tugas uas max webber

38
HAMBATAN APABILA ORGANISASI PUBLIK DIJALANKAN MENURUT KAIDAH-KAIDAH ORGANISASI BIROKRASI NASIONAL DARI MAX WEBER MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Kuliah Teori Organisasi dan Administrasi Dosen Pengampu : Dr. Mochamad Makmur, MS Oleh: Wahyu Riyani 135030101111044 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Upload: w-riany

Post on 25-Jul-2015

144 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas uas max webber

HAMBATAN APABILA ORGANISASI PUBLIK DIJALANKAN

MENURUT KAIDAH-KAIDAH ORGANISASI BIROKRASI

NASIONAL DARI MAX WEBER

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Kuliah Teori Organisasi

dan Administrasi

Dosen Pengampu : Dr. Mochamad Makmur, MS

Oleh:

Wahyu Riyani

135030101111044

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: Tugas uas max webber

ii

Kata Pengantar

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu ujian semester

ganjil mata kuliah Teori Organisasi dan Administrasi. Dalam makalah ini diuraikan tentang,

“HAMBATAN APABILA ORGANISASI PUBLIK DIJALANKAN MENURUT KAIDAH-

KAIDAH ORGANISASI BIROKRASI NASIONAL DARI MAX WEBER” yang menjadi

masalah bagi Indonesia sehingga prinsip organisasi dalam memberikan pelayanan publik

kepada masyarakat belum dapat diterapkan secara efektif dan efisien.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta

hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana

dan tepat pada waktunya tanpa halangan apapun. Dan tidak lupa penulis ingin berterima kasih

kepada Bapak Dr. Mochamad Makmur, MS selaku dosen mata kuliah Teori Organisasi dan

Administrasi yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan agar karya ini dapat tersusun dengan rapi. Namun, sebagai manusia biasa tidak

luput dari kesalahan dan kekhilafan bagi dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa.

Namun, demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar karya ilmiah ini dapat

tersusun dengan baik. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak yang telah membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan masyarakat pada umumnya.

Malang, 02 Januari 2015

Penulis

Page 3: Tugas uas max webber

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan Makalah................................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................. 3

2.1 Organisasi.............................................................................................................3

2.1.1 Pengertian Organisasi ................................................................................3

2.1.2 Bentuk-bentuk Organisasi .........................................................................5

2.1.3 Prinsip-prinsip Organisasi .........................................................................7

2.2 Konsep Teori Birokrasi Max Weber .................................................................10

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................14

3.1 Hambatan yang Dialami Indonesia Apabila Organisasi

Publiknya Menurut Kaidah-kaidah Organisasi Birokrasi dari Max Weber........14

3.2 Dasar Hukum Terkait dengan Organisasi yang Mengatur

Birokrasi Pemerintahan Indonesia......................................................................16

3.3 Solusi untuk Menciptakan Birokrasi yang Lebih Baik bagi Indonesia .............18

BAB IV PENUTUP ..........................................................................................................21

Page 4: Tugas uas max webber

iv

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 21

4.2 Saran ................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 23

Page 5: Tugas uas max webber

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

..... Birokrasi tidak akan terlepas dari suatu organisasi, karena pada umumnya birokrasi

merupakan pengatur jalannya organisasi tersebut. Birokrasi dapat diaplikasikan dalam sebuah

organisasi secara langsung maupun tidak langsung sebagai orientasi dalam keberlangsungan

organisasinya. Birokrasi dapat diumpamakan sebuah “jantung” dalam institusi, karena

birokrasilah yang “menghidupkan” institusi tersebut. Jantung yang sehat akan membuat

pemilik jantung menjadi sehat, tetapi sebaliknya jika jantung tidak sehat, maka akan

mendatangkan berbagai “penyakit” kepada pemilik jantung tersebut. Begitu juga dengan

birokrasi, birokrasi yang ideal akan memberikan dampak (positif) keidealan terhadap

institusinya, dan sebaliknya, birokrasi yang tidak ideal akan membawa dampak (negatif) yang

cukup signifikan terhadap kehancuran dari institusinya tersebut. Banyak sekali negara-negara

yang mengadopsi konsep birokrasi ideal dari Max Weber dan tidak terkecuali Indonesia.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mengadopsi konsep birokrasi

idealnya Weber. Tetapi sangat disayangkan bahwa konsep birokrasi ideal itu tidak dipakai

secara utuh oleh Indonesia sehingga memunculkan permasalahan-permasalahan yang

mengakibatkan kerugian pada birokrasi tersebut yang notabene birokrasi digunakan demi

kepentingan khalayak ramai dan menguntungkan pihak birokrator yang tidak bertanggung

jawab. Berkaitan dengan permasalahan yang ada pada birokrasi sekarang ini, seperti korupsi

yang telah merajalela. Korupsi telah menjamur di berbagai aspek pemerintahan, pendidikan,

ketenagakerjaan dan lain sebagainya. Pada ranah pendidikan, sebagaimana dikutip dari

Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menyatakan bahwa “selama 10 tahun terakhir, telah

terjadi 296 kasus korupsi pendidikan dengan tersangka sebanyak 479 orang hingga

merugikan keuangan negara Rp. 619 miliar”. Ini membuktikan bahwa birokrasi di Indonesia

sangat buruk, pendidikan yang seharusnya memutuskan mata rantai korupsi yang sudah

menjadi budaya, tetapi pendidikanlah yang secara tidak langsung melanggengkan budaya

korupsi. Selanjutnya, ada beberapa permasalahan pada aspek birokrator dari suatu birokrasi.

