sosiologi pendidikan

15
18 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman SOSIOLOGI PENDIDIKAN (Analisis Pengertian dan Tujuannya) Syahruddin Usman Dosen pada Fakutas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Abstrak: Sosiologi pendidikan lahir dari pemikiran sosiolog sekitar abad ke 20. Kelahirannya sangat dibutuhkan oleh pakar pendidikan setelah melihat perubahan sosial yang sangat derastis yang terjadi ditengah masyarakat khususnya di Eropa dan Amerika. Kelahirannya dimaksudkan untuk memelihara kehidupan dan memotivasi kemajuan masyarakat, karena pada umumnya pakar pendidikan memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat sosialistis daripada individualistis. Sosiologi pendidikan memiliki beberapa konsep tujuan di antaranya : menganalisis proses sosialisasi anak baik dalam keluarga, di sekolah maupun di masyarakat, menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial, menganalisis status pendidikan dalam masyarkat, menganalisis partisipasi para orang terdidik dalam kegiatan sosial dan menentukan tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan serta memberi kontribusi kepada para pendidik dan para penentu kebijakan pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Kata kunci: Interaksi, guru dan peserta didik. I. PENDAHULUAN l-Qur’an menempatkan manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dibanding dengan makhluk Tuhan yang lainnya. (Q.S. al-Tin (95): 4). Keistimewaan ini melahirkan ciri-ciri tertentu dalam hal bersikap dan berperilaku. Banyak manusia memberikan sebutan keistimewaan yang dimiliki manusia itu, di antaranya adalah makhluk yang mampu berpikir atau yang biasa disebut homo sapiens. Arifin mengatakan A

Upload: channya-rahayu-koto

Post on 08-Dec-2015

52 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Sosiologi Pendidikan

TRANSCRIPT

Page 1: Sosiologi Pendidikan

18 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

(Analisis Pengertian dan Tujuannya)

Syahruddin Usman

Dosen pada Fakutas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Alauddin Makassar

Abstrak: Sosiologi pendidikan lahir dari pemikiran sosiolog

sekitar abad ke 20. Kelahirannya sangat dibutuhkan oleh

pakar pendidikan setelah melihat perubahan sosial yang

sangat derastis yang terjadi ditengah masyarakat khususnya

di Eropa dan Amerika. Kelahirannya dimaksudkan untuk

memelihara kehidupan dan memotivasi kemajuan masyarakat,

karena pada umumnya pakar pendidikan memandang tujuan

akhir pendidikan lebih bersifat sosialistis daripada

individualistis.

Sosiologi pendidikan memiliki beberapa konsep tujuan di

antaranya : menganalisis proses sosialisasi anak baik dalam

keluarga, di sekolah maupun di masyarakat, menganalisis

perkembangan dan kemajuan sosial, menganalisis status

pendidikan dalam masyarkat, menganalisis partisipasi para

orang terdidik dalam kegiatan sosial dan menentukan tujuan

pendidikan, kurikulum pendidikan, sarana dan prasarana

pendidikan serta memberi kontribusi kepada para pendidik

dan para penentu kebijakan pendidikan dalam mencapai

tujuan pendidikan.

Kata kunci: Interaksi, guru dan peserta didik.

I. PENDAHULUAN

l-Qur’an menempatkan manusia sebagai makhluk Tuhan yang

paling sempurna dibanding dengan makhluk Tuhan yang

lainnya. (Q.S. al-Tin (95): 4). Keistimewaan ini

melahirkan ciri-ciri tertentu dalam hal bersikap dan

berperilaku. Banyak manusia memberikan sebutan keistimewaan yang

dimiliki manusia itu, di antaranya adalah makhluk yang mampu

berpikir atau yang biasa disebut homo sapiens. Arifin mengatakan

A

Page 2: Sosiologi Pendidikan

Volume I Nomor 1, Oktober 2012 19

manusia disebut homo sapiens karena makhluk yang mempunyai

kemampuan untuk berilmu pengetahuan.1

Salah satu gariza manusia adalah ingin mengetahui segala

sesuatu yang belum diketahui. Selain sebutan tersebut, juga manusia

disebut makhluk homo religius (makhluk beragama) atau makhluk

homo divinans (makhluk bertuhan) dan homo educandum (makhluk

yang harus dididik) atau animal educable (sebangsa binatang yang

dapat dididik) serta homo socius (makhluk snosial).

Manusia makhluk sosial, karena di dalam kehidupan sehari-

harinya tidak dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan orang lain.

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu

berkeinginan berinteraksi atau berteman dengan individu lainnya.

Keinginan ini terutama berhubungan dengan aktivitas hidup di

lingkungannya.

