tugas terapan anak dengan down syndrome6

33
ANAK DENGAN DOWN SYNDROME Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Terapan Disusun Oleh : Arif Darmawan 201171047 A. Daniella B. Bolang 200971028 Magdalena Laisondong 200971069 Yulfa Anafiah 200971038 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2012

Upload: fazlee-zubair

Post on 29-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANAK DENGAN DOWN SYNDROME

Tugas Kelompok Mata Kuliah Psikologi Terapan

Disusun Oleh :

Arif Darmawan 201171047

A. Daniella B. Bolang 200971028

Magdalena Laisondong 200971069

Yulfa Anafiah 200971038

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

2012

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

A.1 SEJARAH SUBYEK DAN LINGKUNGAN SUBYEK

Anak adalah Anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita umat

manusia. Tuhan mempunyai rahasia tersendiri sehingga ada anak yang di lahirkan

normal dan ada pula yang di lahirkan "istimewa" salah satunya adalah anak denga

Down Syndrome

Anak-anak merupakan sumber senyuman dalam keluarga setiap manusia.

Setiap anak-anak memiliki keunikan yang berbeda-beda. Anak-anak memiliki banyak

keunikan yang membuat kita tertawa sepanjang hari. Bahkan saat hati kita sedang

sedih ketika melihat tingkah laku anak kecil yang ada disekitar kita anak siapapun itu

kadang membuat kita tertawa dan melupakan kesedihan yang kita rasakan. Bahkan

hanya melihatnya saja hati kita sudah senang dan mungkin sering kita mengatakan

seperti ini “ ya ampun lucu banget si kamu dek, ih anak itu lucu deh pengen dicubit

aja, ngegemesin.”

Namun bagaimana bila kita bertemu dengan anak-anak yang memiliki

keistimewaan atau kekurangan yang ada pada dirinya? Akankah kita mengatakan hal

yang sama kepada mereka? Atau pantaskah kita melihatnya dengan sebelah mata?

Sungguh ironis apabila kita melakukan hal semacam itu kepada anak-anak yang

memiliki “keistimewaan” yang ada disekitar kita. Seharusnya kita membantu dia

dalam menjalani hari-harinya sama seoerti anak-anak pada umumnya.

Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik

dan mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan

kromosom (Cuncha, 1992). Down syndrome dinamai sesuai nama dokter

berkebangsaan Inggris bernama Langdon Down, yang pertama kali menemukan

3

tanda-tanda klinisnya pada tahun 1866. Pada tahun 1959 seorang ahli genetika

Perancis Jerome Lejeune dan para koleganya, mengidentifikasi basis genetiknya.

Manusia secara normal memiliki 46 kromosom, sejumlah 23 diturunkan oleh ayah

dan 23 lainnya diturunkan oleh ibu. Para individu yang mengalami down syndrome

hampir selalu memiliki 47 kromosom, bukan 46. Ketika terjadi pematangan telur, 2

kromosom pada pasangan kromosom 21, yaitu kromosom terkecil gagal membelah

diri. Jika telur bertemu dengan sperma, akan terdapat kromosom 21—yang istilah

teknisnya adalah trisomi 21. Down syndrome bukanlah suatu penyakit maka tidak

menular, karena sudah terjadi sejak dalam kandungan.

Bayi yang mengalami down syndrome jarang dilahirkan oleh ibu yang berusia

di bawah 30 tahun, tetapi risiko akan bertambah setelah ibu mencapai usia di atas 30

tahun. Pada usia 40 tahun, kemungkinannya sedikit di atas 1 dari 100 bayi, dan pada

usia 50 tahun, hampir 1 dari 10 bayi. Risiko terjadinya down syndrome juga lebih

tinggi pada ibu yang berusia di bawah 18 tahun.

Seperti yang terjadi pada salah seorang anak down syndrome yang tinggal di

daerah Jelambar, Hezkiel namanya, yang akrab dipanggil Hezkiel dan saat ini berusia

6 tahun. Ia anak terakhir dari 3 bersaudara dari Ibu Ella. Ia memiliki 2 kakak

perempuan. Hezkiel hidup dalam keluarga yang harmonis, ibu dan ayahnya yang

selalu mendukung perkembangan yang terjadi pada Hezkiel, bukan hanya keluarga

yang harmonis, tetapi Hezkiel tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang

memegang erat arti kehidupan beragama. Ibunya tidak pernah lelah untuk terus

mengingatkan bahkan mengajak Hezkiel untuk beribadah bersama ke gereja maupun

acara-acara kebaktian lainnya.

Hezkiel memiliki memiliki kelemahan yang mungkin dia tidak

menginginkannya namun itulah takdir yang sudah digariskan untuknya. Hezkiel

memiliki kelemahan dalam berbicara, namun kelemahan terebut, orangtuanya tidak

luput memberikan support terbaik untuk Hezkiel menjadi tumbuh dan berkembang.