Adanya hambatan dan ketidakmampuan dalam menjalankan fungsi secara efektif.

Permasalahan ini diakibatkan oleh spesialisasi kerja, jika menurut Weber yaitu “hierarki

kerja”. Permasalahan ini akan kita bahas secara mendalam pada bab selanjutnya.

Page 6: Tugas uas max webber

2

Kemudian, berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis judul dalam

makalah ini yaitu “HAMBATAN APABILA ORGANISASI PUBLIK DIJALANKAN

MENURUT KAIDAH - KAIDAH ORGANISASI BIROKRASI NASIONAL DARI MAX

WEBER”.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimanakah hambatan yang dialami Indonesia apabila organisasi publiknya

menurut kaidah-kaidah organisasi birokrasi dari Max Weber?

b. Bagaimanakah dasar hukum terkait dengan organisasi yang mengatur birokrasi

pemerintahan Indonesia?

c. Bagaimanakah solusi untuk menciptakan birokrasi yang lebih baik bagi Indonesia?

1.3 Tujuan Makalah

Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami, mendeskripsikan,

serta menganalisis hambatan bagi Indonesia apabila organisasi publiknya dijalankan menurut

kaidah-kaidah birokrasi nasional dari Max Weber.

Page 7: Tugas uas max webber

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Organisasi

2.1.1 Pengertian Organisasi

Organisasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu organon yang berarti alat. Organisasi

adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk tujuan bersama. Organisasi pada

dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah bagi orang-orang untuk berkumpul,

bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terpimpin dan terkendali, dalam

memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-

parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk

mencapai tujuan organisasi. Menurut Dr. M. Makmur, MS dalam bukunya Dasar-dasar

Teori dan Konsep Organisasi bahwa organisasi memiliki pengertian dalam arti statis dan

dinamis. Pengertian Statis organisasi ada beberapa macam antara lain:

1. Organisai dipandang sebagai wadah atau sebagai alat (tool) yang berarti ;

- Sebagai alat pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan

- Wadah daripada kelompok orang yang bekerjasama mencapai tujuan

- Wadah bagi administrasi dan manajemen sehingga memungkinkan untuk

bergerak

2. Organisasi dipandang sebagai jaringan dari hubungan kerja yang bersifat formal

seperti yang tergambar dalam bagan

3. Organisasi dipandang sebagai saluran hierarki kedudukan yang ada dan

menggambarkan secara jelas tentang garis wewenang.

Lebih jelasnya bahwa organisasi dalam artian statis sebagai wadah kegiatan administrasi

dengan gambaran yang jelas pula tentang hierarki kedudukan atau wewenang suatu

kelompok.

Page 8: Tugas uas max webber

4

Organisasi dalam artian dinamis yaitu menyoroti aktifitas atau kegiatan yang ada di

dalam organisasi, serta segala macam aspek yang berhubungan dengan usaha pencapaian

tujuan yang hendak dicapai.

Adapula berbagai pengertian organisasi menurut para ahli adalah sebagai berikut :

a. James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan

manusia untuk mencapai tujuan bersama.

b. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem

aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.

c. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang

dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi,

yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan

bersama atau sekelompok tujuan.

d. Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikanorganisasi ialah setiap bentuk persekutuan

antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam

rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat

seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang / sekelompok orang

yang disebut dengan bawahan.

e. Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakanorganisasi ialah suatu sistem perserikatan

formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam

mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.

f. Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakanorganisasi adalah struktur pembagian

kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang

bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

Secara umum, organisasi dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari

sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis dalam pembagian kerja, dalam

rangka mencapai tujuan yang telah diciptakan secara struktural dan sistematis.

Berdasarklan definisi tersebut, organisasi memiliki beberapa batasan – batasan yang dapat

digambarkan pada sebuah organisasi.

Page 9: Tugas uas max webber

5

2.1.2 Bentuk-bentuk Organisasi

Bentuk organisasi merupakan cara pandang organisasi dari segi tata-hubungan,

wewenang, dan tanggungjawab yang ada dalam suatu organisasi. Menurut Dr. M.

makmur, MS. dalam bukunya Dasar-dasar Teori dan Konsep Organisasi bentuk-bentuk

organisasi tersebut adalah;

a. Organisasi Staf

Organisasi ini hanya terdapat pucuk pimpinan dan staf yang memberikan

bantuan pemikiran berupa saran/nasihat kepada pucuk pimpinan.

b. Organisasi Lini

Organisasi lini cenderung digunakan dalam organisasi yang bersifat relatif

sederhana, jumlah tenaga terbatas, hubungan pimpinan dan yang dipimpin

bersifat langsung, tidak banyak membutuhkan spesialisasi, setiap orang telah

saling mengenal, tujuan yang akan dicapai sederhana, fasilitas masih terbatas,

dan hasil yang akan dicapai tidak beragam. Pucuk pimpinan dipandang

sebagai sumber kekuasaan tunggal ditangan satu orang. Organisasi ini

dibentuk oleh perorangan satu lembaga kemasyarakatan pada tingkat lokal

biasanya pemilik menjadi pimpinan organisasi.

c. Organisasi Lini dan Staf

Bentuk organisasi ini adalah perpaduan dari bentuk lini dan staf, dimana susunan

lini untuk melaksanakan tugas pokok dan organisasi staf. Pucuk pimpinan

menyerahkan wewenang kepada pimpinan unit di bawahnya untuk semua

bidang pekerjaan dan pucuk pimpinan memiliki staf ahli yang hanya

memberikan nasihat kepada pucuk pimpinan dan tidak meiliki wewenang

komando kebawah.

d. Organisasi Fungsional

Organisasi fungsional diperkenalkan oleh Bapak Manajemen Ilmiah, yaitu FW

Taylor. Bentuk organisasi fungsional dianggap penting apabila orang-orang atau

kelompok staf sesuai dengan fungsi dan keahliannya. Mereka diberi wewenang

untuk mengatur dan memerintah unit-unit pelaksana tugas pokok organisasi.