Adam adalah manusia pertama ia tidak dapat hidup tanpa

didampingi oleh manusia lain yaitu istrinya yang bernama Hawa.

Berbeda dengan hewan ia dapat hidup dengan sendiri dan mencari

makan sendiri seperti anjing, kucing, dan sebagainya. Manusia tanpa

manusia lainnya pasti akan mati, bayi misalnya harus diajar makan,

berjalan, bermain dan sebagainya. 2

Hubungan manusia dengan manusia lainnya yang paling urgen

adalah reaksi yang timbul sebagai akibat berinteraksi antara

seseorang dengan yang lainnya. Misalnya seorang guru mengajar di

depan kelas ia menyampaikan pelajaran kepada peserta didiknya.

Peserta didik itu merespon dengan baik materi pelajaran yang

disampaikan oleh gurunya. Guru itu memberikan pujian kepadanya

maka dengan demikian terjadilah hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi sehingga dapat melahirkan keserasian tindakan dengan

orang lain. Mengapa demikian? Karena sejak dilahirkan manusia

sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu:

1. Keinginan menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya

(masyarakat)

2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekeliling-

nya.3

Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua

lingkungan tersebut, manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan

kehendak untuk mempertahankan hidupnya. Dengan demikian,

manusia membutuhkan kelompok sosial atau biasa disebut social

1M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan

Sekolah dan Keluarga ( Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h.21

2 Soedjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Cet. XXV; Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1998), h,123.

3 Ibid.

Page 3: Sosiologi Pendidikan

20 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

group. Kelompok-kelompok sosial ini merupakan himpunan atau

kesatuan-kesatuan hidup bersama yang didasari kesadaran untuk

saling tolong menolong atau ”taawun”.(QS. al- Maidah /5 : 2 ).

Sehubungan dengan hal tersebut S. Nasution mengatakan

kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial

yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir

segala sesuatu yang dipelajari seseorang merupakan hasil hubungan

dengan orang lain di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan

sebagainya. Materi pelajaran atau isi pendidikan ditentukan oleh

kelompok atau masyarakat.4 Selanjutnya dikatakan, masyarakat dapat

terjamin kelangsungan hidupnya dengan baik apabila mereka melalui

pendidikan. Pendidikan itu harus diteruskan oleh generasi muda

melalui interaksi sosial.5

Melalui pendidikan (di rumah, sekolah dan masyarakat) akan

melahirkan terbentuknya kepribadian seseorang. Sedang kepribadian

pada hakikatnya adalah gejala sosial dimana manusia bertempat

tinggal. Olehnya itu, salah satu sasaran sosiologi pendidikan adalah

memeperhatikan keseluruhan lingkungan budaya sebagai tempat

seseorang mengorganisasikan pengalamannya.

Berdasarkan hal tersebut maka yang menjadi fokus kajian

dalam tulisan ini yaitu deskripsi sosiologi pendidikan, pengertian

sosiologi, dan tujuan sosiologi pendidikan.

II. PEMBAHASAN

A. Deskripsi Sosiologi Pendidikan

Sebelum dikemukakan pengertian sosiologi pendidikan terlebih

dahulu dikemukakan deskripsi secara singkat lahirnya sosiologi

pendidikan itu. Sosiologi pada garis besarnya terbagi dua yaitu

sosiologi murni dan sosiologi terapan. Sosiologi murni selalu

melakukan sesuatu penyelidikan demi ilmu pengetahuan tanpa

memikirkan bagaimana akhirnya ilmu pengetahuan itu digunakan

nantinya. Sedang sosiologi terapan hanya mengandalkan ilmu

pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh sosiologi murni dengan

harapan dapat menggunakan ilmu pengetahuan tersebut untuk

membantu memecahkan problema-problema sosial.6 Sebagai contoh

sosiologi murni selalu mencari dasar-dasar penyebab munculnya

sesuatu permasalahan-permasalahan sosial (huru-hara atau kerusuhan,

4 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan (Cet. II; Jakarta : Bumi Aksara,1999),

h. 10.

5 Ibid.

6 Bruce J. Cohen, Theory and Problems of introduction to Sociology alih

bahasa Sahat Simamora (Cet. II ; Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h. 37.

Page 4: Sosiologi Pendidikan

Volume I Nomor 1, Oktober 2012 21

rasial dan lain-lain) untuk dipelajari. Sedang sosiologi terapan hanya

berusaha menggunakan ilmu pengetahuan yang telah tersedia untuk

mencegah terjadinya permasalah-permasalahan sosial tersebut.

