tugas sppm

Upload: danang-prasdika

Post on 09-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akuntansi manajemen

TRANSCRIPT

Danang Prasdika130221100120Ilham Akbar Gusmara130221100091Ainur Rohmah130221100016Salma130221100015

PENETAPAN HARGA TRANSFERBAB IPendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perusahaan yang melakukan pengembangan bisnisnya dengan pesat, selalu melakukan diversifikasi usahanya untuk memasuki berbagai pasar. Diversifikasi merupakan suatu usaha manajemen puncak untuk menghadapi ketidakpastian yang semakin tinggi dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks. Semakin luas proses diversifikasi yang dilakukan manajemen puncak, semakin diperlukan metode-metode untuk mengintegrasikan unit-unit organisasi yang telah dibentuk. Pada setiap perusahaan yang besar membutuhkan divisi-divisi untuk memastikan perusahaannya berjalan dengan baik sehingga menjadi teratur. Setiap divisi memilki pertanggung jawabannya masing- masing sesuai dengan ketentuan ketentuan yang diterapkan baik dari perusahaan maupun dari pemerintah, tergantung setiap dari devisi itu. Terkadang setiap divisi yang saling berhubungan satu sama lain memilki perbedaan dalam membuat keputusan yang behubungan tersebut. Sehingga dirasa perlu adanya membuat sesuatu baik peraturan ataupun yang hanya untuk menyelaraskan keputusan divisi tersebut.Awalnya didalam perusaahaan terjadinya perbedaan sering sekali dalam penetapan harga, namun hal tersebut tersebut tidak terjadi lagi karena sudah ada staf-staf ahli. Lalu bagaimana dengan menetapkan harga transfer dari perbedaan divisi maupun perbedaan pertanggungjawaban untuk menghasilkan laba yang sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Untuk itu kami akan membahas tentang penetapan harga transfer dalam perusahaan baik berupa barang atau jasa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Harga Transfer?2. Apa tujuan Harga Transfer?3. Bagaimana menentukan Harga Transfer?4. Apa saja kasus yang terjadi tentang penetapan harga di Dalam dan Luar Negeri ?

BAB IIPembahasan

2.1Harga TransferHarga Transfer adalah jumlah nilai uang untuk setiap transfer produk dari pusat pertanggung jawaban yang satu kepada pusat pertanggung jawaban yang lain. Jadi, harga transfer menetapkan dengan tegas hak masing-masing manajer pusat pertanggung jawaban untuk mendapatkan laba. Pada pengertian ini lebih mengartikan atau mengkhususkan pada terjadinya transfer barang atau jasa yang lebih terkait dengan pusat laba sebagai acuan dari kedua pihak, tentu yang digunakan adalah pusat laba yang masing-masing dipercayai untuk memperoleh informasi. Sedangkan menurut Metha Ardiah dalam blognya menyatakan bahwa penetapan harga transfer memiliki dua arti yaitu arti secara luas dan secara sempit. Penetapan harga transfer secara luas adalah harga barang dan jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi tanpa memandang bentuk pusat pertanggungjawaban. Dan dalam arti sempit, harga transfer adalah harga barang atau jasa yang ditransfer antar pusat laba atau setidak-tidaknya salah satu dari pusat pertanggungjawaban merupakan pusat laba.Berdasarkan kedua pengertian diatas sebenarnya memilki arti yang sama dengan bahasa yang sedikit berbeda. Intinya penetapan harga transfer dilakukan oleh dua atau lebih pihak dalam suatu perusahaan yang memiliki pertanggungjawaban berbeda untuk mentransfer barang atau jasa, agar tidak terjadi kesalahan pengambilan keputusan dibutuhkan pusat laba dalam memperoleh informasi yang akurat. Penetapan transfer biasanya dilakukan oleh dua divisi yaitu penjualan dan pembeliAdanya harga transfer sering memunculkan masalah, terutama saat penentuan harga karena dalam penentuannya melibatkan dua unit baik penjual maupun pembeli. Dari penentuan harga transfer tersebut akan mempengaruhi pengukuran laba. Sehingga dalam penentuan harga transfer tidak terlalu tinggi agar tidak merugikan pihak pembeli, begitu juga sebaliknya harga transfer tidak terlalu rendah sehingga tidak merugikan pihak penjual. Untuk itu dibutuhkan penentuan harga transfer agar seimbang antara unit pembeli dan unit penjualsyarat syarat harga transfer sebagai berikut:1. Biaya dan pendapatan didalam suatu perusahaan harus mendapatkan imbal balik yang maksimal , sehingga hasil system yang dibuat oleh pusat laba dalam perusahaan harus memberikan informasi yang yang relevan2. Laba yang dihasilkan harus bisa menggambarkan kondisi dengan baik pengaturan trade-off antara biaya-pendapatan yang ditentukan sebelumnya. Setiap pusat laba harus memaksimalkan laba divisinya untuk memaksimalkan laba perusahaan.3. Setiap pusat laba harus meperlihatkan tingkatan laba yang bisa mencerminkan bersarnya kontribusi oleh pusat laba tersebut secara keseluruhan terhadap laba perusahaan.