4

Hezkiel yang amat lucu, sering membuat kita tertawa karena tingkah lakunya yang

lucu, ia sering memperagakan gayanya “Irfan Bachdim” pemain TIMNAS dengan

julukan kecupan tangannya ketika menang. Hezkiel terus memperhatikan setiap gaya

Irfan Bachdim tersebut, tidak hanya itu, Hezkiel yang mempunyai kelemahan dalam

berbicara, tapi dia mempunyai kelebihan yaitu daya tangkapnya terhadap sesuatu,

seperti memperagakan gerak gerik ketika umat muslim sedang sholat berjamaah,

karena tepat disamping rumahnya Hezkiel ada Musholla yg sering mengadakan sholat

berjamaah.

Hezkiel yang mempunya banyak keunikan dalam keluarganya, dia yang

cerdas untuk terus mengikuti bimbingan orangtuanya mengenai beribadah, dari mulai

berdoa untuk makan dll. Walau Hezkiel sulit berbicara, namun Hezkiel pandai dalam

menyanyikan lirik lagu-lagu rohani ketika ada acara keluarga (dengan lirik yang tidak

jelas, namun iramanya sama dengan musiknya).

Down Syndrome mungkin ini yang dialami oleh Hezkiel, tidak membuat

putus asa orangtuanya. Dokter mendiagnosa Hezkiel menjadi down syndrom, ketika

ibunya hamil ia dalam usia yang sudah tidak bisa hamil lagi, waktu kecil Hezkiel

pernah sakit pembocoran jantung di usianya ke 2 tahun, dan itu berlangsung lama, ke

dua orang tuanya yang berjuang demi keselamatan Hezkiel. Disamping itu Hezkiel

pernah mengalami sakit panas, tapi tidak sampai step walau itu tidak berhenti-

berhenti. Karena perjuangan keluarganya, Hezkiel yang ber usia 6 tahun ini tetap

sehat sampai sekarang.

Ke dua orangtua Hezkiel menyekolahkan Hezkiel di sekolah anak luar biasa.

Semua pembelajaran tentang motorik diajarkan di sekolah. Ibunya hanya memonitor

perkembangan Hezkiel. Hezkiel yang begitu menuruti semua ucapan ibunya.

Kekurangan yang ia miliki, itu tidaklah membuat keluarga berputus asa. Dengan

segala kelakuan bahkan kenakalan Hezkiel yang selalu iseng dengan tetangganya, itu

yang membuat dia unik menjadi seorang anak down syndrom.

5

A.2 TUJUAN TERAPI

1. Membantu anak dalam mencapai tahap perkembangan yang maksimal,

terutama dalam segi kognitif, psikomotorik dan afeksi melalui alat bantu

belajar dan bermain yang diberikan.

2. Membantu orang tua dalam memberikan tambahan pengetahuan dan petunjuk

praktis dalam menangani anak dengan down syndrome.

A.3 MANFAAT TERAPI

a. Bagi anak down syndrome

Anak dengan down syndrome dapat terpacu berlatih untuk belajar dan

bermain dengan terapi dan alat bantu yang diberikan, sehingga ada

peningkatan dari segi kognitif, psikomotorik dan afeksinya.

b. Bagi orang tua dan keluarga

Orang tua dan keluarga dapat melihat dan merasakan perkembangan anak

melalui terapi dan alat bantu yang diberikan juga memperoleh tambahan

informasi untuk menangani anak down syndrome yang dapat

mengoptimalkan perkembangan anak down syndrome.

c. Bagi peneliti

Terapi ini merupakan media untuk menerapkan teori-teori Psikologi yang

telah dipelajari, agar dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan

kondisi anak down syndrome dari segala aspek baik kognitif, afeksi

maupun konatif.

6

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. DEFINISI DOWN SYNDROME

Down Sindrom (Down syndrome) adalah suatu kondisi keterbelakangan

perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas

perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang

kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan genetik

yang terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal

dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.

Kromosom adalah merupakan serat-serat khusus yang terdapat didalam setiap

sel didalam badan manusia dimana terdapat bahan-bagan genetik yang menentukan

sifat-sifat seseorang. Selain itu down syndrom disebabkan oleh hasil daripada

penyimpangan kromosom semasa konsepsi. Ciri utama daripada bentuk ini adalah

dari segi struktur muka dan satu atau ketidakmampuan fisik dan juga waktu hidup

yang singkat. Sebagai perbandingan, bayi normal dilahirkan dengan jumlah 46

kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21).

Sedangkan bayi dengan penyakit down syndrom terjadi disebabkan oleh kelebihan

kromosom 21 dimana 3 kromosom 21 menjadikan jumlah kesemua kromosom ialah

47 kromosom.Keadaan ini boleh melibatkan kedua-dua jantina (lelaki dan

perempuan).

Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan

mental ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down.

Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala

mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal

dengan mongolisme. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi

nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama

7

kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini penyakit ini dikenal

dengan istilah yang sama.

Menurut penelitian, down syndrome menimpa satu di antara 700 kelahiran

hidup atau 1 diantara 800-1000 kelahiran bayi. Diperkirakan saat ini terdapat empat

juta penderita down syndrome di seluruh dunia, dan 300 ribu kasusnya terjadi di

Indonesia. Analisis baru menunjukkan bahwa dewasa ini lebih banyak bayi dilahirkan

dengandown syndrome dibanding 15 tahun lalu. Karena merupakan suatu kelainan

yang tersering yang tidak letal pada suatu kondisi trisomi, maka skrining genetik dan

protokol testing menjadi fokus dibidang obstetri. Kelainan mayor yang sering

berhubungan adalah kelainan jantung 30-40%. atresia gastrointestinal, leukimia dan

penyakit tiroid. IQ berkisar 25-50.Insidensnya pada Wanita yang hamil diatas usia 35

th meningkat dengan cepat menjadi 1 diantara 250 kelahiran bayi. Diatas 40 th

semakin meningkat lagi, 1 diantara 69 kelahiran bayi.

