tugas sei kelompok
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran bisa
dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang
memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada
kedua sisi. Misalnya, sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat
tergantung pada ada atau tidaknya perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang
memilikinya.
Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak
dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan
anggaran perusahaan banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan
produk, yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan
pertumbuhan ekonomi.
Sementara di sisi lain, kebijakan anggaran atau fiskal untuk membiayai
pembangunan tersebut menghadapi kendala. Persoalannya adalah kesulitan dalam
pembentukan modal, baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yang
berasal dari ekspor barang ke luar negri maupun dari masyarakat melalui
instrumen pajak dan instrumen lembaga-lembaga keuangan. Untuk mencukupi
kekurangan sumber daya modal ini, maka pemerintah negara yeng bersangkutan
berusaha untuk mendatangkan sumber daya modal dari luar negri melalui
berbagai jenis pinjaman.
Pada masa krisis ekonomi, utang luar negeri Indonesia, termasuk utang
luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis. Sehingga menyebabkan
pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negri yang baru untuk
membayar utang luar negeri yang lama.
1Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah makalah yang telah dirumuskan oleh kelompok
kami mengenai APBN, kebijakan fiskal dan utang luar negeri adalah sebagai
berikut :
1. Menguraikan Deskripsi APBN
2. Kebijakan Anggaran / fiskal Negara
3. Proses Terjadinya Pengeluaran APBN
4. Utang Luar Negri Indonesia
5. Utang Luar Negri Sebagai sumber pembiayaan pembangunan Negara
6. Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Pembangunan Nasional
1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menjelaskan,
menjawab, dan menguraikan tentang APBN, kebijakan fiskal dan utang
luar negeri secara umum.
1.3.2 Tujuan
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui
jumlah keseluruhan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui uraian Deskripsi APBN
2. Untuk mengetahui Kebijakan Anggaran / fiskal Negara
3. Untuk mengetahui Proses Terjadinya Pengeluaran APBN
4. Untuk mengetahui Utang Luar Negri Indonesia
5. Untuk mengetahui Utang Luar Negri Sebagai sumber pembiayaan
pembangunan Negara
6. Untuk mengetahui Dampak Utang Luar Negeri Terhadap
Pembangunan Nasional
2Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
1.4 Metode Penulisan
dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library Research) yaitu suatu metode pengumpulan data yang
diperoleh dari buku-buku, diktat-diktat, jurnal dan literatur-literatur serta
informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.
3Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
2.1 Teori
2.1.1 Pengertian APBN
Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan undang – undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar – besarnya kemakmuran
rakyat.
Pasal 23 Ayat (2) UUD 1945, Rancangan Undang – Undang
Angaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk
dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
2.1.2 Tujuan APBN
Kebijakan ekonomi Indonesia pada dasarnya merupakan
kesinambungan dari kebijakan tahun – tahun sebelumnya. Kebijakan
ekonomi ditujukan untuk memperkuat fundamental ekonomi yang sudah
membaik dan mengantisipasi berbagai tantangan baru yang mungkin
timbul. Sasaran kebijakan ekonomi adalah menjaga stabilitas ekonomi dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi yang baik
dapat menyerap lebih besar tenaga kerja sehingga mengurangi kemiskinan.
Oleh karena itu APBN dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
pengendali tingkat inflasi. Jumlah penerimaan dan pengeluaran APBN
harus digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara dan
masyarakat.
4Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
2.1.3 Fungsi APBN
a. Fungsi Otorisasi
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan
dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian,
pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.
b. Fungsi Alokasi
Pemerintah harus membagikan pendapatan yang telah diterima ke
pos – pos belanja yang telah ditetapkan di dalam APBN.
Pengalokasian tersebut penting artinya bagi keberhasilan
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
c. Fungsi Perencanaan
Dengan APBN, pemerintah dapat merencanakan untuk
menciptakan dan meningkatkan kemakmuran rakyat. Misalnya
pembangunan jalan untuk memperlancar kegiatan ekonomi
masyarakat atau negara serta dapat merencanakan pembangunan
infrastruktur lainnya dengan anggaran yang ada.
d. Fungsi Distribusi
Pendapatan negara tidak semuanya akan dibelanjakan untuk
membangun sarana dan prasarana umum. Sebagian akan
dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk dana pensiun
(transfer payment) dan dapat juga berupa subsidi/bantuan.
e. Fungsi Stabilisasi
Anggaran pemerintah akan menjadi alat untuk memelihara dan
selalu mengupayakan keseimbangan pokok perekonomian.
f. Fungsi Pengawasan
APBN menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan telah sesuai denga ketentuan yang
ditetapkan. Dengan demikian penyusunan APBN memudahkan
rakyat untuk menilai tindakan pemerintah dalam menggunakan
uang negara.
5Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
2.1.4 komponen – komponen APBN
APBN mempunyai dua komponen besar yaitu :
1. Anggaran pendapatan Negara terdiri dari :
a. Pajak
b. Retribusi
c. Royalti
d. Bagian laba BUMN
e. Dan berbagai pendapatan non-pajak lainnya.
2. Anggaran pengeluaran pemerintah Pusat terdiri dari :
a. Pengeluaran pemerintah pusat
b. Pengeluaran pemerintah daerah
2.1.5 Prinsip-prinsip Dalam APBN
1. Prinsip Anggaran APBN
2. Prinsip Anggaran dinamis
3. Prinsip Anggaran Fungsional
Sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang dalam
menyusun APBN. APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit.
a. Prinsip Anggaran Defisit
Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran
defisit ditentukan :
· Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan
sebagai sumber pembiayaan.
· Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber
pembiayaan LN (bersih)
6Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
* Anggaran Defisit
PNH – BN = DA
DAP = AP – TP
PbDN = PkDN + Non-Pk DN
PbLN = PPLN – PC PULN
Keterangan :
PNH = pendapatan negara dan hibah
BN = belanja negara
DA = defisit Anggaran
PbDN= pembiayaan DN
PkDN= Perbankan DN
Non-PkDN = Non-Perbankan DN
PbLN= pembiayaan LN
PPLN= penerimaan pinjaman LN
PCPULN = pembayaran cicilan pokok Utang luar Negeri
BLN = bantuan luar negeri
* Anggaran Berimbang
PDN – PR = TP
DAP = AP – TP
Keterangan :
PDN = Pendapatan DN
7Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
PR = Pengeluaran Rutin
TP = Tabungan Pemerintah
DAP = Defisit Anggaran Pembangunan
AP = Anggaran Pembangunan
b. Prinsip Anggaran Dinamis
Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif.
· Anggaran bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah
(TP) dari tahun ke tahun terus meningkat.
· Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP
(DTP) terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan
pembangunan dari pinjaman luar negeri terus menurun.
c. Prinsip Anggaran Fungsional
Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya
berfungsi untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran
pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.
· Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai
pelengkap” dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil
sumbangan bantuan/ pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran
pembangunan, maka makin besar fungsionalitas anggaran.
2.1.6 APBN Realisasi versus APBN Revisi
Ada dua versi APBN, yakni APBN realisasi dan APBN revisi.
APBN yang direvisi biasanya disebut APBN- Perubahan (APBN-P).
Revisi bisa dilakukan dengan atau tanpa kebijakan. Realisasi APBN bisa
lebih besar, sama atau lebih kecil dari anggaran, baik anggaran awal atau
anggaran yang telah direvisi. Memang yang penting bagi pemerintah
8Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
adalah setelah dilakukan revisi, defisit anggaran bisa lebih kecil atau
paling tidak bertambah besar, tetapi tentu ini sangat tergantung pada
kondisi perekonomian saat itu yang menjadi alasan utama revisi APBN
atau RAPBN dilakukan. Revisi APBN tidak selalu berarti beban
pemerintah semakin berat, atau pengeluaran dan defisit APBN yang
direvisi tidak harus selalu lebih besar dari anggaran semula, tergantung
penyebab utama dilakukannya revisi dan metode penghitungannya serta
asumsi – asumsi baru yang menjadi dasar revisi.
2.1.7 Pengertian Kebijakan Anggaran/ Fiskal Negara
Kebijakan anggaran (kebijakan fiskal) adalah kebijakan
penyesuaian dibidang pengeluaran dan penerimaan negara untuk
memperbaiki keadaan ekonomi.
Tujuan kebijakan anggaran adalah memperbaiki keadaan ekonomi,
mengusahakan kesempatan kerja, dan menjaga kestabilan harga-harga
secara umum.
2.1.8 Macam-macam kebijakan anggaran/Fiskal
1. Pembiayaan fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa
sehingga tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan
nasional. Tujuan utama adalah meningkatkan kesempatan kerja
(employment). Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan
untuk menigkatkan penerimaan pemerintah, namun untuk mengatur
pengeluaran dari pihak swasta.Untuk menekan inflasi, maka diatasi
dengan kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak dan pinjaman tidak
berhasil, maka tindakan pemerintah adalah mencetak uang. Jadi,
dalam hal ini, sektor pajak dengan pengeluaran pemerintah
terpisah.
9Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
2. Pengelolaan anggaran
Penerimaan dan pengeluaran dengan perpajakan dan pinjaman
adalah paket yang tidak bisa terpisahkan. Dalam penjelasan Alvin
Hansen, untuk menciptakan anggaran yang berimbang, maka
diperlukan resep bahwa jika terjadi depresi, maka ditempuh
anggaran defisit, dan jika terjadi inflasi maka ditempuh anggaran
belanja surplus.
3. Stabilisasi anggaran otomatis
Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terjadi keseimbangan
antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah tanpa adanya
campur tangan langsung pemerintah yang disengaja. Dalam hal ini,
pengeluaran pemerintah ditekan pada asas manfaat dan biaya relatif
dari setiap paket program. Pajak ditetapkan sedemikian rupa
sehingga terdapat anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja
penuh.
4. Anggaran belanja seimbang
Kebijakan anggaran belanja yang dianut masing-masing negara
dapat berbeda-beda, tergantung pada keadaan dan arah yang akan
dicapai dalam jangka pendek dan jangka panjangnya. Berikut
beberapa cara yang dapat ditempuh negara dalam mencapai
manfaat tertinggi dalam mengelola anggaran.
Anggaran berimbang : pengeluaran (belanja) dengan penerimaan
sama.Ø Keadaan seperti ini dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran.
Dalam hal ini, pengeluaran disesuaikan dengan kemampuan.
Anggaran surplus : tidak semua penerimaan negara dibelanjakan.Ø
Sehingga memungkinkan adanya tabungan pemerintah. Anggaran ini tepat
diterapkan saat keadaan ekonomi mengalami inflasi.
Anggaran defisit : anggaran disusun sedemikian rupa sehinggaØ
pengeluaran lebih besar daripada penerimaan. Anggaran ini dapat
mengakibatkan inflasi karena untuk menutup inflasi, pemerintah harus
meminjam atau mencetak uang.
10Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
Budget pada hakikatnya adalah rencana kerja pemerintah yang
akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka – angka
rupiah.
Tugas – tugas pemerintah bukan hanya sebagai lembaga pelayanan
untuk menjaga dan melindungi masyarakat namun juga sebagai pengatur
kegiatan ekonomi dan perdagangan sehingga anggaran (budget) harus
mampu memperkecil pengaruh gejolak pasang surut ekonomi nasional.
2.1.9 Teori kebijakan fiskal
Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas
pertama adalah mengatasi APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya.
Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil daripada
pengeluarannya. Prioritas kedua adalah mengatasi masalah stabilitas
ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain laju pertumbuhan
ekonomi, tingkat atau laju pertumbuhan inflasi, jumlah kesempatan kerja/
penggangguran dan saldo neraca pembayaran. Apabila APBN defisit,
pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk membiayai saldo negatif
tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indoneisa lewat printing money yang
berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat, atau melebihi
pinjaman, baik dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan obligasi,
atau dari luar negeri ( cara yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi
tertutup ). Karena opsi pertama tersebut sangat berisiko terhadap
peningkatan laju inflasi, maka biasanya opsi kedua yang dipilih.
2.1.10 Analisis Empiris dari kebijakan fiskal
Salah satu jalur lewat mana pemerintah bisa mempengaruhi atau
memainkan peran ekonominya adalah lewat kebijakan fiskal. Hal ini
dilakukan dengan menaikkan atau mengurangi pengeluarannya . Oleh
karena itu, dalam menyusun APBN saat ini untuk tahun depan, yang
11Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
berarti untuk mempengaruhi perekonomian nasional tahun depan,
pemerintah harus terlebih dahulu membuat perkiraan- perkiraan mengenai
kondisi perekonomian Indonesia dan global tahun depan. Sebagai ilustrasi
empiris, pentingnya kebijakan fiskal yang ekspansif untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi pada saat ekonomi mengalami kelesuan
(dicerminkan oleh pertumbuhan PDB yang cenderung merosot dan
perubahan harga yang cenderung menurun atau deflasi ).
2.1.11 Proses Terjadinya Pengeluaran APBN
Untuk mengeluarkan APBN, terdapat 3 tahap yang harus dilakukan, yaitu:
1. Penyusunan APBN
Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional atas nama
Presiden mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan
penyusunan APBN. Menteri Keuangan bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin.
Sementara itu Bappenas dan Menteri Keuangan bertanggungjawab
dalam mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja
pembangunan
2. Pelaksanaan APBN
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan
APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.
Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun
anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk
melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU
Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan
APBN dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan
dengan Badan anggaran DPR.
Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam),
Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya.
12Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
3. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN
Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden
menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan
APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
2.1.12 Perkembangan utang luar negeri Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dunia ketiga. Sebelum
terjadinya krisis moneter di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia sejak akhir tahun 1970-an selalu positif serta tingkat
pendapatan per kapita yang relatif rendah, menyebabkan target
pertumbuhan yang relatif tinggi tersebut tidak cukup dibiayai dengan
modal sendiri, tetapi harus ditunjang dengan menggunakan modal
asing.Sejalan dengan semakin meningkatnya kontribusi swasta domestik
dalam pembangunan ekonomi nasional maka peran pemerintah pun
semakin berkurang. Fenomena tersebut akhirnya menyebabkan struktur
utang luar negeri mengalami banyak perubahan. Pada awalnya ULN
indonesia lebih banyak dilakukan oleh pemerintah. Pinjaman tersebut
diterima dalam bentuk hibah. Karena semakin pesatnya pembangunan dan
terbatasnya kemampuan pemerintah maka pinjaman oleh luar negeri
dibatasi.
2.1.13 Penyebab utama : Suatu perspektif teori
Sejak krisis ULN dunia pada awal 1980 -an, masalah ULN yang
dialami oleh banyak NB tidak semakin baik. Banyak NB semakin
terjerumus ke dalam krisis ULN sampai negara – negara pengutang besar
terpaksa melakukan program – program penyesuaian struktural terhadap
ekonomi mereka atas desakan dari Bank Dunia, sebagai syarat utama
untuk mendapatkan pinjaman atau pengurangan terhadap pinjaman lama.
Bahkan Indonesia sudah beberapa kali nyaris terjerumus ke krisis ULN
yang serius sejak era orde lama hingga krisis keuangan Asia 1997 – 1998.
13Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
Pada saat krisis tersebut, Indonesia mendapat bantuan yang besar dari IMF
yang akhirnya bisa dilunasi setelah beberapa tahun kemudian,.
Tingginya ULN dari banyak NB disebabkan terutama oleh tiga
jenis defisit : defisit transaksi berjalan (TB) atau, tanpa melihat komponen
lainnya dari TB, defisit neraca perdagangan atau trade gap , yakni ekspor
lebih sedikit daripada impor, defisit investasi, yakni dana yang dibutuhkan
untuk membiayai investasi dalam negeri lebih besar daripada tabungan
nasional atau domestik, dan defisit fiskal. Dari faktor – faktor tersebut,
defisit TB sering disebut sebagai penyebab utama membengkaknya ULN
dari banyak banyak NB.
2.1.14 Analisis Empiris Utang Luar Negeri (ULN)
Besarnya akumulasi ULN, terutama sangat terasa setelah krisis
ekonomi 1997 – 1998, memaksa pemerintah Indonesia mengatur secara
khusus atau mengubah paradigma soal penanganan PLN di dalam GBHN
tahun 1999-2004, khususnya untuk ULN pemerintah. Sejak itu, kebijakan
fiskal yang menjadi andalan bagi penerimaan pemerintah ditekankan untuk
mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap ULN. Sebagai alternatif
pembiayaannya, pemerintah berusaha agar defisit APBN didanai lewat
penerbitan obligasi atau yang dikenal dengan sebutan SURAT UTANG
NEGARA ( SUN ).
Ketergantungan pemerintah terhadap ULN untuk membiayai
defisit anggarannya memang sangat berbahaya yaitu : ketergantungan
terhadap ULN akan memperbesar defisit APBN, dengan asumsi faktor –
faktor lain tetap tidak berubah, karena pengeluaran untuk pembayaran
pokok dan bunga pinjaman, yang selanjutnya menambah ketergantungan
pada ULN. Banyak Negara miskin di Afrika terjerat ULN persis karena
masalah ini, yakni untuk membayar cicilan dan bunga dari utang yang
sedang berjalan, pemerintah – pemerintah di Negara – Negara tersebut
terpaksa membuat utang baru, karena tidak ada sumber lainnya.
14Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
Adapun kegiatan – kegiatan pokok yang dilakukan untuk
menurunkan beban ULN yakni :
1. pembangunan dengan memakai ULN, yang merupakan selisih
antara pencairan pinjaman baru dan pembayaran pokok utang.
Sejalan dengan peningkatan penerimaan dalam negeri, tingkat
ULN diupayakan menurun setiap tahunnya.