Page 10: Tugas uas max webber

6

Bentuk ini lebih menitikberatkan pada fungsi yang perlu dijalankan. Bentuk

organisasi ini lebih mengembangkan hubungan kefungsian. Dalam bentuk

organisasi fungsional, tenaga spesialis diberi kekuasaan untuk menyampaikan

perintah sesuai dengan bidangnya kepada unit-unit pelaksana tugas pokok.

Hubungan hirarki dari atasan langsung makin berkurang, dan tanggung jawab

tumbuh di berbagai pihak.

Pimpinan pelaksana mempunyai dua macam staf yaitu pertama, staf ahli di

bidang sarana, pengembangan kurikulum, dan evaluasi latihan. kedua, staf yang

kefungsiannya di bidang pengelolaan yaitu perencanaan, pengorganisasian,

penggerakan, pembinan, pengawasan, dan pengembangan. Kedua jenis staf ini

memperoleh wewenang dari pimpinan pelaksana untuk berhubungan langsung dengan

setiap unit atau sub unit pelaksana. Wewenang yang diberikan kepada staf ahli atau staf

fungsional ialah lima memberi petunjuk atau perintah sesuai dengan keahliannya.

Pertanggungjawaban dari unit dan subunit pelaksana adalah pimpinan pelaksana melalui

staf fungsional.

e. Organisasi Fungsi dan Lini

Organisasi ini merupakan perpaduan antara bentuk fungsi dan lini. Pucuk

pimpinan memberi wewenang kepada pimpinan unit yang ada dibawahnya

dalam bidang-bidang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Masing-masing

pimpinan punya hak untuk memerintah semua pelaksana kerja.

f. Organisasi Fungsi, Lini dan Staff

Pada dasarnya organisasi ini sama dengan organisasi fungsi dan lini, tetapi

dibawah pucuk pimpinan ditempatkan staf sebagai penasehat.

g. Organisasi kepanitiaan

Istilah panitia adalah sekelompok orang yang menerima sejumlah persoalan dari

suatu organisasi/komunitas untuk dipecahkan bersama. Organisasi kepanitiaan

mempunyai corak yang berlainan dari keempat bentuk organisasi sebagaimana

diuraikan di atas. Organisasi kepanitiaan dapat didirikan baik oleh masing-

masing organisasi ataupun oleh masyarakat. Tenaga pelaksana dalam organisasi

kepanitiaan disusun dalam kelompok-keiompok tertentu berdasarkan kegiatan

Page 11: Tugas uas max webber

7

dan tujuan khusus yang harus dicapai. Para pelaksana biasanya disebarkan ke

dalam satuan-satuan tugas yang mempunyai kewajiban melakukan rangkaian

pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan khusus pada satuan tugas masing-

masing.

2.1.3 Prinsip-prinsip Organisasi

Menurut Henry Fayol, beliau merumuskan 14 prinsip administrasi organisasi yang

dalam adaptasi luas bisa diterapkan sebagai prinsip manajemen atau prinsip-prinsip

organisasi. Henry Fayol adalah ahli manajemen berkebangsaan Prancis yang memberi

pengaruh sangat besar dalam konsep manajemen dan administrasi modern. Berkat

kontribusinya tersebut Henry Fayol disebut sebagai Bapak Manajemen Ilmiah, salah

satunya dengan mengenalkan prinsip-prinsip organisasi yang tertuang dalam karyanya,

Administration Industrielle et Generale. Berikut ini 14 Prinsip-prinsip Organisasi Henry

Fayol :

1. Pembagian Kerja

Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja untuk meraih tujuan

bersama. Namun, pada dasarnya, sebuah organisasi terdiri atas bagian-bagian tertentu

yang masing-masing memiliki tanggung jawab. Oleh karena itu, harus ada

pembagian kerja yang jelas antara tiap-tiap bagian. Prinsip-prinsip organisasi berupa

pembagian kerja akan memberi pengaruh positif pada efisiensi dan efektivitas

organisasi. Pembagian itu menghindarkan sekelompok orang terkonsentrasi pada

pekerjaan tertentu, sementara pekerjaan yang lain terbengkalai.

2. Pendelegasian Wewenang

Pendelegasian wewenang sangat penting agar setiap elemen dalam organisasi

memiliki rasa tanggung jawab. Prinsip-prinsip organisasi ini di satu sisi merupakan

bagian dari pembagian kerja dan di sisi lain merupakan pelimpahan tanggung jawab.

Di samping itu, pendelegasian wewenang sangat penting fungsinya dalam komando.

3. Disiplin

Setiap organisasi pasti memiliki tata tertib dan peraturan-peraturan

menyangkut sistem kerja. Namun, semua tata tertib dan peraturan itu menjadi tidak

ada artinya jika tidak ditunjang dengan kedisiplinan para pelaksananya. Oleh karena

Page 12: Tugas uas max webber

8

itu, disiplin dalam suatu organisasi adalah prinsip-prinsip organisasi yang sangat

mendasar yang mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.