B. FAKTOR RESIKO DAN PENYEBAB

Penyebab yang spesifik belum diketahui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia

diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperjirakan

terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan “non-disjunction” pada

kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat

8

mempengaruhi pada proses menua.Bagi ibu-ibu yang berumur 35 tahun keatas,

semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak

Down Syndrom. Sembilan puluh lima penderita down syndrom disebabkan oleh

kelebihan kromosom 21. Keadaan ini disebabkan oleh “non-dysjunction” kromosom

yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagian sel secara

mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna.

Di kalangan 5 % lagi, kanak-kanak down syndrom disebabkan oleh

mekanisma yang dinamakan “Translocation“. Keadaan ini biasanya berlaku oleh

pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan

kromosomnya normal iaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya 46 kromosom.

Mekanisme ini biasanya berlaku pada ibu-ibu di peringkat umur yang lebih muda.

Sebahagian kecil down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang

dinamakan “mosaic”.

Angka kejadian DS dikaitkan dengan usia ibu saat kehamilan :

15-29 tahun – 1 kasus dalam 1500 kelahiran hidup

30-34 tahun – 1 kasus dalam 800 kelahiran hidup

35-39 tahun – 1 kasus dalam 270 kelahiran hidup

40-44 tahun – 1 kasus dalam100 kelahiran hidup

Lebih 45 tahun – 1 kasus dalam 50 kelahiran hidup

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang

tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas :

Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan

fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal

(microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar.

9

Sifat pada kepala, muka dan leher : penderita DS mempunyai paras muka yang

hampir sama seperti mukaorang Mongol.

Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar. Pangkal hidungnya

pendek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran

mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu

terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia).

Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah.

Kepala biasanya lebih kecil dan agak lebar dari bagian depan ke belakang.

Lehernya agak pendek.

Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan

(epicanthal folds) (80%), white Brushfield spots di sekililing lingkaran di sekitar

iris mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak (2%),

dan retinal detachment. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada

lensa dan kornea

Manifestasi mulut : gangguan engunyah menelan dan bicara. scrotal tongue,

rahang atas kecil (hypoplasia maxilla), keterlambatan pertumbuha gigi,

hypodontia, juvenile periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing

Hypogenitalism (penis0, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism,

dan keterlambatan perkembangan pubertas

Manifestasi kulit : kulit lembut, kering dan tipis, Xerosis (70%), atopic dermatitis

(50%), palmoplantar hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis (31%),

Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria

infections, fungal infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis

perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular

cheilitis

Tanda klinis pada bagian tubuh lainnya berupa tangan yang pendek termasuk ruas

jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun

kaki melebar.

Sementara itu lapisan kulit biasanya tampak keriput (dermatoglyphics).

10

Kelainan kromosom ini juga bisa menyebabkan gangguan atau bahkan kerusakan

pada sistim organ yang lain.Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa congenital

heart disease. kelainan ini yang biasanya berakibat fatal karena bayi dapat

meninggal dengan cepat. Masalah jantung yang paling kerap berlaku ialah jantung

berlubang seperti Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu jantung berlubang

diantara bilik jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu

jantung berlubang diantara atria kiri dan kanan. Masalah lain adalah termasuk

salur ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA). Bagi kanak-

kanak down syndrom boleh mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan

(cynotic spell) dan susah bernafas.

Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus

(esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia).

Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di

bahagian tertentu esofagus. Biasanya ia dapat dekesan semasa berumur 1 – 2 hari

dimana bayi mengalami masalah menelan air liurnya. Saluran usus kecil

duodenum yang tidak terbuka penyempitan yang dinamakan “Hirshprung

Disease”. Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian

rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya

selepas kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air besar.

Saluran usus rectum atau bagian usus yang paling akhir (dubur) yang tidak

terbuka langsung atau penyempitan yang dinamakan “Hirshprung Disease”.

Keadaan ini disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum.

Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas

kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air besar Apabila anak

sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti

muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan

awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan

sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-

11

hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko

melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi.

Sifat pada tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka

mempunyai jari-jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam.

Tapak tangan mereka biasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan

“simian crease”.

Tampilan kaki : Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki

kedua agak jauh terpisah dan tapak kaki.

Tampilan klinis otot : mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka

menjadi lembek dan menghadapi masalah dalam perkembangan motorik kasar.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan masa kanak-kanak down syndrom

mungkin mengalami masalah kelainan organ-organ dalam terutama sekali jantung

dan usus.

Down syndrom mungkin mengalami masalah Hipotiroidism yaitu kurang hormon

tiroid. Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.