2. Membenahi mekanisme dan prosedur pelaksanaan PLN, termasuk
perencanaan, proses seleksi, pemanfaatan, dan pengawasannya.
ULN pemerintah harus dikelola secara transparan dan selalu
dikonsultasikan dengan DPR dan diatur dengan UU.
3. Memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai dengan prioritas
pembangunan dan dilaksanakan secara transparan, efektif dan
efesien.
4. Mengkaji secara menyeluruh kemampuan setiap proyek dan
mempertajam prioritas pengeluaran anggaran dengan memperkuat
pengawasan yang sistemik, utamanya bagi proyek – proyek yang
5. Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negosiasi PLN untuk
memperoleh jangka waktu dan pola persyaratan yang memudahkan
proses pencairan dan memperingan beban pembayaran.
6. Melakukan restrukturisasi ULN, termasuk permohonan
pemotongan utang dan penjadwalan kembali ULN dengan para
donor secara transparan dan dikonsultasikan dengan DPR. Dalam
upaya restrukturisasi utang, proyek – proyek yang sudah disetujui
pendanaannya namun mengalami hambatan dalam persiapan
pelaksanaannya ataupun kinerja pelaksanaannya sangat buruk
maka proyek – proyek tersebut akan dibatalkan.
15Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
2.2 Kasus dan Pembahasan/Analisa kasus Teori
Contoh kasus diambil dari:
http://m.merdeka.com/uang/penyebab-utang-luar-negeri-indonesia-menumpuk-hingga-rp-2983-t.html
Reporter : Wisnoe Moerti
Rabu, 25 September 2013 06:31:00
Penyebab utang luar negeri Indonesia menumpuk hingga Rp 2.983 T
Indonesia belum bisa lepas dari jerat utang. Data terbaru Bank Indonesia (BI) menunjukkan, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia pada Juli 2013 mencapai 7,3 persen (yoy). Pertumbuhan utang luar negeri ini sedikit mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada Juni 2013 sebesar 8 persen (yoy).
Data yang dilansir BI menunjukkan posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013 tercatat sebesar USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Utang luar negeri Indonesia banyak didominasi utang jangka panjang yaitu sebanyak 82,3 persen. Sedangkan sisanya merupakan utang jangka pendek.
"Dari sisi komposisi valuta, ULN Indonesia sebagian besar bervaluta USD sebanyak 68,2 persen, sedangkan jenis valuta JPY mencapai 12,5 persen dan sisanya terdiri dari berbagai jenis valuta," jelas Hendy di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (24/9).
BI mendapati pertumbuhan utang luar negeri swasta mengalami perlambatan. Utang swasta pada Juli 2013 tumbuh 9,5 persen (yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan pada Juni 2013 yang mencapai 11 persen (yoy). Pada akhir Juli 2013, tercatat utang luar negeri swasta sebesar USD 133,94 miliar.
Bank Dunia sudah mengingatkan negara berkembang untuk mengurangi utang. Direktur Pelaksana Bank Dunia yang juga mantan menteri keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penundaan pemangkasan stimulus moneter oleh bank sentral AS harus dijadikan kesempatan bagi negara berkembang untuk melakukan dua hal. Perbaiki ekonomi domestik dan mengurangi jumlah utang luar negerinya.
"Negara yang sangat tergantung dengan aliran modal asing harus memerkuat neraca utangnya dengan mengurangi ketergantungannya pada utang valuta asing yang berjangka pendek," katanya.
16Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
Masih dari data BI, total utang pemerintah mencapai USD 133 miliar atau Rp 1.435 triliun. Utang pemerintah memang cenderung mendapat sorotan tajam. Bahkan, pemerintah dituding tidak punya niat untuk mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri.
Dari penelitian Lembaga swadaya Indonesia Budget Center (IBC), pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) terlalu tergantung pada pinjaman atau utang. Baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Postur anggaran negara yang selalu defisit dan ditutupi dari pinjaman, seolah menggambarkan rendahnya komitmen pemerintah mengurangi utang. Padahal, sebetulnya peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak dapat mengurangi ketergantungan utang dalam dan luar negeri.
Kritik keras juga datang dari Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Institute for Development of Economics and Finance/INDEF) yang menuding pemerintah doyan menambah utang baru.
Sebenarnya, apa penyebab utang Indonesia, baik swasta maupun pemerintah, menumpuk hingga mencapai Rp 2.983 triliun? merdeka.com mencoba merangkum berbagai analisa mengenai penyebab Indonesia terus menerus mengandalkan utang. Berikut paparannya.
