tugas tp

19
FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN Intelegensia, Multiple intelegensia, Emotional Intellegence dan Kreativitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap siswa belaj ar dengan cara yang  berbeda. Ada siswa yang cukup mengerti hanya dengan mendengar apa yang disampaikan oleh guru secara lisan, namun banyak anak yang hanya bisa menangkap suatu konsep atau pelajaran bila contoh-contoh yang dipakai sesuai dengan kehidupan sehari-hari, ataupun siswa yang belajar langsung dipraktekkan, baru bisa mengerti apa yang disampaikan oleh guru, Ada anak didik yang tidak bisa hanya melihat apa yang dit uli s di papan tul is, tapi juga har us dii mba ngi dengan gambar vis ual , baru siswa tersebut mengerti, Gardner (Encyclopedia of Educational Psychology) menyebut cara  belajar yang berbeda-beda setiap siswa ini sebagai Multiple Intelegence (MI), dan menghar apkan gur u agar dapat memper timbang kan per beda an anak didik di kel as, termasuk keberadaan anak didik dengan intelegensia yang berbed a-beda saat mengajar. Seringkali kita berjumpa dalam kelas anak yang tidak mau belajar, cepat bosan dll, sehingga mengganggu manajemen kelas kita, dan hal ini sebenarnya bisa dipecahkan dengan melihat variasi individu yang diajar. Bila kita tidak memperhatikan ini banyak masalah yang timbul dalam kelas.  Negara maju sangat memperhatikan pendidikan, terutama pendidikan menengah atas ke bawah, dan salah satunya adalah dengan variasi mengajar, dan variasi mengajar mungkin berakar dari variasi individual anak, bagaimana supaya tetap memperhatikan  pelajaran guru, yaitu dengan memperhatikan kebutuhan masing-masing individu yang memili ki cir i-c ir i dan keun ika n tersendir i yang dapat dil iha t dar i seg i int ele gensia , emotional intelegence, kreativitas dan lain-lain. Bisakah hal ini juga diaplikasikan di Indonesia, dimana setiap anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda. 1.2 Pokok Permasalahan 1. Bagai mana menga komodi r perbeda an ti ngkat kecepat an daya ta ngk ap si swa (IQ)di kelas?

Upload: iin-kobo

Post on 30-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

translation work

TRANSCRIPT

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 1/19

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

Intelegensia, Multiple intelegensia, Emotional Intellegence dan Kreativitas

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap siswa belajar dengan cara yang

 berbeda. Ada siswa yang cukup mengerti hanya dengan mendengar apa yang

disampaikan oleh guru secara lisan, namun banyak anak yang hanya bisa menangkap

suatu konsep atau pelajaran bila contoh-contoh yang dipakai sesuai dengan kehidupan

sehari-hari, ataupun siswa yang belajar langsung dipraktekkan, baru bisa mengerti apa

yang disampaikan oleh guru, Ada anak didik yang tidak bisa hanya melihat apa yang

ditulis di papan tulis, tapi juga harus diimbangi dengan gambar visual, baru siswa

tersebut mengerti, Gardner (Encyclopedia of Educational Psychology) menyebut cara

 belajar yang berbeda-beda setiap siswa ini sebagai Multiple Intelegence (MI), dan

mengharapkan guru agar dapat mempertimbangkan perbedaan anak didik di kelas,

termasuk keberadaan anak didik dengan intelegensia yang berbeda-beda saat mengajar.

Seringkali kita berjumpa dalam kelas anak yang tidak mau belajar, cepat bosan

dll, sehingga mengganggu manajemen kelas kita, dan hal ini sebenarnya bisa dipecahkan

dengan melihat variasi individu yang diajar. Bila kita tidak memperhatikan ini banyak masalah yang timbul dalam kelas.

 Negara maju sangat memperhatikan pendidikan, terutama pendidikan menengah

atas ke bawah, dan salah satunya adalah dengan variasi mengajar, dan variasi mengajar 

mungkin berakar dari variasi individual anak, bagaimana supaya tetap memperhatikan

 pelajaran guru, yaitu dengan memperhatikan kebutuhan masing-masing individu yang

memiliki ciri-ciri dan keunikan tersendiri yang dapat dilihat dari segi intelegensia,

emotional intelegence, kreativitas dan lain-lain. Bisakah hal ini juga diaplikasikan di

Indonesia, dimana setiap anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda.

1.2 Pokok Permasalahan

1. Bagaimana mengakomodir perbedaan tingkat kecepatan daya tangkap siswa

(IQ)di kelas?

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 2/19

2. Bagaimana menerapkan teori multiple intelegence (MI) di kelas?

3. Bagaimana mengakomodir dan mendorong kreatifitas dalam proses belajar?

BAB II ISI

Ada banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar atau belajar seseorang,

terutama dari dalam diri seseorang tersendiri atau disebut dengan perbedaan individual,

 perbedaan individual siswa atau anak yang sedang belajar dapat dipengaruhi oleh

 perbedaan intelegensia (IQ), atau juga dipengaruhi oleh Multiple Intelegensia (MI)

 bahkan juga dipengaruhi oleh kemampuan emosional (EQ) dan juga kreatifitas.

2.1. Intellegence/Intelegensia

Menurut para psikolog, Intelegensia adalah salah satu karakteristik manusia yang

memberikan kontribusi besar dalam seberapa besar kemampuan seseorang dalam

melakukan berbagai macam tugas, entah dia mengerjakannya dengan baik, ataukah dia

mengerjakannya dengan buruk. Semua orang tahu bahwa setiap anak masing-masing

mempunyai kelebihan, ada yang sangat pintar matematika ataupun bahasa jauh dari

teman-temannya sebaya, atau bahkan ada orang yang sangat pintar dalam bidang

olahraga ataupun seni melebihi orang lain. Selama ini ada anggapan bahwa, orang-orang

 berbakat tersebut sudah berbakat sejak lahir, dan ada pula anggapan bahwa lingkungan

dan dorongan selama dia tumbuhlah yang membuatnya mempunyai kemampuan lebih

dari orang lain. Intelegent Quotient atau IQ adalah suatu bentuk pengukuran seberapa

 besar intelegensia seseorang, dan seringkali dipakai dalam bidang akademis (Skinnard,

2004).