Down syndrom mempunyai ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher

yang menyebabkan berlakunya penyakit lumpuh (atlantoaxial instability) dimana

ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom.

Sebagian kecil mereka mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih

yaitu leukimia.

Pada otak penderita sindrom Down, ditemukan peningkatan rasio APP (amyloid

precursor protein) seperti pada penderita Alzheimer.

Masalah Perkembangan Belajar

Down syndrom secara keseluruhannya mengalami keterbelakangan

perkembangan dan kelemahan kognitif. Pada pertumbuhana mengalami masalah

lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk berjalan,

perkembangan motorik halus dan berbicara. Perkembangan sosial mereka agak

menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli keluarga. Mereka juga

mempunyai sifat periang. Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan

12

otot-otot yang lembek tetapi mereka akhirnya berhasil melakukan hampir semua

pergerakan kasar.

Gangguan tiroid

Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa

Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan dan

perubahan kepribadian)

Penderita DS sering mengalami gangguan pada beberapa organ tubuh seperti

hidung, kulit dan saluran cerna yang berkaitan dengan alergi. Penanganan alergi

pada penderita DS dapat mengoptimakan gangguan yang sudah ada.

44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68

tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang

mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada

syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang

lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun.

13

D. ONSET

Onset terjadinya down syndrome adalah sejak bayi masih berada dalam

kandungan ibu, yang disebabkan adanya kelainan susunan kromosom ke-21. Tipe

gangguan kromosom yang dialami oleh subyek adalah Non-Disjuction. Hal ini

dibuktikan melalui hasil pemeriksan genetik dimana terdapat kelebihan kromosom

pada sel telur yang seharusnya 23 menjadi 24, penambahan terjadi pada kromosom

22. Hal ini mengakibatkan distribusi kromosom pada waktu pembelahan sel tidak

merata. Penyebab down syndrome pada subyek diketahui kemungkinan besar dapat

disebabkan oleh faktor usia ibu subyek yang ketika hamil sudah berusia di atas 40

tahun sehingga resiko anak terkena down syndrome lebih besar.

E. PREVALENSI

Menurut catatan Indonesia Center for Biodiversity dan Biotechnology

(ICBB), Bogor, di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak pengidap down

syndrome. Sedangkan angka kejadian penderita down syndrome di seluruh dunia

diperkirakan mencapai 8 juta jiwa (Aryanto, 2008).

Angka kejadian kelainan down syndrome mencapai 1 dalam 1000 kelahiran.

Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000 anak dengan kelainan ini.

Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari 300 ribu jiwa (Sobbrie, 2008).

Dalam beberapa kasus, terlihat bahwa umur wanita terbukti berpengaruh besar

terhadap munculnya down syndrome pada bayi yang dilahirkannya. Kemungkinan

wanita berumur 30 tahun melahirkan bayi dengan down syndrome adalah 1:1000.

Sedangkan jika usia kelahiran adalah 35 tahun, kemungkinannya adalah 1:400. Hal

ini menunjukkan angka kemungkinan munculnya down syndrome makin tinggi sesuai

usia ibu saat melahirkan (Elsa, 2003).

14

F. PREVENSI

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom

melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal

kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan down

syndrome, atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati-hati

memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak

dengan down syndrome lebih tinggi. Down syndrome tidak bisa dicegah, karena down

syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom.

Pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada

beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:

a. Pemeriksaan fisik penderita

b. Pemeriksaan kromosom

c. Ultrasonography

d. Electrocardiography (ECG)

e. Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)

Pada tahap perkembangannya, penderita down syndrome dapat mengalami

kemunduran dari sistem penglihatan, pendengaran, maupun kemampuan fisiknya,

mengingat otot-ototnya yang lemah. Dengan demikian, penderita harus mendapatkan

dukungan dari orang-orang di sekitarnya maupun memberi informasi yang cukup,

serta kemudahan dalam menggunakan sarana yang sesuai, berkaitan dengan

kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya.

G. KUALITAS HIDUP

Penderita down syndrome pada umumnya mengalami keterbelakangan

perkembangan fisik dan mental, seperti gangguan dalam koordinasi sensori-motorik,

gangguan dalam kognitif, dan sebagainya yang seringkali menyebabkan mereka

kurang diterima secara sosial, karena perilakunya yang tidak terkoordinasi dengan

15

baik. Usia rata-rata pada saat kematian adalah 49 tahun, namun banyak yang

mencapai 50 hingga 60 tahun. Tanpa adanya cacat jantung, sekitar 90% dari anak-

anak dengan down syndrome hidup menjadi remaja pada anak seumuran mereka.

Penderita down syndrome mengalami perubahan fisik lebih cepat, terutama dalam

mengalami penuaan. Gejala seperti demensia, alzheimer, kehilangan daya ingat,

penurunan lebih lanjut dalam hal intelek, dan perubahan kepribadian, dapat

berkembang pada usia dini. Penyakit jantung dan leukemia sering menjadi penyebab

kematian anak dengan down syndrome. Namun, hal ini dapat diminimalisir dengan

menggunakan terapi-terapi bagi penderita down syndrome, sehingga mereka juga

dapat berkembang dan menjalani hidup secara lebih optimal. Pada umumnya,

penderita down syndrome selalu tampak gembira, mereka tidak sadar akan cacat yang

dideritanya.