Sosiologi pendidikan termasuk sosiologi terapan ia

berorientasi pada interaksi edukatif antara individu dan kelompok

dalam masyarakat dengan maksud mengatasi atau menanggulangi

berbagai persoalan edukatif. Misalnya, antara lain kenakalan remaja

dan problema keluarga, sebab sosiologi mempelajari unsur-unsur

kemasyarakatan secara keseluruhan.

Pernyataan tersebut dipahami bahwa sosiologi pendidikan

merupakan implementasi dari sosiologi murni. Jika diperhatikan latar

belakang munculnya sosiologi maka diperoleh informasi bahwa

sosiologi adalah cabang ilmu sosial yang usianya masih muda. Istilah

sosiologi untuk pertama kalinya digunakan oleh Auguste Comte,

seorang ahli filsafat kebangsaan Prancis. Pada tahun 1838 terbitlah

bukunya yang berjudul ” Positive Philosophy ” olehnya itu, tokoh ini

lazim dikenal sebagai bapak sosiologi.7

Beberapa sumbangan penting Comte terhadap sosiologi antara

lain :

1. Ia mengatakan bahwa ilmu sosiologi harus didasarkan pada

pengamatan, perbandingan, eksprimen, dan metode historis

secara sistematis.

Objek yang dikaji berupa fakta dan objektif serta bermanfaat

kepada kepastian dan kecermatan.

2. Ia menyumbangkan pemikiran yang mendorong perkembangan

sosiologi yang dikenal dengan hukum kemajuan manusia atau

hukum tiga jenjang (jenjang teologi, jenjang metafisika dan

jenjang positif). 8

Comte memperkenalkan metode positif sehingga ia dianggap

sebagai perintis positivisme. Karena dalam pandangannya sosiologi

harus merupakan ilmu yang sama ilmiahnya dengan ilmu

pengetahuan alam.

Pada periode berikutnya muncullah ilmu-ilmuan yang

memfokuskan pengertian yang membahas masalah-masalah sosial

atau kemasyarakatan seperti Herbart Spencert, berasal dari Inggris.

Pada tahun 1876 mengembangkan suatu teori yang diberi nama

evolusi sosial. Pada tahun 1883 seorang yang berasal dari Amerika

yang bernama Lester Word menerbitkan sebuah buku yang berjudul

”Djnamic Sociology”. Dalam buku itu menganjurkan suatu kemajuan

sosial melalui aksi sosial. Pada tahun 1895 Emile Durkheim ( salah

7 Basrowi, Pengantar Sosiologi (Cet.I, Bogor ; Galia Indonesia, 2005), h. 3.

8 Ibid.

Page 5: Sosiologi Pendidikan

22 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

seorang pelopor terkemuka dalam pengembangan sosiologi )

menerbitkan buku yang berjudul ”Rules of Sociologycal Metod” dan

masih banyak tokoh-tokoh yang lain yang mengemukakan teori-teori

sosiologi.9

Pada tahun 1890-an mata pelajaran sosiologi mulai diajarkan

di berbagai universitas di Amerika. Pada awal abad ke-20 sosiologi

mempunyai peranan penting dalam pemikiran pendidikan sehingga

lahirlah sosiologi pendidikan sebagaimana akhir abad ke-19 psikologi

mempunyai pengaruh besar dalam dunia pendidikan, sehingga

lahirlah suatu disiplin ilmu baru yaitu psikologi pendidikan.10

E.H. Wilds dalam Abu Ahmadi mengatakan sosiologi

pendidikan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan

komplementer bagi pemkiran pendidkan. Sosiologi pendidikan

memandang segala pendidikan dari sudut struktur sosial masyarakat.

Sedang psikologi pendidikan memandang gejala pendidikan dari

sudut perkembangan pribadi.11

Selanjutnya dikatakan tugas

pendidikan menurut sosiologi adalah memelihara kehidupan dan

mendorong kemajuan masyarakat. Pada umumnya kaum pendidik

dewasa ini memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat

sosialistis dari pada individualistis.12

Sosiologi pendidikan dalam perjalannya mengalami pasang

surut, karena ada yang menganggap bahwa sosiologi pendidikan itu

adalah sub pembahasan dalam sosiologi. Sebelum berakhir perang

dunia ke-2 sosiologi pendidikan menghilang karena tidak dianggap

urgen lagi untuk dipelajari di lembaga pendidikan tenaga

kependidikan Amerika Serikat.13

Setelah selesai perang dunia ke-2 perkembangan masyarakat

berubah secara drastis. Masyarakat dunia menghendaki adanya

perubahan dalam menyahuti berbagai perkembangan dan kebutuhan

baru terhadap penyesuaian perilaku lembaga pendidikan dalam

menyikapi perlunya dimensi pendidikan menjadi instrumen

terpenting dalam memajukan masyarakat. Karena itu, sosiologi

pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu dimunculkan kembali sebagai

9 George Ritzer-Douglas J. Goodman, Modern Sociologycal Theory alih

bahasa Ali Mandan dengan judul Teori Sosiologi Modern (Cet. IV, Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 16.