2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi IQ

2.1.1.1. Genetik dan Lingkungan

Walaupun penelitian tentang Intelegensia menunjukkan bahwa ada kontribusi

genetik atau turunan terhadap intelegensia seseorang, namun sebenarnya sudah terkenal

luas bahwa intelegensia juga bisa dipupuk dengan lingkungan dan dorongan yang tepat.

Pengaruh genetis dibuktikan dengan banyak bukti menunjukkan bahwa, dua orang

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 3/19

kembar, baik dibesarkan bersama-sama atau terpisah, keduanya menunjukkan

kemampuan (intelegensia) yang sama. Namun, ternyata penelitian juga menunjukkan

 bahwa, intelegensia bukan berasal dari satu gen, tetapi dari berbagai macam gen.

Dibuktikan dengan penelitian terhadap binatang yang dibesarkan dalam lingkungan yang

sangat mendukung bagi pertumbuhan baik otak maupun fisik binatang tersebut, hasilnya

tidak hanya menunjukkan perubahan tingkah laku dibanding dengan binatang lain,

ternyata, binatang eksperimen ini juga menunjukkan struktur otak yang berbeda

(misalnya koneksi neuronnya lebih banyak dibanding binatang lain yang tidak terpelihara

seperti dalam eksperimen ini). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa lingkungan

yang buruk dan kurangnya kesempatan belajar juga memberikan perkembangan yang

negatif terhadap intelegensia seseorang.

2.1.1.2. Faktor Lain yang Mempengaruhi IQ

Beberapa faktor lingkungan yang memang sudah terbukti dapat mempengaruhi

intelegensia seorang anak, antara lain pengaruh alkohol (misalnya ibunya selama hamil

sering mengkonsumsi alkohol), keadaaan medis, neurotoxin, bahkan seperti lead dan

merkuri di lingkungan dapat mempengaruhi tingkat intelegensia seseorang saat dia

tumbuh. Semua hal di atas berpengaruh negatif terhadap intelegensia seseorang, bahkan

kekurangan oksigen akut dan juga benturan dapat mengurangi tingkat intelegensia

seseorang, dan tidak hanya itu, rasa takut, motivasi dan pandangan kita terhadap diri kita

sendiri juga berpengaruh pada intelegensia yang nantinya akan berakibat pada hasil tes

IQ ataupun dapat menggangu kemampuan berpikir.

Budaya pun ternyata memberi pengaruh terhadap ekspresi intelegensia seseorang

(Skinnard, 2004 h. 544), walaupun semua orang mempunyai kemampuan untuk 

menerima dan menyimpan informasi, dan juga bagaimana mengunakan informasi yang

dia dapatkan untuk digunaka dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana seseorang

mengekspresikan informasi tersebut ternyata berhubungan juga dengan intelegensia

seseorang dan bagaimana dia merelasikan informasi dan intelegensianya tersebut dengan

lingkungan. Bahkan ada pendapat bahwa setiap generasi atau bahkan sebuah kelompok 

suku mempunyai kemampuan berpikir hampir sama (Skinnard, 544).Namun ada juga

 pendapat bahwa tidak ada perbedaan antara tingkat intelegensia satu budaya dengan

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 4/19

 budaya yang lain, bila mereka berada dalam satu negara (Skinnard, 544).

Intelegensia ternyata juga dipengaruhi umur, karena kita tahu cara anak berumur 5

tahun memandang satu masalah jelas berbeda dengan cara berpikir anak berumur 15

tahun terhadap masalah yang sama, cara berpikir terhadap satu hal yang sama jelas juga

 berbeda antara yang dipikirkan oleh mahasiswa paska berumur 35 tahun dengan buruh

 pabrik berumur 50 tahun. Kematangan otak (dengan bertambannya umur) ternyata sangat

mempengaruhi apa yang disebut intelegensia bila dipandang dari segi kualitas (kualitatif).

Intelegensia yang kita punyai pada saat kita kecil atau SMA bahkan berubah dengan

 berlalunya waktu, hanya intelegensia 'terkristalisasi' (misal kemampuan berbahasa atau

kemampuan memecahkan masalah matematika) yang tidak berubah atau bahkan

 bertambah dengan semakin banyak latihan.

2.1.2. Tes IQ

2.1.2.1. Sejarah tes IQ

Kebanyakan tes IQ dibuat untuk mengetahui seberapa besar kemampuan

seseorang dalam menghadapi tugas-tugas di sekolah. Tes Intelegensia yang pertama kali

 berhasil, dikembangkan oleh Binet dan Simon pada akhir tahun 1900an di sekolah-

sekolah di Paris, Perancis untuk mengelompokkan mereka dalam kelas-kelas tertentu dan

 juga untuk mengetahui apakah ada anak yang memerlukan kelas-kelas khusus. Beberapa

tahun kemudian, tes ini kemudian di gunakan di Amerika Serikat untuk mengetes

kemampuan intelegensia prajurit perang, apakah dia masuk kelompok pertama (Alpha)

atau kedua (Beta). Sedangkan tes IQ pertama dikembangkan pada tahun 1939 oleh

Wechsler, dalam dalam waktu puluhan tahun kemudian, tes IQ berkembang lebih jauh.

2.1.2.2. Tes IQ Sekarang

Tes intelegensia sekarang dibuat mulai dari mengukur intelegensia secara sempit

(kemampuan menghadapi tugas-tugas di sekolah atau akademis) sampai dengan

mengukur kemampuan spasial (kemampuan memproses dan mengingat informasi), dan

kemampuan mengerti verbal (bahasa). Kemampuan IQ juga dibuat berbeda antara anak-

anak, orang dewasa, bahkan orang yang memilki kekurangan dalam kemampuan

mendengar.