Harapan hidup untuk orang dengan down syndrome hanya sekitar 9 tahun.

Dengan perawatan medis yang lebih baik, banyak orang dengan down syndrome

sekarang hidup dengan baik dalam usia 50 tahunan atau lebih (Suryo, 2001).

H. PROGNOSIS

Prognosis penderita down syndrome sangat bervariasi, tergantung pada jenis

komplikasi (cacat jantung, kerentanan terhadap infeksi, pengembangan leukemia)

dari masing-masing bayi. Keparahan dari keterbelakangan secara signifikan juga

dapat bervariasi. Tetapi, kebanyakan anak-anak dengan down syndrome bertahan

hidup hingga dewasa. Namun, prognosis untuk bayi yang baru lahir dengan down

syndrome lebih baik daripada sebelumnya. Karena pengobatan medis yang semakin

modern, dengan menggunakan antibiotik untuk mengobati infeksi dan pembedahan

untuk mengobati cacat jantung dan duodenum atresia, harapan hidup mereka telah

meningkat pesat. Masyarakat dan dukungan keluarga memungkinkan penderita down

syndrome memiliki hubungan yang berarti, serta dengan adanya program-program

16

pendidikan, dapat membantu penderita down syndrome untuk lebih survive, sehingga

mereka pun dapat bekerja.

17

BAB III

TERAPI

A. Jenis Terapi yang diberikan

Masing-masing anak down syndrome mempunyai kondisi yang berbeda, ada

anak yang memerlukan suatu program terapi lebih lama dibandingkan anak yang

lainnya. Hal ini bergantung pada kesulitan yang dialami oleh anak down syndrome

tersebut. Pada subyek Hezkiel, peneliti menemukan hasil di lapangan bahwa di

usianya yang telah menginjak 6 tahun, subyek memiliki kemampuan kognitif yang

kurang dibandingkan anak-anak sebayanya, terutama dalam pelajaran. Meskipun

sudah mengenal angka 1-13 dan dapat menyebutkannya, namun masih sering salah.

Subyek sudah mengenal huruf namun belum dapat menuliskannya. Kesulitan lain

yang diungkapkan oleh orang tua adalah subyek tidak bisa konsentrasi belajar dan

mudah terdistraksi oleh hal lain.

Berdasarkan latar belakang kondisi tersebut, maka peneliti memutuskan untuk

menjalankan terapi berikut ini dalam proses belajar dan bermain bersama subyek :

1. Terapi Remedial

Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi

bahan bahan dari sekolah bisa dijadikan acuan program. Pada subyek Hezkiel,

peneliti akan memberikan terapi ini terutama untuk meningkatkan daya ingat

dan kemampuan berhitung angka 1-10 juga pengenalan huruf dan menulis.

2. Terapi Musik

Anak dikenalkan pada nada, bunyi-bunyian, dll. Anak-anak sangat senang

dengan musik maka kegiatan ini akan sangat menyenangkan bagi mereka

18

dengan begitu stimulasi dan daya konsentrasi anak akan meningkat dan

mengakibatkan fungsi tubuhnya yang lain juga membaik. Pada subyek

Hezkiel memiliki minat yang tinggi pada musik. Ia sangat gemar menyanyi

dan tertarik dengan alat musik seperti gitar dan organ meskipun belum dapat

memainkannya. Ia hafal banyak lagu Sekolah Minggu dan juga lagu Batak

yang telah sering didengarnya. Oleh karena itu terapi tambahan yang akan

kami lakukan adalah dengan mengkombinasikan materi belajar dengan musik

agar subyek tertarik dan lebih mudah menghafal materi yang akan diberikan.

Dari rencana terapi yang akan kami laksanakan tersebut, akan kami kemas dalam

bentuk permainan, maupun aktivitas anak-anak sehingga dengan begitu maka subyek

akan dapat menikmati terapi yang diberikan, dan harapan kami agar terapi tersebut

dapat tepat sasaran sesuai dengan tujuan dan manfaatnya.

B. Rencana Kegiatan Terapi

1. Time schedule

Kegiatan Pertemuan ke1 2 3 4 5

Kunjungan awal, observasi & wawancaraPengenalan angka, berhitung, pemutaran VCDPengenalan angka & berhitung 1-10, pengenalan hurufPengenalan huruf dan mengenal warnaEvaluasi hasil belajar

19

2. Rencana Kegiatan

Pertemuan Rencana Kegiatan Durasi

1 - Observasi dan wawancara subyek

- Wawancara dengan orang tua subyek mengenai latar belakang

dan informasi perkembangan subyek

- Merencanakan kegiatan intervensi

1 jam

2 - Mengajak subyek untuk berhitung, belajar huruf, warna dengan

metode interaktif menggunakan VCD anak-anak untuk menarik

perhatian dan konsentrasi

- Observasi minat dan daya konsentrasi subyek

1 jam

3 - Mengulang pelajaran berhitung dan belajar menulis huruf dan

angka dengan media krayon warna warni

- Sistem reward jika subyek berhasil menjawab atau melakukan

sesuai dengan rencana pembelajaran

1 jam

4 - Berhitung dan menggambar sesuai dengan minat subyek

- Bernyanyi dengan musik

1 jam

5 - Evaluasi hasil belajar

- Bermain dan bernyanyi dengan musik

1 jam

20

BAB IV

LAPORAN HASIL INTERVENSI

A. PELAKSANAAN INTERVENSI

1. Kegiatan Pertemuan I

Hari/Tanggal : Selasa / 8 Mei 2012

Durasi : 60 Menit (07.30 s/d 08.30)

Tempat : Rumah Subyek

Kegiatan :

Berkenalan dengan orang tua dan anak

Observasi bersama mengenai aspek perkembangan subyek baik fisik-

motorik, kognitif, emosi, sosial.