10 Abu Ahmadi Sosiologi Pendidikan (Cet.I ; Jakarta : Rineka Cipta, 1991),

h.1.

11 Ibid.

12 Ibid.

13 Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan (Cet.I; Jakarta ; Ciputat Press,

2004), h. 4.

Page 6: Sosiologi Pendidikan

Volume I Nomor 1, Oktober 2012 23

dari bagian ilmu penting di lembaga pendidikan tenaga kependidikan

(LPTK).14

Pernyataan tersebut dipahami bahwa sosiologi pendidikan

adalah sesuatu disiplin ilmu yang sangat urgen dalam membantu

memcahkan berbagai masalah sosial dalam masyarakat. Masalah-

masalah sosial ini dialami oleh dunia pendidikan dewasa ini. Di

Indonesia misalnya berbagai permasalahan sosial yang dihadapi

pemerintah cukup kompleks di antaranya permasalah pendidikan

ditengah-tengah masyarakat yaitu pengembangan SDM dan segala

sarana dan prasarana yang mendukungnya.

B. Pengertian Sosiologi Pendidikan

Sosiologi pendidikan terdiri atas dua kata yaitu sosiologi dan

pendidikan. Kedua istilah ini dari segi etimologi tentu berbeda

maksudnya namun dalam sejarah hidup dan kehidupan serta budaya

manusia sehingga kedua istilah ini menjadi satu kesatuan yang tak

terpisahkan.15

Terutama dalam sistem pemberdayaan manusia sampai

saat ini, pendidikan dimanfaatkan sebagai instrumen pemberdayaan

manusia. Sosiologi di lihat dari segi pengertian terminologi para ahli

pendidikan dan ahli sosiologi telah berusaha untuk memberikan

definisi sosiologi pendidikan, walaupun definisi tentang sosiologi

pendidikan itu belum mencakup secara keseluruhan makna sosiologi

pendidikan. Para ahli telah mengemukakan pengertian antara lain:

1. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk

mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk

memperoleh perkembangan indvidu yang lebih baik. 16

2. F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi

pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan

hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk

mendapatkan serta mengorganisasi pengalamannya.17

3. Charles A. Ellwood, sosiologi pendidikan adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari hubungan-hubungan antara semua

pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial18

4. W. Dodson mengatakan sosiologi pendidikan adalah ilmu yang

mempersoalkan pertemuan dan percampuran daripada lingkungan

14

Ibid., h 5.

15 Ibid., h 1.

16 S. Nasution, op.cit, h. 2.

17 Muhyi Batubara, op.cit., h.3.

18 Abu Ahmadi, op.cit, h.7.

Page 7: Sosiologi Pendidikan

24 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

sekitar kebudayaan secara totalitas maka terbentuklah tingkah laku

dan sekolah dianggap sebagian daripada total cultural milieu.19

Berdasarkan pengertian sosiologi pendidikan yang dikemuka-

kan oleh para ahli tersebut kelihatannya terjadi perbedaan namun pada

hakikatnya memiliki pandangan yang sama bahwa manusia sebagai

makhluk sosial membutuhkan pendidikan melalui proses interaksi

antara individu dan kelompok antara kelompok dan kelompok dalam

masyarakat, kemudian terbentuklah perubahan dalam masyarakat. Di

dalam proses interaksi yang melibatkan guru, peserta didik dan remaja

terjadilah proses sosialisasi. Sosialisasi merupakan suatu kegiatan

yang bertujuan agar pihak yang dididik mematuhi kaedah-kaedah dan

nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Soerjono Soekanto mengatakan di dalam proses sosialisasi

khususnya yang tertuju pada anak dan remaja, terdapat berbagai pihak

yang mengaku berperan. Pihak-pihak tersebut dapat disebut sebagai

lingkungan-lingkungan sosial tertentu dan pribadi-pribadi tertentu.20

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan, di dalamnya

terjadi proses interaksi sosial antara guru, peserta didik dan staf

administrasi yang saling mempengaruhi sehingga terbentuklah

perilaku-perilaku sosial, yang berbeda antara rumah tangga dan

masyarakat. Hasan Langgulung mengatakan sekolah merupakan

Institusi formal untuk belajar, mengharuskan sejumlah persyaratan

kepada pendidikan. Akibatnya, belajar di sekolah sangat berlainan

dengan yang berlaku di dalam keluarga, dalam teman-teman sebaya

atau dalam komunitas.21

Jadi, pendidikan dalam pengertiannya yang

sangat luas dapat dianggap sebagai suatu proses sosialisasi yang

dilalui seseorang untuk mempelajari cara hidupnya. Ia adalah suatu

proses yang berkesinambungan semenjak lahir sampai mati.22

Dimensi sosial pendidikan menitikberatkan pada pembicaraan

antara lain:

1. Fungsi–fungsi sosial yang dimainkan oleh pendidikan yang

berlaku di sekolah. Misalnya pewarisan budaya dari generasi tua ke

generasi muda. Ini berlaku pada masyarakat.