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 5/19

Kebanyakan tes IQ dilakukan oleh psikolog dengan cara membuat soal yang

dapat mengetes kemampuan seseorang dalam menyelesaikan berbagai tugas atau soal.

Ada dua macam tes IQ, verbal dan nonverbal. Dimana tes verbal terdiri dari pertanyaan

yang harus dijawab seseorang secara cepat dan lisan dengan mendeskripsikannya dengan

lisan (misal: Apa itu 'palu'?), menjawab pertanyaan umum (misal berapa jarak bulan ke

 bumi), bahkan memberikan pendapat apa perbedaan antara pertemuan dan seminar. Tes

IQ non verbal terdiri dari tes dengan bantuan visual atau gambar, menggunakan blok-blok 

atau kotak-kotak, dan lain-lain.

Hasil tes biasanya diskor dengan cara membandingkannya dengan hasil tes

sekelompok orang banyak. hasilnya ada dalam bentuk tabel (yang biasa disebut nilai IQ),

dan salah satu bentuknya adalah Skala Intelegensia Wechsler untuk Anak Edisi ke-4

(WISC-IV), empat indeks verbal mengukur kemampuan berpikir, kecepatan memproses

suatu informasi dan lain-lain, yang mempunyai rata-rata nilai mencapai 100 berarti

normal, dan bila ada yang mencapai 130, berarti orang tersebut dianggap berbakat (yang

menurut statistik hanya dicapai oleh 2% dari keseluruhan populasi), dan bila mencapai

skor 115 berarti mempunyai kemampuan yang tinggi, lebih tinggi dari 84 persen orang

normal, dan skor 85 dianggap hampir normal, dan hanya terdiri dari 16% dari seluruh

 populasi (berdasarkan kurva).

Dari berbagai eksperimen dan tes yang pernah dilakukan lalu dibuatlah tabel yang

menunjukkan skor IQ di bawah 85 yang menunjukkan bahwa seseorang mempunyai

kemampuan berpikir atau intelegensia di bawah rata-rata normal. Tabel di bawah ini

diambil dari buku Encyclopedia of Educational Psychology pada halaman 547.

Tabel 1 Tingkat Retardasi Mental Berdasarkan Buku Pegangan Statistik Retardasi Mental

DSM IV-TR 

Tingkat Retardasi Mental Skor  

Ringan 50 - 55, bahkan sampai 70

Sedang 35 - 40 sampai 50 - 55

Berat 20 - 25 dampai 35 - 40

Sangat Berat dibawah 20 atau 25

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 6/19

2.2. Multiple intelegence (MI)

2.2.1 Delapan MI menurut Howard Gardner

Selama hampir seratus tahun para ahli pendidikan dan psikologi memperdebatkan

masalah intelejensia, dan apakah intelejensia hanya dalam satu bentuk kemampuan saja

atau sebenarnya intelegensia bisa dipandang lebih dari satu bentuk atau lebih luas

(Seifert, 2009). Seperti disebutkan sebelumnya intelegensia adalah satu buah bentuk 

kemampuan seseorang untuk dapat memecahkan masalah atau menyelesaikan berbagai

macam kegiatan, atau paling tidak dalam hal akademis seperti membaca, pengetahuan

kosa kata, atau pemecahan masalah dengan logika (oleh Garlick, 2003 dalam Seifert,

2009). Sebelum adanya konsep multiple intelegence, intelegensia dianggap hanya ada

satu bentuk, yaitu IQ. Bahkan sampai-sampai dahulu, orang berlomba-lomba untuk ikut

tes IQ untuk mengetahui seberapa besar IQnya, dan tes-tes IQ pun laku keras, dan akibat

adanya tes IQ semua orang beranggapan (dahulu) bahwa dalam hidup yang penting

adalah pencapaian akademis, dan besar tidaknya IQ seseorang.

Tapi kemudian hal ini menjadi masalah, karena berkembangnya manusia selama

 bertahun-tahun, dan siswa-siswa di sekolah pun semakin beragam, baru nampak bahwa,

tidak mungkin memandang kemampuan siswa hanya dari segi akademisnya saja (atau

intelegensia). Sehingga kemudian muncul pendapat alternatif yang disebut Multiple

Intelegence (MI) yang dipelopori oleh Howard Gardner (Seifert, 2009).

Teori multiple intellegence (MI) pertama kali dicetuskan oleh Howard Gardner 

 pada awal-awal tahun 1980an, pada saat itu Howard menyimpulkan bahwa dengan

adanya teori multiple Inttelegence, tidak bisa lagi mengukur kepintaran seseorang hanya

dari IQ saja. Menurut Gardner, ada 8 intelegensia, selain IQ (IQ adalah kemampuan

memecahkan suatu masalah atau menciptakan sesuatu dengan cara memproses suatu

informasi), ke-8 intelegensia itu adalah:

a. Kemampuan Berbahasa ( Linguistic Intellegence)

 b. Kemampuan Matematika/Logika ( Mathematic/Logical Intellegence)

c. Kemampuan Kinetik ( Bodily Kinesthetic Intellegence)

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 7/19

d. Kemampuan interpersonal (interpesonal Intellegence)

e. Kemampuan Intrapersonal ( Intrapersonal Intellegence)

f. Kemampuan natural ( Naturalistic Intelegence)

g. Kemampuan bermusik ( Musical Intellegence)

h. Kemampuan Spasial (Spatial Intellegence)

Dari delapan kemampuan tersebut hanya (a) dan (b), kemampuan bahasa dan

kemampuan matematik/logika lah yang biasa diujikan dalam test, sehingga membuat

 pandangan bahwa hanya kedua kemampuan tersebutlah yang penting, namun pada saat

itu Gardner menyarankan bahwa walaupun kemampuan berkomunikasi atau kemampuan

natural tidak dapat diukur atau dites, tapi kedua kemampuan ini juga sangat penting dan

 juga harus diperhatikan dan dibina untuk mengembangkan kemampuan seseorang.