Wawancara orang tua mengenai masa kehamilan, kelahiran, hingga

perkembangan sampai saat ini mengenai subyek.

Bermain bersama subyek, menyanyi dan mempraktekkan beberapa gaya

kesukaan subyek

21

2. Kegiatan Pertemuan II

Hari/Tanggal : Rabu / 16 Mei 2012

Durasi : 60 Menit (07.30 s/d 08.30)

Tempat : Rumah Subyek

Kegiatan :

Dari hasil observasi pada pertemuan pertama, kami mulai belajar angka 1-

10. Subyek telah mengenal angka tersebut namun belum hafal

menyebutkannya dengan benar. Untuk itu kami bersama-sama belajar

berhitung.

Karena subyek memiliki konsentrasi yang kurang terhadap cara belajar

yang kurang menarik, maka kami menggunaka media laptop dan memutar

VCD interaktif anak. Dalam VCD tersebut terdapat aktivitas untuk anak

usia 4-6 tahu, untuk berhitung, membedakan warna, dan membedakan

bentuk, dan mengelompokkan. VCD tersebut menyajikan gambar animasi

dan musik yang menarik perhatian anak.

Observasi respon subyek selama belajar dan melakukan aktivitas.

Menyelingi belajar dengan bermain melalui mewarnai gambar dan

bernyanyi.

22

3. Kegiatan Pertemuan III

Hari/Tanggal : Jumat / 18 Mei 2012

Durasi : 60 Menit (16.00 s/d 17.30)

Tempat : Rumah Subyek

Kegiatan :

Kegiatan diawali dengan mendengarkan cerita dari ibu subyek tentang

teman-temannya di sekolah (SLB) dan cara subyek beradaptasi dengan

teman-teman sebayanya.

Mengulang pembelajaran sebelumnya, dengan belajar sambil bermain,

untuk mengetahui fokus dan daya ingat yang dimiliki Subyek.

Mengulang berhitung angka 1-10 dan warna dengan menggunakan alat

bantu permen coklat warna-warni. Tujuannya adalah untuk menarik

perhatian subyek yang masih anak-anak. Subyek kami senang makan

jajanan kseperti chiki, teh gelas, dll. Oleh karena itu kami ingin menarik

perhatian subyek melalui coklat warna warni untuk belajar berhitung

sekaligus membedakan warna. Ketika subyek dapat menyebutkan jumlah

permen dan warnanya dengan benar, maka kami membolehkan subyek

untuk memakannya.

Mengamati gambar yang dibuat oleh subyek (contohnya: subyek selalu

suka menggambar Salib yang dibuatnya dan menggambar balon)

Mengamati tingkah laku subyek yang sulit untuk mempertahankan

konsentrasinya ketika belajar.

23

4. Kegiatan Pertemuan IV

Hari/Tanggal : Rabu / 23 Mei 2012

Durasi : 60 Menit (16.00 s/d 17.30)

Tempat : Rumah Subyek

Kegiatan :

Pada pertemuan ini, subyek mendahului belajar dengan berdoa terlebih

dahulu.

Subyek belajar berhitung dan menggambar namun berlangsung selama 5

menit, karena setelah itu subyek menolak untuk belajar. Ia lebih senang

untuk menyanyi dan bermain musik.

Pada pertemuan ini subyek bernyanyi bersama dengan diiringi musik

piano yang dimainkan oleh saudaranya, subyek terlihat sangat senang dan

bergembira ketika bernyanyi bersama. Karena orang tua subyek pun

menceritakan bahwa subyek senang dan tampak berbakat di bidang musik.

Subyek banyak menyanyikan lagu-lagu gereja, dan sesekali subyek

menyanyikan lagu batak kesukaannya. Subyek menyanyikan beberapa

lagu dengan alunan lirik yang ia nyanyikan bersama alunan piano tersebut

dan terlihat sangat menikmati menyanyi, kami mengamati bahwa lirik

yang dinyanyikan subyek sangat pas dengan tempo musik piano.

5. Kegiatan Pertemuan V

Hari/Tanggal : Jumat / 25 Mei 2012

Durasi : 60 Menit (16.00 s/d 17.30)

24

Tempat : Rumah Subyek

Kegiatan :

Pada pertemuan yang terakhir ini, kami mengulang kembali semua

pembelaran yang sudah kami terapkan ke Subyek.