2. Asas sosial yang mempengaruhi pendidikan adalah ciri-ciri

budaya yang dominan pada kawasan-kawasan tertentu di mana

sekolah itu berada. Biasanya mempengaruhi antara lain klas sosial,

19

Ibid., h.8.

20 Soerjono Soekanto, op. cit., h.494

21Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Cet.II; Jakarta:Pustaka

Al-Husna,1992), h.17

22 Ibid.

Page 8: Sosiologi Pendidikan

Volume I Nomor 1, Oktober 2012 25

etnis, ras, dan status sosioekonomi. Misalnya pesantren di Indonesia

dan kuttab di negeri Arab.

3. Aspek sosial yang memainkan peranan pendidikan adalah faktor

organisasi dari segi birokrasi. Disamping itu juga guru, staf

administrasi, bimbingan orang tua, dan teman-teman sebaya besar

pengaruhnya dalam pelaksanaan pendidikan.23

Dimensi sosial pendidikan tersebut dapat dipahami, bahwa

sitem apapun yang digunakan selalu dipengaruhi oleh berbagai

kecenderungan dan kekuatan sosial, budaya, spiritual, ekonomi, dan

politik.

Sehubungan hal tersebut Abu Ahmadi mengatakan bahwa

sosiologi pendidikan tidak hanya berbicara tentang lembaga-lembaga

pendidikan formal, tetapi juga lembaga-lembga lainnya misalnya

keluarga, kelompok permainan, lembaga agama (masjid, gereja,

wihara dan sebagainya) dan media lainnya bahkan sampai kepada

cerita-cerita rakyat.24

Pernyataan tersebut memberikan ketegasan bahwa sosiologi

pendidikan bahasan-bahasannya selalu mengikuti perkembangan atau

perubahan yang terjadi ditengah masyarakat.

Ibnu Khaldun salah seorang bapak sosiologi (1332- 1406)

dalam Robert H. Lauer mengatakan hukum perubahan itu berlaku

pada tingkat kehidupan masyarakat (bukan pada tingkat idividual).

Karena itu, meskipun kehidupan idividual bukan merupakan poin dari

kekuatan historis sangat besar itu, individu itupun tak mampu

menjauhkan diri dari hambatan-hambatan yang ditimpakan atas

perlakuannya oleh hukum-hukum masyarakat.25

Apa yang dikatakan Khaldun tersebut dapat dipahami

kekuatan sosial sangat besar, mampu mengubah segala keadaan.

Misalnya saja di Indonesia penguasa orde baru yang didukung oleh

militer dan organisasi politik tertentu, dapat dilenserkan oleh

kekuatan sosial dalam masyarakat. Khaldun membangun teorinya

dengan mengatakan manusia adalah makhluk sosial. Selanjutnya ia

mengatakan sifat sosial manusia berasal dari kenyataan bahwa untuk

menolong dirinya sendiri dalam aktivitas yang diperlukan untuk

mempertahankan hidupnya, manusia harus menyandarkan diri kepada

orang lain. Misalnya membangun sekolah, mesjid dan sebagainya26

Ini

23

Ibid., h.19.

24 Abu Ahmadi, op. cit., h.8.

25 Robert H. Lauer, Perspectives on social Change, alih bahasa Alimandan

dengan judul Perspektif Tentang perubahan Sosial (Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta,

1993), h. 12.

26 Ibid.

Page 9: Sosiologi Pendidikan

26 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

berarti bahwa tiada orang yang secara mutlak mampu memenuhi

kebutuhan hidupnya sendiri tanpa melalui usaha kerjasama dengan

manusia lain.

Barlow dalam Muhibbin Syah mengatakan bahwa sebahagian

besar yang dipelajari manusia terjadi melalui peniruan dan penyajian.

Misalnya perilaku (modeling). Dalam hal ini peserta didik belajar

mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau

sekelompok orang mereaksi atau merespon sebuah stimulus itu.

