tugas sei kelompok

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi. Misalnya, sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada atau tidaknya perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang memilikinya. Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran perusahaan banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi. Sementara di sisi lain, kebijakan anggaran atau fiskal untuk membiayai pembangunan tersebut menghadapi kendala. Persoalannya adalah kesulitan dalam pembentukan modal, baik yang bersumber dari penerimaan 1 Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Upload: rezazafa

Post on 23-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas SEI Kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat

rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran bisa

dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang

memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.

Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada

kedua sisi. Misalnya, sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat

tergantung pada ada atau tidaknya perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang

memilikinya.

Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak

dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan

anggaran perusahaan banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan

produk, yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan

pertumbuhan ekonomi.

Sementara di sisi lain, kebijakan anggaran atau fiskal untuk membiayai

pembangunan tersebut menghadapi kendala. Persoalannya adalah kesulitan dalam

pembentukan modal, baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yang

berasal dari ekspor barang ke luar negri maupun dari masyarakat melalui

instrumen pajak dan instrumen lembaga-lembaga keuangan. Untuk mencukupi

kekurangan sumber daya modal ini, maka pemerintah negara yeng bersangkutan

berusaha untuk mendatangkan sumber daya modal dari luar negri melalui

berbagai jenis pinjaman.

Pada masa krisis ekonomi, utang luar negeri Indonesia, termasuk utang

luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis. Sehingga menyebabkan

pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negri yang baru untuk

membayar utang luar negeri yang lama.

1Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 2: Tugas SEI Kelompok

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah yang telah dirumuskan oleh kelompok

kami mengenai APBN, kebijakan fiskal dan utang luar negeri adalah sebagai

berikut :

1. Menguraikan Deskripsi APBN

2. Kebijakan Anggaran / fiskal Negara

3. Proses Terjadinya Pengeluaran APBN

4. Utang Luar Negri Indonesia

5. Utang Luar Negri Sebagai sumber pembiayaan pembangunan Negara

6. Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Pembangunan Nasional

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menjelaskan,

menjawab, dan menguraikan tentang APBN, kebijakan fiskal dan utang

luar negeri secara umum.

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui

jumlah keseluruhan dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui uraian Deskripsi APBN

2. Untuk mengetahui Kebijakan Anggaran / fiskal Negara

3. Untuk mengetahui Proses Terjadinya Pengeluaran APBN

4. Untuk mengetahui Utang Luar Negri Indonesia

5. Untuk mengetahui Utang Luar Negri Sebagai sumber pembiayaan

pembangunan Negara

6. Untuk mengetahui Dampak Utang Luar Negeri Terhadap

Pembangunan Nasional

2Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 3: Tugas SEI Kelompok

1.4 Metode Penulisan

dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penelitian

kepustakaan (library Research) yaitu suatu metode pengumpulan data yang

diperoleh dari buku-buku, diktat-diktat, jurnal dan literatur-literatur serta

informasi-informasi lainnya yang berhubungan dengan penulisan makalah ini.

3Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 4: Tugas SEI Kelompok

BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

2.1 Teori

2.1.1 Pengertian APBN

Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah

negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pasal 23 Ayat (1) UUD 1945, Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara

ditetapkan setiap tahun dengan undang – undang dan dilaksanakan secara

terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar – besarnya kemakmuran

rakyat.

Pasal 23 Ayat (2) UUD 1945, Rancangan Undang – Undang

Angaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk

dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.

2.1.2 Tujuan APBN

Kebijakan ekonomi Indonesia pada dasarnya merupakan

kesinambungan dari kebijakan tahun – tahun sebelumnya. Kebijakan

ekonomi ditujukan untuk memperkuat fundamental ekonomi yang sudah

membaik dan mengantisipasi berbagai tantangan baru yang mungkin

timbul. Sasaran kebijakan ekonomi adalah menjaga stabilitas ekonomi dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Pertumbuhan ekonomi yang baik

dapat menyerap lebih besar tenaga kerja sehingga mengurangi kemiskinan.

Oleh karena itu APBN dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan

pengendali tingkat inflasi. Jumlah penerimaan dan pengeluaran APBN

harus digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara dan

masyarakat.

4Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 5: Tugas SEI Kelompok

2.1.3 Fungsi APBN

a. Fungsi Otorisasi

Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan

dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian,

pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan

kepada rakyat.

b. Fungsi Alokasi

Pemerintah harus membagikan pendapatan yang telah diterima ke

pos – pos belanja yang telah ditetapkan di dalam APBN.