Subyek sudah menunjukkan kemajuan dari pelajaran-pelajaran yang kami

berikan. Sudah mulai lancar berhitung sendiri 1-10, sudah mulai bisa

meniru gambar salib, dan lingkaran, bisa membedakan warna-warna

primer & sekunder, menyebutkan huruf A-C, memasang VCD ke dalam

CD-Rom laptop.

Pada pertemuan kali ini, kami menyaksikan Suyek bermain gitar

(memegang dan meniru petikan/kocokan) dan kami bernyanyi

bersamanya.

Subyek memainkan gitarnya dengan baik, terlihat dari gerakan tangan yg

mengikuti tempo dan lagu dan ia hafal lirik lagu. Dapat terlihat bakat

sesungguhnya yang dapat dikembangkan pada subyek yaitu di Musik.

Kami bernyanyi bersama dengan subyek (bernyanyi lagu-lagu gereja yang

subyek sudah hafal dan memainkannya dengan gitarnya).

Kami mengakhiri pertemuan ini dengan bernyanyi bersama dan berdoa.

25

B. HASIL INTERVENSI

1. Kegiatan Pertemuan I

Aspek Perkembangan Hasil

Fisik - Motorik Tinggi tubuh +/- 90 cm

Keseimbangan tubuh baik

Tangan sudah dapat memegang pensil/ pulpen

namun belum dapat menulis

Kognitif Belum lancar berhitung 1-10 tapi sudah dapat

menyebutkan meskipun sering acak

Belum dapat membaca huruf A-Z

Belum hafal warna

Tanggap terhadap musik, hafal lirik lagu, tempo

benar

Daya ingat yg baik terhadap hal-hal yg menarik

Sulit berkonsentrasi

Bahasa Terlambat bicara, bisa bicara pada usia 2 tahun,

namun intonasi tidak jelas karena struktur lidah

Kosakata cukup banyak

Struktur kalimat belum lengkap

2. Kegiatan Pertemuan II

Psikologis

Ada perhatian dan kemauan untuk duduk dan melihat pada layar laptop

karena gambar dan musik yang menarik. Meskipun subyek ingin berkali-

26

kali mengeluarkan VCD yang sedang diputar dan menggantinya dengan

VCD yang lain.

Fisik

Gerak motorik subyek tampak baik ketika memegang dan menggerak-

gerakan mouse. Subyek tahu bagaimana harus mengarahkan mouse

tersebut ke layar komputer.

Kognitif

Pada awal belajar, subyek tampak antusias untuk memperhatikan. Ia bisa

menyebutkan angka 1-10, namun harus diberikan bantuan berupa suku

kata awalnya. Subyek lancar berhitung sendiri hanya dari 1-4. Ketika

ditunjukkan angka 7 dengan jari, subyek tampak bingung dan salah

menyebutkan angka tersebut dengan angka 4.

Ketika belajar dengan menggunakan VCD, subyek memiliki minat untuk

memperhatikan film tersebut. Subyek terlihat mampu menunjukkan

kesamaan bentuk yang ada dalam film tersebut dengan bentuk yang ada

di cover VCD, padahal ukuran bentuk tersebut pada VCD agak kecil. Hal

ini menunjukkan bahwa subyek mampu membedakan bentuk benda.

3. Kegiatan Pertemuan III

Psikologis

Dalam pertemuan ketiga ini, subyek sudah lebih akrab dengan kami

sehingga dapat lebih mudah untuk mengarahkan belajar. Subyek mau

duduk diam kurang lebih sekitar 15 menit, lebih fokus memperhatikan

instruksi yang kami berikan.

27

Fisik

Tampak aktif, namun mau duduk ketika diminta. Motorik halus ketika

memegang pensil warna sudah lebih baik, namun belum dapat memegang

pensil warna dengan baik selayaknya untuk menulis.

Kognitif

Lebih berminat dan lebih lancar berhitung karena ada stimulus berupa

permen coklat warna-warni sehingga subyek lebih tertarik untuk

berhitung. Meskipun masih ada urutan angka yang salah, namun subyek

sudah lebih antusias untuk menjawab pertanyaan dan ikut berhitung. Bisa

menyebutkan warna dengan benar terutama untuk warna merah dan hijau,

namun untuk warna lain masih salah.

Kami juga mengajarkan subyek untuk menulis yaitu dengan menggambar

bentuk lingkaran dan meminta subyek untuk menirunya. Media yang

digunakan adalah krayon warna-warni. Subyek berusaha untuk meniru

bentuk lingkaran tersebut meskipun belum sempurna. Kami menuliskan

bentuk huruf A untuk ditirukan, namun subyek belum dapat

menirukannya, namun ia sudah mengenal beberapa bentuk huruf dari

majalah dan koran.

Kegiatan diakhiri dengan memberikan kebebasan pada subyek untuk

menggambar. Subyek senang menggambar salib meskipun gambar

garisnya masih tidak lurus.

28

4. Kegiatan Pertemuan IV

Psikologis

Pada pertemuan keempat ini, subyek sedang tidak mau belajar sehingga

proses belajar hanya berlangsung selama 5 menit dan sisanya mengikuti

kemauan subyek untuk bernyanyi dan bermain musik.

Fisik

Koordinasi tubuh tampak baik ketika sedang bernyanyi dengan

menggunakan gerak.