4. Kesatuan Komando

Komando dalam hal ini adalah kepemimpinan dalam menjalankan visi dan

misi organisasi. Dalam pelaksanaan lapangan, komando dan wewenang bisa

didelegasikan kepada struktur di bawahnya. Namun, hakikatnya, komando tetap

harus tunggal. Adanya lebih dari satu komando akan membuat organisasi bergerak

tidak fokus pada tujuan.

5. Kesatuan Tujuan

Organisasi tanpa tujuan yang jelas adalah omong kosong. Tujuan organisasi

harus tergambar dengan jelas dalam visi dan misi organisasi tersebut. Sebab, tujuan

organisasi ini menjadi acuan gerak dan program kerja. Kesatuan tujuan dari seluruh

jenjang organisasi merupakan kunci pokok keberhasilan organisasi tersebut dalam

mengorganisasi elemen-elemennya.

6. Prioritas

Setiap anggota organisasi pasti memiliki kepentingan masing-masing.

Kadang-kadang, kepentingan individu itu berjalan selaras dengan kepentingan

organisasi. Namun, saat kepentingan tersebut bertentangan, setiap anggota organisasi

semestinya mendahulukan kepentingan organisasinya. Inilah prinsip-prinsip

organisasi.

7. Penghargaan atas Prestasi dan Sanksi Kesalahan

Penghargaan dan sanksi adalah semacam stimulasi bagi setiap anggota

organisasi. Ini merupakan bentuk apresiasi. Bentuknya tidak harus selalu uang atau

nilai-nilai nominal. Tiap-tiap organisasi perlu menerapkan penghargaan dan sanksi

ini dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan organisasi tersebut. Prinsip-prinsip

organisasi ini juga sangat penting diterapkan.

8.  Sentralisasi dan Desentralisasi Pengambilan Keputusan

Page 13: Tugas uas max webber

9

Sentralisasi dan desentralisasi dalam pengambilan keputusan sangat erat

hubungannya dengan efektivitas dan efisiensi organisasi. Organisasi yang baik

menerapkan prinsip-prinsip organisasi ini secara proporsional. Ada hal-hal yang tidak

bisa disentralisasikan kepada pemimpin manajemen dan begitu juga sebaliknya.

Tidak semua keputusan harus diambil dengan musyawarah yang melibatkan seluruh

elemen. Tingkat-tingkat keputusan itu dikembangkan sesuai jenjang dan kapasitas

masing-masing.

9. Wewenang

Garis wewenang dari atas sampai ke bawah merupakan rujukan dalam

pelaksanaan program. Setiap elemen organisasi harus memahami garis wewenang

sehingga tidak terjadi kelambatan birokratis atau sebaliknya. Prinsip-prinsip

organisasi berupa garis wewenang ini juga berfungsi menegaskan kembali kesatuan

komando.

10.  Tata Tertib

Tata tertib dalam organisasi berfungsi untuk meletakkan orang yang tepat pada

posisi yang tepat. Dengan demikian, kinerja organisasi akan berjalan dengan optimal.

11.  Keadilan dan Kejujuran

Keadilan dalam segala elemen merupakan syarat mutlak dalam organisasi. Di

samping itu, jenjang atas harus jujur dan terbuka kepada jenjang-jenjang di bawahnya

sampai level akar rumput. Kejujuran ini akan membawa dampak pada kepercayaan

bawahan kepada atasan.

12.  Stabilitas dan Regulasi

Harus diperhatikan masa kerja yang efektif dan efisien, mengatur perputaran

dan peralihan tugas untuk menghindari kejenuhan dan merangsang pembaruan-

pembaruan. Namun, di sisi lain, harus dipikirkan agar regulasi tersebut tidak menjadi

beban bagi organisasi. Sebab, perputaran dan pergantian jabatan yang terlalu tinggi

pun berpengaruh buruk pada efektivitas kerja dan efisiensi biaya.

Page 14: Tugas uas max webber

10

13. Inisiatif

Organisasi yang baik harus mampu menumbuhkan inisiatif anggotanya dalam

pengelolaan organisasi. Iklim organisasi juga harus dibangun sedemikian rupa agar

mampu menstimulasi munculnya ide dan inisiatif anggota dari berbagai jenjang.

Inisiatif adalah prinsip-prinsip organisasi yang juga sangat penting.

14. Keselarasan dan Persatuan

Hubungan interpersonal antaranggota organisasi memiliki pengaruh sangat

besar dalam kinerja anggota. Tanpa hubungan yang baik dan selaras, organisasi tidak

akan berjalan baik. Di samping itu, keselarasan tersebut sangat penting perannya

dalam memelihara persatuan dan kesatuan anggota.

2.2 Konsep Teori Birokrasi Max Weber

Max Weber (1864-1920) adalah seorang ahli sosiologi Jerman, yang merupakan salah

satu perintis utama studi mengenai organisasi. Weber pada masa itu hidup dalam situasi

masyarakat Eropa yang penuh perubahan. pada masa itu di Eropa terjadi peningkatan besar-

besaran dalam proses industrialisasi serta dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Weber merupakan salah satu diantara beberapa pemikir yang menaruh perhatian besar pada

perubahan-perubahan tersebut.

Konsep Weber yang paling monumental adalah analisianya mengenai tipe ideal

birokrasi yang kemudian menempatkannya sebagai salah satu tokoh terpenting di antara

banyak perintis Teori Organisasi. Konsep Birokrasi Weber sangat berbeda dengan adanya

pandangan umum yang melihat dari sisi negatif dari birokrasi. Weber berpendapat bahwa

tidak memungkinkan bagi kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara

keseluruhan. Adapun yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari gejala

tersebut. Satu hal yang amat penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan

dalam kondisi organisasi tertentu, dan apa yang membedakan kondisi tersebut dengan

kondisi organisasi lainnya.