a. Kemampuan berbahasa

Kemampuan berbahasa dapat dilihat pertama kali dari seberapa besar ketertarikan

seseorang terhadap bahasa, termasuk bagaimana penguasaan bahasa asing, dan sejauh

mana dia dapat menggunakan bahasa asing yang telah dipelajarinya tersebut untuk 

mencapai suatu tujuan. Kemampuan berbahasa seseorang hanya dapat terlihat setelah

seseorang terpapar oleh bahasa tersebut, jadi mungkin kita belum dapat melihat

kemampuan berbahasa pada anak-anak kecil atau balita. Dalam kemampuan bahasa ini,

orang-orang yang mempunyai kelebihan linguistic intellegence, lebih mudah menguasai

struktur bahasa, baik bahasanya sendiri ataupun bahasa asing, baik dalam bentuk lisan

ataupun tulisan. Mereka juga lebih mudah mengucapkan, mengerti bahkan mudah

mengaplikasikan bahasa dalam kehidupan mereka sehari-hari. Orang yang memiliki

kelebihan kemampuan bahasa (baik bahasanya sendiri ataupun bahasa asing) mampu

menjadi entertainer, seorang yang pandai berbicara, pintar mengajar, pintar menggunakan

 bahasa, baik dalam bentuk tulisan atau lisan. Bagian otak yang memproses bahasa adalah

 Borca, dan bila bagian dari otak ini rusak, orang tersebut hanya akan mampu mengerti

namun akan sangat kesulitan bahkan untuk mengucapkan satu kalimat sederhana.

Banyak penulis terkenal sepanjang masa adalah orang yang mempunyai kelebihan

dalam kemampuan berbahasa, misalnya Mark Twain. Ada pekerjaan tertentu yang dapat

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 8/19

digeluti oleh orang dengan kelebihan kemampuan berbahasa seperti menjadi penulis, baik 

fiksi maupun nonfiksi, menjadi pengacara, politikus, menjadi pelaku seni teater (artis),

ataupun penerjemah.

Walaupun tidak semua orang mempunyai kelebihan kemampuan bahasa, namun

kemampuan ini bisa dilatih dengan sering-sering mendengar pidato orang-orang terkenal,

 banyak-banyak membaca buku, ataupun sering-sering membaca puisi dan cerita.

b. Kemampuan Matematika dan Berpikir Logis (Mathematical/Logical

Intellegence)

Kemampuan matematis dan berpikir logis ditandai dengan kemampuan

memecahkan suatu masalah dengan cepat, memecahkan soal matematika dengan cepat,

mudah mengenal angka dan pintar dalam sains. Orang yang memiliki kemampuan ini

dapat memecahkan suatu soal dengan bantuan angka dan mereka memecahkannya

dengan sangat cepat. Terkadang mereka terlihat seperti langsung dapat menjawab suatu

 persoalan, saat yang lain masih sedang memecahkan masalah tersebut. Kemampuan

matematika adalah salah satu kemampuan yang dapat diukur dengan tes, sama seperti

kemampuan berbahasa. Bagian otak yang memproses kemampuan matematika/logika ini

 berasal dari frontotemporal lobes (logika) dan parietofrontal lobes (numerik).

Astronot wanita pertama, Katherin Sutchliffe dan seorang penerima nobel dalam

 bidang ekonomi, adalah contoh orang-orang yang mempunyai kemampuan

matematika/logika luar biasa. Karir yang cocok untuk orang yang mempunyai kelebihan

dalam kemampuan matematika/logika adalah dalam bidang matematika dan statistik,

filsafat, fisika, kimia dan biokimia, teknik dan pemrograman komputer.

Hal-hal yang dapat meningkatkan kemampuan matematika/logika adalah dengan

 bermain permainan yang berhubungan dengan angka-angka, belajar bahasa pmrograman,

dan mengajar dalam bidang sains dan matematika juga dapat meningkatkan kemampuan

matematika/logika.

c. Kemampuan Kinestetik 

Orang yang memiliki kelebihan kemampuan kinetik ditandai dengan

kemampuannya yang luar biasa mengontrol gerak tubuhnya ataupun kemampuannya

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 9/19

menggunakan suatu alat dengan sangat baik. Orang yang mempunyai kelebihan

kinestetik juga biasanya sangat mampu menyelesaikan suatu masalah dengan

menggunakann salah satu anggota tubuhnya. Kemampuan mengontrol gerakan tubuh

 berasal dari bagian motor cortex, pada orang kidal, gerak tubuhnya dikontrol oleh motor 

cortex yang terletak otak sebelah kanan, dan orang yang tidak kidal (biasa menggunakan

tangan kanan) dikontrol oleh motor cortex yang terletak di otak sebelah kiri. Walaupun

Kemampuan kinetik atau bodily/kinestetik intelegence mungkin kedengaran aneh tapi

keberadaannya dapat dibuktikan dengan adanya penyakit apraxia (ketidak mampuan

mengontrol gerakan tubuh), yang disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang mengontrol

gerakan tubuh, atau motor cortex.

Orang-orang dalam bidang olahraga dan orang-orang yang menggeluti tari adalah

orang yang mempunyai kelebihan bodily/kinestetik intelegence, contohnya saja pencetus

tari modern, Martha Graham (seorang penari modern terkenal dari Amerika), dan seorang

 pemenang mendali emas dalam bidang ice skating  adalah orang-orang yang memiliki

kelebihan dalam kemampuan kinestetik.

