tugas sosiologi sman 10

19
Globalisasi – Sosial dan Budaya(Hooliganisme) Disusun oleh Ferdy Achmad Razaaq Kelas XII IPA 2 Tahun pelajaran 2009/2010 Smester Genap Ditujukan untuk memenuhi nilai akhir matapelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Guru mata pelajaran Risma Agustina . S.si Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung

Upload: ferdy-achmad-razzaaq

Post on 12-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SMAN 10 BANDUNG

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Sosiologi SMAN 10

Globalisasi – Sosial dan Budaya(Hooliganisme)

Disusun olehFerdy Achmad Razaaq

KelasXII IPA 2

Tahun pelajaran 2009/2010Smester Genap

Ditujukan untuk memenuhi nilai akhir matapelajaran Teknologi Informasi dan

KomunikasiGuru mata pelajaranRisma Agustina . S.si

Sekolah Menengah Atas Negeri 10Bandung

Page 2: Tugas Sosiologi SMAN 10

HooliganismePendahuluan Kesimpulan

Pembahasan Masalah

Latar belakang

Rumusan Masalah

Hooliganisme di

Bandung

Usaha mereduksi

holiganismeDampak Positif Untuk Klub

Page 3: Tugas Sosiologi SMAN 10

Latar BelakangMendengar kata hooligan mungkin yang ada di dalam

benak kita semua adalah rusuh, kelahi, membuat onar, kacau, dan sebagainya. Tetapi memang itulah yang sering kita lihat dan dengar tentang hooligan. Sampai saat ini hooligan masi dicekal dan dikenal

dengan keanarkisannya. Sebelum kita mendifinisikan dan menilai hooligan itu seperti apa, ada baiknya kita

cari tau dulu tentang sejarah hooligan itu sendiri.

Page 4: Tugas Sosiologi SMAN 10

Hooligan adalah sekelompok suporter fanatik sepakbola di Inggris yang sering berbuat onar dan keributan, baik sebelum pertandingan maupun sesudah pertandingan. Di negaranya, Inggris kamus buatan Oxford mengartikan bahwa Hooligan adalah anak muda yang yang sering sekali berbuat rusuh dan bertindak kekerasan di tempat umum. Ada juga yang mendefinisikan Hooligan adalah sekelompok masyarakat yang mengalami keterpinggiran sosial, memebeda – bedakan antara si miskin dan si kaya. Hal ini lah yang membuat mereka (Hooligan.red) membedakan diri dengan membentuk kelompok sendiri.

Biasanya para Hooligan bisa dilihat dari cara mereka datang untuk mendukung tim kesayangannya. Biasanya mereka datang bergerombol menggunakan mobil pick up dan truk sambil meneriakan dukungan, kemudian mencaci orang – orang jika ada yang melihatinya, mabok – mabokan dan menggunakan pakaian yang acak – acakan .

Page 5: Tugas Sosiologi SMAN 10

Hooligan, sebagaimana dikemukakan oleh Jonathan Crowther (dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary, 1995: 572), memiliki makna sebagai ”seorang sosok pemuda yang melakukan kekerasan dan membuat keributan dalam wilayah-wilayah publik, biasanya dijalankan dengan sekelompok orang”. Apabila hooligan dilekatkan dalam sepakbola, maka artinya adalah kalangan pendukung yang berperilaku dengan mengerahkan kekerasan selama atau setelah pertandingan sepakbola. Jadi, hooligan berlaku untuk pendukung kesebalasan manapun yang membuat kekacauan.

Page 6: Tugas Sosiologi SMAN 10

Rumusan MasalahHooliganisme di Bandung

Usaha mereduksi holiganismeDampak Positif Untuk Klub

Page 7: Tugas Sosiologi SMAN 10

Hooliganisme di Kota BandungTahun 2001 sampai tahun 2003 seingat saya adalah masa-masa PERSIB yang paling buruk, baik prestasinya maupun ulah para supporternya yang seringkali bertindak anarkis. Siapa yang tidak ingat Bandung di masa-masa itu, jikalau PERSIB main di kandang, pertokoan di pusat kota tutup, jalan-jalan protokol lengang, mungkin mereka takut, takut apabila PERSIB kalah bobotoh mengamuk.Dan memang benar ketakutan mereka selalu terbukti, ketika PERSIB kalah, suasana kota Bandung mencekam, Jalanan dari stadion Siliwangi menuju pusat kota dikuasai oleh ribuan bobotoh, pot-pot bunga di jalan protokol selalu digulingkan, dihancurkan, pertokoan dan gedung-gedung di pusat kota dilempari batu oleh bobotoh. Saya juga sempat ikut-ikutan menggulingkan pot bunga, tapi saya tidak ikut-ikutan untuk melempari pertokoan atau gedung-gedung. Untuk apa saya ikutan melempari pertokoan atau gedung-gedung toh mereka tidak punya salah apa-apa, kasihan. Saya menggulingkan pot-pot bunga karena saya cinta sekali dengan PERSIB, itu adalah wujud kekecewaan saya yang waktu itu belum dewasa. Pikiran saya waktu itu adalah, pot bunga itu milik pemerintah daerah, dan PERSIB juga punya pemerintah daerah, pemain PERSIB digaji oleh APBD dan APBD itu didapat dari rakyat, dari uang saya, uang keluarga saya juga, berarti PERSIB itu punya saya juga. Itu adalah wujud protes saya kepada PERSIB, bahwa kalau main sepakbola itu jangan asal-asalan, pemerintahnya juga harus lebih perhatian sama PERSIB, jangan uang APBD itu dikorupsi buat kepentingan pribadi. Polisi dan aparat keamanan pun waktu itu tidak ada yang berani untuk menertibkan, mereka kalah jumlah, jumlah polisi yang ratusan itu tidak seimbang dengan jumlah bobotoh yang ribuan. Pada masa itu bobotoh PERSIB sempat di cap sebagai supporter Indonesia paling brutal dan anarkis setelah supporter dari Surabaya, Bonek.