Kemudian, Weber mengonsepsikan birokrasinya sebagai tipe ideal, yang dalam

kenyataannya tidak akan pernah dijumpai satu birokrasi pun yang memiliki kesamaan secara

sempurna dengan tipe idealnya Weber.

Page 15: Tugas uas max webber

11

Menurut Weber tipe ideal birokrasi dilakukan melalui cara-cara sebagai berikut :

1. Pejabat secara rasional bebas, tetapi dibatasi oleh jabatannya

2. Jabatan disusun berdasarkan tingkat hierarki dari atas ke bawah dan kesamping

dengan konsekuensinya berupa perbedaan kekuasaan

3. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik berbeda

satu sama lain

4. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan

5. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya

6. Setiap pejabat berhak memperoleh gaji termasuk untuk menerima pension

7. Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas

8. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya untuk

kepentingan pribadi

9. Setiap pejabat berada dibawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang

dijalankan secara disiplin.

Selain itu, sifat yang menonjol dari konsep birokrasi Max Weber yaitu :

1. Harus ada prinsip kepastian dari hal-hal kedinasan, diatur dengan hukum, yang

biasanya diwujudkan dalam berbagai peraturan atau ketentuan administrasi

2. Prinsip tata jenjang kedinasan dan tingkat kewenangan, agar terjadi keserasian kerja,

keharmonisan dan rasionalitas

3. Manejemen yang modern haruslah didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis

4. Spesialisasi dalam manejemen atau organisasi harus didukung oleh keahlian yang

terlatih

5. Hubungan kerja diantara orang dalam organisasi didasarkan atas prinsip impersonal

Page 16: Tugas uas max webber

12

6. Aplikasi kelima tersebut pada organisasi pemerintahan, juga semua terikat dengan

organisasi pemerintahan yang tidak bisa menghindar dari sentuhan aktivitas

pemerintahan.

Berkaitan dengan organisasi pemerintahan terdapat tiga hal otoritas yang merupakan

sumber legitimasi bagi pemerintahan, yaitu :

a.) Otoritas Tradisional

Mengklaim legitimasi dalam basis keaslian dan kekuasaan mengontrol yang diwarisi

dari masa lampau dan masih dianggap ada atau berlaku sampai sekaranag. Hal

tersebut akan menciptakan hubungan pribadi secara intensif diantara atasan dan

bawahan

b.) Otoritas Kharismatik

Otoritas ini sifatnya sangat persona, dalam memperoleh otoritasnya dari kualitas

pribadi dibawa sejak lahir, yang mampu menimbulkan kesetiaan dari para

pengikutnya. Dalam kharismatik tidak dikenal adanya aturan hierarki dan formalitas,

kecuali adanya keinginan dasar akan kesetiaan pengikut terhadap pemimpin

kharismatik

c.) Otoritas Legal Rasional

Kebutuhan terhadap organisasi sosial yang berdasarkan stabilitas tetapi memberikan

adanya perubahan.

Lebih lanjutnya Max Weber mengemukakan prinsip aplikasi konsepsi birokrasi dalam

jabatan terdapatdua hal, yaitu :

1.) Latihan jabatan harus merupakan program yang wajib untuk menduduki jabatan pada

periode tertentu.

2.) Jabatan personal dalam suatu instansi harus berpolakan :

a. Hendaknya mempunyai dan menikmati suatu social esteem yang dapat dibedakan

dengan yang dilayani, bagi jabatan sosial dijamin oleh tata aturan dan bagi jabatan

politik dijamin oleh ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Page 17: Tugas uas max webber

13

b. Bentuk jabatan birokratik yang asli harus diangkat oleh pejabat yang berwenang lebih

tinggi untuk mengangkatnya.

c. Dalam keadaan normal jabatan tersebut dipegang sepanjang hidup.

d. Para pejabat menerima gaji yang teratur dan pasti.

e. Jabatan disusun untuk suatu karier dalam tata jenjang hierarki pada instansi

pemerintah.

Max Weber juga mengemukakan mekanisme untuk membatasi lingkup sistem-sistem

otoritas pada umumnya dan birokrasi pasa khususnya dikelompokan menjadi lima kategori,

yaitu :

1. Kolegialitas, birokrasi dalam arti masing-masing tahapan hierarki jabatan

seseorang dan hanya satu orang yang memiliki tanggung jawab untuk mengambil

keputusan; jika orang lain terlibat dalam pengambilan keputusan maka kolegialitas

terlaksana

2. Pemisahan kekuasaan, pembagian tanggung jawab terhadap fungsi yang sama

antara dua badan atau lebih. Keputusan apapun memerlukan kompromi diantara

badan-badan itu untuk tercapai.

3. Administrasi amatir, manakala suatu pemerintahan tidak menggaji para

administraturnya, maka pemerintahan tergantung pada orang-orang yang mamiliki

sumber-sumber yang dapat memungkinkan mereka menghabiskan waktu dalam

kegiatan yang tidak bergaji; namun para amatir tersebut dibantu oleh professional,

maka yang sebenarnya membuat keputusan adalah para professional itu.

4. Demokrasi langsung, ada beberapa cara yang memastikan bahwa para pejabat

dapat dibimbing langsung oleh dan dapat dipertanggungjawabkan pada suatu

majelis. Disini dibutuhkan orang-orang yang ahlu sebagai pembuat keputusan.