Pengalokasian tersebut penting artinya bagi keberhasilan

pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

c. Fungsi Perencanaan

Dengan APBN, pemerintah dapat merencanakan untuk

menciptakan dan meningkatkan kemakmuran rakyat. Misalnya

pembangunan jalan untuk memperlancar kegiatan ekonomi

masyarakat atau negara serta dapat merencanakan pembangunan

infrastruktur lainnya dengan anggaran yang ada.

d. Fungsi Distribusi

Pendapatan negara tidak semuanya akan dibelanjakan untuk

membangun sarana dan prasarana umum. Sebagian akan

dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk dana pensiun

(transfer payment) dan dapat juga berupa subsidi/bantuan.

e. Fungsi Stabilisasi

Anggaran pemerintah akan menjadi alat untuk memelihara dan

selalu mengupayakan keseimbangan pokok perekonomian.

f. Fungsi Pengawasan

APBN menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan telah sesuai denga ketentuan yang

ditetapkan. Dengan demikian penyusunan APBN memudahkan

rakyat untuk menilai tindakan pemerintah dalam menggunakan

uang negara.

5Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 6: Tugas SEI Kelompok

2.1.4 komponen – komponen APBN

APBN mempunyai dua komponen besar yaitu :

1. Anggaran pendapatan Negara terdiri dari :

a. Pajak

b. Retribusi

c. Royalti

d. Bagian laba BUMN

e. Dan berbagai pendapatan non-pajak lainnya.

2. Anggaran pengeluaran pemerintah Pusat terdiri dari :

a. Pengeluaran pemerintah pusat

b. Pengeluaran pemerintah daerah

2.1.5 Prinsip-prinsip Dalam APBN

1. Prinsip Anggaran APBN

2. Prinsip Anggaran dinamis

3. Prinsip Anggaran Fungsional

Sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang dalam

menyusun APBN. APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit.

a. Prinsip Anggaran Defisit

Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran

defisit ditentukan :

· Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan

sebagai sumber pembiayaan.

· Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber

pembiayaan LN (bersih)

6Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 7: Tugas SEI Kelompok

* Anggaran Defisit

PNH – BN = DA

DAP = AP – TP

PbDN = PkDN + Non-Pk DN

PbLN = PPLN – PC PULN

Keterangan :

PNH = pendapatan negara dan hibah

BN = belanja negara

DA = defisit Anggaran

PbDN= pembiayaan DN

PkDN= Perbankan DN

Non-PkDN = Non-Perbankan DN

PbLN= pembiayaan LN

PPLN= penerimaan pinjaman LN

PCPULN = pembayaran cicilan pokok Utang luar Negeri

BLN = bantuan luar negeri

* Anggaran Berimbang

PDN – PR = TP

DAP = AP – TP

Keterangan :

PDN = Pendapatan DN

7Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 8: Tugas SEI Kelompok

PR = Pengeluaran Rutin

TP = Tabungan Pemerintah

DAP = Defisit Anggaran Pembangunan

AP = Anggaran Pembangunan

b. Prinsip Anggaran Dinamis

Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif.

· Anggaran bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah

(TP) dari tahun ke tahun terus meningkat.

· Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP

(DTP) terus meningkat atau prosentase ketergantungan pembiayaan

pembangunan dari pinjaman luar negeri terus menurun.

c. Prinsip Anggaran Fungsional

Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya

berfungsi untuk membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran

pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.

· Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai

pelengkap” dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil

sumbangan bantuan/ pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran

pembangunan, maka makin besar fungsionalitas anggaran.

2.1.6 APBN Realisasi versus APBN Revisi

Ada dua versi APBN, yakni APBN realisasi dan APBN revisi.

APBN yang direvisi biasanya disebut APBN- Perubahan (APBN-P).

Revisi bisa dilakukan dengan atau tanpa kebijakan. Realisasi APBN bisa

lebih besar, sama atau lebih kecil dari anggaran, baik anggaran awal atau

anggaran yang telah direvisi. Memang yang penting bagi pemerintah

8Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 9: Tugas SEI Kelompok

adalah setelah dilakukan revisi, defisit anggaran bisa lebih kecil atau

paling tidak bertambah besar, tetapi tentu ini sangat tergantung pada

kondisi perekonomian saat itu yang menjadi alasan utama revisi APBN

atau RAPBN dilakukan. Revisi APBN tidak selalu berarti beban

pemerintah semakin berat, atau pengeluaran dan defisit APBN yang

direvisi tidak harus selalu lebih besar dari anggaran semula, tergantung

penyebab utama dilakukannya revisi dan metode penghitungannya serta

asumsi – asumsi baru yang menjadi dasar revisi.

2.1.7 Pengertian Kebijakan Anggaran/ Fiskal Negara

Kebijakan anggaran (kebijakan fiskal) adalah kebijakan

penyesuaian dibidang pengeluaran dan penerimaan negara untuk

memperbaiki keadaan ekonomi.

Tujuan kebijakan anggaran adalah memperbaiki keadaan ekonomi,

mengusahakan kesempatan kerja, dan menjaga kestabilan harga-harga

secara umum.