Karir yang cocok buat orang mempunyai kelebihan kinestetik adalah komedia,

 penari, olahragawan, pelatih kuda, pelatih, dll. Cara melatih kemampuan kinestetik 

adalah dengan banyak-banyak berlatih olahraga, termasuk senam, berenang, tenis,

 banyak bermain video game yang membutuhkan gerakan refleks cepat.

d. Kemampuan Interpersonal (Interpersonal Intellegence)

Kemampuan interpersonal dapat ditandai dengan kemampuan seseorang dalam

menebak mood, ekspresi atau perasaan orang lain dengan tepat. Kemampuan ini sangat

 penting dalam bergaul dengan orang lain dan hidup dalam komunitas. Kemampuan

interpersonal diatur oleh otak bagian depan (frontal lobe) dan orang yang rusak bagian

frontal lobe ini biasanya mengalami perubahan kepribadian ekstrim. Kemampuan

interpersonal ternyata juga ada hubungannya dengan biologis, ditandai dengan bukti riset

yang menunjukkan bahwa primata kecil yang diasuh dan tidak lepas dari ibunya

mempunyai kemampuan interpersonal dengan primata lain dengan normal, sedangkan

 primata kecil yang kehilangan kasih sayang ibunya selama masih kecil, menunjukkan

kemampuan interpersonal yang tidak normal. Organisasi, masyarakat dan lain-lain

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 10/19

ternyata juga berperan penting dalam perkembangan kemampuan interpersonal

seseorang.

Orang terkenal yang mempunyai kelebihan kemampuan interpersonal adalah

Marthin Luther King Jr, dan Ophrah Winfrey. Bidang seperti mengajar, hal-hal yang

 berhubungan dengan spiritual, pemimpin politik, sales bahkan akting adalah bidang yang

cocok bagi orang yang memiliki kelebihan dalam interpersonal intelegence.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

interpersonal adalah: Berlatih menebak-nebak mood seseorang saat berbicara, menjadi

sukarelawan mengajar atau konseling dalam LSM, sering-sering melihat bagaimana cara

orang-orang bergaul di tempat ramai, berusaha untuk berkenalan dengan orang yang baru

tiap hari, ikut kursus interpersonal skill, selalu memandang orang di matanya saat

 berbicara dan juga selalu memperhatikan bahasa tubuh seseorang saat kita berbicara

dengannya.

e. Kemampuan Intrapersonal

Kemampuan intrapersonal ditandai dengan kemampuan seseorang memahami

apa yang terjadi dalam dirinya sendiri, termasuk memahami emosi-emosi yang dia alami,

mampu mengambil keputusan tanpa terpengaruh dari luar. Orang yang memiliki

kemampuan intrapersonal yang besar tahu dengan pasti bagaimana meletakkan dirinya

sendiri dalam hubungan dengan orang lain, dan orang dengan kelebihan ini sangat

 percaya pada dirinya sendiri. Orang dengan kemampuan ini sangat kreatif namun juga

agak tertutup, bahkan mereka biasa untuk sendiri. Kemampuan interpersonal identik 

dengan isi pikiran seseorang, dan biasanya dimanifestasikan oleh orang-orang ini dalam

 bentuk musik, bahasa, dan juga hal-hal ekspresif lainnya.

Kemampuan intrapersonal juga diatur oleh otak bagian depan yang mengatur 

karakter seseorang, dan kerusakan dibagian ini dapat mengubah karakter seseorang.

Kemampuan intrapersonal harus diasah dari kecil, misalnya anak kecil yang hidup dalam

lingkungan yang nyaman dan penuh kasih sayang akan mempunyai pandangan hidup

 positif saat dia besar, bertolak belakang dengan anak-anak yang hidup dalam lingkungan

 penuh kekerasan.

Dalai Lama ke-14 adalah salah satu orang yang mempunyai kemampuan

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 11/19

intrapersonal luar biasa yang dapat dilihat dari pidato-pidatonya, dan tulisan-tulisannya

yang diterbitkan dan berhasil membuat Dalai Lama mendapat penghargaan nobel

 perdamaian pada tahun 1989. Mother Teresa, ibunya orang-orang miskin, yang

mendedikasikan hidupnya untuk orang-orang miskin yang hidup di lingkungan kumuh

selama hidupnya, juga adalah salah satu contoh orang yang mempunyai kemampuan

intrapersonal yang besar.

Karir yang cocok untuk orang dengan kelebihan kemampuan ini adalah

 pemimpin spiritual dan bahkan politik ,  psikolog , psikoterapi , dan mengajar . Salah satu

cara melatih kemampuan intrapersonal adalah dengan ikut dalam kegiatan psikologi dan

 psikoterapi, sering-sering menulis tentang mimpi yang kita alami, ikut yoga, sering-

sering membaca buku inspirasi juga menolong meningkatkan kemampuan intrapersonal

seseorang.

 f. Kemampuan Natural/Naturalistik Intelegence

Orang yang mempunyai kemampuan natural sangat menyukai alam termasuk 

 binatang dan tanaman, orang yang mempunyai kelebihan ini mempunyai kelebihan

mudah mengenali dan dapat mengklasifikasi dan mengindetifikasi flora fauna dengan

mudah. Bahkan kelanjutan hidup manusia sangat bergantung pada kemampuan natural

ini. Contohnya saja bila orang zaman dulu tidak mempunyai kemampuan membedakan

mana binatang yang bisa dimakan dan diburu, mana tumbuhan yang beracun atau tidak,

 bagaimana mereka bisa hidup sampai kita ada sekarang.