(mdk/noe)
1. Rajin terbitkan obligasi
Kepala divisi riset BEI, Poltak Hotradero menyebutkan, utang perusahaan di Indonesia maupun pemerintah terus tumbuh tinggi. Salah satunya karena rajin menerbitkan obligasi atau surat utang.
Dalam catatan Poltak, pertumbuhan surat utang pemerintah tahun lalu mencapai 72 persen dari USD 53 miliar di 2011 menjadi USD 94 miliar di 2012. Angka ini sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya seperti Malaysia, dan Singapura.
Sementara untuk obligasi korporasi, secara persentase tumbuh sangat tinggi. Mencapai 697 persen. Namun masih kecil jika dilihat dari sisi nominal atau jumlah.
(mdk/noe)
17Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
2. APBN selalu defisit
Membengkaknya alokasi anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) tahun ini, membuat pemerintah terpaksa mengeluarkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) untuk menutupi kekurangan pada anggaran negara.
Anggaran subsidi yang membengkak berpotensi menggelincirkan asumsi defisit menjadi di atas dua persen lebih dari rencana awal 1,65 persen. Melesetnya defisit membuat beban fiskal negara semakin berat. Skema yang diambil untuk menutupi defisit ini ialah dengan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN).?
(mdk/noe)
3. Pendapatan negara rendah
Alasan lain yang kerap disampaikan pemerintah terkait terus tergantung pada utang adalah kontribusi rakyat melalui pembayaran pajak terhadap negara, terbilang kecil. Dengan kata lain, makin besar pajak yang dibayar rakyat, semakin rendah ketergantungan negara terhadap utang.?
Sejak krisis ekonomi global akhir 2008, rasio pajak terhadap PDB nasional belum pernah menyentuh 13 persen. Tahun ini, rasio pajak ditargetkan mencapai 12,86 persen terhadap PDB.
(mdk/noe)
4. Gaji PNS terus naik
Setiap tahun, pemerintah tidak pernah absen menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS). Kebijakan itu dinilai semakin memperbanyak utang Indonesia.
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menyatakan pemerintah dalam menaikkan gaji PNS sangat memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya, setiap gaji PNS naik juga berdampak pada penambahan anggaran seperti untuk dana pensiun dan tabungan hari tua.
Direktur Investigasi dan Advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi mengungkapkan kebutuhan dana yang cukup besar ini biasanya ditutup pemerintah melalui jalur utang.?
"Jadi PNS naik gajinya, negaranya semakin banyak utang. Jadi tidak ada gunanya gaji PNS dinaikkan. Karena menjadi utang APBN kita. Pemerintah siapa yang mau bayar utang ini? Ya kita-kita juga dari pajak," ujar dia saat konferensi pers "STOP Penyimpangan APBN" di Kantor FITRA, Jakarta, Minggu (15/9).
(mdk/noe)
18Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
5. Kebutuhan proyek infrastruktur
Dalam pembangunan sarana dan prasarana negeri ini, pemerintah masih mengandalkan pinjaman dari luar negeri. Salah satu alasannya, anggaran negara tidak bisa sepenuhnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Selama ini pembiayaan infrastruktur dari dana APBN terdapat instrumen utang di dalamnya.
Langkah pengurangan utang ini salah satunya dengan mendorong perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membangun infrastruktur sehingga nantinya pembangunan tidak lagi mengandalkan utang.
2.3 Analisis Studi Kasus Utang Luar Negeri Indonesia
Indonesia tidak pernah bisa lepas dari yang namanya utang luar negeri.
Sejak era Presiden Soekarno Negara kita telah memiliki utang. Namun memang
utang luar negeri yang bebannya masih terasa hingga kini bahkan beberapa tahun
mendatang berasal dari masa era Presiden Soeharto. Soeharto termasuk Presiden
yang begitu mudah berhutang kepada pihak asing. Dengan alibi untuk
permbangunan Indonesia. Memang utang luar negeri itu dilakukan untuk
pembangunan di Indonesia. Akan tetapi sangat begitu membebani Negara. Utang
Luar Negeri itu dibarengi dengan penjualan aset-aset Negara seperti tambang
emas di Papua yang dikelola PT.Freeport dari Amerika Serikat.
Hal tersebutlah yang menjadi titik “fatal” bagi ekonomi bangsa Indonesia.