2.1.8 Macam-macam kebijakan anggaran/Fiskal

1. Pembiayaan fungsional

Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa

sehingga tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan

nasional. Tujuan utama adalah meningkatkan kesempatan kerja

(employment). Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan

untuk menigkatkan penerimaan pemerintah, namun untuk mengatur

pengeluaran dari pihak swasta.Untuk menekan inflasi, maka diatasi

dengan kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak dan pinjaman tidak

berhasil, maka tindakan pemerintah adalah mencetak uang. Jadi,

dalam hal ini, sektor pajak dengan pengeluaran pemerintah

terpisah.

9Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 10: Tugas SEI Kelompok

2. Pengelolaan anggaran

Penerimaan dan pengeluaran dengan perpajakan dan pinjaman

adalah paket yang tidak bisa terpisahkan. Dalam penjelasan Alvin

Hansen, untuk menciptakan anggaran yang berimbang, maka

diperlukan resep bahwa jika terjadi depresi, maka ditempuh

anggaran defisit, dan jika terjadi inflasi maka ditempuh anggaran

belanja surplus.

3. Stabilisasi anggaran otomatis

Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terjadi keseimbangan

antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah tanpa adanya

campur tangan langsung pemerintah yang disengaja. Dalam hal ini,

pengeluaran pemerintah ditekan pada asas manfaat dan biaya relatif

dari setiap paket program. Pajak ditetapkan sedemikian rupa

sehingga terdapat anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja

penuh.

4. Anggaran belanja seimbang

Kebijakan anggaran belanja yang dianut masing-masing negara

dapat berbeda-beda, tergantung pada keadaan dan arah yang akan

dicapai dalam jangka pendek dan jangka panjangnya. Berikut

beberapa cara yang dapat ditempuh negara dalam mencapai

manfaat tertinggi dalam mengelola anggaran.

Anggaran berimbang : pengeluaran (belanja) dengan penerimaan

sama.Ø Keadaan seperti ini dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran.

Dalam hal ini, pengeluaran disesuaikan dengan kemampuan.

Anggaran surplus : tidak semua penerimaan negara dibelanjakan.Ø

Sehingga memungkinkan adanya tabungan pemerintah. Anggaran ini tepat

diterapkan saat keadaan ekonomi mengalami inflasi.

Anggaran defisit : anggaran disusun sedemikian rupa sehinggaØ

pengeluaran lebih besar daripada penerimaan. Anggaran ini dapat

mengakibatkan inflasi karena untuk menutup inflasi, pemerintah harus

meminjam atau mencetak uang.

10Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 11: Tugas SEI Kelompok

Budget pada hakikatnya adalah rencana kerja pemerintah yang

akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka – angka

rupiah.

Tugas – tugas pemerintah bukan hanya sebagai lembaga pelayanan

untuk menjaga dan melindungi masyarakat namun juga sebagai pengatur

kegiatan ekonomi dan perdagangan sehingga anggaran (budget) harus

mampu memperkecil pengaruh gejolak pasang surut ekonomi nasional.

2.1.9 Teori kebijakan fiskal

Di Indonesia, kebijakan fiskal mempunyai dua prioritas. Prioritas

pertama adalah mengatasi APBN, dan masalah – masalah APBN lainnya.

Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil daripada

pengeluarannya. Prioritas kedua adalah mengatasi masalah stabilitas

ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain laju pertumbuhan

ekonomi, tingkat atau laju pertumbuhan inflasi, jumlah kesempatan kerja/

penggangguran dan saldo neraca pembayaran. Apabila APBN defisit,

pemerintah hanya mempunyai dua pilihan untuk membiayai saldo negatif

tersebut, yaitu didanai oleh Bank Indoneisa lewat printing money yang

berarti jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat, atau melebihi

pinjaman, baik dari dalam negeri, misalnya dengan menerbitkan obligasi,

atau dari luar negeri ( cara yang kedua ini berarti ekonomi tidak lagi

tertutup ). Karena opsi pertama tersebut sangat berisiko terhadap

peningkatan laju inflasi, maka biasanya opsi kedua yang dipilih.

2.1.10 Analisis Empiris dari kebijakan fiskal

Salah satu jalur lewat mana pemerintah bisa mempengaruhi atau

memainkan peran ekonominya adalah lewat kebijakan fiskal. Hal ini

dilakukan dengan menaikkan atau mengurangi pengeluarannya . Oleh

karena itu, dalam menyusun APBN saat ini untuk tahun depan, yang

11Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 12: Tugas SEI Kelompok

berarti untuk mempengaruhi perekonomian nasional tahun depan,

pemerintah harus terlebih dahulu membuat perkiraan- perkiraan mengenai

kondisi perekonomian Indonesia dan global tahun depan. Sebagai ilustrasi

empiris, pentingnya kebijakan fiskal yang ekspansif untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi pada saat ekonomi mengalami kelesuan

(dicerminkan oleh pertumbuhan PDB yang cenderung merosot dan

perubahan harga yang cenderung menurun atau deflasi ).