Kognitif

Ada kemajuan kognitif dari segi berhitung 1-10, warna dan huruf. Sudah

lancar berhitung 1-8 tanpa salah. Bisa menyebutkan huruf A-C, bisa

menyebutkan warna merah, kuning, dan hijau.

5. Kegiatan Pertemuan V

Psikologis

Hingga pertemuan kelima, secara psikologis subyek sudah menunjukkan

minat dan perhatiannya untuk mau belajar bersama-sama dengan kami. Ia

juga sudah berusaha untuk mengikuti instruksi-instruksi yang kami

berikan, meskipun ia masih mudah bosan dan konsentrasinya terganggu.

Namun secara umum kami mengevaluasi bahwa subyek berusaha untuk

dapat mengikuti proses belajar dengan baik. Adalah hal lumrah jika ia

masih sulit berkonsentrasi mengingat usianya masih kanak-kanak.

Fisik

29

Sejak awal mengikuti proses belajar dengan terapi yang kami berikan,

subyek memang termasuk anak yang aktif. Koordinasi fungsi motoriknya

sudah tampak baik. Pada motorik halus ketika memegang pensil memang

masih memerlukan banyak latihan, agar dapat memegang pensil dengan

baik sehingga dapat berlatih untuk menulis dengan baik.

Kognitif

Jika dilihat dari pertemuan pertama hingga kelima, terlihat ada kemajuan

kognitif yaitu dari kemampuan mengingat dan membedakan. Pada materi

berhitung 1-10, awalnya subyek masih salah mengurutkan angka. Namun

karena diulang-ulang dan juga dibantu dengan media lain, subyek

menjadi hafal dan dapat berhitung 1-10. Pada kemampuan membedakan

warna juga bertambah warna lain yang dapat ia sebutkan.

Sedangkan pada kemampuan mengenal huruf, subyek baru dapat

mengetahui beberapa huruf, namun belum dapat menulis sama sekali.

Memerlukan latihan yang intensif, agar subyek dapat berhasil untuk

mengingat dan menuliskan huruf.

C. PEMBAHASAN

Pada wawancara dan hasil observasi kami sejak pertemuan awal hingga

kelima selama sesi terapi pada subyek, kami memperoleh hasil bahwa subyek

memiliki masalah dalam perkembangan belajar. Seperti yang telah dikemukakan

dalam kajian teoritis, anak-anak penderita down syndrome memiliki kelambatan

perkembangan mental dan fisik. IQ anak down syndrome berkisar pada 70 sehingga

ia mengalami kelambatan dalam kognitifnya.

30

Sama seperti yang dialami oleh subyek kami. Di usianya yang telah

menginjak 6 tahun, subyek kami belum belum lancar berhitung 1-10, tidak dapat

menulis dan membaca, hanya dapat menyebutkan dan membedakan beberapa warna,

sulit untuk mengelompokkan benda dan memiliki kosa kata yang terbatas.

Oleh karena itu perkembangan mental dan fisik anak dengan down syndrome

perlu didukung dengan terapi-terapi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan

terapi yang tepat dan berkesinambungan maka anak penderita down syndrome dapat

tumbuh dan berkembang dengan potensi-potensi yang dimilikinya. Namun semua itu

harus didukung dengan peran serta orang tua, keluarga dan lingkungan sekolah,

sehingga anak dapat mencapai perkembangan yang maksimal dan tumbuh dengan

bahagia.

31

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Down syndrome merupakan bentuk keterbelakangan mental yang

disebabkan karena adanya abnormalitas kromosom, sehingga berdampak pada

kualitas hidup individu. Walaupun tidak bisa disembuhkan, tetapi penderita

ini bisa dilatih dan dididik secara khusus, dengan cara memberikan

keterampilan musik, mengajaknya berinteraksi satu sama lain, perawatan

medis di tempat yang ditentukan, lingkungan keluarga yang kondusif, dan

pelatihan kejuruan dapat meningkatkan perkembangan keseluruhan anak-anak

dengan down syndrom. Meskipun beberapa keterbatasan genetik fisik down

syndrom tidak dapat diatasi, pendidikan dan perawatan yang tepat akan

meningkatkan kualitas hidup mereka. Dan hal yang paling penting, adalah

sikap memahami dan penerimaan tanpa syarat (unconditional positive

regards) dari orangtua dan keluarga terdekat penderita down syndrome, agar

mereka juga dapat mengaktualisasikan dirinya dengan segala keterbatasan dan

potensi yang mereka miliki.

B. SARAN

1. Agar kegiatan dapat sesuai dengan sasaran terapi, maka perlu adanya

pengetahuan yang cukup mengenai pembelajaran yg tepat untuk anak down

syndrome sesuai dengan kebutuhannya.

32

2. Waktu yang diperlukan untuk memberikan terapi pada subyek dirasakan

masih sangat kurang untuk memperoleh perubahan perilaku yang signifikan.

33

DAFTAR PUSTAKA

Down Syndrome : Deteksi Dini, Pencegahan dan Penatalaksanaan Sindrom Down,http://childrengrowup.wordpress.com/2012/02/06/deteksi-dini-pencegahan-dan-penatalaksanaan-sindrom-down/, diakses pada tanggal 9Juni 2012.