Harga Transfer digunakan untuk kepentingan penilaian kemampuan laba divisi. Dalam suatu perusahaan terdapat divisi penjual produk dan divisi pembeli produk, oleh karena itu dalam divisi-divisi tersebut perlu dibuat 2 macam keputusan yaitu:1. Keputusan pemilihan sumber, adalah menetapkan membeli dari dari luar perusahaan (pemasok), atau membeli dari dalam perusahaan (divisi penjual).2. Keputusan penetapan besarnya harga transfer, akuntansi keuangan menghendaki agar setiap transaksi dilakukan dengan pihak luar yang independen sehingga dengan demikian transaksi bersifat objektif. Akan tetapi persyaratan tersebut sukar dipenuhi oleh sebuah pusat laba yang merupakan salah satu mata rantai dari perusahaan berintegrasi vertikal. Misalnya perusahaan pulp, perusahaan kertas dan perusahaan kotak karton. Dalam perusahaan berintegrasi vertikal, setiap pusat laba membeli bahan mentahnya dari pusat laba sebelumnya. Kalau bahan mentah tersebut tersedia di pasar, maka harga pasar tersebut digunakan sebagai harga transfer, sehingga transaksi bersifat objektif. Akan tetapi ada kemungkinan semua perusahaan yang termasuk dalam suatu industri merupakan perusahaan yang masing-masing memenuhi kebutuuhannya akan bahan mentah sendiri, sehingga tidak terdapat pasar bebas untuk bahan mentah tersebut. Dalam hal demikian, laba yang diperoleh pusat laba tidak mencerminkan laba yang objektif. Pusat Laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang diukur prestasinya atas dasar laba yang diperoleh. Kinerja keuangan pusat laba diukur berdasarkan laba, yang merupakan pengurangan antara pendapatan dan biaya. Harga transfer erat kaitannya dengan pusat laba karena harga transfer merupakan harga yang ditransfer antar pusat laba atau salah satunya merupakan pusat laba.Dalam menentukan sumber terdapat dua hal yang menimbulkan keterbatasan yaitu:a. Keterbatasan penyedia barang/ jasa di luar perusahaan (Limited Marekts)b. Terdapat kelebihan atau keterbatasan kapasitas dalam perusahaan (Excess or Shortage of industrys Capacity).2.2Tujuan Harga TransferPenentuan harga transfer antara pusat pertanggungjawaban terdapat beberapa tujuan, antara lain:1. Memberikan kebebasan kepada pusat pertanggungjawaban untuk membuat keputusan.2. Memberi informasi yang relevan bagi unit bisnis untuk menentukan timbal balik yang optimal antara biaya dan pendapatan perusahaan.3. Meningkatkan laba unit bisnis dan sekaligus meningkatkan laba perusahaan sehingga tujuan dari perusahaan tercapai.4. Membantu mengevaluasi kinerja ekonomi dari unit bisnis secara akurat.5. Sistem dalam masing-masing unit bisnis harus sederhana, mudah di mengerti dan mudah dikerjakan oleh staf unit bisnis.