2.1.11 Proses Terjadinya Pengeluaran APBN

Untuk mengeluarkan APBN, terdapat 3 tahap yang harus dilakukan, yaitu:

1. Penyusunan APBN

Menteri Keuangan dan Badan Perencanaan Nasional atas nama

Presiden mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan

penyusunan APBN. Menteri Keuangan bertanggungjawab untuk

mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin.

Sementara itu Bappenas dan Menteri Keuangan bertanggungjawab

dalam mengkoordinasikan penyusunan anggaran belanja

pembangunan

2. Pelaksanaan APBN

Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan

APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden.

Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun

anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk

melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU

Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan

APBN dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan

dengan Badan anggaran DPR.

Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam),

Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia

anggarannya.

12Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 13: Tugas SEI Kelompok

3. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN

Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden

menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan

APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa

oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

2.1.12 Perkembangan utang luar negeri Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara dunia ketiga. Sebelum

terjadinya krisis moneter di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan

ekonomi Indonesia sejak akhir tahun 1970-an selalu positif serta tingkat

pendapatan per kapita yang relatif rendah, menyebabkan target

pertumbuhan yang relatif tinggi tersebut tidak cukup dibiayai dengan

modal sendiri, tetapi harus ditunjang dengan menggunakan modal

asing.Sejalan dengan semakin meningkatnya kontribusi swasta domestik

dalam pembangunan ekonomi nasional maka peran pemerintah pun

semakin berkurang. Fenomena tersebut akhirnya menyebabkan struktur

utang luar negeri mengalami banyak perubahan. Pada awalnya ULN

indonesia lebih banyak dilakukan oleh pemerintah. Pinjaman tersebut

diterima dalam bentuk hibah. Karena semakin pesatnya pembangunan dan

terbatasnya kemampuan pemerintah maka pinjaman oleh luar negeri

dibatasi.

2.1.13 Penyebab utama : Suatu perspektif teori

Sejak krisis ULN dunia pada awal 1980 -an, masalah ULN yang

dialami oleh banyak NB tidak semakin baik. Banyak NB semakin

terjerumus ke dalam krisis ULN sampai negara – negara pengutang besar

terpaksa melakukan program – program penyesuaian struktural terhadap

ekonomi mereka atas desakan dari Bank Dunia, sebagai syarat utama

untuk mendapatkan pinjaman atau pengurangan terhadap pinjaman lama.

Bahkan Indonesia sudah beberapa kali nyaris terjerumus ke krisis ULN

yang serius sejak era orde lama hingga krisis keuangan Asia 1997 – 1998.

13Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 14: Tugas SEI Kelompok

Pada saat krisis tersebut, Indonesia mendapat bantuan yang besar dari IMF

yang akhirnya bisa dilunasi setelah beberapa tahun kemudian,.

Tingginya ULN dari banyak NB disebabkan terutama oleh tiga

jenis defisit : defisit transaksi berjalan (TB) atau, tanpa melihat komponen

lainnya dari TB, defisit neraca perdagangan atau trade gap , yakni ekspor

lebih sedikit daripada impor, defisit investasi, yakni dana yang dibutuhkan

untuk membiayai investasi dalam negeri lebih besar daripada tabungan

nasional atau domestik, dan defisit fiskal. Dari faktor – faktor tersebut,

defisit TB sering disebut sebagai penyebab utama membengkaknya ULN

dari banyak banyak NB.

2.1.14 Analisis Empiris Utang Luar Negeri (ULN)

Besarnya akumulasi ULN, terutama sangat terasa setelah krisis

ekonomi 1997 – 1998, memaksa pemerintah Indonesia mengatur secara

khusus atau mengubah paradigma soal penanganan PLN di dalam GBHN

tahun 1999-2004, khususnya untuk ULN pemerintah. Sejak itu, kebijakan

fiskal yang menjadi andalan bagi penerimaan pemerintah ditekankan untuk

mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap ULN. Sebagai alternatif

pembiayaannya, pemerintah berusaha agar defisit APBN didanai lewat

penerbitan obligasi atau yang dikenal dengan sebutan SURAT UTANG

NEGARA ( SUN ).

Ketergantungan pemerintah terhadap ULN untuk membiayai

defisit anggarannya memang sangat berbahaya yaitu : ketergantungan

terhadap ULN akan memperbesar defisit APBN, dengan asumsi faktor –

faktor lain tetap tidak berubah, karena pengeluaran untuk pembayaran

pokok dan bunga pinjaman, yang selanjutnya menambah ketergantungan

pada ULN. Banyak Negara miskin di Afrika terjerat ULN persis karena

masalah ini, yakni untuk membayar cicilan dan bunga dari utang yang

sedang berjalan, pemerintah – pemerintah di Negara – Negara tersebut

terpaksa membuat utang baru, karena tidak ada sumber lainnya.

14Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 15: Tugas SEI Kelompok

Adapun kegiatan – kegiatan pokok yang dilakukan untuk

menurunkan beban ULN yakni :

1. pembangunan dengan memakai ULN, yang merupakan selisih

antara pencairan pinjaman baru dan pembayaran pokok utang.

