tugas studi kasus pdt;kepailitan

5
KELOMPOK 1 : KASUS KEPAILITAN Para Pihak Ady Varutha, Corry Pietersz, dan Jerry Yokie W sebagai Pemohon Pailit PT. Advisia Mitra Solusi (dahulu bernama PT.Dutama Niaga Jayabad) selanjutnya disebut sebagai PT. AMS sebagai Termohon Pailit Kasus Posisi PT. Advisia Mitra Solusi adalah Perusahaan Perseroan Terbatas dengan bidang usaha pengembangan yang telah membangun apartemen yang di kenal dengan Apartemen Djakarta Quess. Ady Varutha telah memesan 2 unit apartemen kepada dan telah melakukan pelunasan pembayaran kepada PT. AMS masing-masing seharga Rp. 171 juta dan Rp. 145 juta serta diikuti dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Apartemen Djakarta Quess No. 008/AV/AMS/PPJB/VI/2011 tanggal 19 September 2011 dan No. 0048/AV/AMS/PPJB/VI/2011 tanggal 19 September 2011 dimana Pasal 5 ayat 5.1 menyatakan :“Pihak Pertama (PT. AMS) dengan ini berjanji dan mengikatkan diri untuk menyelesaikan pembangunan apartement pada bulan September 2011”. Pasal 11 tentang keterlambatan pembangunan dan penyelesaian, “Pembeli berhak juga atas denda keterlambatan sesuai dengan Pasal 11.1 sebesar 3% perbulan atas jumlah uang yang diterima dari PT. AMS terhitung sejak September 2011”. PT. AMS nyatanya tidak dapat melaksanakan kewajibannya untuk menyelesaikan pembangunan dan menyerahkan unit apartemen pada Ady Varutha dan ternyata memiliki utang kepada Kreditor lain yang juga merupakan Pembeli apartemen kepada PT. AMS, yaitu: 1. Corry Pietersz, yang membeli 1 unit apartemen dengan harga Rp99.000.000,00 (sembilan puluh sembilan juta rupiah) namun penyerahannya ternyata baru akan dilaksanakan pada Agustus 2013; 2. Jerry Yokie W, yang membeli 1 (satu) unit apartemen dengan harga Rp177.000.000,00 (seratus tujuh puluh tujuh juta

Upload: paula-fransisca

Post on 25-Sep-2015

45 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Studi Kasus

TRANSCRIPT

KELOMPOK 1 : KASUS KEPAILITANPara Pihak Ady Varutha, Corry Pietersz, dan Jerry Yokie W sebagai Pemohon Pailit PT. Advisia Mitra Solusi (dahulu bernama PT.Dutama Niaga Jayabad) selanjutnya disebut sebagai PT. AMS sebagai Termohon Pailit

Kasus PosisiPT. Advisia Mitra Solusi adalah Perusahaan Perseroan Terbatas dengan bidang usaha pengembangan yang telah membangun apartemen yang di kenal dengan Apartemen Djakarta Quess. Ady Varutha telah memesan 2 unit apartemen kepada dan telah melakukan pelunasan pembayaran kepada PT. AMS masing-masing seharga Rp. 171 juta dan Rp. 145 juta serta diikuti dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) Apartemen Djakarta Quess No. 008/AV/AMS/PPJB/VI/2011 tanggal 19 September 2011 dan No. 0048/AV/AMS/PPJB/VI/2011 tanggal 19 September 2011 dimana Pasal 5 ayat 5.1 menyatakan :Pihak Pertama (PT. AMS) dengan ini berjanji dan mengikatkan diri untuk menyelesaikan pembangunan apartement pada bulan September 2011. Pasal 11 tentang keterlambatan pembangunan dan penyelesaian, Pembeli berhak juga atas denda keterlambatan sesuai dengan Pasal 11.1 sebesar 3% perbulan atas jumlah uang yang diterima dari PT. AMS terhitung sejak September 2011. PT. AMS nyatanya tidak dapat melaksanakan kewajibannya untuk menyelesaikan pembangunan dan menyerahkan unit apartemen pada Ady Varutha dan ternyata memiliki utang kepada Kreditor lain yang juga merupakan Pembeli apartemen kepada PT. AMS, yaitu:1. Corry Pietersz, yang membeli 1 unit apartemen dengan harga Rp99.000.000,00 (sembilan puluh sembilan juta rupiah) namun penyerahannya ternyata baru akan dilaksanakan pada Agustus 2013;2. Jerry Yokie W, yang membeli 1 (satu) unit apartemen dengan harga Rp177.000.000,00 (seratus tujuh puluh tujuh juta rupiah) kepada Termohon, namun penyerahannya ternyata baru akan dilaksanakan bulan Agustus 2013Pemohon Pailit (Ady Varutha, Corry Pietersz, dan Jerry Yokie W) akhirnya mengajukan Surat Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan tanggal 18 Desember 2012 ke Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengadilan Niaga pada 13 Februari 2013 memberikan putusan sebagai berikut : Menolak permohonan pernyataan pailit dari Pemohon terhadap Termohon PT. ADVISA MITRA SOLUSI; Menghukum Pemohon untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini sebesar Rp7.316.000,00 (tujuh juta tiga ratus enam belas ribu rupiah);