Penetapan harga transfer akan sangat berjalan efektif dan kondusif apabila didukung oleh faktor-faktor positif berikut ini:1. Pihak-pihak yang berkepentingan yang dapat mempengaruhi kesuksesan organisasi, sebagai contoh adalah pelanggan, karyawan, pemasok, dewan pemerintah, komisaris, pemegang saham, komunitas lokal maupun profesional. Pihak-pihak yang berkepentingan ini harus memiliki ketrampilan yang ditunjukkan oleh kemampuannya yang konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik. Jadi, dengan memiliki orang yang kompeten seperti diatas maka perusahaan akan lebih mudah mencapai tujuan organisasi.2. Terdapat suasana yang baik yang mendukung penetapan harga transfer yang adil, yaitu antara unit yang melakukan transfer dengan unit yang menerima transfer berada pada situasi yang menang-menang (WIN-WIN solution)3. Produk yang akan dilakukan transfer sebaiknya memiliki harga pasar di luar perusahaan. Jika terdapat harga pasar berarti penentuan harga transfer yang paling independen dan wajar, karena barang/jasa yang ditransfer dinilai berdasarkan harga pasar yang berlaku.4. Terdapat kebebasan dalam menentukan sumber perolehan barang/ jasa (freedom to determine the sources). Pihak pembeli memiliki hak yang bebas untuk membeli produk dari pihak luar dan pihak penjual memiliki hak yang bebas untuk menjal produk ke pihak luar, sehingga masing-masing pusat pertanggungjawaban dapat memaksimalkan laba unit bisnis/divisinya.5. Pihak-pihak yang berkepentingan memiliki informasi yang lengkap dalam mengambil keputusan tentang biaya dan pendapatan.6. Unit bisnis/divisi memiliki proses negosiasi.

2.3 Metodologi Penentuan Harga Transfer

Dalam suatu dunia dengan harga transfer yang sangat kompetitif, tidak akan menjadi masalah besar ketika hendak menetapkan harga transfer sumber daya dan jasa antar perusahaan. Namun demikian, jarang sekali terdapat pasar eksternal yang kompetitif untuk produk-produk yang ditransfer antar entitas yang berhubungan istimewa tersebut. Masalah penentuan ini sangat terasa dalam tingkat internasional, karena konsep akuntansi biaya ini berbeda dari satu negara ke negara lainnya.a. Harga Versus Biaya VersusSistem harga transfer berbasis biaya dapat menangulangi kebanyakan kekurangan ini. sistem ini (1) sederhana digunakan, (2) didasarkan pada data yang langsung tersedia, (3) mudah untuk dijelaskan kepada otoritas pajak, (4) merupakan hal yang sering dilakukan, sehingga dapat menghindari terjadinya fiksi internal yang sering terjadi apabila sistem arbitrer digunakan.b. Prinsip WajarHarga transfer anta rperusahaan dengan mengadakan transaksi itu terjadi antara pihak-pihak yang tidak berhubungan istimewa dipasar yang kompetitif.c. Metode Harga Tidak Terkontrol yang SetaraMetode ini tepat digunakan jika barang tersedia dalam jumlah cukup sehingga penjualan yang dikonrtol pada dasarnya sebanding dengan penjualan pada pasar terbuka.d. Metode Transaksi Tidak Terkontrol yang SetaraDiterapkan untuk pengalihan aktiva tidak berwujud. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasikan tingkat royalti acuan dengan mengacu pada transaksi yang tidak terkontrol dimana aktiva tidak berwujud yang sama dialihkan.e. Metode Harga Jual KembaliMetode ini menghitung harga transaksi yang wajar yang diawali dengan harga yang dikenakan atas penjualan barang yang dimaksud kepada pembeli yang idependen.f. Metode Penentuan Biaya PlusMetedo ini secara khusus berguna apabila barang semi jadi dialihkan antarperusahaan afiliasi luar negeri, atau jika satu entitas merupakan sub kontraktor bagi perusahaan lain.