Page 8: Tugas Sosiologi SMAN 10

Sampai akhirnya pada tahun 2003 adalah puncaknya kebobrokan prestasi PERSIB Bandung. PERSIB hampir saja terperosok dalam jurang degradasi, suasana panas dan mencekam selalu terjadi setiap kali PERSIB kalah menjalani partai kandang, usai pertandingan umpatan dan makian keluar dari bobotoh menyikapi penampilan buruk Persib Bandung, bahkan banyak sekali gesekan antara bobotoh itu sendiri seusai pertandingan tersebut, suasana selalu kurang kondusif ketika PERSIB kalah, panas, penuh emosi, primordialisme sempit nan feudal, egois-anarkis selalu ada setiap pertandingan. Tapi alhamdulilah akhirnya keberuntungan masih menaungi PERSIB, tim pujaan saya ini lolos dari lubang jarum setelah menempuh jalur play-off.

Page 9: Tugas Sosiologi SMAN 10

Usaha mereduksi holiganismePada konteks ini, Ramon Spaaij (2005) mengetengahkan studi pencegahan kerusuhan suporter dalam bingkai perspektif transnasional. Spaaij berkeyakinan, usaha mereduksi holiganisme harus berpijak pada aspek lokalitas geografis dan kultural di mana suporter itu berpijak. Dalam studinya ini, Spaaij menganalisis usaha penanganan kerusuhan suporter yang telah dilakukan oleh beberapa klub dan negara di Eropa daratan.

Page 10: Tugas Sosiologi SMAN 10

Dalam konteks kerusuhan suporter di Indonesia, saya tertarik pada analisis Spaaij mengenai Fanprojekte. Fanprojekte (Fan projects dalam bahasa Inggris) merupakan program pencegahan hooliganism yang diterapkan di Jerman, Belanda, dan beberapa negara Skandinavia. Fanprojekte sebenarnya berpijak pada gagasan bahwa pencegahan holiganisme haruslah berawal pada usaha peningkatan kesadaran suporter (sedini mungkin) pada bangunan fundamental sepak bola sebagai media perdamaian. Selain itu, fanprojekte juga berpijak pada pemahaman bahwa penguatan hubungan suporter dan klub menjadi harga mati dalam mereduksi praktik hooliganism. Pada titik ini, fanprojekte berjalan pada jalur penanganan yang "soft", sistemik, dan berkelanjutan.Fanprojekte diterapkan di beberapa negara dalam bentuk yang bervariasi. Jerman menggunakan ini sebagai media perekat sinergitas antara klub, suporter, dan polisi. Ini kemudian membangun suatu relasi kontinuitas dalam usaha pencegahan hooliganism. Belanda mengaplikasikan ini lebih variatif. Cambuur Leuwarden contohnya. Salah satu klub Belanda ini menerapkan pencegahan hooliganism dalam beberapa level.

Page 11: Tugas Sosiologi SMAN 10

Pertama, kebijakan dalam penanaman kesadaran antiholiganisme melalui kampanye kepada anak-anak sekolah dasar. Anak-anak sangat berpotensi menjadi suporter klub kelak ketika beranjak remaja dan dewasa. Maka,

penanaman antihooliganism akan lebih berpengaruh manakala dilakukan sedini mungkin pada mereka yang masih belia.

Kedua, memberlakukan pelarangan pada hooligan (perusuh) untuk menonton. Ini dilakukan untuk mencegah hooligan kambuhan (residivis)

berbuat onar kembali. Uniknya, Cambuur juga melakukan ini untuk membantu hooligan yang sudah masuk daftar hitam itu, untuk

meningkatkan kesempatan kerja atau kariernya. Ini bisa terjadi karena Cambuur menyediakan program "buddy-mentor" yang membantu hooligan

tersebut dalam hal peningkatan karier dan kesempatan kerjanya. Keuntungan lain dari mengikuti "buddy-mentor" ini adalah adanya

pengurangan dan pencabutan larangan menonton yang sebelumnya diberlakukan bagi para hooligan tersebut.