Sejalan dengan peningkatan penerimaan dalam negeri, tingkat

ULN diupayakan menurun setiap tahunnya.

2. Membenahi mekanisme dan prosedur pelaksanaan PLN, termasuk

perencanaan, proses seleksi, pemanfaatan, dan pengawasannya.

ULN pemerintah harus dikelola secara transparan dan selalu

dikonsultasikan dengan DPR dan diatur dengan UU.

3. Memanfaatkan pinjaman secara optimal sesuai dengan prioritas

pembangunan dan dilaksanakan secara transparan, efektif dan

efesien.

4. Mengkaji secara menyeluruh kemampuan setiap proyek dan

mempertajam prioritas pengeluaran anggaran dengan memperkuat

pengawasan yang sistemik, utamanya bagi proyek – proyek yang

5. Meningkatkan kemampuan diplomasi dan negosiasi PLN untuk

memperoleh jangka waktu dan pola persyaratan yang memudahkan

proses pencairan dan memperingan beban pembayaran.

6. Melakukan restrukturisasi ULN, termasuk permohonan

pemotongan utang dan penjadwalan kembali ULN dengan para

donor secara transparan dan dikonsultasikan dengan DPR. Dalam

upaya restrukturisasi utang, proyek – proyek yang sudah disetujui

pendanaannya namun mengalami hambatan dalam persiapan

pelaksanaannya ataupun kinerja pelaksanaannya sangat buruk

maka proyek – proyek tersebut akan dibatalkan.

15Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 16: Tugas SEI Kelompok

2.2 Kasus dan Pembahasan/Analisa kasus Teori

Contoh kasus diambil dari:

http://m.merdeka.com/uang/penyebab-utang-luar-negeri-indonesia-menumpuk-hingga-rp-2983-t.html

Reporter : Wisnoe Moerti

Rabu, 25 September 2013 06:31:00

Penyebab utang luar negeri Indonesia menumpuk hingga Rp 2.983 T

Indonesia belum bisa lepas dari jerat utang. Data terbaru Bank Indonesia (BI) menunjukkan, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia pada Juli 2013 mencapai 7,3 persen (yoy). Pertumbuhan utang luar negeri ini sedikit mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada Juni 2013 sebesar 8 persen (yoy).

Data yang dilansir BI menunjukkan posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013 tercatat sebesar USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Utang luar negeri Indonesia banyak didominasi utang jangka panjang yaitu sebanyak 82,3 persen. Sedangkan sisanya merupakan utang jangka pendek.

"Dari sisi komposisi valuta, ULN Indonesia sebagian besar bervaluta USD sebanyak 68,2 persen, sedangkan jenis valuta JPY mencapai 12,5 persen dan sisanya terdiri dari berbagai jenis valuta," jelas Hendy di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Selasa (24/9).

BI mendapati pertumbuhan utang luar negeri swasta mengalami perlambatan. Utang swasta pada Juli 2013 tumbuh 9,5 persen (yoy) atau lebih rendah dari pertumbuhan pada Juni 2013 yang mencapai 11 persen (yoy). Pada akhir Juli 2013, tercatat utang luar negeri swasta sebesar USD 133,94 miliar.

Bank Dunia sudah mengingatkan negara berkembang untuk mengurangi utang. Direktur Pelaksana Bank Dunia yang juga mantan menteri keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penundaan pemangkasan stimulus moneter oleh bank sentral AS harus dijadikan kesempatan bagi negara berkembang untuk melakukan dua hal. Perbaiki ekonomi domestik dan mengurangi jumlah utang luar negerinya.

"Negara yang sangat tergantung dengan aliran modal asing harus memerkuat neraca utangnya dengan mengurangi ketergantungannya pada utang valuta asing yang berjangka pendek," katanya.

16Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 17: Tugas SEI Kelompok

Masih dari data BI, total utang pemerintah mencapai USD 133 miliar atau Rp 1.435 triliun. Utang pemerintah memang cenderung mendapat sorotan tajam. Bahkan, pemerintah dituding tidak punya niat untuk mengurangi ketergantungan terhadap utang luar negeri.

Dari penelitian Lembaga swadaya Indonesia Budget Center (IBC), pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ) terlalu tergantung pada pinjaman atau utang. Baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Postur anggaran negara yang selalu defisit dan ditutupi dari pinjaman, seolah menggambarkan rendahnya komitmen pemerintah mengurangi utang. Padahal, sebetulnya peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak dapat mengurangi ketergantungan utang dalam dan luar negeri.

Kritik keras juga datang dari Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Institute for Development of Economics and Finance/INDEF) yang menuding pemerintah doyan menambah utang baru.