g. Metode Laba SebandingMetode ini umumnya memerlukan penyesuaian atas perbedaan-perbedaan yang ada antara pihak yang dibandingkan. Faktor-faktor yang memerlukan penyesuaian tersebut adlah kodisi penjualan yang berbeda, perbedaan biaya modal, resiko nilai tukar valuta asing, dan resiko lainnya dan perbedaan dalam praktik pengukuran akuntansi.h. Metode Pemisahan LabaMetode ini digunakan jika acuan produk atau pasar tidak tersedia. Pada dasarnya metode ini mecakup pembagian laba yang dihasilkan melalui transaksi dengan pihak berhubungan istimewa, yaitu antara perusahaan afiliasi berdasarkan cara yang wajar.i. Metode Penentuan Harga LainnyaMenurut OECD : Harus diakui bahwa harga yang wajar dalam banyak kasus tidak dapat ditetapkan dengan tepat dan bahwa dalam situasi seperti itu akan dipandang perlu untuk mencari perkiraan wajar yang mendekatinya. Seringkali, akan lebih bermanfaat untuk perhiyungan lebih dari satu metode untuk mendapatkan perkiraan atas harga yang memuaskan dengan memperhatikan bukti-bukti yang tersedia.j. Perjanjian Penentuan Harga LanjutanMekanisme yang digunakan oleh perusahaan multinasional dan otoritas pajak untuk secara sukarela menegosiasikan metodelogi penentuan harga transfer yang disepakati dan mengikat kedua belah pihak.

2.4 Keberhasilan Dalam Penetapan Harga Transfer :1. Seorang manajer tidak hanya memperhatikan kinerja jangka panjang saja namun kinerja jangka pendekpun juga harus diperhatikan, sehingga semuanya sama sama diperhatikan baik jangka pendek maupun kinerja jangka panjang. Tidak hanya menejer, pegawainyapun juga harus memiliki kompeten dalam pekerjaannnya khususnya pegawai yang bekerja dalam negoisasi dan pengambilan keputusan.2. Hal yang sangat penting untuk diperhatikan(utamakan) oleh manager adalah profitabilitas, sehingga membutuhkan beberapa pertimbangan dalam menilai kinerjanya. Manager harus bisa memastikan bahwa harga transfer yang akan maupun telah ditetapkan merupakan harga yang sesuai untuk dipertanggungjawabkan kepada direktur perusahaan.3. Manager harus memiliki kebebasandalam menentukan yang pilihan yang terbaik baginya. Harga mencerminkan biaya peluang untuk menjual produknya kedalam. Biaya relevan produk adalah harga pasar karena merupakan jumlah kas yang dikorbankan dengan menjual ke dalam.4. Manajer harus memahami dan mengetahui mengenai pendapatan bagi masing-masing pusat laba serta pilihan yang tersedia dan biaya relevan produk.5. Di dalam melakukan negoisasi kontrak diantara unit bisnis harus ada suatu mekanisme kerja yang dapat berjalan dengan lancarJika seluruha aspek diatas terpenuhi maka system harga transfer tidak membutuhkan administrasi pusat.