Dengan kekayaan alam yang melimpah seperti minyak bumi, gas, emas, batu bara
dan lainnya, Indonesia seharusnya mampu membayar utang luar negeri jika itu
tetap dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Namun dengan
privatisasi asing, hal itu menjadi berat bagi Indonesia. Ditambah ketika tahun
1997-1998 Indonesia mengalami krisis moneter. Ini mau tidak mau membuat
pemerintah harus berhutang. Hal ini juga diakibatkan orang-orang di birokrat
Indonesia sudah terlalu leluasa untuk melakukan praktek korupsi. Pemerintah
masa Orde Baru mungkin dianggap berhasil dari segi perkembangan infrastruktur,
namun itu semua berasal hutang. Inilah warisan-warisan yang ditinggalkan dari
masa lalu, yang mana masyarakat Indonesia saat inilah yang terbebani.
19Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
Transaksi utang luar negeri pemerintah telah menjadi bencana bagi
perekonomian nasional ketika terbukti dari akumulasi yang besar dari pembayaran
cicilan pokok dan bunganya. Aliran modal keluar melalui transaksi hutang ini
telah menyebabkan kehilangan kesempatan investasi (opportunity lost) sehingga
daya dorong fiscal secara langsung dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Kebanyakan penerimaan pemerintah dari pajak masuk ke dalam pengeluaran
rutin, yang kebanyakan dipakai untuk membayar utang luar negeri.
Hingga tahun 2013 ini, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013
tercatat sebesar USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Pertumbuhan
utang luar negeri Indonesia pada Juli 2013 mencapai 7,3 persen. Utang luar negeri
Indonesia banyak didominasi utang jangka panjang yaitu sebanyak 82,3 persen.
Banyak faktor yang penyebab dari menumpuknya utang luar negeri ini.
Diantaranya seringnya menerbitkan obligasi, pendapatan negera yang rendah, gaji
PNS yang terus menaik, APBN yang selalu defisit, kebutuhan dalam
pembangunan infrastukur.
Kita lihat dari gaji PNS yang terus naik. Pada tahun 2014 nanti gaji PNS akan
naik 6%. Tentu ini akan cukup memberatkan bagi negara. Gaji PNS selama ini
dibiayai oleh APBN. Sumber APBN ini pun berasal dari rakyat. Jika ini terus
terjadi, maka disaat priorotas dana APBN untuk gaji PNS, dan untuk sector lain
kekurangan, maka pemerintah pasti akan melakukan peminjaman kepada pihak
asing. Ini pula yang mengakibatkan APBN selalu defisit.
Hal-hal tersebut memang sangat berdampak negatif bagi sisi teknis kemampuan
membayar utang luar negeri Indonesia yaitu negative outlaw dan debt service neto
yang melampaui batas wajar. Dampak desain kebijakan utang luar negeri yang
tidak bagus telah menyodok kepada beberapa aspek-aspek non-ekonomi, terutama
kerusakan birokrasi, iklim usaha, perburuan rente, inefisiensi, dan sebagainya.
Kerusakan aspek non-ekonomi ini, baik kelembagaan maupun perilaku aktor-
aktor ekonomi, jauh lebih besar biaya sosialnya daripada aspek ekonomi itu
sendiri. Batas merah DSR (Debt Service Ratio) sebesar 20% telah dilanggar sejak
20Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
lama dilanggar. Sehingga beban pembayaran utang luar negeri ini telah menjadi
penyakit laten bagi ekonomi nasional.
Oleh karena itu, pemerintah harus mampu mengambil kebijakan dalam mengatasi
utang luar negeri yang terus menumpuk ini. Jangan sampai setiap tahunnya
Indonesia harus berhutang sehingga utang luar negeri semakin menumpuk.
Meskipun sudah cukup terlambat, namun tidak ada salahnya salah satu cara
pemerintah adalah melakukan privatisasi nasional aset-aset yang dimiliki pihak
asing. Indonesia harus berani mengambil sikap ini. Karena jangan sampai potensi
alam Indonesia terus dikeruk, dan Indonesia tidak dapat membayar dengan segera
utang luar negerinya. Pemerintah juga harus mampu mengembangkan ekonomi
nasional. Dengan pengembangan ekonomi nasional, diharapkan ekonomi
Indonesia mampu mengalami pertumbuhan yang cepat, dan mampu menjadi
negara pengekspor barang-barang ke luar negeri yang akan menghasilkan
pemasukan bagi negara. Indonesia juga harus melepaskan ketergantungan dari
pihak asing. Pemerintah harus mampu lepas dari “uluran tangan” pihak asing yang
sebenarnya jika dilihat itu malah membuat pemerintah Indonesia merugi.