Sebenarnya, apa penyebab utang Indonesia, baik swasta maupun pemerintah, menumpuk hingga mencapai Rp 2.983 triliun? merdeka.com mencoba merangkum berbagai analisa mengenai penyebab Indonesia terus menerus mengandalkan utang. Berikut paparannya.

(mdk/noe)

1. Rajin terbitkan obligasi

Kepala divisi riset BEI, Poltak Hotradero menyebutkan, utang perusahaan di Indonesia maupun pemerintah terus tumbuh tinggi. Salah satunya karena rajin menerbitkan obligasi atau surat utang.

Dalam catatan Poltak, pertumbuhan surat utang pemerintah tahun lalu mencapai 72 persen dari USD 53 miliar di 2011 menjadi USD 94 miliar di 2012. Angka ini sangat jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga lainnya seperti Malaysia, dan Singapura.

Sementara untuk obligasi korporasi, secara persentase tumbuh sangat tinggi. Mencapai 697 persen. Namun masih kecil jika dilihat dari sisi nominal atau jumlah.

(mdk/noe)

17Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 18: Tugas SEI Kelompok

2. APBN selalu defisit

Membengkaknya alokasi anggaran untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) tahun ini, membuat pemerintah terpaksa mengeluarkan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) untuk menutupi kekurangan pada anggaran negara.

Anggaran subsidi yang membengkak berpotensi menggelincirkan asumsi defisit menjadi di atas dua persen lebih dari rencana awal 1,65 persen. Melesetnya defisit membuat beban fiskal negara semakin berat. Skema yang diambil untuk menutupi defisit ini ialah dengan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN).?

(mdk/noe)

3. Pendapatan negara rendah

Alasan lain yang kerap disampaikan pemerintah terkait terus tergantung pada utang adalah kontribusi rakyat melalui pembayaran pajak terhadap negara, terbilang kecil. Dengan kata lain, makin besar pajak yang dibayar rakyat, semakin rendah ketergantungan negara terhadap utang.?

Sejak krisis ekonomi global akhir 2008, rasio pajak terhadap PDB nasional belum pernah menyentuh 13 persen. Tahun ini, rasio pajak ditargetkan mencapai 12,86 persen terhadap PDB.

(mdk/noe)

4. Gaji PNS terus naik

Setiap tahun, pemerintah tidak pernah absen menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS). Kebijakan itu dinilai semakin memperbanyak utang Indonesia.

Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) menyatakan pemerintah dalam menaikkan gaji PNS sangat memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya, setiap gaji PNS naik juga berdampak pada penambahan anggaran seperti untuk dana pensiun dan tabungan hari tua.

Direktur Investigasi dan Advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi mengungkapkan kebutuhan dana yang cukup besar ini biasanya ditutup pemerintah melalui jalur utang.?

"Jadi PNS naik gajinya, negaranya semakin banyak utang. Jadi tidak ada gunanya gaji PNS dinaikkan. Karena menjadi utang APBN kita. Pemerintah siapa yang mau bayar utang ini? Ya kita-kita juga dari pajak," ujar dia saat konferensi pers "STOP Penyimpangan APBN" di Kantor FITRA, Jakarta, Minggu (15/9).

(mdk/noe)

18Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 19: Tugas SEI Kelompok

5. Kebutuhan proyek infrastruktur

Dalam pembangunan sarana dan prasarana negeri ini, pemerintah masih mengandalkan pinjaman dari luar negeri. Salah satu alasannya, anggaran negara tidak bisa sepenuhnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Selama ini pembiayaan infrastruktur dari dana APBN terdapat instrumen utang di dalamnya.

Langkah pengurangan utang ini salah satunya dengan mendorong perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membangun infrastruktur sehingga nantinya pembangunan tidak lagi mengandalkan utang.

2.3 Analisis Studi Kasus Utang Luar Negeri Indonesia

Indonesia tidak pernah bisa lepas dari yang namanya utang luar negeri.

Sejak era Presiden Soekarno Negara kita telah memiliki utang. Namun memang

utang luar negeri yang bebannya masih terasa hingga kini bahkan beberapa tahun

mendatang berasal dari masa era Presiden Soeharto. Soeharto termasuk Presiden

yang begitu mudah berhutang kepada pihak asing. Dengan alibi untuk

permbangunan Indonesia. Memang utang luar negeri itu dilakukan untuk

pembangunan di Indonesia. Akan tetapi sangat begitu membebani Negara. Utang

Luar Negeri itu dibarengi dengan penjualan aset-aset Negara seperti tambang

emas di Papua yang dikelola PT.Freeport dari Amerika Serikat.

Hal tersebutlah yang menjadi titik “fatal” bagi ekonomi bangsa Indonesia.