5. Representasi (perwakilan), badan-badan perwakilan kolegial yang anggota-

anggotanya dipilih melalui pemungutan suara dan bebas membuat keputusan serta

memegang otoritas bersama-sama dengan orang yang telah memilih mereka.

Page 18: Tugas uas max webber

14

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Hambatan yang dialami Indonesia Apabila Organisasi Publiknya Menurut Kaidah-

kaidah Organisasi Birokrasi dari Max Webber

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, tipe birokrasi yang di idealkan oleh

Max Weber nampaknya belum dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Tidak terlepas

dari faktor historisnya, Indonesia sudah mengenal dan menerapkan sejenis birokrasi kerajaan

yang feudal-aristokratik yang didominasi patrimonial (garis keturunan), dimana jabatan dan

perilaku di dalam hierarki lebih didasarkan pada hubungan pribadi. Pola pikir inilah yang

dapat menjadikan birokrasi modern (Max Weber) hanya sebuah bentuk luarnya saja belum

kedalam tata nilainya, atau bisa jadi birokrasi modern ala Max Weber hanya sebuah impian

belaka.

Proses globalisasi membuat Indonesia harus mengubah pola pikir masyarakatnya dari

tradisional menjadi modern. Semula masyarakat Indonesia yang bersifat agraris serta serba

manual dan kemudian secara evolusi ataupun revolusi akan mengarah ke tatanan masyarakat

yang industrialis. Dimana tatanan masyarakat industrialis ini dalam segala sesuatunya harus

didasarkan pada prinsip efektif dan efisien. Salah satu ciri menonjol adalah gerak yang

dinamis yang mempengaruhi struktur dan mekanisme kerja birokrasi di Indonesia yang

disertai oleh sikap kritis masyarakat Indonesia sebagai akibat meningkatnya pendidikan.

Model birokrasi yang ideal (Max Weber) bukan bertumpu pada kultur semata. Tetapi

juga bertumpu pada profesionalisme birokrasi terutama apparat birokrasinya. Profesionalisme

birokrasi ini terfokus pada adanya perjenjangan struktur secara tertib dengan pendelegasian

wewenang, posisi jabatan dengan tugas-tugas, dan aturan-aturan yang jelas, serta tersedianya

personel yang memiliki kecakapan dan kredibilitas yang memadai dalam bidang tuganya.

Kemudian, dari segi organisasinya pada intinya harus berintikan rasionalitas dengan kriteria

umum seperti, efektivitas, efisiensi, dan pelayanan yang sama kepada masyarakat tanpa

membeda-bedakan status masyarakat. Namun, realitanya model birokrasi Indonesia

membiarkan para pejabat menggunakan kedudukannya dalam birokrasi untuk kepentingan

diri sendiri dan kelompoknya. Hal ini dapat dibuktikan pada bentuk dan praktek dari birokrasi

Page 19: Tugas uas max webber

15

yang tidak efisien dan bertele-tele dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.

Potret birokrasi Indonesia saat ini memang jauh dari kaidah-kaidah birokrasi ideal dari

Weber. Masih adanya hambatan-hambatan ketika menjalankan birokrasi ideal. Hambatan-

hambatan tersebut antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Sentralisasi yang cukup kuat

Di Indonesia, kecenderungan sentralisasi yang amat kuat merupakan salah satu

aspek yang menonjol dalam penampilan birokrasi pemerintah. Hal ini disebabkan

karena birokrasi pemerintah bekerja dan berkembang dalam lingkungan yang

kondusif terhadap hidup dan berkembangnya nilai-nilai sentralistik tersebut.

b. Menilai tinggi keseragaman dan struktur birokrasi

Sama seperti sentralisasi, keseragaman dalam struktur juga merupakan salah

satu ciri umum yang sering melekat pada setiap organisasi birokrasi. Di Indonesia,

keseragaman atau kesamaan bentuk susunan, jumlah unit, dan nama tiap unit birokrasi

menonjol dalam struktur birokrasi pemerintah.

c. Pendelegasian Wewenang yang Kabur

Dalam birokrasi di Indonesia, pendelegasian wewenang masih menjadi sebuah

hambatan. Meskipun struktur birokrasi pada pemerintah sudah hierarkis, namun

dalam prakteknya perincian wewenang menurut jenjang sangat sulit dilaksanakan.

Dalam kenyataannya, segala keputusan sangat bergantung pada pimpinan tertinggi

dalam birokrasi. Sementara hubungan antar jenjang dalam birokrasi diwarnai oleh

pola hubungan pribadi.

d. Kesulitan dalam menyusun uraian tugas dan analisis jabatan

Meskipun perumusan uraian tugas dalam birokrasi merupakan kebutuhan yang

sangat nyata, jarang sekali birokrasi kita memilikinya secara lengkap. Jika itu ada

mungkin tidak dijalankan secara konsisten. Disamping hambatan yang berkaitan

dengan keterampilan teknis dalam penyusunannya, hambatan yang dirasakan adalah

adanya keengganan dalam merumuskan secara tuntas. Secara mendasar jabatan

fungsional akan berkembang dengan baik jika didukung oleh rumusan tugas yang

jelas serta spesialisasi dalam tugas dan pekerjaan yang telah dirumuskan secara jelas

Page 20: Tugas uas max webber

16

pula. Selain itu masih banyak aspek-aspek lain yang menonjol dalam birokrasi di

Indonesia, diantaranya adalah perimbangan dalam pembagian penghasilan, yaitu

selisih yang amat besar antara penghasilan pegawai pada jenjang tertinggi dengan

pegawai terendah.

