tugas tksbl
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
-
TUGAS TERSTUKTUR MATA KULIAH
TEKNOLOGI KONSERVASI SBL
Dosen Pengampu : Prof. Dr.Ir. Zaenal Kusuma, SU.
Disusun oleh:
Nama : Astidhia Nadia
NIM : 135040200111062
Kelas : I
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
-
1. Apa penyebab kemampuan hujan berbeda?
Endapan (presipitasi) didefinisikan sebagai bentuk air dan padat (es) yang jatuh ke
permukaan bumi. Hujan adalah bentuk endapan yang sering dijumpai, dan di Indonesia yang
dimaksud dengan endapan adalah curah hujan. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting
di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu maupun tempat, sehingga
kajian tentang iklim lebih banyak diarahkan pada hujan. Hujan adalah salah satu bentuk dari
presipitasi, menurut Lakitan (2002) presipitasi adalah proses jatuhnya butiran air atau kristal es ke
permukaan bumi. Tjasyono (2004) mendefinisikan presipitasi sebagai bentuk air dan padat (es)
yang jatuh ke permukaan bumi dimana kabut, embun dan embun beku bukan merupakan bagian
dari presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih kebasahan (moisture).
Jumlah curah hujan dicatat dalam inci atau milimeter (1 inci = 25,4 mm). Jumlah curah
hujan 1 mm, menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi 1 mm, jika air tersebut
tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer (Tjasyono, 2004). Menurut Arsyad (1989)
Tinggi curah hujan diasumsikan sama disekitar tempat penakaran, luasan yang tercakup oleh
sebuah penakar curah hujan tergantung pada homogenitas daerahnya maupun kondisi cuaca
lainnya. Curah hujan mempunyai variabilitas yang besar dalam ruang dan waktu. Berdasarkan
skala ruang, variabilitasnya sangat dipengaruhi oleh letak geografi (letak terhadap lautan dan
benua), topografi, ketinggian tempat, arah angin umum, dan letak lintang. Keragaman curah hujan
terjadi juga secara lokal di statu tempat, yang disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi topografi
seperti adanya bukit, gunung atau pegunungan yang menyebabkan penyebaran hujan yang tidak
merata.
2. Faktor apa yang memengaruhi?
Variabilitas curah hujan dan pergeseran musim di Indonesia sangat dipengaruhi oleh
adanya suhu muka laut, baik suhu muka laut di wilayah Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan
perairan Indonesia. Fenomena anomali suhu muka laut di ketiga wilayah tersebut merupakan
aktivitas interaksi atmosfer dan lautan dalam skala global yang turut memengaruh variabilitas
iklim di Indonesia.
Keberadaan dua benua yang mengapit kepulauan Indonesia, yakni Benua Asia dan Benua
Australia akan memengarhuhi pola pergerakan angina di wilayah Indonesia. Arah angin sangat
penting peranannya dalam memengaruhi pola hujan. Jika angin berhembus dari arah Samudera
Pasifik atau Samudera Indonesia, maka angin tersebut akan membawa udara lembab ke wilayah
-
Indonesia menjadi tinggi, sebaliknya jika angin berhembus dari arah daratan Benua Asia atau
Benua Australia, angin tersebut akan mengandung sedikit uap air (kering) sehingga proses
kondensasi secara alamiah tidak dapat berlangsung. Akibatnya tentu tidak akan terjadi hujan.
Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa
fenomena, antara lain sistem monsoon Asia-Australia, El-Nino, sirkulasi Timur-Barat (Walker
Circulation) dan Utara-Selatan (Hadley Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pengaruh
lokal. Variabilitas curah hujan di Indonesia sangatlah kompleks dan merupakan suatu bagian
chaotic dari variabilitas monsoon (Ferranti (1997), dalam Aldrian (2003). Monsun dan
pergerakan ITCZ (Intertropical Convergence Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan
dan semi-tahunan di Indonesia (Aldrian, 2003), sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode
berkaitan dengan variasi curah hujan antar-tahunan di Indonesia.
Pola hujan wilayah Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan Samudera Pasifik di sebelah
timur laut dan Samudera Indonesia di sebelah barat daya, pada siang hari proses evaporasi dari
permukaan kedua samudera ini akan secara nyata meningkatkan kelembaban udara di atasnya.
Kedua samudera ini akan merupakan sumber udara lembab yang akan mendatangkan hujan bagi
wilayah Indonesia (Lakitan, 1994).
Tjasyono (1999) menyatakan Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim
utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Hal ini didukung oleh Aldrian dan Susanto
(2003) yang telah mengklasifikasi Iklim Indonesia sebagai berikut: Pola curah hujan di wilayah
Indonesia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pola Monsoon, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola
Moonson dicirikan oleh bentuk pola hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan yaitu
sekitar Desember). Selama enam bulan curah hujan relatif tinggi (biasanya disebut musim hujan)
dan enam bulan berikutnya rendah (bisanya disebut musim kemarau).
Pola curah hujan di Indonesia secara astronomis, Indonesia terletak diatara 6 Lu dan 11
Ls dan sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa dan memiliki curah hujan yang cukup besar
terutama di Indonesia bagian barat, dengan rata curah hujannya 2.000 3.000.m/tahun dan
semakin ke arah timur curah hujannya semakin kecil kecuali Maluku dan Papua. Daerah yang
paling banyak mendapatkan curah hujan adalah Batu Raden Jawa Tengah yaitu 7.069 m/ tahun,
sedangkan yang paling sedikit mendapatkan curah hujan adalah Palu yaitu hanya 547 m/tahun
Curah hujan di Indonesia tidak terlepas dipengaruhi oleh angin muson barat dan angin
muson timur. Angin muson barat pada bulan Januari tekanan udara tinggi berada di atas Asia
-
sedangkan tekanan rendah berada di atas Australia, angin ini berhembus di atas Lautan Pasifik
banyak membawa uap air dan akhirnya menurunkan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan
berlangsung antara bulan Oktober April (musim hujan )
Angin muson timur berhembus dari arah timur pada bula Juli. Tekan udara tinggi berada
di atas Australia dan tekanan rendah berada di wilayah Asia, angin ini berhembus melalui banyak
daratan daerah laut yang dilaluinya sedikit sekali sehingga udara yang berhembus tidak terlalu
banyak mengandung uap air oleh sebab itu hujanya sedikit dan berhembus pada bulan April
Oktober, dan terjadilah di Indonesia musim kemarau.
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian, E, Susanto, R, D. 2003. Identification of Three Dominant Rainfall Region Within
Indonesia And Their Relationship to Sea Surface Temperature. International Journal of
Climatology. Wiley InterScience.
Arsyad S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
Lakitan, B. 1994. Dasar-dasar Klimatologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi Cetakan Ke-2. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tjasyono, B. 1999. Klimatologi Umum. Bogor : IPB Press.
Tjasyono, B. 2004. Klimatologi. Cetakan Ke-2. Bogor : IPB Press.