Dengan kekayaan alam yang melimpah seperti minyak bumi, gas, emas, batu bara

dan lainnya, Indonesia seharusnya mampu membayar utang luar negeri jika itu

tetap dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Namun dengan

privatisasi asing, hal itu menjadi berat bagi Indonesia. Ditambah ketika tahun

1997-1998 Indonesia mengalami krisis moneter. Ini mau tidak mau membuat

pemerintah harus berhutang. Hal ini juga diakibatkan orang-orang di birokrat

Indonesia sudah terlalu leluasa untuk melakukan praktek korupsi. Pemerintah

masa Orde Baru mungkin dianggap berhasil dari segi perkembangan infrastruktur,

namun itu semua berasal hutang. Inilah warisan-warisan yang ditinggalkan dari

masa lalu, yang mana masyarakat Indonesia saat inilah yang terbebani.

19Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 20: Tugas SEI Kelompok

Transaksi utang luar negeri pemerintah telah menjadi bencana bagi

perekonomian nasional ketika terbukti dari akumulasi yang besar dari pembayaran

cicilan pokok dan bunganya. Aliran modal keluar melalui transaksi hutang ini

telah menyebabkan kehilangan kesempatan investasi (opportunity lost) sehingga

daya dorong fiscal secara langsung dari tahun ke tahun mengalami penurunan.

Kebanyakan penerimaan pemerintah dari pajak masuk ke dalam pengeluaran

rutin, yang kebanyakan dipakai untuk membayar utang luar negeri.

Hingga tahun 2013 ini, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Juli 2013

tercatat sebesar USD 259,54 miliar atau setara Rp 2.983 triliun. Pertumbuhan

utang luar negeri Indonesia pada Juli 2013 mencapai 7,3 persen. Utang luar negeri

Indonesia banyak didominasi utang jangka panjang yaitu sebanyak 82,3 persen.

Banyak faktor yang penyebab dari menumpuknya utang luar negeri ini.

Diantaranya seringnya menerbitkan obligasi, pendapatan negera yang rendah, gaji

PNS yang terus menaik, APBN yang selalu defisit, kebutuhan dalam

pembangunan infrastukur.

Kita lihat dari gaji PNS yang terus naik. Pada tahun 2014 nanti gaji PNS akan

naik 6%. Tentu ini akan cukup memberatkan bagi negara. Gaji PNS selama ini

dibiayai oleh APBN. Sumber APBN ini pun berasal dari rakyat. Jika ini terus

terjadi, maka disaat priorotas dana APBN untuk gaji PNS, dan untuk sector lain

kekurangan, maka pemerintah pasti akan melakukan peminjaman kepada pihak

asing. Ini pula yang mengakibatkan APBN selalu defisit.

Hal-hal tersebut memang sangat berdampak negatif bagi sisi teknis kemampuan

membayar utang luar negeri Indonesia yaitu negative outlaw dan debt service neto

yang melampaui batas wajar. Dampak desain kebijakan utang luar negeri yang

tidak bagus telah menyodok kepada beberapa aspek-aspek non-ekonomi, terutama

kerusakan birokrasi, iklim usaha, perburuan rente, inefisiensi, dan sebagainya.

Kerusakan aspek non-ekonomi ini, baik kelembagaan maupun perilaku aktor-

aktor ekonomi, jauh lebih besar biaya sosialnya daripada aspek ekonomi itu

sendiri. Batas merah DSR (Debt Service Ratio) sebesar 20% telah dilanggar sejak

20Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 21: Tugas SEI Kelompok

lama dilanggar. Sehingga beban pembayaran utang luar negeri ini telah menjadi

penyakit laten bagi ekonomi nasional.

Oleh karena itu, pemerintah harus mampu mengambil kebijakan dalam mengatasi

utang luar negeri yang terus menumpuk ini. Jangan sampai setiap tahunnya

Indonesia harus berhutang sehingga utang luar negeri semakin menumpuk.

Meskipun sudah cukup terlambat, namun tidak ada salahnya salah satu cara

pemerintah adalah melakukan privatisasi nasional aset-aset yang dimiliki pihak

asing. Indonesia harus berani mengambil sikap ini. Karena jangan sampai potensi

alam Indonesia terus dikeruk, dan Indonesia tidak dapat membayar dengan segera

utang luar negerinya. Pemerintah juga harus mampu mengembangkan ekonomi

nasional. Dengan pengembangan ekonomi nasional, diharapkan ekonomi

Indonesia mampu mengalami pertumbuhan yang cepat, dan mampu menjadi

negara pengekspor barang-barang ke luar negeri yang akan menghasilkan

pemasukan bagi negara. Indonesia juga harus melepaskan ketergantungan dari

pihak asing. Pemerintah harus mampu lepas dari “uluran tangan” pihak asing yang

sebenarnya jika dilihat itu malah membuat pemerintah Indonesia merugi.

Utang luar negeri ini memang merupakan sebuah sumber pembiayaan bagi

pembangunan. Namun bila terus berhutang, maka pemulihan ekonomi Indonesia

pasti akan bergerak lambat. Artinya pemerintah harus bisa segera menyelesaikan

utang luar negeri ini secepat mungkin. Budaya berhutang ini harus segera

dihentikan.

