penambahan dosis rumatan, sedangkan apabila nilai

PRST>3, diberikan penambahan fentanil 1 μg/kgBB.

Skor PRST, sebagai Autonomic Nervous System Index of Conciousness terdiri

dari :

1) Blood Pressure

2) Heart Rate

3) Sweating

4) Secretion of Tears

Dengan penjelasan, turunnya tekanan darah, denyut nadi, produksi

keringat, serta sekresi dari air mata, menandakan semakin dalamnya anastesi

pada pasien, begitu juga sebaliknya. Apabila terjadi peningkatan tekanan

15

Page 17: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

darah, nadi, keringat, dan tampak adanya sekresi air mata menandakan

kedalaman anestesia berkurang.

6. Cara M enilai K etinggian B lokade S ensorik P ada A nestesi a S pinal

Tes Sensorik

a. Raba Halus

Dengan menggunakan sepotong kapas dan sentuhkan kapas tersebut

diatas kulit. Cobalah untuk mengulangi rangsangannya.

Peragakan – dengan kedua mata pasien terbuka, tunjukkan padanya

bahwa anda akan meraba kulitnya. Mintalah pasien mangatakan “ya”

setiap kali dia merasakan sentuhan.

TES – perintahkan pasien untuk menutup matanya, lakukan tes pada

daerah kulit yang bermasalah.

b. Rasa Nyeri

Dengan menggunakan peniti atau jarum tajam dan tumpul.

Peragakan – Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan

bahwa anda ingin agar pasien memberitahukan apakah jarum yang

dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area yang terganggu dengan jarum

dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.

TES – mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri

rangsangan tajam dan tumpul secara acak, dan perhatikan respon pasien.

 Dermatom – Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang

terbatas pada distribusi segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks

spesifik dinamai dermatom.

Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan

untuk melukiskan area ini dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa

harus menempatkan peniti di pusat area baal merangsang ke arah luar

sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas

kehilangan sensorik dapat ditentukan.

c. Sensasi Suhu

Dengan menggunakan tabung berisi air hangat dan dingin.

16

Page 18: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Peragakan – “ saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh

anda dengan tabung yang panas atau dingin. Sentuhkan secara acak

tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau daerah kulit yang

terganggu.

d. Tes Propioseptif

Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan

memegang sisi lateral phalanx distal, sementara bagian proksimal

phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini dijelaskan kepada pasien

dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya “keatas”

dan “kebawah”. Kemudian pasien menutup mata & pemeriksa

menggerakkan phalanxnya keatas dan kebawah.Pasien hrs menjawab

apakah sendinya ke atas atau ke bawah.

e. Rasa Getar

Gunakan garpu tala 128 Hz. Garpu tala dengan frequensi yg lebih tinggi

(256 atau 512 Hz) tidak adekuat.

Peragakan – Pastikan pasien mengerti bahwa dia akan merasakan

getaran, dengan memukulkan garpu tala dan meletakkannya diatas

sternum atau dagu.

TES –mintalah pasien menutup matanya, tempatkan garpu tala pada

tonjolan tulang, tanyakan pasien dapat merasakan getaran tersebut.

Letakkan pada sendi metatarsal falangeal, malleolus medialis, tuberositas

tibialis, spina iliaka anterior superior, di lengan dan pada ujung jari,

masing-masing sendi interfalangeal, pergelangan tangan, siku dan bahu.

Bila sensasi bagian distal normal, tes tidak perlu dilakukan pada bagian

proksimal.

7. Skala / Skor Nyeri

a. Menurut Visual Analog Scale (VAS)

VAS adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri

dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai

dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung

kanan diberi tanda “worst pain”(nyeri hebat). Pasien diminta untuk

17

Page 19: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri

yang dirasakan pasien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai

pada tanda yang diberi oleh pasien (ukuran mm), dan itulah skornya yang

menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skor tersebut dicatat untuk

melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.

Skala Nyeri VAS sebagai berikut :

b. Behavior Pain Scale (BPS)

BPS digunakan untuk menilai rasa nyeri yang dialami pasien pada

prosedur yang menyakitkan seperti tracheal suctioning ataupun mobilisasi

tubuh.

Skala ini sudah divalidasi. BPS terdiri dari tiga penilaian, yaitu ekspresi

wajah, pergerakan ekstremitas, dan komplians dengan mesin

ventilator.Setiap subskala diskoring dari 1 (tidak ada respon) hingga 4

(respon penuh). Karena itu skor berkisar dari 3 (tidak nyeri) hingga 12

(nyeri maksimal).Skor BPS sama dengan 6 atau lebih dipertimbangkan

sebagai nyeri yang tidak dapat diterima.