Peserta didik ini juga dapat mempelajari respon-respon baru dengan

cara pengamatan terhadap perilaku. Contoh dari orang lain misalnya

guru atau orang tuanya.27

Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku

sosial sebagai hasil pengamatan terhadap model atau perilaku

tergantung kepada siapa yang menjadi model. Maksudnya semakin

piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas

peniruan perilaku sosial dan moral peserta didik itu. Jadi, jelas bahwa

manusia adalah makhluk sosial tidak dapat hidup tanpa ketergantungan

orang lain.

Para ahli yang mengikuti aliran sosiologi menganggap bahwa

perkembangan adalah proses sosiologi. Misalnya anak manusia mula-

mula bersifat pra-sosial kemudian dalam perkembangannya sedikit

demi sedikit disosialisasikan.

Badwin dalam Sumadi mengatakan, setidak-tidaknya ada dua

macam peniruan pada anak yaitu: nondeliberate imitation (anak

meniru gerakan-gerakan sikap orang dewasa) dan deliberate imitation

(anak-anak bermain peran sosial misalnya menjadi ibu, penjual koran,

penjual baju dan lain-lain)28

Selanjutnya ia mengatakan proses

peniruan itu terjadi pada tiga taraf:

1. Taraf proyektif. Pada taraf ini anak mendapatkan kesan

mengenai model yang ditiru.

2. Taraf subyektif. Pada taraf ini anak cenderung untuk mengikuti

gerakan atau sikap model yang ada di sekitarnya.

3. Taraf ejektif. Pada taraf ini anak menguasai hal yang ditirunya,

dimengerti bagaimana ia bergaul dengan temannya atau masyarakat

sekitarnya dan sebagainya.29

Tujuan imitasi anak tersebut tiada lain adalah penyesuaian

tingkah laku dan perbuatan anak dengan norma-norma sosial. Ini juga

berarti terjadi proses sosialisasi terhadap anak.

27

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet.I; Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2006) h. 107.

28 Sumadi Suryaberata, Psikologi pendidikan (Cet.VI: Jakarta:Grafindo

Parsada, 1993), h.183-4.

29 Ibid.

Page 10: Sosiologi Pendidikan

Volume I Nomor 1, Oktober 2012 27

C. Tujuan Sosiologi Pendidikan.

Berbicara tentang tujuan pendidikan, tentu tidak dapat

terlepas dari tujuan hidup yaitu tujuan hidup manusia. Sebab

pendidikan hanyalah salah satu instrumen yang digunakan oleh

manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagi makhluk

individu maupun sebagai makhluk sosial. Manusia dalam upayanya

memelihara kelanjutan hidupnya mewariskan berbagai nilai-nilai

budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian

masyarakat dapat hidup terus.

J. Dewey dalam Uyoh Sadullah mengatakan kelangsungan

hidup terjadi self renewal. Kelangsungan self renewal inipun terjadi

karena pertumbuhan, karena pendidikan yang diberikan kepada anak-

anak dan para pemuda di masyarakat. Masyarakat meneruskan,

menyelamatkan sumber dan cita-cita masyarakat.30

Selanjutnya

dikatakan tujuan pendidikan harus dihasilkan dari situasi kehidupan di

sekeliling anak dan pendidik harus fleksibel dan mencerminkan

aktivitas bebas.31

Kingsley Price mengatakan tujuan pendidikan itu adalah suatu

kehidupan yang baik. Kehidupan yang baik dapat dimiliki, baik oleh

individu maupun masyarakat.32

Menurut faham ini masyarakat pada

hakikatnya adalah terbaik. Namun yang dianggap baik adalah

masyarakat yang demokratis, karena memberi kesempatan sama untuk

setiap pekerjaan, tidak mengenal adanya stratifikasi sosial. Kesamaan

kesempatan merupakan jaminan bahwa setiap orang akan dapat

mengambil bagian dalam melaksanakan segala aktivitas dalam

masyarakat.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dipahami bahwa sosiologi

pendidikan memegang peranan penting dalam mengamati perubahan

sosial dilihat dari segi edukatif.

S. Nasution mengatakan bahwa sosiologi pendidikan memiliki

beberapa konsep tujuan di antaranya sebagai berikut:

1. Analisis proses sosialisasi

2. Analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat

3. Analisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dan

masyarakat

4. Alat kemajuan dan perkembangan sosial

30

Uyo Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan (Cet. III; Bandung:

Alfabeta, 2006), h.127.