Ada dan tidak adanya kemampuan naturalistik ini dibuktikan dengan adanya

orang yang tidak dapat mengenal dan mengidentifikasi flora dan fauna, namun hanya

dapat memisahkan benda-benda mati, ada juga orang yang hanya mengenal makhluk 

hidup, namun tidak dapat mengidentifikasi benda-benda mati, orang-orang ini mengalami

kerusakan di bagian otaknya, sehingga mendukung teori bahwa memang ada yang

dinamakan naturalistik intelegence. Kemampuan naturalistik dapat dilihat dari kecil,

misalnya ada anak-anak yang sangat menyukai berbagai jenis serangga, ada anak yang

suka dinosaurus sampai dia besar, ada anak yang suka bermain di alam dan tidak takut

 berkotor-kotoran karena menyukai suatu binatang tertentu, anak-anak ini telah

menonjolkan kemampuan naturalistiknya. Biasanya saat mereka besar, kemampuan

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 12/19

naturalistik atau naturalistic intelegence ini dimanifestasikan dalam hobi mereka

melakukan hobi seperti memancing, hiking, camping dan ikut dalam organisasi

lingkungan.

Charles Darwin adalah salah satu orang yang teridentifikasi memiliki

kemampuan naturalistik yang berlebih. Karir yang cocok bagi orang yang memiliki

kelebihan naturalistik adalah berkebun, botani, ilmu lingkungan, kedokteran hewan, dll.

Kegiatan untuk meningkatkan naturalistik intelegence adalah dengan kegiatan seperti

menghabiskan banyak waku di alam, mengidentifikasi burung dan binatang lain di alam

liar, menulis tentang alam, dan sebagainya.

 g. Kemampuan Musik (Musical Intelegence)

Kemampuan musik diidentifikasi dengan melihat orang yang mengenal nada

dalam musik dengan mudah. Selain mengenal nada, orang tersebut juga akan dengan

mudah memanipulasi dan menyusun nada tersebut menjadi suatu susunan nada yang

membentuk suatu karya musik.

Orang dengan musical intelegence yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan luar 

 biasa bermusik seorang anak melebihi kemampuan biasa, dan biasanya terlihat dari

sangat kecil. Misalnya saja Mozart, dari umur 3 tahun kemampuan bermusiknya sudah

terlihat dan pada umur 4 tahun sudah bisa memainkan berbagai macam komposisi musik,

dan pada umur 5 tahun sudah menciptakan musik sendiri. Ada pula Midori, dari umur 3

tahun sudah tertarik dengan biola, pada umur 4 tahun diberi biola oleh orang tuanya dan

 pada umur 7 rahun sudah menjadi pemain biola terkenal. Orang yang mempunyai

musical intelegence tinggi biasanya tentu saja menjadi pemusik, komposer, pembuat

instrumen musik, dan pengajar dalam bidang musik.

Kegiatan yang meningkatkan musical intelegence dengan sering menghadiri

konser, berlatih salah satu alat musik, ikut paduan suara ataupun sering berusaha

mendengar aliran musik yang tidak kita kenali.

h. Kemampuan Spasial/Spatial Intelegence

Orang yang mempunyai kemampuan spasial tinggi dilihat dari kemampuannya

melihat suatu ruang dari sisi yang berbeda dari orang lain, orang dengan kemampuan ini

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 13/19

melihat sesuatu dalam ruang atau lingkungan yang tidak dilihat oleh orang lain. Biasanya

orang dengan kemampuan ini adalah orang-orang yang tertarik pada seni, misalnya

fotografi, patung, lukis melukis, arsitek dan desain interior. Orang yang rusak otaknya di

 bagian spatial, tidak dapat mengenal ruang, tidak mengenal jalan, dan sangat sulit melihat

hal-hal kecil.

Orang terkenal dengan spatial intelegence tinggi, adalah seorang arsitek Amerika

terkenal sepanjang masa, Frank Lloyd Wrigth, dan Frieda Kahlo, pelukis terkenal dunia

asal Meksiko. Bidang yang cocok adalah menjadi pilot, navigator, pematung, teknik 

mekanik, desain grafis, desain interior dan visual art. Cara meningkatkannya adalah

dengan belajar fotografi, tertarik pada geometri, belajar ilusi optis, dan belajar navigasi.

(Encyclopedia of Educational Psychologi Vol 1&2).

Dari rincian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut (menurut Gardner, diambil

dari buku Seifert, 2009):

Bentuk Intelegence Contoh Aktivitas Menggunakan

Intelegence jenis ini

• Linguistik: kemampuan verbal, Membujuk dengan kata-kata

kemampuan memanipulasi bahasa Membuat makalah dengan sangat baik 

• Musikal: kemampuan mengerti Bernyanyi, Memainkan Alat musik 

dan menghasilkan karya musik 

• Logika, matematis : kemampuan Pintar matematika

logika, pintar memberi alasan, suka Pintar merumuskan hipotesa dan

sekali dengan hitung berhitung membuktikannya

• Spasial Mudah sekali menyusun Puzzle

Mudah mengikuti petunjuk yang

sulit misalnya cara merakit sepeda

• Kinestetik Menari

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 14/19

Senam

• Interpersonal Tahu kapan untuk ngomong sesuatu

atau kapan tidak 

Mudah melihat sindiran atau pesan

tersembunyi dari pembicaraan

orang

• Intrapersonal Sangat mengetahui kekompleksan

dirinya sendiri

•  Naturalistik Mudah sekali mengenali spesies

hewan dan tumbuhan yang

mungkin sulit bagi orang yang tidak 

terlalu naturalistik 

2.2.2. Penerapan Teori Multiple Intelegence di Kelas

Pola pengajaran tradisional yang hanya menekankan kepada kemampuan logika

(matematika) dan bahasa yang disampaikan dalam bentuk ceramah mungkin

membosankan bagi siswa, Teori multiple intelegence menyarankan beberapa cara yang

memungkinkan materi pelajaran dapat disampaikan dalam proses belajar yang lebih

efektif.