2.5 Hambatan-hambatan dalam perolehan sumber dayaSeorang manajer pembelian bebas untuk mengambil keputusan mengenai perolehan sumber daya. Sama halnya manajer penjualan, harus bebas untuk menjual produknya ke pasar yang paling menguntungkan. Berikut hambatan-hambatan dalam perolehan sumber daya :a. Pasar yang terbatasDalam banyak perusahaan, pasar bagi pusat laba penjual atau pembeli dapat saja sangat terbatas. Terdapat beberapa alasan dalam hal ini :Pertama, keberadaan kapasitas internal mungkin membatasi pengembangan penjualan eksternal. Ketika kapasitas internal menjadi ketat, pasar akan dengan cepat dibanjiri oleh permintaan akan produk menengah. Meskipun kapasitas eksternal ada, namun kapasitas tersebut mungkin tidak tersedia bagi perusahaan terintegrasi tersebut kecuali kapasitas tersebut digunakan secara reguler.Kedua, jika suatu perusahaan merupakan produsen tunggal dari produk yang terdeferensiasi, tidak ada sumber daya dari luar.Ketiga, jika suatu perusahaan telah melakukan investasi yang benar, maka perusahaan cenderung tidak akan menggunakan sumber daya dari luar kecuali harga jual diluar mendekati biaya variabel perusahaan.b. Kelebihan atau kekurangan kapasitas industriJika pusat laba penjualan tidak dapat menjual seluruh produk ke pasar bebas dengan kata lain, pusat laba tersebut memiliki kapasitas yang berlebih. Perusahaan mungkin tidak akan mengoptimalkan labanya jika pusat laba pembelian membeli produk dari pemasok luar sementara kapasitas di dalam masih memadai. Sebaliknya jika pusat laba pembelian tidak dapat memperoleh produk yang diperlukan dari luar sementara pusat laba penjualan menjual produknya ke pihak luar. Situasi tersebut terjadi ketika terdapat kekurangan kapasitas produksi di dalam industri. Output dari pusat laba pembelian terhalang dan kembali, laba perusahaan tidak dapat optimal.

