tugas sosiologi pendidikan

12
TUGAS SOSIOLOGI PENDIDIKAN “KEKERASAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN” Disusun oleh: Selena Bayan Utami F1A012029 Intan Endar Permatasari F1A012054 Nurul Septriyanti F1A012056 Indry Audina Putri F1A012057 Hikmah El Maula F1A012063 Deska Rullyta Astari F1A012077 Clorintiami F1A012089 Pambarep Wisnu F1A012091 Fariz Satria Dwifali F1A012095 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN SOSIOLOGI

Upload: fuad-mamun-imron

Post on 21-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

TUGAS SOSIOLOGI PENDIDIKAN

TRANSCRIPT

TUGAS SOSIOLOGI PENDIDIKANKEKERASAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Disusun oleh:Selena Bayan UtamiF1A012029Intan Endar PermatasariF1A012054Nurul SeptriyantiF1A012056 Indry Audina PutriF1A012057Hikmah El Maula F1A012063Deska Rullyta AstariF1A012077ClorintiamiF1A012089Pambarep WisnuF1A012091Fariz Satria DwifaliF1A012095

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKJURUSAN SOSIOLOGIPURWOKERTOA. PendahuluanSekolah merupakan tempat pengajaran para murid dibawah pengawasan para guru. Salah satu tujuan dari sekolah adalah membentuk karakter anak menjadi seseorang yang lebih baik dan dewasa. Pendidikan yang baik adalah dimana seorang guru dapat mengajarkan hal yang baik kepada muridnya. Sekolah juga merupakan salah satu lingkungan di luar keluarga yang sangat berperan dalam mendidik dan membentuk karakter anak. Peran guru sangat penting dalam membentuk karakter anak dan menanamkan nilai-nilai moral pada anak. Guru di sekolah selain bertugas untuk mengajar, juga memiliki peran sebagai pengganti orang tua dalam mendidik siswa-siswinya.Guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap nasib bangsa karena harus menyiapkan generasi muda untuk menjadi penerus bangsa. Atas jasa-jasanya guru sangat layak untuk di hormati. Namun belakangan ini banyak terjadi kasus di lingkungan pendidikan yang berhubungan dengan kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya. Kebanyakan dari kasus yang terjadi disebabkan oleh penerapan norma kedisiplinan yang terlalu di paksakan terhadap anak didik sehingga anak didik menolak dan membuat guru bersikap kasar dan melakukan kekerasan. Tindakan kekerasan dalam pendidikan dapat dilakukan oleh siapa saja, misalnya teman sekelas, kakak kelas, adik kelas, guru, staff, dan pemimpin sekolah.Contoh kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa seperti melempar penghapus dan penggaris, dijemur di lapangan, dan dipukul. Selain itu siswa juga mengalami kekerasan psikis dalam bentuk bentakan dan kata makian, seperti bodoh, goblok, kurus, ceking dan sebagainya. Hal tersebut bisa menyebabkan trauma psikologis pada siswa. Siswa akan menyimpan dendam dan cenderung melampiaskan kemarahan serta agresif terhadap siswa lain yang dianggap lemah. Selain itu dalam lingkungan pendidikan tindakan kekerasan juga dapat terjadi dalam bentuk aksi demonstrasi mahasiswa, baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk lisan misalnya, mencaci maki, berkata kasar dan kotor, serta tawuran yang terjadi antar mahasiswa. Tindakan kekerasan tersebut sama sekali tidak bisa dibenarkan meskipun terdapat beberapa alasan tertentu yang melatarabelakanginya. Lingkaran negatif ini jika terus berputar bisa melanggengkan budaya kekerasan di masyarakat. Untuk itu pada kesempatan ini penulis akan membahas mengenai kekerasan dalam pendidikan di Indonesia dan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak yang terkait.