Page 12: Tugas Sosiologi SMAN 10

Bagaimana dengan Indonesia?

Walaupun Spaaij menekankan pentingnya aspek lokalitas dalam penanganan kerusuhan suporter, saya berpandangan bahwa fanprojekte dapat diadopsi pula di Indonesia. Persib contohnya, relasi antara pengurus, bobotoh, dan polisi relatif renggang. Bahkan jarang sekali ketiga pihak ini duduk satu meja untuk urun rembuk dalam hal usaha menekan kerusuhan. Walaupun ada, sifatnya hanya spontan dan tak berkelanjutan. Akhirnya setelah kerusuhan meledak, yang terjadi adalah saling menyalahkan.

Page 13: Tugas Sosiologi SMAN 10

Pada titik ini, Persib seharusnya menjadi motor sekaligus pelopor dalam penerapan fanprojekte yang lebih sistemik dan berkelanjutan di Indonesia. Kita tahu bahwa bobotoh Persib sangat banyak. Pun telah banyak berdiri kelompok bobotoh yang well-organized semacam Viking. Kondisi ini akan memudahkan Persib dalam menekan kerusuhan dengan berbagai macam projek yang melibatkan klub, bobotoh, dan aparat. Hemat saya, kini tinggal dibutuhkan politicall will saja untuk menerapkan fanprojekte dalam usaha mencegah kerusuhan bobotoh di kemudian hari.

Page 14: Tugas Sosiologi SMAN 10

Dengan demikian, kini menjadi saat yang tepat bagi kita untuk berubah. Tanpa harus berharap kepada mereka yang reaktif nan subversif sekaligus mencari duit dari kerusuhan. Akan tetapi, kini saatnya bergerak dengan kaki sendiri. Menatap kejayaan Persib tanpa balutan luka karena rusuh dan fanprojekte menjadi sebuah tawaran bagi kita semua.

Page 15: Tugas Sosiologi SMAN 10

Dampak Positif Untuk KlubJika sedang `jinak` di dalam stadion, kehadiran Hooligan ini justru sangat mendukung tim mereka dengan aksi-aksi pengibaran bendera, spanduk, dan menyalakan petasan/kembang api.

Bahkan Mereka tidak akan ragu mendukung persib hingga keluar kota sekalipun.

Page 16: Tugas Sosiologi SMAN 10

Ini Adalah Gambaran dimana para Hooligan mendukung. Dimanapun tim itu berada,disitu kami ada !!

Syair lagu dan hentakan tetabuhan tidak mampu meredam keberingasan, namun justru semakin memicu adrenalin kemarahan untuk mendapatkan target ledakan. Itulah gejala hooliganisme yang telah menjadi bagian integral kultur persepakbolaan kita

Page 17: Tugas Sosiologi SMAN 10

KesimpulanHooligan dan hooliganisme ini adalah sebuah konsekuensi dari sebuah bisnis hiburan dan fanatisme, menurut saya sikap seperti ini wajar untuk dilakukan, karena kecintaan terhadap sebuah klub sepakbola, seperti halnya cinta saya terhadap PERSIB. Hooliganisme juga muncul karena adanya trigger, munculnya hooliganisme bisa dari bobroknya sistem persepakbolaan, mafia wasit, pengaturan skor, buruknya perekonomian dan lain sebagainya. Dalam dialektika berpikir saya, sepak bola bukan hanya olah raga dan hiburan, namun kebanggaan dan ideologi, lewat sepak bola kita punya suatu kebanggaan yang tak pernah pemerintah Indonesia berikan pada rakyatnya, saya tak malu dan menyesal melakukan itu, karena jika ucapan dan kritikan lisan sudah tak mampu didengar, maka aksi frontal untuk pembaharuan mesti dilakukan, meski “sedikit” arogan dan anarkis.

Page 18: Tugas Sosiologi SMAN 10

Saya sadar bahwa perbuatan hooliganisme adalah melanggar hukum, seperti merusak fasilitas umum atau berbuat anarkis dan merusak milik orang lain yang bukan haknya. Namun kita harus melihat hooliganisme dari kacamata yang berbeda, dari pandangan yang sportif, pandangan dari seseorang yang begitu menganggumi sebuah olah raga sepakbola, dan begitu dalam mencintai klub sepak bola yang dicintainya, hooliganisme adalah suatu nilai yang didalamnya terkandung nilai-nilai semangat pantang menyerah dan tanpa pamrih mendukung klub sepakbola yang ia bangga-banggakan, hingga ia turunkan nilai-nilai hooliganisme yang positif itu kepada anak cucunya kelak.

HIDUP PERSIB!!!!!

Page 19: Tugas Sosiologi SMAN 10

WASALAM . . . . . . . . . .