2.6Harga Transfer Berdasarkan BiayaJika harga kompetitif tidak tersedia, maka suatu harga transfer dapat ditentukan berdasarkan biaya ditambah laba, meskipun harga transfer semacam ini sangat sulit dihitung dan hasilnya kurang memuaskan dibandingkan dengan harga yang berbasis pasar. Dua keputusan yang harus dibuat dalam sistem harga transfer berdasarkan biaya : 1) bagaimana menentukan besarnya biaya dan 2) bagaimana menghitung markup laba.a. Basis biayaBasis yang umum adalah biaya standar. Biaya aktual tidak boleh digunakan karena faktor inefisiensi produksi akan terlewatkan bagi pusat laba pembelian.b. Markup labaDalam menghitung markup laba, juga terdapat dua keputusan : 1) apa basis markup laba tersebut dan 2) tingkat laba yang diperbolehkan.c. Biaya Tetap dan Laba UpstreamPenetapan harga transfer dapat menimbulkan permasalahan yang cukup serius dalam suatu perusahaan yang terintegrasi. Pusat laba yang pada akhirnya menjual produk kepada pihak luar mungkin tidak menyadari adanya jumlah biaya tetap dan laba upstream yang terkandung di dalam harga pembelian internal. Bahkan jika pusat laba terakhir akan menyadari adanya biaya tetap dan laba tersebut, ia tidak akan dapat mengurangi labanya untuk mengoptimalkan laba perusahaan. Metode-metode yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara-cara seperti berikut :a. Persetujuan di antara unit-unit usaha.Beberapa perusahaan membuat mekanisme formal dimana wakil-wakil dari unit-unit pembelian dan penjualan bertemu secara berkala untuk memutuskan harga penjualan kepada pihak luar dan pembagian laba untuk produk-produk dengan biaya tetap dan laba upstream yang signifikan.b. Dua langkah penentuan hargaCara lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat suatu harga transfer yang meliputi dua jenis biaya, pertama untuk setiap unit yang terjual, pembebanan biaya dibuat sama dengan biaya variabel standar dari produksi. Kedua pembebanan biaya yang berkala (biasanya setiap bulan) dibuat sama dengan biaya tetap yang berhubungan dengan fasilitas yang disediakan untuk unit pembeli. Terdapat beberapa hal yang merupakan yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan metode penentuan harga dua langkah :1) Pembebanan biaya perbulan untuk biaya tetap dan laba harus dinegoisasikan secara berkala dan akan tergantung dari kapasitas yang digunakan oleh unit pembeli.2) pertanyaan mungkin akan timbul mengenai keakuratan alokasi investasi dan biaya. Dalam beberapa situasi, mengalokasikan biaya dan aset kepada produk secara individual tidaklah sulit.3) Dengan sistem penentuan harga ini, kinerja laba dari unit produksi tidak dipengaruhi volume penjualan dari unit yang terakhir. Dalam hal ini, sistem tersebut dapat memecahkan masalah yang muncul ketika usaha pemasaran oleh unit usaha yang lain mempengaruhi kinerja laba dari unit produksi murni.4) Terdapat konflik antara kepentingan dari unit produksi dengan kepentingan perusahaan. Jika kapasitas terbatas, unit produksi dapat meningkatkan laba dengan menggunakan kapasitasnya untuk memproduksi bagian untuk dijual kepada pihak luar. Kelemahan ini diatasi dengan menentukan bahwa unit pemasaran memiliki priorotas utama dalam menggunakan kapasitas tersebut.5) Metode ini mirip dengan penentuan harga take or pay yang sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan sarana umum, saluran pipa dan batubara dan dalam kontrak jangka panjang.c. Pembagian LabaJika sistem penentuan harga dua langkah yang baru saja diperlihatkan tidak feasible, sistem pembagian laba (profit sharing) dapat digunakan untuk memastikan kesamaan antara kepentingan unit usaha dan perusahaan. Sistem tersebut beroperasi dengan cara sebagai berikut :a. Produk tersebut ditransfer ke unit pemasaran pada biaya variabel standar.b. Setelah produk tersebut terjual, unit-unit usaha membagi kontribusi yang dihasilkan, dimana perhitunganannya adalah harga penjualan dikurangi biaya variabel produksi dan pemasaran.Metode penentuan harga ini tepat digunakan jika permintaan produk yang dihasilkan tidak cukup untuk menjamin pengalokasikan fasilitas secara permanen, seperti tidak cukup untuk menjamin pengalokasian fasilitas secara permanen, seperti dalam metode dua langkah. Penggunaan metode ini membuat kepentingan unit pemasaran menjadi sama dengan kepentingan perusahaan. Melaksanakan sistem pembagian laba semacam ini akan menimbulkan beberapa masalah teknis. Pertama, mungkin saja terdapat argumen-argumen mengenai cara pembagian kontribusi di antara dua pusat laba, dan manajemen senior akan turun tangan untuk menangani masalah ini. Kedua, membagi rata laba di antara pusat laba tidak memberikan informasi yang tepat mengenai profitabilitas masing-masing pusat laba. Ketiga, karena kontribusi yang ada tidak akan dialokasikan sampai penjualan selesai dilakukan, maka kontribusi unit produksi tergantung pada kemampuan unit pemasaran untuk menjual seharga harga penjualan aktual.d. Dua bentuk hargaDalam metode ini, pendapatan unit produksi akan dikreditkan pada saat harga jual diluar dan unit pembelian dibebankan biaya sebesar total biaya standar. Selisihnya dibebankan ke dalam akun kantor pusat dan tereleminasi ketika laporan keuangan unit usaha dikonsolidasikan. Metode penentuan harga transfer ini terkadang digunakan ketika ada konflik di antara unit-unit pembelian dan penjualan yang tidak dapat dipecahkan oleh metode yang lain. Meskipun demikian, ada beberapa kelemahan dari sistem yang menggunakan dua bentuk harga. Pertama, jumlah laba unit usaha akan lebih besar dari laba perusahaan secara keseluruhan. Kedua, sistem ini menciptakan suatu ilusi bahwa unit usaha akan menghasilkan uang, sementara pada kenyataannya perusahaan secara keseluruhan mengalami kerugian karena debit ke kantor pusat. Ketiga, sistem ini dapat memicu unit usaha hanya berkonsentrasi pada transfer internal dimana mereka terpana pada markup yang bagus pada biaya penjualan ke luar. Keempat, terdapat tambahan pembukuan yang terlibat dalam pendebitan akun kantor pusat setiap kali ada transfer dan kemudian mengeliminasi akun ini ketika laporan keuangan unit usaha di konsolidasi. Kelima, fakta bahwa ada konflik pada harga transfer menandakan permasalahan di dalam struktur organisasi atau dalam sistem manajemen. Dengan metode dua bentuk harga, konflik-konflik ini dapat dikurangi sehingga tidak menghadapkan manajemen senior pada permasalahan tersebut.