B. IsiPersoalan tindak kekerasan terhadap anak di lembaga pendidikan semakin kompleks dan memprihatinkan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat pada tahun 2012 terjadi peningkatan kasus kekerasan terhadap anak di sekolah hingga lebih dari 10 persen. Wakil Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Apong Herlina mengatakan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah terjadi dalam berbagai jenis baik itu dilakukan oleh guru maupun antar siswa. Kasus kekerasan itu juga terjadi merata hampir di seluruh wilayah di Indonesia disetiap daerah.Catatan ini didasarkan pada hasil survey KPAI di 9 propinsi terhadap lebih dari 1000 orang siswa siswi. Baik dari tingkat Sekolah Dasar/MI, SMP/mts, maupun SMA/ma. Survey ini menunjukan 87,6% siswa mengaku mengalami tindak kekerasan. Baik kekerasan fisik maupun psikis, seperti dijewer, dipukul, dibentak, dihina, diberi stigma negatif hingga dilukai dengan benda tajam. Dan sebaliknya 78,3 persen anak juga mengaku pernah melakukan tindak kekerasan dari bentuk yang ringan sampai yang berat.Kasus perilaku kekerasan dalam pendidikan memiliki beberapa kategori. Pertama adalah kekerasan dalam kategori yang ringan, yakni kekerasan yang langsung selesai di tempat dan tidak menimbulkan kekerasan susulan atau aksi balas dendam dari si korban. Kedua adalah kekerasan dalam kategori sedang, yakni kekerasan yang tetap bisa diselesaikan oleh pihak sekolah dengan bantuan aparat keamanan. Ketiga adalah kekerasan dalam kategori berat yang terjadi di luar sekolah, mengarah pada tindakan kriminal, dan ditangani oleh aparat kepolisian atau pengadilan.Pada umumnya, kasus-kasus perilaku kekerasan berada dalam kategori ringan atau sedang karena masih terjadi dalam ruang lingkup sekolah dan berada pada jam sekolah yang disertai dengan membawa atribut sekolah. Perilaku dalam kategori berat biasa terjadi diluar sekolah tetapi akan dicermati terlebih dahulu, apakah kasusnya membawa nama dan melibatkan pihak sekolah atau tidak. Jika ya, maka kekerasan tersebut merupakan tindak kriminal yang berada diluar tanggung jawab lembaga pendidikan dan menjadi wewenang lembaga peradilan. Jika tidak, maka kekerasan tersebut merupakan tindak kriminal yang berada di luar tanggung jawab lembaga pendidikan dan menjadi wewenang lembaga peradilan. Tinjauan dari Landasan Hukum PendidikanKekerasan dalam pendidikan sangat bertentangan dengan:1. Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, fungsi pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2. Tentang kekerasan fisik, pada pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dinyatakan sebagai berikut: Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) luka berat, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.Kemudian yang berkaitan dengan kekerasan seksual:Pasal 82Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).Pasal 54Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya.Dampak Kekerasan dalam Dunia Pendidikan1. Fisik, mengakibatkan organ-organ tubuh siswa mengalami kerusakan, seperti memar, luka-luka, dll.

2. Psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam, menurunnya semangat belajar, daya konsentrasi, kreativitas, hilang inisiatif, daya tahan (mental), menurunnya rasa percaya diri, inferior, stress, depresi, dsb. Dalam jangka panjang bisa berakibat pada penurunan prestasi, perubahan perilaku.

3. Sosial, siswa yang mengalami tindakan kekerasan tanpa ada penanggulangan, bisa saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena takut, merasa terancam dan merasa tidak bahagia berada diantara teman-temannya. Mereka juga jadi pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesama teman. Bisa jadi mereka jadi sulit mempercayai orang lain, dan semakin menutup diri dari pergaulan.Beberapa contoh kekerasan dalam pendidikan yang terjadi di Indonesia:Februari 2013Seorang siswi SMA Negeri 22 Jakarta Timur melapor telah dicabuli wakil kepala sekolah bernama Taufan. Pengadilan menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 60 juta kepada Taufan.September 2013ES, guru Sekolah Dasar Tanjungtani 3, Kecamatan Prambon, dilaporkan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Nganjuk oleh orang tua murid atas dugaan melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak mereka di sekolah. Menurut laporan, pelaku yang merupakan guru olahraga ini telah menyodomi sedikitnya delapan siswa laki-lakinya. Perbuatan ini dilakukan di ruangan sekolah dan rumah pelaku.Oktober 2013Orang tua siswa SMP Negeri 4 Jakarta Pusat melaporkan bahwa anaknya menjadi korban pelecehan seksual oleh sejumlah teman sekolah. Adegan pelecehan itu direkam dengan telepon seluler dan beredar di kalangan siswa. Kasus ini diselesaikan secara tertutup oleh dinas pendidikan dan orang tua siswa terkait. Oktober 2013Seorang siswi kelas VI sekolah dasar mengaku telah dilecehkan gurunya. Bocah itu ketakutan dan tidak berani berangkat ke sekolah karena diancam si guru. Kasus ini ditutup karena polisi tidak menemukan bukti-bukti.