18

Page 20: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Sebutkan :

1. Efek Samping Anestesi Spinal

Nyeri tempat suntikan

Nyeri Punggung

Nyeri kepala karena kebocoran likuor

Retensio urin

Meningitis

2. Komplikasi A nestesi S pinal

Intra Operatif:

Hipotensi

Bradikardi

Hipoventilasi

Trauma Saraf

Trauma Pembuluh darah

Mual Muntah

19

Page 21: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Gangguan pendengaran

Anestesi spinal tinggi atau spinal total

Post Operatif:

Nyeri di punggung

Nyeri di tempat suntikan

Nyeri Kepala karena kebocoran liquor

Retensio Urin

Meningitis

3. Keuntungan A nestesi S pinal D ibandingkan A nestesi U mum

Lebih murah

Caranya Sederhana

Penggunaan alat minim

Non eksplosif karena tidak menggunakan obat-obatan yang mudah terbakar

Pasien sadar saat pembedahan

Reaksi stres pada daerah pembedahan kurang bahkan tidak ada

Perdarahan relatif sedikit

Setelah pembedahan pasien lebih segar atau tenang dibandingkan anestesi

umum

Pasien tidak perlu puasa setelah pembedahan selesai

4. Kerugian Anestesi Spinal Dibanding Anestesi Umum

Terkadang akan sangat sulit untuk menetukan lokasi dural space dan menda

patkan cerebrospinal fluid.

20

Page 22: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Anestesi spinal tidak baik jika digunakan untuk pembedahan dengan jangka

1aktu lebihdari % jam. <ika operasi atau pembedahan lebih lama dari % jam

maka disarankan.

1. Sebutkan O bat-obatan dan A lat-alat U ntuk R esusitasi J antung P aru

O tak

21

Page 23: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

2. O bat-obatan I notropik

22

Page 24: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Inotropik dibagi dalam dalam dua agen yaitu :

a. Agen inotropik positif

Adalah agen yang meningkatkan kontraktilitas miokard, dan

digunakan untuk mendukung fungsi jantung dalam kondisi seperti gagal

jantung, syok kardiogenik, syok septic, kardiomiopati.

Contoh: Berberine, Omecamtiv, dopamine, epinefrin (adrenalin),

isoprenalin (isoproterenol), digoxin, digitalis, amrinon, teofilin

b. Agen inotropik negative

Adalah agen menurunkan kontraktilitas miokard, dan digunakan untuk

mengurangi beban kerja jantung.

Contoh : Carvedilol, bisoprolol, metoprolol, diltiazem, verapamil,

clevidipine, quinidin.

3. Obat-obatan Vasopresor

1) Phenylephrine

2) Epinefrin (Adrenalin)

3) Norepinefrin

4) Dopamin

5) Efedrin

6) Methoxamine

7) Vasopressin dan Terlipressin

8) Isoproterenol

1. Minimum Alveolar Concentration (MAC)

23

Page 25: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Minimun Alveolar Concentration adalah konsentrasi gas anestesi dalam

alveoli yang dapat mencegah gerakan pada 50% pasien dengan respon standar

(misalnya. irisan bedah). Penelitian pada manusia untuk menentukan MAC

menunjukkan bahwa induksi dengan anestesia inhalasi selama 15 menit dapat

mengizinkan terjadinya equilibrioum dari alveolar dan tekanan parsial arteri.

MAC merupakan ukuran yang berguna karena merefleksikan tekanan

parsial anestetik di otak, sehingga dapat membandingkan secara langsung

potensi setiap anestetik sekaligus memberikan standar baku untuk penelitian.

Meskipun demikian, nilai MAC tetap saja hanya merupakan angka statistikal

belaka pada saat menangani pasien; masing-masing pasien merupakan individu

yang unik dan oleh karena itu memerlukan pendekatan yang bersifat individual

pula, misalnya pada saat menentukan dosis induksi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi MAC, dimana dengan

adanya faktor ini makan akan meningkatkan MAC pada individu tersebut, dan

menurunnya potensi anestesi pada individu tersebut. Oleh karena faktor ini,

pasien membutuhkan konsentrasi volatil agent yang lebih tinggi. Faktor-faktor

tersebut diantaranya yaitu :

a. Faktor Fisiologi

b. Faktor Farmakologi

c. Faktor Patologi

2. Tekanan Parsial Gas

24

Page 26: Tugas Ujian Anestesi - Nidya Febrina

Merupakan tekanan hipotesis gas pada saat gas tersebut menempati

volume campuran pada suhu yang sama.

Arah difusi gas ditentukan oleh perbedaan tekanan parsial gas di alveoli

dan pembuluh darah. Bila tekanan parsial gas lebih besar pada fase gas di

alveoli, seperti oksigen, maka akan lebih banyak molekul yang masuk ke

dalam darah.

3. Opioid Sintetik

Yang termasuk ke dalam obat golongan opioid sintetik adalah :

a. Petidin

b. Fentanil

c. Alfentanil

d. Sulfentanil

e. Remifentanil

25