2.7Contoh kasusBerikut ini akan diberikan sebuah ilustrasi untuk memperjelas praktektransfer pricingyang biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Perusahaan induk (parent company) yang terletak di Belgia memproduksi suatu produk dengan harga pokok Rp 100. Tarif pajak yang berlaku di negara tersebut adalah 42%. Untuk menghindari pengenaan pajak dengan tarif yang tinggi, perusahaan induk memutuskan untuk menjual produk tersebut ke anak perusahaan yang ada di Puerto Rico dengan harga transfer yang sama dengan harga pokok yaitu Rp 100, sehingga pajak yang terutang atas transaksi penjualan antara perusahaan induk dan anak perusahaan adalah Rp 0.Hal ini disebabkan karena harga transfer yang digunakan sama dengan harga pokok produk, sehingga atas transaksi ini tidak menimbulkan laba yang akan dikenakan pajak. Rekayasa atas harga transfer ini dibuat untuk menghindari pajak dengan tarif yang tinggi yang berlaku di negara tempat perusahaan induk berada. Kemudian barang yang sudah dibeli, dijual oleh anak perusahaan di Puerto Rico ke anak perusahaan lain yang ada di Amerika dengan harga transfer Rp 200. Tarif pajak yang berlaku di negara Puerto Rico adalah 0%. Transaksi penjualan ini menimbulkan laba sebesar Rp 100. Atas laba yang timbul, seharusnya terutang pajak. Akan tetapi, karena tarif pajak yang berlaku di negara tersebut 0%, maka pajak yang terutang atas laba yang dihasilkan adalah sebesar Rp 0. Kemudian barang yang sudah dibeli oleh anak perusahaan yang ada di Amerika dijual kembali ke perusahaan yang tidak mempunyai hubungan istimewa di negara yang sama, dengan harga jual Rp 200. Kebijaksanaan menetapkan harga jual ini dimaksudkan untuk menghindari pajak dengan tarif yang tinggi yang berlaku di negara yang bersangkutan. Asumsi tarif pajak yang berlaku di negara Amerika 35%. Selanjutnya dapat dihitung bahwa pajak terutang atas transaksi penjualan ini adalah sebesar Rp 0.Hal ini disebabkan karena harga jual atas produk tersebut sama dengan harga pokok pembelian barang, sehingga laba yang timbul atas transaksi ini adalah Rp 0. Kesimpulan yang dapat ditarik dari transaksi-transaksi di atas adalah betapa pentingnya mengetahui tarif pajak yang berlaku di suatu negara sebelum mengambil keputusan untuk melakukan transaksi penjualan dan pembelian barang.Di Indonesia sendiri, kasus yang terjadi di PT Adaro Indonesia yang terkait dengan praktik transfer pricing masih tersimpan dalam ingatan kita. PT Adaro dituduh menjual batu bara jauh di bawah harga pasar kepada perusahaan afiliasinya di Singapura, yakni Coaltrade Services International Pte, Ltd. Harga jual yang ditetapkan yakni sebesar $25 pada tahun 2005 dan $29 pada tahun 2006, padahal pada akhir 2007 harga batu bara menembus harga $95 per ton. Coaltrade merupakan semacam perusahaan boneka, karena struktur kepemilikannya pun sama dengan Adaro. Setelah membeli dengan harga murah, kemudian Coaltrade menjual batu bara tersebut dengan harga pasar, dan mendulang untung besar. Sehingga, dengan transfer pricing tersebut grup mereka diuntungkan, karena Coaltrade hanya terkena pajak penghasilan Singapura sebesar 10%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia yakni 45%. Praktik-praktik seperti inilah yang diperkirakan juga marak terjadi pada perusahaan multinasional lainnya, yakni melakukan transfer pricing demi menghindari pajak dengan memanfaatkan tax heaven countries. Pada tahun 2005, Adaro menjual batu bara ke perusahaan Coaltrade dari Singapura sebesar US$26 per ton, sementara harga pasar US$48 per ton. Sedangkan pada 2006, Adaro menjual batu bara ke Coaltrade US$29 per ton, sementara harga internasional mencapai US$40 per ton. Dengan volume penjualan 2005 mencapai 26 juta ton lebih dan 2006 mencapai 34 juta ton, terdapat selisih antara harga jual ke Coaltrade dan harga jual internasional masing-masing US$589,9 juta (Rp5,8 triliun dengan kurs rata-rata 2005 sebesar Rp9.800/US$) tahun 2005 dan US$363,1 juta (Rp3,3 triliun dengan kurs rata-rata 2006 Rp9.096/US$) tahun 2006.Jika dihitung berdasarkan harga pasar, total pendapatan pada 2005 mestinya berjumlah US$ 1,287 miliar dan 2006 US$ 1,371 miliar. Berarti, ada selisih penjualan Adaro dengan penjualan berdasarkan harga pasar. Jika dirupiahkan mencapai Rp 9,121 triliun. Belum lagi kerugian negara dari potensi royalti 13,5% yang nilai berkisar Rp 1,231 triliun.Akibat transfer pricing yang terjadi pada tahun 2005-2006 lalu diperkirakan ada Rp 9 triliun dari hasil penjualan yang disembunyikan. Sehingga kerugian negara terkait pajak dan royalti diperkirakan mencapai Rp 4-5 triliun. Royalti adalah nilai yang harus dibayar sesuai harga jual. Adanya dugaan transfer pricing yang memperkecil nilai jual mengakibatkan royalti yang harus dibayarkan juga turun.