31 Ibid., h.129.

32 Ibid.

Page 11: Sosiologi Pendidikan

28 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

5. Dasar untuk menetukan tujuan pendidikan

6. Sosiologi terapan dan

7. Latihan bagi petugas pendidikan33

Kosep tujuan sosiologi pendidikan tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan masyarakat dalam pendidikan merupakan proses

sosialisasi yang dapat dijadikan media oleh individu untuk dapat

berinteraksi dengan tepat di dalam masyarakat. Sosiologi pendidikan

sebagai alat untuk menganalisis tujuan pendidikan secara objektif.

Olehnya itu, sosiologi pendidikan akan menganalisis masyarakat dan

kebutuhannya. Hasil analisisnya disampaikan kepada setiap orang

sebagai anggota masyarakat agar dapat menyesuaikan diri dengan

pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul di

tengah masyarakat. Fenomena itu adakalanya bersifat negatif dan

adakalnya bersifat positif. Mengapa terjadi demikian? Maka yang

dapat menjawab adalah sosiolgi pendidikan. Sebab pendidikan

tugasnya menganalisis dan memberi informasi tentang perubahan

dalam masyarakat apakah itu positif atau negatif, apkah harus terjadi,

kalau memang harus terjadi, maka tentu ada jalan keluarnya atau

solusinya untuk mengatasi hal-hal yang bersifat negatif, dan hal yang

bersifat positif dipertahankan. Sebagai contoh di Indonesia fenomena

sosial yang bersifat negatif terjadi di antaranya munculnya berbagi

aksi atau demonstrasi yang tidak terarah dan meresahkan masyarkat

seperti demo buruh, demo pemilukada, demo mahasiswa. Tentu hal

tersebut terjadi karena adanya ketimpangan di dalam kelompok

masyarakat dan masyarakat merasa dirugikan dan diabaikan.

Sehubungan hal tersebut, Abu Ahmadi mengatakan tujuan

sosiologi pendidikan di Indonesia, yaitu:

1. Berusaha memahami peranan sosiologi dari kegiatan sekolah

terhadap masyarakat. Sekolah harus dapat menjadi teladan di dalam

masyarakat di sekitarnya, bahkan lebih luas atau perkataan lain

mengadakan sosialisasi intlektual untuk memajukan kehidupan di

dalam masyarkat.

2. Untuk memahami seberapa jauh membina kegiatan sosial

peserta didiknya untuk mengembangkan keperibadiannya.

3. Untuk mengetahui pembinaan idiologi pancasila dan kebudayaan

nasional Indonesia di lingkungan pendidikan dan pengajaran.

4. Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan masyarakat

sekitarnya, agar pendidikan mempunyai kegunaan peraktis di dalam

masyarakat

5. Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat

33

S. Nasution, op. cit., h. 2-4.

Page 12: Sosiologi Pendidikan

Volume I Nomor 1, Oktober 2012 29

6. Untuk memberi kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu

pendidikan.34

Muhyi Batubara mengatakan tujuan sosiologi pendidikan pada

dasarnya adalah untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian

tujuan pendidikan secara keseluruhan.35

Ary mengatakan sosiologi

pendidkan bertujuan untuk menentukan pendidikan. Sejumlah pakar

berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan

dapat dipulangkan kepada falsafah hidup bangsa tersebut.36

Misalnya

Indonesia falsafat hidupnya adalah pancasila maka tujuan

pendidikannya harus sesuai dengan falsafah hidup negara itu.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 thn 2003

pasal 1 ayat 1 dikatakan pendidikan adalah usha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya pasal 3 dikatakan bahwa

pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan

YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.37

Untuk mewujudkan pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang

memperhatikan tahap perkembangan masyarakat dan peserta didik serta

kesesuain dengan lingkungan dan kebutuhan pembangunan nasional.38

Lembaga pendidikan yang bertanggung jawab mengoperasional-

kan kurikulum tersebut adalah lembaga pendidkan formal dengan

menyesuaikan dengan jenjang pendidkan.

Perlu dipahami bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional tersebut tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga

non formal dan informal. Olehnya itu, sosiologi pendidikan bertujuan

menganalisis proses sosialisasi anak, baik di dalam rumah tangga,

sekolah maupun di masyarakat serta kemajuan sosial. Banyak pakar

yang beranggapan bahwa pendidikan memberi kemungkinan yang

34

Abu Ahmadi, op. cit., h. 11.

35 Muhyi Batubara, op.cit., h.11.

36 Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Cet.I; Jakarta : Renikacipta,

2000), h. 52.

37 Republik Indinesia,"Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

SISDIKNAS (Cet.IV; Jakarta : Sinar Grafika, 2007), h.2 & 5.

38 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan (Cet. II; Jakarta : Renika Cipta,

2001),h.30.

Page 13: Sosiologi Pendidikan

30 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

besar bagi kemajuan masyarakat. Pernyataan ini benar, karena

semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat semakin sejahteralah

masyarakat itu.