Publik berharap bahwa terjadinya reformasi akan diikuti pula dengan perubahan besar

pada desain kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, baik yang menyangkut

kehidupan politik, sosial, ekonomi, maupun kultural. Namun, masih ada persoalan-persoalan

birokrasi di Negara berkembang seperti Indonesia seperti, merajalelanya praktik KKN yang

dilakukan oleh para birokrat, pengaruh kepentingan politik partisan, sistem Patron-client

yang menjadi norma birokrasi sehingga pola perekrutan lebih banyak berdasar pada hubunga

personal dari faktor kapabilitas, serta birokrasi pemerintah yang digunakan oleh masyarakat

sebagai tempat favorit untuk mencari lapangan pekerjaan.

Mentalitas dan budaya kekuasaan yang telah terbentuk semenjak masa birokrasi

kerajaan dan kolonial ternyata masih sulit untuk dilepaskan dari perilaku apparat atau pejabat

birokrasi. Masih kuatnya kultur birokrasi yang menempatkan pejabat birokrasi sebagai

penguasa dan masyarakat sebagai pengguna jasa oleh pihak yang dikuasai, bukan sebagai

penguna jasa yang seharusnya dilayani dengan baik. Hal ini telah menyebabkan perilaku

pejabat birokrasi menjadi bersikap acuh dan arogan terhadap masyarakat. Masih belum

efektifnya para penegak hukum dan kontrol publik terhadap birokrasi, menjadi penyebab

berbagai tindakan penyimpangan yang dilakukan aparat birokrasi masih tetap berlangsung di

Indonesia.

3.2 Dasar Hukum Terkait dengan Organisasi yang Mengatur Birokrasi Pemerintahan

Indonesia

Ada beberapa dasar hukum reformasi birokrasi Indonesia, antara lain :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

Page 21: Tugas uas max webber

17

c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

e. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

f. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara;

g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan.

h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008;

i. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025;

j. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara;

k. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

l. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009;

m. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2010–2014;

n. Keputusan Presiden Nomor 84/P/2009 tentang Pembentukan Kabinet

Indonesia Bersatu II Periode 2009-2014;

o. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite

Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi

Nasional sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 23

Page 22: Tugas uas max webber

18

Tahun 2010.

p. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design

Reformasi Birokrasi 2010-2025

3.3 Solusi untuk Menciptakan Birokrasi yang Lebih Baik bagi Indonesia

Kebutuhan utama yang saat ini ada dalam praktek birokrasi adalahh bagaimana

caranya agar kebutuhan konkrit masyarakat dapat terpenuhi. Kebutuhan akan peningkatan

kualitas kehidupan politik menjadi suatu tuntutan yang tidak dapat dihindari. Dalam

perkembangan kearah modernisasi saat ini, tuntutan adanya peningkatan kualitas administrasi

dan manejemen sangat diperlukan. Selain itu, untuk menghadapi kondisi saat ini dan

menjawab tantangan masa sekarang, birokrasi Indonesia diharapkan mempunyai karakteristik

yang bersifat netral, berorientasi pada masyarakat, dan mengurangi budaya patrimonial

didalam birokrasi tersebut.

Reformasi birokrasi di Indonesia mulai mendapat perhatian yang semakin besar

dengan dibentuknya kementrian yang khusus menangani reformasi birokrasi pada kabinet

Indonesia Bersatu Tahap II tahun 2009-2014 yaitu kementrian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi. Wujud konkrit dari upaya reformasi birokrasi di Indonesia

adalah dengan ditetapkannya grand design reformasi Indonesia tahun 2010-2025 melalui

Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-

2025. Tindak lanjut dari peraturan presiden tersebut telah dibentuk Komite Pengarah

Reformasi Birokrasi Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2010 yang telah

diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2010.

Dalam rangka mengoprasionalkan grand design reformasi birokrasi yang sudah

ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nonor 81 Tahun 2010, Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi telah menetapkan road map reformasi birokrasi

2010-2014. Dalam road map tersebut sudah ditetapkan 6 program reformasi birokrasi, yaitu :

1. Penataan Organisasi, yang terdiri dari beberapa target, yaitu :

a. Menurunnya tumpeng tindih tugas pokok dan fungsi antar Kementrian atau

Lembaga dan Pemerintah Daerah;

Page 23: Tugas uas max webber

19

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsi antar-K/L dan Pemda;

2. Penataan tata laksana, yang terdiri dari beberapa target yang meliputi:

a. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggraan

manejemen pemerintahan;

b. Meningkatnya efisiensi dan efekivitas proses manejemen pemerintahan;

3. Penataan sistem manejemen aparatur, yang terdiri dari beberapa target yang meliputi:

a. Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM Aparatur;

b. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM Aparatur;

c. Meningkatnya disiplin SDM Aparatur;

d. Meningkatnya efetivitas manejemen SDM Aparatur;

e. Meningkatnya Profesionalisme SDM Aparatur.

4. Penguatan pengawasan yang terdiri dari beberapa target, yaitu :

a. Meningkatnya kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan Negara;

b. Meningkatnya efektivitas pengelolaan keuangan Negara;

c. Meningkatnya status opini BPK (Badan Pengawas Keuangan);

d. Menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang.

5. Penguatan akuntabilitas kinerja, terdiri dari beberapa target atau sasaran yang

meliputi:

a. Meningkatnya kinerja instansi pemerintah;

b. Meningkatnya akuntabilitas instansi pemerintah.