April 2014Seorang murid laki-laki TK internasional di Jakarta diduga menjadi korban sodomi dan tindak kekerasan oleh sejumlah pegawai kebersihan sekolah itu. Ibunda korban mengatakan, putranya itu pertama kali diketahui menunjukkan keanehan pada pertengahan Maret lalu.BANYUMAS Seorang guru Sekolah Dasar Santa Maria di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, tega menganiaya belasan siswanya. Hingga membuat beberapa kepala siswanya terluka dan memar. Tak rela atas perbuatan guru tersebut, orang tua korban mengadukan masalah ini kepada pihak yayasan.Saya tidak terima atas perlakuan guru terhadap anak saya dan belasan murid lainnya yang di siksa, ujar Evan salah satu seorang wali murid yang melapor kejadian tersebut kepada pihak yayasan, jumat (22/10/2010). Menurut beberapa siswa, guru agama bernama Theodora kerap kali melakukan penganiayaan pada murid-muridnya. Bahkan, guru ini tega membenturkan kepala murid-muridnya ke meja jika sedang emosi.Guru Theodora berani membenturkan kepala kami ke meja kalo dia sedang emosi, kita takut, kata Marcel, salah seorang murid SD Santa Maria Purwokerto yang juga menjadi korban kekerasan.Pihak yayasan akhirnya mengajak belasan orang tua siswa lainnya untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan dengan berdialog bersama. Dari hasil dialog yang di dapat, pihak yayasan akhirnya meminta maaf kepada semua orang tua murid yang dirugikan atas perbuatan guru tersebut.Kami sudah selesaikan masalah ini secara kekeluargaan, tapi kami meminta kepada yayasan untuk menindak lanjuti ke kepolisian agar masalah seperti ini tidak sampai terulang lagi, jelas Aan, Evan dan Tika, wali murid usai mengikuti pertemuan dengan yayasan.Humas yayasan Santa Maria Suminarto mengatakan, Peristiwa yang tidak diinginkan ini terjadi saat sedang proses belajar dan mengajar, namun secara keseluruhan masalah ini sudah selesai dan kami pihak yayasan sudah meminta maaf pada wali murid.Polres Banyumas yang datang ke lokasi kejadian berjanji akan menyelesaikan kasus ini secara profesional. Meski sudah dilakukan upaya damai antara pihak yayasan dan pihak wali murid, namun kasus penganiayan belasan siswa sekolah dasar ini kini tetap dalam penanganan kepolisian.Dari beberapa contoh kasus kekerasan dalam pendidikan di Indonsia, Apong Herlina berharap kedepan pemerintah memberikan perhatian yang lebih serius terhadap hal ini. Jika terus dibiarkan, kekerasan di sekolah dapat mengakibatkan berkembangnya berbagai emosi negatif pada anak didik seperti marah, dendam, tertekan, takut, malu, tidak nyaman dan terancam. Dalam jangka panjang hal itu dapat memicu perasaan rendah diri dan tidak berharga bagi siswa yang menjadi korban kekerasan.

KPAI juga mendesak pemerintah agar segera menerbitkan kebijakan sekolah ramah anak diseluruh sekolah di Indonesia. Sehingga kedepan sekolah tidak hanya menjadi lembaga yang berorientasi pada pencapaian target kurikulum tapi penyelenggaraannya juga menghormati HAM dan prinsip perlindungan anak.

C. KesimpulanGuru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang seharusnya memberikan pelajaran serta pengajaran yang baik untuk siswa-siswinya agar kelak siswa-siswinya menjadi teladan yang berguna bagi bangsa dan negara. Peran guru sangat penting dalam membentuk karakter seorang murid. Bila guru bersikap baik maka murid akan menerima. Sebaliknya bila guru bersikap buruk dan melakukan kekerasan maka murid akan menolak bahkan melakukan kekerasan lainnya.Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk di sekolah. Kekerasan di lingkungan sekolah pun dapat dilakukan oleh siapapun. Keterbukaan antara guru dan murid sangat diperlukan agar tidak terjadi kekerasan dalam pendidikan. Selain itu guru juga harus memberikan cinta dan kasih sayang layaknya anak mendapatkan kasih sayang dari orang tua, karena bagaimanapun guru adalah orang tua para murid di sekolah.Sangat penting bagi semua pihak, baik guru, orang tua dan siswa untuk memahami bahwa kekerasan bukanlah solusi atau aksi yang tepat, namun semakin menambah masalah. Pendidikan dengan kekerasan hanya akan melahirkan traumatis pada anak yang berujung pada pembalasan dendam, dan ketakutan pada lingkungan sosial. Jika hal tersebut berlanjut, maka akan melahirkan generasi muda yang berorientasi pada kekerasan.Adanya pencegahan terhadap kekerasan dalam dunia pendidikan dapat dilakukan dengan penerapan humanisasi pendidikan, internalisasi nilai-nilai keagamaan, serta penumbuhan sikap tanggung jawab kepada pendidik, sehingga bisa memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya. Kemudian pemberlakuan sanksi yang tegas terhadap pelanggaran kekererasan, tanpa membeda-bedakan kedudukan ataupun status sosial.

D. Daftar Pustaka

http://www.tempo.co/read/news/2014/04/15/064570870/Deretan-Kasus-Kekerasan-Seksual-di-Sekolahhttp://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2012-12-20/kekerasan-di-sekolah-meningkat-mendesak-kebijakan-sekolah-ramah-anak/1063558http://hardy-anugrah.blogspot.com/2012/06/kekerasan-dalam-dunia-pendidikan-di.htmlhttp://desitrihandayani.wordpress.com/2012/12/06/kekerasan-dalam-dunia-pendidikan/http://arofaheducation.wordpress.com/2013/07/03/kekerasan-dalam-dunia-pendidikan/