DAFTAR PUSTAKA

http://maristafitri.blogspot.com/2015/07/penetapan-harga-transfer.htmlhttp://abdmuhni.blogspot.com/2014/06/penetapan-harga-transfer.htmlhttp://dellyherdiana.blogspot.com/2014/04/penetapan-harga-transfer_6.htmlhttps://www.academia.edu/7727068/TUGAS_PENENTUAN_HARGA_TRANSFER_OLEH_NAMA_FRANCISCO_SOARES_VITALhttp://raditaapriliani.blogspot.co.id/2015/07/penetapan-harga-transfer.htmlhttp://vianchoco.blogspot.co.id/2014/06/tugas-10-penetapan-harga-trasfer.htmlhttps://agustyana.wordpress.com/2010/01/13/pengertian-harga-transfer/http://nazrulfestive77.wordpress.com/2011/01/20/transfer-pricing-hubungan-istimewa-dan-metode-identifikasi-transfer-pricing/Sumarsan,Thomas.2010.Sistem Pengendalian Manajemen.Jakarta:IndeksAnthony, Robert N, Govindarajan Vijay. 2005. Management Control System.Jakarta:Salemba EmpatHery, SE., M.Si.2011.Soal-Jawab Sistem Pengendalian Manajemen.Jakarta:Sinar Grafika OffsetAnthony, Robert N, Govindarajan, Vijay. 2005. Sistem Pengendalian Internal Buku 2. Jakarta:Salemba EmpatSupriyono, Drs. R.A. S.U., Akt. 2001. Akuntansi Manajemen 3 Proses Pengendalian Manajemen edisi pertama.Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.Anthony, Robert N, Govindarajan, Vijay. 2005. Sistem Pengendalian Internal Buku 1. Jakarta:Salemba EmpatMardiasmo. 2008. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset.Hansen, Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Buku 2. Jakarta:Salemba Empat13