6. Peningkatan kualitas pelayanan publik, dengan beberapa target yang harus dicapai

yaitu:

Page 24: Tugas uas max webber

20

a. Meningkatnya kualitas pelayanan publik kepada masyarkat (transparansi, cepat,

tepat, sederhana, aman, terjangkau, dan memiliki kepastian);

b. Meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standarisasi pelayanan

internasional;

c. Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan

publik.

Page 25: Tugas uas max webber

21

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Negara berkembang seperti Indonesia dapat dikatakan belum dapat menerapkan

birokrasi ideal yang dicetuskan oleh Max Weber dengan baik. Ada beberapa hambatan yang

menjadi permasalahan pada birokrasi di Indonesia. Tidak terlepas dari faktor historisnya

Indonesia masih menggunakan pola pikir (mind set) seperti dimana pada zaman dahulu

Indonesia sudah mengenal dan menerapkan sejenis birokrasi kerajaan yang feudal-

aristokratik yang didominasi patrimonial (garis keturunan), dimana jabatan dan perilaku di

dalam hierarki lebih didasarkan pada hubungan pribadi. Padahal jika dilihat pada era

modernisasi sekarang ini, dalam birokrasi pemerintah yang harus diutamakan adalah

profesionalisme dalam kinerja berdasarkan pendelegasian wewenang, posisi jabatan dengan

tugas-tugas, dan aturan-aturan yang jelas, serta terpenuhinya akuntabilitas.

Praktik KKN yang saat ini merajalela menambah catatan birokrasi Indonesia yang

semakin buruk. Praktik KKN yang dilakukan oleh para pejabat birokrasi ini fokusnya hanya

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat yang tidak sesuai dengan prosedur. Hal

lain yang menunjang praktik KKN ini semakin luas dikalangan birokasi pemerintah adalah

masih belum efektifnya para penegak hukum dan kontrol publik terhadap birokrasi yang

menjadi penyebab berbagai tindakan penyimpangan yang dilakukan aparat birokrasi masih

tetap berlangsung di Indonesia.

Menyikapi permasalahan ini, reformasi birokrasi di Indonesia mulai mendapat

perhatian yang semakin besar dengan dibentuknya kementrian yang khusus menangani

reformasi birokrasi pada kabinet Indonesia Bersatu Tahap II tahun 2009-2014 yaitu dengan

dibentuknya kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Serta

Wujud konkrit dari upaya reformasi birokrasi di Indonesia yaitu ditetapkannya grand design

reformasi Indonesia tahun 2010-2025 melalui Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010

tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Tindak lanjut dari peraturan presiden

tersebut telah dibentuk Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional melalui Keputusan

Presiden Nomor 14 Tahun 2010 yang telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 23

Tahun 2010.

Page 26: Tugas uas max webber

22

4.2 Saran

Untuk mengadapi hambatan dan permasalahan birokrasi yang ada di Indonesia,

penulis memberikan saran terkait hal tersebut. Para pejabat birokrasi pemerintah hendaknya

dievaluasi dalam kinerjanya, apakah kinerjanya sudah sesuai dengan prosedur atau tidak.

Kinerja aparat birokrasi pemerintahan harus sesuai dengan peran birokrasi pemerintahan

modern seperti saat ini. Kinerja tersebut harus sesuai dengan fungsi administrasi, fungsi

pelayanan, fungsi pengaturan dan perizinan, serta fungsi pengumpulan informasi. Fungsi

pengumpulan informasi ini dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok yaitu pelanggaran

terhadap suatu kebijakan dan keperluan membuat kebijakan-kebijakan baru yang disusun

pemerintah berdasarkan situasi faktual. Contohnya seperti adanya pemungutan uang yang

tidak semestinya (pungli) yang diberikan masyarakat untuk para pejabat birokrasi pemerintah

supaya mendapat pelayanan cepat namun tidak sesuai prosedur (pembuatan STNK, SIM dll).

Dalam kasus ini termasuk KKN, sebaiknya pemerintah membuat prosedur baru agar praktik

KKN ini tidak meluas dan prosedur baru tersebut agar tidak memberi ruang bagi kesempatan

untuk melakukan pungli. Kemudian peran penegak hukum dan kontrol publih lebih

ditingkatkan supayan pelayanan publik kepada masyarakat lebih efektif dan efisien jauh dari

penyimpangan-penyimpangan.

Page 27: Tugas uas max webber

23

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanto, Agus. 2012. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi. Jurnal

Ilmu Pemerintahan, Vol. __

Fayol, Henry. 1949. Administrarion, industruelle et generale, Drucker, Peter. 1946. Concept

of Corporation. John Day Company.

Makmur, Mochamad, ___. Dasar-Dasar Teori & Konsep Organisasi. Malang:___.

Rewansyah, Asmawi, 2011. Kepemimpinan Dalam Pelayanan Publik. Jakarta: Penerbit

STIA-LAN 2011

Thoha, Miftah. 2012. Kebijakan dan Tantangan Reformasi Birokrasi Pemerintahan. Jurnal

Ilmu Pemerintahan, Vol. __

Thoha, Miftah. 2004. Birokrasi Politik di Indonesia. Jakarta : Rajawali Press 2003

Wakhid, Ali Abdul. 2011. Eksistensi Konsep Birokrasi Max Weber dalam Reformasi

Birokrasi di Indonesia. Jurnal TAPIs, Vol. 7 No. 13

Sumber Lain :

Birokrasiindonesiairvan.blogspot.com/2010/11/birokrasi-di-indonesia.html/m=1

Id.wikipedia.org/wiki/organisasi