Cara-cara penyampaian materi pelajaran yang menerapkan multiple intelegence

adalah dengan menggunakan berbagai macam metode yang meningkatkan masing-

masing kemampuan atau multiple intelegence tertentu, contohnya dengan menggunakan:

• kata - kata (merangsang kemampuan berbahasa atau linguistic intelegence)

• Angka atau logika (merangsang kemampuan logical-mathematical intelegence)

• Gambar (merangsang kemampuan visual-spatial intelegence)

• Musik (merangsang kemampuan musik atau musical intelegence)

• Pengalaman Fisik (merangsang bodyly-kinesthetic intelegence)

• Pengalaman Sosial (mengasah kemampuan berinteraksi atau interpersonal 

intelegence)

• Refleksi Diri (kemampuan atau intrapersonal intelegence) 

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 15/19

• Pengalaman di Lapangan (mendorong cinta pada alam atau naturalistic

intelegence)

(Handi Susanto, S.Psi, 2005)

Multiple intelegensia juga berhubungan erat dengan minat dan bakat maka, kita

 juga dapat mengambil jalan tengah (middle way) saat mengajar.

2.2.3. Mengambil jalan tengah saat mengajar

Ada berbagai cara untuk mengakomodir perbedaan setiap individu di kelas, salah

satunya adal dengan mengambil jalan tengah (middle-way approach). Karena setiap

orang punya cara sendiri dalam belajar, dalam istilah keguruan ini disebut gaya belajar 

(learning styles). Ada siswa yang lebih suka membuat poin-poin penting untuk diingat

saat belajar, ada pula siswa yang lebih merasa nyaman menggunakan diagram untuk 

membantunya belajar dan mengingat apa yang sedang dia pelajari. Walaupun semua

orang mempunyai gaya belajar sendiri-sendiri, terkadang kita juga sering harus belajar 

dengan cara yang kurang kita sukai bila terpaksa. Misalnya saja siswa yang lebih suka

membuat diagram untuk membantunya mengingat pelajaran, dapat saja diajak untuk 

membuat poin-poin penting sekali-sekali. Mau tak mau, siswa tersebut tetap belajar 

dengan sistem poin-poin, walaupun bukan merupakan gaya belajarnya yang biasa,ataupun sebaliknya, siswa yang lebih menyukai poin-poin dapat dipaksa atau dibujuk 

untuk menggunakan diagram saat diminta. Walaupun bukan dengan gaya belajar yang

mereka sukai, mereka juga bisa belajar seperti ini bila terpaksa. Karena semua siswa

mempunyai gaya yang berbeda-beda, dan tidak mungkin mengakomodai semua

keinginan gaya belajar siswa karena siswa dalam kelas selalu beragam dan mempunyai

gaya belajar yang berbeda-beda, maka jawaban yang pasti adalah dengan mengambil

 jalan tengah, misalnya dengan sekali-sekali mengajak siswa menggunakan sistem

diagram, dan sekali-kali mengajak siswa menggunakan sistem pointer dalam belajar di

kelas. Dengan kata lain, walaupun memang terlihat ideal bila kita mengakomodir semua

keinginan dan gaya belajar yang lebih disukai siswa, namun hal tersebut tidak praktis

dan memakan banyak waktu (Seifert, 2009). Jadi walaupun ada siswa yang memang lebih

suka belajar bila ada bantuan multi media, seperti video dan lain-lain, namun karena hal

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 16/19

tersebut tidak dapat dilakukan terus-terusan, maka walaupun kita menggunakan metode

mengajar yang lain, anak tersebut juga mau tak mau akan mengikuti dan tetap akan

 belajar, walaupun terkadang guru mengajar dengan metode belajar yang tidak begitu

disukainya.

2.3. Emotional Intellegent (EI)

2.3.1 Pengertian EI

Istilah Emotional Intelegence pertama kali dicetuskan oleh Daniel Goldman dalam

 bukunya  Emotional Intellegence: Why It Can Matter More than IQ -  Emotional 

 Intelegensia: Mengapa Emotional Intelegensia lebih berarti daripada IQ pada tahun

1995, dan sekejap istilah EI ramai dibicarakan orang, ditambah lagi saat seorang penulis

 bernama Nancy Gibbs menulis dalam sebuah artikel di majalah Time dan menyebut

 bahwa EQ (emotional quotient ) yang sebenarnya hakikat dari intelegensia seorang

manusia.

 

2.3.2 Pengaruh EI dalam keberhasilan belajar seorang anak didik.

2.4. Kreativitas

2.4.1 Makna Kreativitas dalam Belajar/Pendidikan

Kreativitas ternyata adalah sesuatu yang paling bernilai namun paling sulit

dimengerti dalam konteks Psikologi pendidikan (Plucker et al, 2004 in Encyclopedia of 

Educational Psychology). Menurut Plucker, kreativitas digambarkan sebagai interaksi

aptitude, dengan proses dan lingkungan yang akhirnya membuat seseorang atau

sekelompok orang menghasilkan ide, produk, konsep atau bahkan interpretasi yang unik,

 jarang dan juga adaptif. Kalau dalam pendidikan, kreativitas lebih sering dinyatakan

sebagai kemampuan beradaptasi (kreatif).

Bila dalam konteks seni atau penciptaan hal yang baru, kreativitas berarti

menghasilkan sesuatu yang baru dan unik, maka kreativitas dalam konteks belajar harus

dipandang dari segi berbeda dari konteks seni atau penciptaan karya baru. Dalam

 pendidikan kemampuan beradaptasi sangat penting.

Karena semua siswa pasti mempunyai potensi kreatif, dan betapa pentingnya

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 17/19

kreativitas dalam memperluas proses belajar ke bagian atau bidang lain, karena itulah

sangat penting untuk memahami kreativitas siswa dalam konteks belajar yang dapat

diperdalam dalam psikologi pendidikan. Walaupun sampai sekarang, kreativitas kurang

diperhatikan dalam konteks pendidikan, bahkan seringkali diabaikan (apalagi saat masa

 jaya-jayanya konsep behaviorisme), namun dengan semaking banyaknya orang menganut

 paham konstruktivisme, orang mulai menganggap bahwa kreativitas tidak bisa lepas dari

 proses belajar, bahkan malah banyak membantu proses belajar (Plucker et al).