Tidak menerima putusan ini, Pemohon kemudian mengajukan Peninjauan Kembali pada 15 Maret 2013, dan Majelis Hakim pada tingkat PK pada 18 Juli 2013 memberikan amar putusan sebagai berikut :MENGADILI : Mengabulkan permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: 1. ADY VARUTA, 2. CORRY PIETERSZ, dan 3. JERRY YOKIE W tersebut; Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 76/PAILIT/2012/PN.NIAGA.JKT.PST., tanggal 13 Februari 2013;MENGADILI KEMBALI:1. Mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari Pemohon Pailit;2. Menyatakan PT. ADVISIA MITRA SOLUSI (dahulu bernama PT. DUTAMA NIAGA JAYABAD) pailit;3. Memerintahkan Ketua Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat untuk menunjuk seorang Hakim Pengawas yang ada di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut untuk perkara a quo;4. Mengangkat Sdr. Arif Rohman Syaeful, SH., dengan Nomor Izin Kurator dan Pengurus Nomor AHU.AH.04.03-24, beralamat di Jalan Setiabudi Timur I Nomor 20, Jakarta Selatan selaku Kurator untuk perkara a quo;5. Menetapkan imbalan jasa bagi Kurator akan ditentukan kemudian setelah kepailitan berakhir;Menghukum Termohon Peninjauan Kembali/Termohon Pailit untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan dan dalam pemeriksaan peninjauan kembali yang dalam pemerikasaan peninjauan kembali ini ditetapkan sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah);

ANALISIS KASUS

Kepailitan diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya disebut UUK). Kepailitan adalah suta umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam UU Kepailitan. Pasal 2 ayat (1) UUK menentukan bahwa: Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih Kreditornya;

Karena Pembeli sudah membayar lunas tetapi PT. AMS tidak dapat menyelesaikan pembangunan dan menyerahkan apartemen tepat waktu maka prestasi PT. AMS yang belum terpenuhi ini adalah Utang Termohon kepada Pemohon, sebagaimana Pasal 1 angka 6 UUK menyatakan: Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor. Dalam hal ini Pemohon Pailit berkedudukan sebagai Kreditor dan Termohon Pailit berkedudukan sebagai Debitor.

Mengacu pada ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUK, nyata-nyata bahwa syarat untuk dapat diajukan dan/atau dikabulkannya permohonan pailit adalah :1. Adanya 2 (dua) atau lebih KreditorKategori Debitur yang dapat dimohonkan pailit dan Kreditur yang dapat mengajukan permohonan pailit adalah pihak-pihak yang berada di dalam perikatan yang timbul akibat adanya hubungan hukum atau Perjanjian Utang Piutang atau Pinjam Meminjam Uang. Dalam kasus ini, PT. AMS memiliki kreditor lebih dari 1 yakni Ady Varutha, Corry Pietersz, dan Jerry Yokie W2. Sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, Jatuh tempo adalah lewatnya batas waktu yang telah disepakati bersama oleh Debitur dan Kreditur dimana batas waktu itu merupakan batas waktu terakhir Debitur harus menyelesaikan kewajibannya terhadap Kreditur yaitu membayar utang Pokok atau Bunga yang sudah diperjanjikan, jadi batas akhir penyerahan obyek perjanjian jika tidak dipenuhi oleh Debitur bukan jatuh tempo tetapi wanprestasi, dan merupakan wewenang absolut Pengadilan Negeri. PT. AMS sudah melewati jangka waktu penyerahan apartemen pada Ady Varutha dan walaupun belum melewati jangka waktu penyerahan apartemen pada Corry Pietersz, dan Jerry Yokie W ini sudah dikategorikan utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Jadi walaupun utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih hanya utangnya untuk menyerahkan apartemen pada Ady Varutha, sedangkan batas waktu penyerahan apartemen pada Corry Pietersz dan Jerry Yokie W belum jatuh tempo, hal ini sudah bisa menjadi alasan pengajuan permohonan pailit oleh Pemohon Pailit.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UUK tersebut maka Pihak Pemohon Pailit selaku Kreditor dapat mengajukan permohonan pailit atas PT. AMS. Oleh karena itu kami menganggap antara Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Putusan Peninjauan Kembali, yang lebih sesuai adalah Putusan Peninjauan Kembali karena syarat-syarat untuk dipailitkan juga telah terpenuhi maka permohonan Pemohon Pailit supaya Termohon Pailit dinyatakan pailit seharusnya dapat dikabulkan..

Pada kasus Kepailitan, tidak dikenal adanya tingkat Banding. Setelah dibacakannya Putusan Pengadilan Niaga maka upaya hukum yang dapat dilakukan selanjutnya adalah kasasi ke Mahkamah Agung yang harus diajukan paling lambat 8 hari sejak putusan Pengadilan Niaga diucapkan (Pasal 11 UUK). Dalam Kasus Posisi diatas, Pengadilan Niaga pada 13 Februari 2013 telah memberikan putusan. Maka sejak tanggal 22 Februari 2013, putusan telah berkekuatan hukum tetap karena tidak dilakukan upaya hukum kasasi oleh Pemohon Pailit. Oleh karena Pemohon Pailit baru melakukan upaya hukum pada 15 Maret 2013 sehingga Putusan Pengadilan Niaga telah berkekuatan hukum tetap, maka sebagaimana Pasal 14 UUK, upaya hukum yang dapat dilakukan terhadap putusan yang telah berkekuatan hukum tetap adalah Peninjauan Kembali.

Dengan dikabulkannya permohonan pailit pada Peninjauan Kembali maka putusan yang akan dieksekusi adalah Putusan PK dan langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah kurator dan hakim pengawas yang ditunjuk dalam putusan harus segera melaksanakan tugasnya dalam rangka pengurusan harta pailit.