E.G. Payne mengatakan sosiologi pendidikan bertujuan utama

memberikan kepada guru (siapapun yang terkait dalam bidang

pendidikan) latihan yang efektif dalam bidang sosiologi, sehingga

dapat memberikan kontribusinya secara cepat dan tepat kepada

masalah pendidikan.39

Menurut Payne tersebut bahwa sosiologi

pendidikan tidak hanya menyoroti dengan proses belajar dan

sosialisasi, tetapi juga segala sesuatu dalam pendidikan dapat

dianalisis sosiologis, seperti sosiologi yang digunakan untuk

meningkatkan metode mengajar yaitu di antaranya metode sosio

drama, role playing.

Dengan memperhatikan analisis tujuan sosiologi pendidikan

yang dikemukan para ahli tersebut maka dapat ditarik konkulusi,

bahwa sosiologi pendidkan memberi manfaat yang besar terutama

para pendidik yang menganalisis hubungan antara manusia di sekolah

dan struktur masyarakat serta hal-hal yang berhubungan kelancaran

proses pendidikan di sekolah, seperti pencapaian tujuan pendidikan,

kurikulum, strategi pembelajaran, sarana dan prasarana pendidikan. Di

sampng itu, juga memberi manfaat untuk menganalisis hubungan

manusiawi di dalam keluarga, perusahan, agama, politik, masyarkat,

dan sistem hubungan sosialnya.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Sosiologi pendidikan lahir dari pemikiran sosiologi sekitar abad ke

20. Kelahirannya sangat dibutuhkan oleh pakar pendidikan setelah

melihat perubahan sosial yang sangat drastis yang terjadi di

tengah masyarakat khususnya di Eropa dan Amerika. Kelahiran-

nya dimaksudkan untuk memelihara kehidupan dan mendorong

kemajuan masyarakat, karena pada umumnya pakar pendidikan

memandang tujuan akhir pendidikan lebih bersifat sosialistis

daripada individualistis.

2. Berdasar lahirnya sosiologi pendidikan tersebut, maka pengertian

sosiologi pendikan yaitu suatu analisis ilmiah atas proses sosial dan

pola-pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan, baik dalam

jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.

3. Sosiologi pendidikan memiliki beberapa konsep tujuan di

antaranya:

39

Ary H. Gunawan, op. cit., h. 52

Page 14: Sosiologi Pendidikan

Volume I Nomor 1, Oktober 2012 31

a. Menganalisis proses sosialisasi anak baik dalam keluarga, di

sekolah maupun di masyarakat

b. Menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial

c. Menganalisis status pendidikan dalam masyarakat

d. Menganalisis partisipasi para orang terdidik dalam kegiatan

sosial

e. Menentukan tujuan pendidikan, kurikulum pendidikan, sarana

dan prasarana pendidikan

f. Memberi kontribusi kepada para pendidik dan para penentu

kebijakan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan. Cet.I ; Jakarta : Rineka Cipta,

1991

Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan

Sekolah dan Keluarga. Cet. I; Jakarta : Bulan Bintang, 1975

Basrowi, Pengantar Sosiologi. Cet.I, Bogor ; Galia Indonesia, 2005

Batubara, Muhyi, Sosiologi Pendidikan. Cet.I; Jakarta; Ciputat Press,

2004

Cohen, Bruce J. Theory and Problems of introduction to Sociology

alih bahasa Sahat Simamora. Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta,

1992

Gunawan, Ary H. Sosiologi Pendidikan. Cet.I; Jakarta: Renikacipta,

2000

Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Cet. II; Jakarta: Renika Cipta,

2001

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Cet. II; Jakarta:

Pustaka Al- Husna, 1992

Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara,

1999

Ritzer, George, Douglas J. Goodman. Modern Sociologycal Theory

alih bahasa Ali Mandan dengan judul Teori Sosiologi Modern.

Cet. IV, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007

Republik Indinesia,"Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003

Tentang SISDIKNAS. Cet.IV; Jakarta: Sinar Grafika, 2007

Page 15: Sosiologi Pendidikan

32 Sosiologi Pendidikan (Analisis Pengertian dan Tujuannya)_Syahruddin Usman

Lauer, Robert H. Perspectives on social Change, alih bahasa

Alimandan dengan judul Perspektif Tentang Perubahan Sosial.

Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 1993

Sadullah, Uyo. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet. III; Bandung:

Alfabeta, 2006

Soekanto, Soedjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Cet. XXV; Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1998

Suryaberata, Sumadi. Psikologi pendidikan. Cet.VI: Jakarta:Grafindo

Parsada, 1993

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Cet.I; Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2006