Utang Luar Negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan Nasional

Tidak semua negara yang digolongkan dalam kelompok negara dunia

ketiga, atau negara yang sedang berkembang, merupakan negara miskin, dalam

arti tidak memiliki sumberdaya ekonomi. Banyak negara dunia ketiga yang justru

memiliki kelimpahan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Masalahnya

adalah kelimpahan sumberdaya alam tersebut masih bersifat potensial, artinya

belum diambil dan didayagunakan secara optimal.

Sedangkan sumber daya manusianya yang besar, belum sepenuhnya

dipersiapkan, dalam arti pendidikan dan ketrampilannya, untuk mampu menjadi

21Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 22: Tugas SEI Kelompok

pelaku pembangunan yang berkualitas dan berproduktivitas tinggi. Pada kondisi

yang seperti itu, maka sangatlah dibutuhkan adanya sumberdaya modal yang

dapat digunakan sebagai katalisator pembangunan, agar pembangunan ekonomi

dapat berjalan dengan lebih baik, lebih cepat, dan berkelanjutan. Dengan adanya

sumberdaya modal, maka semua potensi kelimpahan sumberdaya alam dan

sumberdaya manusia dimungkinkan untuk lebih didayagunakan dan

dikembangkan. Tetapi, pada banyak negara yang sedang berkembang,

ketidaktersediaan sumberdaya modal seringkali menjadi kendala utama. Dalam

beberapa hal.

Dampak utang luar negeri terhadap pembangunan nasional

1. Dampak Pinjaman luar Negeri

pinjaman luar negeri dalam jangka pendek dapat menutup defisit APBN,

dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN, sehingga

memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan

dukungan modal yang relatif lebih besar, tanpa disertai efek peningkatan

tingkat harga umum. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan

ekspansi fiskal untuk mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi nasional.

Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti meningkatnya

pendapatan nasional, yang selanjutnya memungkinkan untuk

meningkatnya pendapatan per Kapita. Dalam jangka panjang, ternyata

utang luar negeri dapat menimbulkan permasalahan ekonomi pada banyak

negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat

pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus

diterima oleh negara debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan

asing walaupun terdapat peningkatan pendapatan perkapita maupun laju

pertumbuhan tinggi, bukan berarti bahwa Negara tersebut sudah maju

tetapi dihitung juga dari banyaknya hutang yang dimiliki Negara tersebut.

2. Solusi terhadap Utang Luar Negeri

a. Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan

ekonomi pedesaan dan pemberian modal usaha kecil seluasnya.

22Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 23: Tugas SEI Kelompok

b. meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan

impor. Realitas yang ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang

mewah

c. Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan

mengarah pada satu titik maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional,

melepaskan secara bertahap ketergantungan utang luar negeri.

d. menggalakan kebanggaan akan produksi dalam negeri, meningkatkan

kemauan dan kemampuan ekspor produk unggulan dan membina jiwa

kewirausahaan masyarakat. Negeri Indonesia ini sebenarnya kaya akan

Sumber daya alam unggulan sehingga bila kita manfaatkan secara

maksimal maka akan memberikan devisa negara,

e. mengembangkan sumber daya manusia berkualitas dan menempatkan

kesejateraan yang berkeadilan dan merata

23Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 24: Tugas SEI Kelompok

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam APBN

(anggara pendapatan belanja Negara), adalah hasil dari perencanaan yang berupa

daftar mengenai bermacam-macam kegiatan terpadu,baik yang menyangkut

penerimaan maupun pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam

jangka waktu tertentu, biasanya adalah satu tahun.

3.2. Saran

Dalam perencanaan pembagunan yang tercermin dalam APBN

mempengaruhi rencana-rencana sector swasta dan menyakinkan lembaga-lembaga

lain mengenai apa yang akan ditempuh oleh Negara yang bersangkutan

(Indonesia) dimasa mendatang, serta yang lebih penting lagi adalah bahwa

pemerintah yang bersangkutan lebih efesien dalam mengambil keputusan dimasa

mendatang.

Di sini juga kami mengharapkan kepada teman-teman pembaca atau pun

di lain pihak agar memberikan suatu masukan atau hal-hal yang berkaitan dalam

penulisan makalah ini, karena disini kami membutuhkan kritik dan saran untuk

membangun atau memberikan motivasi ke depanya agar dalam pembuatan

makalah selanjutnya bisa sempurna.

24Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri

Page 25: Tugas SEI Kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan

Analisis Empiris. Ghalia Indonesia. 2012

http://m.merdeka.com/uang/penyebab-utang-luar-negeri-indonesia-

menumpuk-hingga-rp-2983-t.html

http://wonderwall92.blogspot.sg/2012/12/apbn-kebijakan-fiskal-dan-

utang-luar.html

http://denysindrajaya.blogspot.sg/2012/12/makalah-apbn.html

25Kelompok 4 : APBN, Kebijakan Fiskal dan Utang Luar Negeri