PEntingnya kreativitas dalam belajar pun bukan hal yang baru diketahui oleh ahli

 pendidikan, karena jauh sebelum ada pandangan konstruktivisme, banyak para ahli,

 bahkan Les Visgotsky sudah menghubung-hubungkan hubungan antara belajar,

kreativitas, imajinasi dan juga perkembangan pemahaman robust . Yang baru hanyalah

 bahwa sekarang sudah ada studi atau penelitian tentang kreativitas itu sendiri serta

hubungannya dengan bidang-bidang lain (Plucker et al dalam Encyclopedia of 

Educational Psychology, 2004).

Kreativitas juga bukan satu entiti tunggal yang tidak ada hubungannya dengan

hal-hal lain, bahkan kita tidak bisa bilang bahwa ada orang yang tidak punya kreativitas

dan ada orang yang memang punya kreativitas, kita tidak bisa memandangnya seperti itu.

Karena kreativitas adalah kombinasi atau gabungan karakteristik, proses berpikir, dan

 juga prilaku spesifik seseorang. Beberapa ciri yang paling nampak saat seseorang sangat

kreatif adalah dengan melihat ciri berikut ini, misalnya orang tersebut:

• Menjawab atau menginterpretasi suatu soal atau situasi dengan fleksibel (tidak 

kaku) suatu masalah yang sedang dihadapinya

• Mempunyai bank informasi yang banyak dalam otaknya yang dapat

digunakannya untuk menyelesaikan suatu tugas

• Mampu mengkombinasikan ide dan informasi yang sudah ada menjadi hal yang

 baru

• Selalu berusaha agar hasil yang mereka capai lebih tinggi dari standar 

• Mempunyai keinginan dan kemauan yang kuat untuk berhasil dengan apa yang

sedang mereka lakukan

(dari Csikszentmihlyl, 1996, Glove & Reynolds, 1989, Runco dan Chand, 1995, Russ,

1993, Simonton, 2000, dan Wisberg, 1993 diambil dari Ormrod, 2003).

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 18/19

Kreativitas baru bisa dianggap kreatif pun harus dalam kategori atau keadaan

yang spesifik. Siswa bisa saja dibilang kreatif dalam seni, sains, menulis, tapi mereka

 belum tentu kreatif dalam ketiga-tiganya. Bahkan setiap guru harus membuka mata dan

 pikiran karena bisa jadi seorang siswa mempunyai pikiran kreatif, atau bahkan sebuah

 prilaku yang bisa dianggap kreatif.

2.4.2 Cara Mendorong Kreativitas di dalam Kelas

Menurut Ormrod dalam bukunya Educational Psychology: Developing Learners,

ada beberapa cara untuk mendorong atau mengembangkan kreativitas siswa dalam kelas,

karena walaupun beberapa komponen berpikir kreatif mungkin bersifat hereditary atau

genetis, namun faktor lingkungan juga sangat berperan penting dalam mengembangkan

kreativitas (Esquivel, 1995, Ripple, 1989, Simonton, 2000 dalam Ormrod, 2003). Cara-

cara tersebut diambil dari beberapa riset dan studi yang pernah dilakukan dalam

 pengembangan kreativitas dalam kelas, yaitu:

1. Menunjukkan dan Mendorong Siswa untuk Tahu bahwa Kreativitas tidak 

dilarang malah sangat dihargai.

Semakin mudah mengembangkan kreativitas anak didik bila kita juga

menunjukkan dalam tingkah laku kita di dalam kelas bahwa kita sangat menghargai hal-

hal kreatif. Salah satu caranya adalah dengan bukannya menghalangi ide-ide aneh siswa,

tapi kita malah memberikan pujian bagi ide-ide dan umpan balik tidak biasa yang

diberikan siswa. Misalnya, kita malah senang bukannya marah saat ada siswa yang

memecahkan suatu soal dengan caranya sendiri dan bukan dengan cara yang sudah

 pernah kita ajarkan. Saat menilai karya tulisan pun, bila isinya salah, kita tetap

memberikan penilaian yang baik untuk menunjukkan bahwa kita menghargai apa yang

sudah mereka buat. Mempunyai hobi yang kreatif pun yang siswa tahu kita punya juga

mendorong siswa untuk lebih menghargai kreativitas dan mendorong mereka untuk lebih

kreatif (Feldhusen & Trellinger, 1980; Hennesey & Amabile, 1987; Parnes, 1967;

Torrence and Myers, 1970 dalam Ormrod, 2003).

7/15/2019 Tugas TP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-tp-5632805db77d8 19/19

2. Tunjukkan pada SIswa bahwa reward  internal lebih bagus daripada reward 

eksternal.

3. Dorong Mereka untuk Fokus pada Satu Bidang yang lebih mereka kuasai.

4. Lemparkan pertanyaan yang Aneh dan mendorong mereka untuk menjawab.

5. Biarkan siswa bebas.

6. Sediakan waktu agar pikiran kreatif mereka berjalan.

(Ormrod, 2003

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

- Untuk memecahkan masalah perbedaan anak didik dan bagaimana mengakomodir 

 perbedaan individu setiap siswa, caranya adalah : .... (jabarkan dalam point, poin2 dalam

 pemecahan masalah)

DAFTAR PUSTAKA

Seifert, Kelvin. Educational Psychology: Digital Ed. Open Book Library: 2009.

Encyclopedia of Educational Technology, 2004: Multiple Authors Editor: Skinnard.

Handi Susanto, S.Psi.  Penerapan Multiple Intelegences dalam Sistem Pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Penabur No. 04 /Th.IV/Juli 2005 diakses pada 17 Maret 2012

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.67-75%20Penerapan%20Multiple%20Intillegence%20dalam

%20Sistem%20Pembelajaran.pdf 

Ormrod, Jeanne Ellis. Educational Psychology: Developing Learners, 4th Ed. Merril

Prentice Hall: 2003.