Utang luar negeri ini memang merupakan sebuah sumber pembiayaan bagi
pembangunan. Namun bila terus berhutang, maka pemulihan ekonomi Indonesia
pasti akan bergerak lambat. Artinya pemerintah harus bisa segera menyelesaikan
utang luar negeri ini secepat mungkin. Budaya berhutang ini harus segera
dihentikan.
Utang Luar Negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan Nasional
Tidak semua negara yang digolongkan dalam kelompok negara dunia
ketiga, atau negara yang sedang berkembang, merupakan negara miskin, dalam
arti tidak memiliki sumberdaya ekonomi. Banyak negara dunia ketiga yang justru
memiliki kelimpahan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Masalahnya
adalah kelimpahan sumberdaya alam tersebut masih bersifat potensial, artinya
belum diambil dan didayagunakan secara optimal.
Sedangkan sumber daya manusianya yang besar, belum sepenuhnya
dipersiapkan, dalam arti pendidikan dan ketrampilannya, untuk mampu menjadi
21Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
pelaku pembangunan yang berkualitas dan berproduktivitas tinggi. Pada kondisi
yang seperti itu, maka sangatlah dibutuhkan adanya sumberdaya modal yang
dapat digunakan sebagai katalisator pembangunan, agar pembangunan ekonomi
dapat berjalan dengan lebih baik, lebih cepat, dan berkelanjutan. Dengan adanya
sumberdaya modal, maka semua potensi kelimpahan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia dimungkinkan untuk lebih didayagunakan dan
dikembangkan. Tetapi, pada banyak negara yang sedang berkembang,
ketidaktersediaan sumberdaya modal seringkali menjadi kendala utama. Dalam
beberapa hal.
Dampak utang luar negeri terhadap pembangunan nasional
1. Dampak Pinjaman luar Negeri
pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dapat menutup defisit APBN,
dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN, sehingga
memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan
dukungan modal yang relatif lebih besar, tanpa disertai efek peningkatan
tingkat harga umum. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan
ekspansi fiskal untuk mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti meningkatnya
pendapatan nasional, yang selanjutnya memungkinkan untuk
meningkatnya pendapatan per Kapita. Dalam jangka panjang, ternyata
utang luar negeri dapat menimbulkan permasalahan ekonomi pada banyak
negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat
pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus
diterima oleh negara debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan
asing walaupun terdapat peningkatan pendapatan perkapita maupun laju
pertumbuhan tinggi, bukan berarti bahwa Negara tersebut sudah maju
tetapi dihitung juga dari banyaknya hutang yang dimiliki Negara tersebut.
2. Solusi terhadap Utang Luar Negeri
a. Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan
ekonomi pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.
22Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
b. meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan
impor. Realitas yang ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang
mewah
c. Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan
mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional,
melepaskan secara bertahap ketergantungan utang luar negeri.
d. menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan
kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa
kewirausahaan masyarakat. Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan
Sumber daya alam unggulan sehingga bila kita manfaatkan secara
maksimal maka akan memberikan devisa negara,
e. mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan
kesejateraan yang berkeadilan dan merata
23Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam APBN
(anggara pendapatan belanja Negara), adalah hasil dari perencanaan yang berupa
daftar mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu,baik yang menyangkut
penerimaan maupun pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam
jangka waktu tertentu, biasanya adalah satu tahun.
3.2. Saran
Dalam perencanaan pembagunan yang tercermin dalam APBN
mempengaruhi rencana-rencana sector swasta dan menyakinkan lembaga-lembaga
lain mengenai apa yang akan ditempuh oleh Negara yang bersangkutan
(Indonesia) dimasa mendatang, serta yang lebih penting lagi adalah bahwa
pemerintah yang bersangkutan lebih efesien dalam mengambil keputusan dimasa
mendatang.
Di sini juga kami mengharapkan kepada teman-teman pembaca atau pun
di lain pihak agar memberikan suatu masukan atau hal-hal yang berkaitan dalam
penulisan makalah ini, karena disini kami membutuhkan kritik dan saran untuk
membangun atau memberikan motivasi ke depanya agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa sempurna.
24Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri
DAFTAR PUSTAKA
Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. 2012
http://m.merdeka.com/uang/penyebab-utang-luar-negeri-indonesia-
menumpuk-hingga-rp-2983-t.html
http://wonderwall92.blogspot.sg/2012/12/apbn-kebijakan-fiskal-dan-
utang-luar.html
http://denysindrajaya.blogspot.sg/2012/12/makalah-apbn.html
25Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri