tugas review taj

70
EVALUASI KEHILANGAN WAKTU KERJA EFEKTIF TERHADAP WAKTU KERJA ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENINGKATAN PRODUKSI OVERBURDEN DI PIT 5 PT. KTC COAL MINING & ENERGY JOB SITE PT. HARFA TARUNA MANDIRI DESA LEMO KABUPATEN BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TUGAS AKHIR OLEH : FRISKA NATALINA DBD 109 013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Upload: devi-lusiana

Post on 27-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

N BJBJNBJJM

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Review TAJ

EVALUASI KEHILANGAN WAKTU KERJA EFEKTIF TERHADAP WAKTU KERJA ALAT GALI MUAT DAN ALAT

ANGKUT PADA PENINGKATAN PRODUKSI OVERBURDEN DIPIT 5 PT. KTC COAL MINING & ENERGY JOB SITE PT. HARFA

TARUNA MANDIRI DESA LEMO KABUPATEN BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TUGAS AKHIR

OLEH :

FRISKA NATALINADBD 109 013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIKJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2013

Page 2: Tugas Review TAJ

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Penggunaan peralatan mekanis yang tidak optimal akan menimbulkan

dampak terhadap pencapaian target produksi. Hal ini disebabkan karena masih

rendahnya aktualisasi waktu kerja terhadap waktu kerja efektif dari alat gali-muat,

sehingga menyebabkan menurunnya efisiensi kerja alat yang ditimbulkan oleh

adanya berbagai macam hambatan di lapangan.

Oleh karena itu, diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui hambatan-

hambatan yang terjadi dan dapat menekan loss time (kehilangan waktu) dari

waktu kerja agar dapat mengoptimalkan waktu kerja efektif dari alat gali-muat.

Karena dengan optimalnya pencapaian waktu kerja efektif akan meningkatkan

utilisasi alat dan produksi yang ditargetkan oleh perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, maka

perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

a) Apa saja hambatan kerja yang terjadi dalam kegiatan pengupasan overburden

di PT. KTC Coal Mining & Energy?

Page 3: Tugas Review TAJ

b) Bagaimana efisiensi kerja dari rangkaian alat gali-muat dan alat angkut yang

digunakan?

c) Bagaimana waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan alat angkut?

d) Bagaimana keterkaitan antara pengalokasian waktu kerja efektif terhadap

utilisasi alat?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, serta lebih jelas dan

terarah maka batasan masalah dalam Penelitian Tugas Akhir ini adalah :

a) Pengamatan hanya pada alat-alat mekanis yang digunakan untuk

mengupas overburden pada pit 5 di front loading 1 yaitu alat gali-muat

excavator backhoe Hitachi ZX870H-3 serta alat angkut ADT Volvo

A40E.

b) Pengamatan dilakukan dengan menitikberatkan pada hambatan kerja

yang terjadi, kesediaan alat, waktu kerja efektif, dan efisiensi kerja dalam

kegiatan pengupasan overburden.

c) Data-data yang diambil hanya dalam shift I saja. Namun dalam

perhitungan kondisi pada shift II dianggap sama dengan shift I sehingga

data yang digunakan sama dengan data pada shift I.

Page 4: Tugas Review TAJ

1.4 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dilakukannya penelitian adalah :

a) Mengetahui hambatan-hambatan kerja yang terjadi di lapangan.

b) Mengetahui efisiensi waktu kerja dari rangkaian alat gali-muat dan alat

angkut.

c) Melakukan evaluasi kehilangan waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan

alat angkut.

d) Menghitung keterkaitan antara pengalokasian waktu kerja efektif terhadap

utilisasi alat guna pencapaian target produksi.

Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini :

a) Memberikan solusi untuk dapat mengurangi hambatan-hambatan yang

terjadi di lapangan.

b) Dapat menekan kehilangan waktu kerja efektif (loss time) alat gali-muat dan

alat angkut, sehingga dapat mengoptimalkan waktu kerja efektif.

c) Dengan tercapainya pengalokasian waktu kerja efektif, utilisasi alat dapat

dioptimalkan sehingga target produksi dapat tercapai.

Page 5: Tugas Review TAJ

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pengupasan Tanah Penutup (Stripping Overburden)

Pengupasan lapisan tanah penutup adalah suatu kegiatan penggalian lapisan

tanah penutup yang bertujuan untuk mengambil bahan galian yang berada di

bawah lapisan tanah penutup tersebut.

2.1.2 Pembersihan Lahan (Land Clearing)

Pembersihan lahan ini dilaksanakan untuk memisahkan pepohonan

dari tanah tempat pohon tersebut tumbuh. Dalam pelaksanaannya,

pekerjaan ini dibantu oleh alat mekanis bulldozer

2.1.3 Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)

Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu dan ditempatkan

terpisah terhadap tanah penutup (overburden), agar pada saat pelaksanaan

reklamasi dapat dimanfaatkan kembali..

2.1.4 Pelaksanaan Pengupasan Tanah Penutup (Overburden)

Proses pengupasan tanah penutup ini dapat langsung dilakukan dengan

alat mekanis excavator apabila material yang akan digali adalah material

lunak..

2.1.5 Penimbunan Tanah Penutup

Page 6: Tugas Review TAJ

Merupakan tahap akhir dari suatu kegiatan pengupasan lapisan tanah

penutup yang nantinya akan dibawa menuju lokasi penimbunan (disposal)

dengan menggunakan alat angkut dump truck dan akan ditangani oleh

bulldozer sebagai alat bantu untuk pemadatan dan penempatannya.

2.2 Peralatan Mekanis

2.2.1 Excavator

Alat penggali sering juga disebut excavator, ada 2 (dua) tipe excavator

yaitu excavator yang berjalan dengan menggunakan roda rantai (Crawler

Excavator) dan excavator yang menggunakan roda karet dipompa (Wheel

Excavator).

Gerakan excavator dalam beroperasi terdiri dari:

1) Mengisi bucket (land bucket)

2) Mengayun (swing loaded)

3) Membongkar beban (dump bucket)

4) Mengayun balik (swing empty)

2.2.2 Dump Truck

Dump truck termasuk alat berat berupa kendaraan yang dibuat khusus

untuk alat angkut karena mempunyai kemampuan yang besar, dapat

bergerak dengan cepat, punya kapasitas angkut yang besar, biaya

operasional yang murah, dan fleksibel.

Page 7: Tugas Review TAJ

2.2.3 Bulldozer

Bulldozer dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yakni menggunakan roda

rantai (Crawler Tractor Dozer) dan yang menggunakan roda karet (Wheel

Tractor Dozer). Bulldozer digunakan sebagai alat pendorong tanah lurus ke

depan maupun ke samping, tergantung pada sumbu kendaraannya..

2.2.4 Grader

Grader adalah alat yang biasa dipergunakan untuk meratakan tanah

timbunan atau memelihara jalanan yang tidak diperkeras.

Grader dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu Tower Grader dan

Motor Grader

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Alat

Produksi alat dapat dilihat dari kemampuan alat tersebut dalam

penggunaannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat adalah :

2.3.1 Kesediaan Alat.

a) Kesediaan Mekanis (Mechanical Availability)

Faktor yang menunjukkan kesediaan alat dalam melakukan

pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu yang digunakan

untuk memperbaiki mesin, perawatan dan alasan mekanis lainnya.

MA = WW + R

x 100 %

Dimana: MA = Mechanical Availability (%)

Page 8: Tugas Review TAJ

W = Working hours atau jumlah jam kerja (jam)

R = Repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan alat

(jam)

b) Kesediaan Fisik (Physical Availability)

Physical Availability (PA) adalah catatan tentang kondisi fisik dari

alat yang digunakan.

PA = W + SW + S + R

x 100 %

Dimana: PA = Physical Availability (%)

W = Working hours atau jumlah jam kerja (jam)

S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak rusak

tapi tidak digunakan (jam)

W+S+R = Scheduled hours atau jumlah seluruh jam jalan

dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.

c) Penggunaan Kesediaan (Use of Availibility)

Use of Availability (UA) menunjukkan berapa persen waktu yang

digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat itu digunakan.

UA = WW + S

x 100 %

Dimana: UA = Use of Availability (%)

Page 9: Tugas Review TAJ

W = Working hours atau jumlah jam kerja (jam)

S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak rusak

tapi tidak digunakan (jam)

d) Penggunaan Efektif (Effective Utilization)

Faktor yang menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja

yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk bekerja atau persen waktu yang

dimanfaatkan oleh alat untuk bekerja dari sejumlah waktu kerja yang

tersedia.

EU = WW + S + R

x 100 %

Dimana: EU = Effective Utilization (%)

W = Working hours atau jumlah jam kerja (jam)

S = Standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak rusak

tapi tidak digunakan (jam)

W+S+R = Scheduled hours atau jumlah seluruh jam jalan

dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.

2.3.2 Pola Penggalian dan Pemuatan

Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan

alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:

1) Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang

berada di atas atau di bawah jenjang.

Page 10: Tugas Review TAJ

a. Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukkan penggalian dengan

menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah

alat gali-muat.

b. Bottom Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan

menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.

Gambar 2. Pola pemuatan berdasarkan posisi alat gai-muat terhadap alat

angkut

2) Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk

dimuati terhadap posisi alat gali-muat.

a. Single Back Up

b. Double Back Up.

Page 11: Tugas Review TAJ

Gambar 2. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan alat angkut

2.3.3 Waktu Siklus/Edar (Cycle Time)

a. Waktu Siklus Alat Gali-Muat

Waktu siklu alat gali-muat dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ctm = T1 + T2 + T3 + T4

Keterangan :

Ctm = Waktu siklus alat gali-muat, detik

T1 = Waktu menggali material (digging), detik

T2 = Waktu putar dengan bucket terisi (swing), detik

T3 = Waktu menumpahkan muatan (dumping), detik

T4 = Waktu putar dengan bucket kosong (swing), detik

b. Waktu Siklus Alat Angkut

Waktu siklus alat angkut dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ctm = T1 + T2 + T3 + T4 + T5 + T6

Keterangan :

Page 12: Tugas Review TAJ

Ctm = Waktu siklus alat angkut, menit

T1 = Waktu mengambil posisi untuk dimuati, menit

T2 = Waktu diisi muatan, menit

T3 = Waktu mengangkut muatan, menit

T4 = Waktu mengambil posisi untuk penumpahan, menit

T5 = Waktu pengosongan muatan, menit

T6 = Waktu kembali kosong, menit

2.3.4 Faktor Pengembangan Bahan (Swell Factor)

Material di lapangan jika digali akan mengalami pengembangan.

Perbandingan volume sebelum digali (V1) dan volume setelah digali (V2)

diartikan sebagai faktor pengembangan.

SF = densitas loosedensitas insitu

x100 %

2.3.5 Faktor Pengisian Bucket (Fill Factor)

Makin besar faktor pengisian bucket, maka kemampuan nyata juga

akan semakin besar yang berarti pemakaian alat semakin baik.

Bf =

VnVs

Keterangan :

Bf = Faktor isian mangkuk (bucket factor)

Page 13: Tugas Review TAJ

Vn = Kapasitas nyata mangkuk alat gali-muat, m3

Vs = Kapasitas baku mangkuk alat gali-muat (sesuai spesifikasi alat), m3

2.4 Produksi Alat Mekanis

Untuk menghitung produksi alat mekanis digunakan rumus sebagai berikut :

a) Produksi Alat Gali Muat

Q =

60 x Cb x f x Sf x Ek

Ctm

Dimana : Cb = Kapasitas bucket backhoe, m3

f = Fill factor (faktor pengisian bucket), %

Sf = Swell factor (faktor pengembangan bahan), %

Ek = Efisiensi kerja alat, %

Ctm= Waktu edar alat gali-muat, menit

b) Produksi Alat Angkut

Q =

60 x n x Cb x Sf x EkCta

Dimana : n = Jumlah unit

Cb = Kapasitas bak, m3

Sf = Swell factor ( faktor pengembangan bahan), %

Ek = Efisiensi kerja alat, %

Cta= Waktu edar alat angkut, menit

Page 14: Tugas Review TAJ

2.5 Keserasian Kerja (Match Factor)

Match factor merupakan suatu faktor penting yang digunakan dalam

penentuan jumlah alat angkut maupun jumlah alat gali-muat, agar terjadi

sinkronisasi kerja.

Produksi alat gali-muat = Produksi alat angkut

Sehingga perbandingan antara alat angkut dan alat gali-muat mempunyai nilai

satu.

1 =

Produksi alat angkutProduksi alat gali−muat

1 =

n Ctm x NaCta x Nm

n Ctm merupakan waktu yang dibutuhkan oleh alat gali-muat untuk mengisi

penuh satu unit alat angkut (CTm). Sehingga persamaan untuk match factor

menjadi :

MF =

CTm x NaCta x Nm

Keterangan :

MF = Match Factor atau faktor keserasian

Na = Jumlah alat angkut dalam kombinasi kerja (unit)

Nm = Jumlah alat gali-muat dalam kombinasi kerja (unit)

n = Banyaknya pengisian tiap satu alat angkut

Page 15: Tugas Review TAJ

Cta = Waktu edar alat angkut (menit)

Ctm = Waktu edar alat gali-muat (menit)

CTm = Lamanya pemuatan ke alat angkut, yang besarnya adalah jumlah

pemuatan dikalikan dengan waktu edar alat gali-muat (n.Ctm)

Bila hasil perhitungan diperoleh :

a. MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut

bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena

menunggu alat angkut yang belum datang.

Waktu tunggu alat gali-muat (Wtm)

Wtm = Cta x NmNa

− CTm

b. MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi

waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

c. MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja

kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

Waktu tunggu alat angkut (Wta)

Wta =CTm x N a

Ngm

− Ct a

2.6 Efisiensi Kerja

Page 16: Tugas Review TAJ

Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau

merupakan suatu perbandingan antar waktu yang dipakai untuk bekerja dengan

waktu yang tersedia.

Hambatan-hambatan yang terjadi selama jam kerja dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Hambatan yang dapat dihindari

Hambatan yang dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi karena

adanya penyimpangan terhadap waktu kerja yang telah dijadwalkan, yang

termasuk tersebut adalah sebagai berikut :

a) Terlambat memulai kerja

b) Cepat berakhir kerja

2. Hambatan yang tidak dapat dihindari

Hambatan yang tidak dapat dihindari merupakan hambatan yang terjadi pada

waktu jam kerja yang menyebabkan hilangnya waktu kerja, yang termasuk

dalam hambatan tersebut adalah sebagai berikut :

a) Keperluan operator

b) Hambatan pada alat

c) Hujan

Dengan menghitung keterlambatan-keterlambatan yang terjadi, maka

waktu kerja efektif dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Wke = Wkt – (Whd + Whtd)

Page 17: Tugas Review TAJ

Dengan :

Efisiensi kerja =

W ke

W kt

x 100 %

Dimana :

Wke : Waktu kerja efektif, menit

Wkt : Waktu kerja tersedia, menit

Whd : Waktu hambatan yang dapat dihindari, menit

Whtd : Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, menit

Page 18: Tugas Review TAJ

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1 Profil dan Sejarah Perusahaan

PT. KTC Coal Mining & Energy Site Lemo, Muara Teweh berdiri

pada tanggal 9 November 2007, yang berada di bawah KTC group dengan

Head Office berada di Singapura, sedangkan Head Office Indonesia berada

di Samarinda, Kalimantan Timur. PT. KTC Coal Mining & Energy

bergerak di bidang usaha pertambangan yang mulai memproduksi batubara

sejak bulan Agustus 2008.

Status PT. KTC Coal Mining & Energy adalah sebagai Join Operation

(JO) atau mitra kerja dengan 2 (dua) owner yaitu PT. Harfa Taruna Mandiri

dan PT. Berkat Bumi Persada. Daerah Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang

dimiliki PT. Harfa Taruna Mandiri seluas

3.1.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah

PT. KTC Coal Mining & Energy secara administratif terletak di Desa

Lemo, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Provinsi

Kalimantan Tengah. Lokasi penambangan dapat ditempuh dari Palangka

Page 19: Tugas Review TAJ

Raya melalui jalur darat ke Muara Teweh dengan jarak ± km selama ± 8

jam. Dari Muara Teweh perjalanan dilanjutkan melalui jalan darat dengan

jarak tempuh ± 20 km, kemudian menyeberangi sungai dengan

menggunakan speedboat ± 15 menit melalui port / log pond PT. KTC Coal

Mining & Energy dan dilanjutkan sekitar ± 11 km menuju mess kantor

melalui jalan darat.

3.1.3 Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Lokasi daerah penelitian berada pada iklim tropis basah, seperti

umumnya yang terjadi di wilayah Indonesia. Lokasi yang relatif dekat

dengan garis khatulistiwa menyebabkan fluktasi yang terjadi sepanjang

tahun relatif kecil..

3.1.4 Flora dan Fauna

a) Flora

Vegetasi yang terdapat di daerah penelitian dan sekitarnya

merupakan vegetasi hutan yaitu terdiri dari hutan dan semak belukar

serta hutan bekas ladang masyarakat.

b) Fauna

Jenis–jenis fauna yang terdapat di daerah penelitian dan sekitarnya

meliputi babi hutan, ular, katak, berbagai jenis primata seperti kera dan

owa-owa, biawak, serta beberapa jenis burung dan lainnya.

3.1.5 Sosial dan Kependudukan

Page 20: Tugas Review TAJ

Secara umum penduduk Desa Lemo I dan Lemo II yang bermukim di

dekat areal pertambangan berasal dari suku Dayak Bakumpai, Dusun

Bayan, dan Dusun Taboyan. Mata pencaharian utamanya adalah berladang

dan menyadap karet serta berbagai hasil hutan lainnya seperti damar dan

rotan. Namun sebagian ada juga yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri

Sipil (PNS). Mayoritas penduduk beragama Islam, sedangkan agama

lainnya yaitu Kristen Protestan, Katolik, Hindu Kaharingan, dan Budha.

3.2 Keadaan Geologi

3.2.1 Geologi Regional

Secara geologi daerah Lemo termasuk ke dalam peta geologi Lembar

Muara teweh (S. Supriatna dkk., 1995) dan peta geologi Lembar Buntok

(Soetrisno dkk.,1994). Daerah Lemo terletak di pinggiran Cekungan Barito

bagian utara yang terbentuk pada Awal Tersier. Di dalam Cekungan Barito

bagian utara terdapat beberapa kelompok formasi batuan, dengan dasar

cekungan adalah batuan berumur Pra Tersier, yang terdiri dari batuan beku,

batuan metamorf dan batuan meta sedimen.

a) Stratigrafi

Menurut S. Supriatna dkk. (1995) dan Sutrisno dkk (1994)

stratigrafi batuan berumur Tersier Cekungan Barito bagian utara secara

berurutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut.

Page 21: Tugas Review TAJ

Formasi Tanjung merupakan batuan Tersier paling tua dan sebagai

formasi pembawa batubara. Menurut S. Supriatna (1995) Formasi

Tanjung seumur dengan Formasi Batu Kelau dan Batupasir Haloq

yang terdapat di bagian Utara daerah Lemo, yaitu berumur Eosen

Akhir. Selain itu terdapat batuan berumur Eosen Akhir namun terletak

di atas Formasi Tanjung, Batu Kelau dan Batupasir Haloq yang

dinamakan Formasi Batu Ayau. Selaras di atas Formasi Batu Ayau

terdapat Formasi Ujohbilang yang berumur Oligosen Awal.

Di atas Formasi Ujohbilang terdapat Formasi Berai yang menjari

jemari dengan Formasi Montalat, Karamuan dan Purukcahu yang

berumur Oligosen Akhir. Di dalam Formasi Karamuan terdapat

Anggota Batugamping Jangkan dan di dalam Formasi Purukcahu

terdapat Anggota Batugamping Penuut. Kedudukan ketiga formasi

tersebut dengan formasi di bawahnya adalah tidak selaras, tetapi di

sebelah selatan daerah Lemo kontak antara Formasi Tanjung dengan

Formasi Berai dan Montalat adalah selaras, dan tidak ditemukan

endapan Formasi Karamuan, Formasi Purukcahu, Formasi Ujohbilang,

Formasi Batu Kelau dan Batupasir Haloq.

Di atas Formasi Berai dan Montalat terdapat Formasi Warukin

yang mengandung batubara, berumur Miosen Tengah-Akhir. Di bagian

daerah Lemo diendapkan Formasi Kelinjau yang seumur dengan

Formasi Warukin. Kontak antara Formasi Warukin dengan formasi di

Page 22: Tugas Review TAJ

bawahnya tidak selaras. Secara tidak selaras diatas Formasi Warukin

terdapat Formasi Dahor yang berumur Plio-Plistosen. Endapan yang

paling atas adalah Aluvium yang terdiri dari karakal, kerikil dan pasir.

Selain endapan-endapan yang telah disebutkan di atas terdapat

terobosan-terobosan batuan beku bersifat andesitik dan dioritik yang

terjadi pada Miosen Awal, dinamakan Intrusi Sintang. Secara umum

perlapisan batuan di daerah Lemo membentuk perlipatan yang berarah

Baratdaya- Timurlaut sampai Selatan Utara. Di beberapa tempat

perlipatan-perlipatan tersebut mengalami penunjaman dan pencuatan,

bahkan ada yang tergeserkan akibat pengaruh sesar.

Page 23: Tugas Review TAJ

Gambar 3. Stratigrafi Cekungan Barito Utara

b) Endapan Batubara

Formasi pembawa batubara di Kabupaten Barito Utara adalah

Formasi Tanjung dan Formasi Montalat yang dikelompokan menjadi

batuan sedimen berumur Paleogen, serta Formasi Warukin yang

dikelompokan ke dalam batuan sedimen berumur Neogen.

Ketebalan batubara berumur Paleogen berkisar antara beberapa

sentimeter hingga 7 m, sedangkan batubara berumur Neogen bisa

mencapai 20 m. Dari hasil analisis laboratorium para penyelidik

terdahulu menunjukan bahwa nilai kalori batubara berumur Paleogen

berkisar antara 5500 kal/gr – 7000 kal/gr, sedangkan nilai kalori

batuan berumur Neogen berkisar antara 4500 kal/gr – 5000 kal/gr.

Apabila dilihat secara kualitas batubara berumur Paleogen lebih

baik dari batubara berumur Neogen walaupun jumlahnya tidak

sebanyak batubara berumur Neogen.

3.2.2 Geologi Daerah Penelitian

a) Morfologi

Page 24: Tugas Review TAJ

Berdasarkan kenampakan di lapangan daerah Lemo dibentuk oleh

dua satuan morfologi, yaitu satuan morfologi pedataran dan satuan

morfologi perbukitan. Satuan morfologi perbukitan menempati kurang

lebih 80% wilayah penelitian.

Satuan morfologi perbukitan penyebarannya meliputi sebelah

Selatan Lemo, sebelah Barat di sekitar sungai Lemo dan di sebelah

Utara di sekitar Sungai Nango. Sementara satuan morfologi pedataran

terletak di sebelah Timur di sepanjang aliran sungai Barito, satuan ini

membentuk daratan rendah yang umumnya rawa basah yang terbentuk

oleh proses endapan sungai Barito.

Daerah penelitian dan sekitarnya menempati wilayah yang cukup

landai hingga berbukit dengan ketinggian antara 80 - 145 m di atas

permukaan laut (dpl), dan menunjukan keadaan morfologi yang

bergelombang lemah hingga perbukitan, yakni dengan kemiringan

lereng antara 25 - 30 %. Sungai-sungai yang berkembang di lokasi

penelitian berdasarkan tahapan geomorfik merupakan sungai periode

muda yang dicirikan dengan adanya tebing terjal dan gradian sungai

yang tidak teratur. Pola aliran yang berkembang sampai saat ini

menunjukkan pola aliran Rectangular yang mencirikan pola aliran yang

terbentuk oleh percabangan sungai-sungai yang membentuk sudut siku-

siku.

b) Stratigrafi

Page 25: Tugas Review TAJ

Stratigrafi daerah Lemo secara berurutan dari bawah ke atas adalah

sebagai berikut ;

Batuan Gunungapi Kasale

Merupakan batuan dasar Cekungan Barito yang berbentuk retas dan

”stock”, umumnya terdiri dari basal piroksen berwarna abu-abu

kehijau-hijauan, porfiritik, sebagian terubah menjadi lempung, klorit

dan kalsit, berumur Kapur Akhir.

Formasi Tanjung

Merupakan batuan Tersier paling tua dan sebagai formasi pembawa

batubara, dapat dibedakan menjadi dua bagian. Bagian bawah terdiri

dari perselingan batupasir kuarsa dengan lanau bersisipan

batugamping dan batubara. Bagian bawah terdiri dari perselingan

batupasir, batulempung dan batulanau.

Formasi Berai

Terletak selaras di atas Formasi Tanjung terdiri dari batugamping

yang kadang-kadang sebarannya membentuk lensa-lensa dengan

sisipan batulempung.

Formasi Montalat

Formasi Montalat menjari-jemari dengan Formasi Berai, terdiri dari

batupasir kuarsa bersisipan batulempung dan batubara. Formasi

Montalat tersingkap di daerah Lemo, namun di dalam Formasi

Montalat daerah Lemo tidak ditemukan endapan batubara.

Page 26: Tugas Review TAJ

Formasi Karamuan

Kedudukan Formasi Karamuan menjari-jemari dengan Formasi Berai

dan Montalat. Terdiri dari batulumpur bersisipan batugamping dan

batulanau.

Formasi Warukin

Terletak selaras di atas Formasi Berai dan Montalat, terdiri dari

batupasir kuarsa bersisipan batulempung, batulanau dan batubara.

c) Struktur Geologi

Secara umum perlapisan batuan di daerah Lemo berarah Baratdaya-

Timurlaut dengan arah jurus berkisar antara N355oE – N30oE dan

N215oE – 240oE, kemiringannya berkisar antara 15o– 60o..

d) Sebaran Batubara

Di daerah Lemo ditemukan 18 singkapan batubara yang terdapat

dalam Formasi Tanjung dan Warukin. Berdasarkan letak singkapan

yang ditemukan, batubara daerah Lemo dikelompokan menjadi

beberapa blok, yaitu untuk batubara dalam Formasi Tanjung menjadi

Blok Tangucin, Nyaung, Jelutung dan Blok Layang, sedangkan untuk

Formasi Warukin menjadi Blok Juloi dan Blok Berioi.

Blok Tangucin

Page 27: Tugas Review TAJ

Batubara disini terdiri dari dua lapisan yang membentuk antiklin

berarah Baratdaya-Timurlaut atau dengan arah jurus antara N30oE -

N40oE dan antara N230oE - N240oE dengan sudut kemiringan

berkisar antara 20o – 45o. Tebal lapisan atas pada sayap bagian Barat

sekitar 4,60 m dengan panjang sebaran ke arah jurus sekitar 1.000 m.

Tebal lapisan ke dua sekitar 4,20 m dengan panjang sebaran sekitar

2.000 m. Tebal lapisan atas pada sayap bagian Timur sekitar 7,10 m,

panjang sebaran sekitar 1.500 m. Tebal lapisan ke dua sekitar 2,50 m

dengan panjang sebaran sekitar 1.000 m.

Blok Nyaung

Batubara di blok ini terdiri dari satu lapisan, tebalnya berkisar antara

2,10 m – 3,10 m, arah jurus berkisar antara N75oE - N80oE, besar

sudut kemiringan lapisan sekitar 40o, panjang sebaran ke arah jurus

sekitar 1.500 m.

Blok Jelutung

Batubara di Blok Jelutung terdiri dari dua lapisan dengan arah jurus

lapisan berkisar antara N40oE-N60oE, tebal lapisan atas berkisar

antara 1,50 m – 2,50 m, panjang sebara sekitar 1.500 m, kemiringan

Page 28: Tugas Review TAJ

lapisan sekitar 25o. Tebal lapisan ke dua sekitar 1,50 m, panjang

sebaran sekitar 1.500 m, kemiringan lapisan berkisar antara 20o- 35o.

Blok Layang

Batubara di blok ini terdiri dari satu lapisan yang membentuk antiklin

dengan arah jurus N220oE dan N70oE, tebal lapisan sayap Barat

sekitar 1,00 m, kemiringan lapisan sekitar 60o, tebal sayap Timur

sekitar 2,25 m, kemiringan lapisan sekitar 25o, sebaran ke arah jurus

sekitar 1.000 m.

Blok Juloi

Terdiri dari dua lapisan batubara dengan jurus lapisan sekitar N60oE,

tebal lapisan atas sekitar 2,50 m, kemiringan lapisan 20o. Tebal

lapisan ke dua sekitar 1,25 m, kemiringan lapisan sekitar 35o,

panjang sebaran ke arah jurus sekitar 1.000 m.

Blok Berioi

Terdiri dari satu lapisan batubara yang tebalnya sekitar 3,00 m, arah

jurus N25oE, kemiringan lapisan sekitar 25o, panjang sebaran sekitar

1.000 m.

Batubara pada PT. KTC Coal Mining & Energy dikategorikan ke

dalam batubara berkalori tinggi dengan nilai kalori 7.000 – 8.000 kal/gr.

Page 29: Tugas Review TAJ

3.3 Alat Dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

a. Buku Lapangan (Catatan Harian).

b. Alat Tulis.

c. Kamera Digital.

d. Alat Pelindung Diri (APD)

e. Laptop

3.4 Tata Laksana Penelitian

3.4.1 Langkah Kerja

Penelitian ini dimulai dengan studi literatur yaitu pengumpulan data-

data literatur yang berkaitan dengan penelitian. Selanjutnya dilakukan studi

lapangan yang berhubungan dengan pengamatan data yang meliputi :

1) Melakukan observasi lapangan

2) Melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang berkaitan dengan

cycle time, productivity, kesediaan alat, waktu kerja, dan hambatan kerja

alat gali-muat angkut.

3) Melakukan evaluasi dan pengolahan data.

Page 30: Tugas Review TAJ

4) Hasil evaluasi dari data digunakan untuk mengetahui hambatan apa saja

yang terjadi dan bagaimana waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan

alat angkut sehingga didapat solusi permasalahan yang dapat dilakukan.

3.4.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam mengumpulkan data-data

adalah sebagai berikut :

1) Metode Pustaka (Studi Literatur).

2) Metode Observasi (Pengumpulan Data)

a. Pengambilan data primer (pengamatan lapangan), dilakukan dengan

cara mengamati secara langsung kegiatan produksi di lapangan. Data

tersebut antara lain :

1. Cycle time

2. Productivity dan kesediaan alat

3. Waktu kerja

4. Hambatan yang terjadi

5. Efisiensi kerja

b. Pengambilan data sekunder :

1. Data geologi

2. Data lokasi daerah penelitian

3. Data curah hujan

4. Data produksi

5. Data plan produksi per bulan.

Page 31: Tugas Review TAJ

3) Metode Interview (Wawancara)

Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan

secara langsung atau tanya jawab di lapangan dari pihak perusahaan PT.

KTC Coal Mining & Energy.

3.5 Rencana Analisis Hasil

Data Sekunder

Profil Perusahaan Peta Lokasi Penelitian Curah Hujan Geologi Regional Daerah

Penelitian Spesifikasi Alat Data Produksi

Pengambilan Data

Observasi Lapangan

Permasalahan1. Apa saja hambatan kerja yang terjadi dalam kegiatan pengupasan overburden ?2. Bagaimana efisiensi kerja dari alat gali-muat dan alat angkut ?3. Bagaimana waktu kerja efektif dari alat gali-muat dan alat angkut ? 4. Bbygkj5.

Data Primer

Waktu kerja tersedia Productivity alat Cycle time Kesediaan alat Hambatan kerja yang

terjadi Efisiensi kerja

Mulai

Pembahasan

Analisis DataMengevaluasi hambatan kerja yang terjadi dan waktu kerja efektif alat guna pencapaian target produksi

Page 32: Tugas Review TAJ

Gambar 3. Diagram Alir Analisis Hasil Penelitian

3.6 Waktu Penelitian

Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan mulai tanggal 1 November –

Desember 2013, dengan jadwal kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3. Waktu Penelitian Tugas Akhir

Kegiatan

November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Penyusunan Laporan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Page 33: Tugas Review TAJ

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Hazard Report

Point Point yang terdapat dalam Hazard Report adalah :

1. Profil :

Tanggal dan jam kejadian

Work Area Kejadian

Page 34: Tugas Review TAJ

Penanggung jawab Area

Identifitas Pelapor (Nama/Id)

Tangan Tangan Pelapor

2. Jenis Bahaya/Klasifikasi Bahaya

No Kategori Bahaya Keterangan

(1) (2) (3)

1 Housekeeping Masalah Penempatan

2 Electrical Masalah Kelistrikan

3 LOTO Masalah LOTO

4 Vehicle Plant Masalah yang terjadi pada kendaraan bergerak

5 Health & Hygiene Masalah Kesehatan & Kebersihan

6 Ground Condition Kondisi Tanah yang Kurang Baik

7 Unsafe Condition Kondisi Berbahaya

8 Unsafe Act Tindakan – Tindakan Tidak Aman

9 Dust Masalah Debu

10 Fire Extinguisher Apar

11 Vibration / Noise Masalah Bising dan Getaran

Page 35: Tugas Review TAJ

12 Enviroment Masalag Kerusakan Lingkungan

13 Flora dan Fauna Masalah dengan Flora dan Fauna

14 Sign Masalah Keberadaan Rambu / Tanggul

15 Tools Masalah Peralatan Kerja / Perlengkapan Kerja

(1) (2) (3)

16 Traffic Masalah Pelanggaran Rambu

17 Road Surfice Permukaan Jalan

18 APD Masalah Penggunaan dan kondisi PPE

19 Prosedur Prosedur

20 Baricade Pembatas

21 Reflector Reflektor

22 Tanggul Tanggul

23 Other Lain - Lain

Page 36: Tugas Review TAJ

3. Description of Hazards/Uraian Bahaya

4. Action taken by you/Tindakan yang anda lakukan

5. Futher Action Requited/Tindakan Lanjutan yang diperlukan

By Who/Oleh Siapa

When/Kapan

4. 1.2 Area Pekerjaan di Lokasi Tambang PT. Darma Henwa Tbk.

Berikut adalah Area – area pekerjaan yang berada di lokasi tambang PT. Darma Henwa Tbk yang memungkinkan terdapat potensi bahaya dan dapat teridentifikasi bahaya yang timbul :

1. Warehouse

2. Road

3. Pit

4. Highwall

5. Disposal

6. Hauling Road Coal

7. Fuel Station

8. Washpad

9. Tyre Shop

Page 37: Tugas Review TAJ

10. Underpass

11. Workshop

12. Office

13. Crusher

14. Port

15. Clinic

16. Waterfill

17. Loading Point

4.1.3 Bahaya yang paling berpotensi sepanjang bulan Januari – Februari

Tahun 2012.

Tabel 4.1 Persentase Potensi Bahaya :

No Potensi Bahaya Frekuensi Laporan Persentase

(1) (2) (3) (4)

1. Kondisi jalan rusak 54 9,9 %

2. Bekas Oli berceceran 4 0,7 %

3. Tidak ada Rambu 35 6,4 %

4. Material Jatuh 18 3,3 %

5. APD Tidak Lengkap 28 5,1 %

Page 38: Tugas Review TAJ

6. Tidak tertib driver 22 4,0 %

7. Penerangan Kurang 8 1,5 %

8. Pelanggaran Rambu 19 3,5 %

9. Masalah Listrik 2 0,4 %

10. Kondisi berbahaya 105 19,3 %

11. Kebersihan/kesehatan 47 8,6 %

12. Prosedur tidak sesuai 37 6,8 %

13. Posisi Parkir tidak sesuai 35 6,4 %

14. Tindakan tidak aman Pekerja 131 24,0 %

Total 545 100, 0 %

4.1.4 Area temuan bahaya sepanjang bulan Januari – Februari Tahun 2012.

Tabel 4.2 Persentase Area Temuan Bahaya

No Area Temuan Bahaya Frekuensi Persentase

(1) (2) (3) (4)

1. Workshop 64 11.7%

2. Road 3 0.6%

Page 39: Tugas Review TAJ

3. Pit 284 52.1%

4. Office 39 7.2%

5. Loading point 12 2.2%

6. Disposal 13 2.4%

7. Disposal Pit 3 5 0.9%

8. Hauling Pit 10 1.8%

9. Hauling Road Coal 29 5.3%

10

.Area AI

4 0.7%

11

.Fuel Station

36 6.6%

12

.Washpad 2

0.4%

Lanjutan Tabel 4.2

(1) (2) (3) (4)

13

.Port

4 0.7%

14

.Tyre Shop

9 1.7%

No Area Temuan Bahaya Frekuensi Persentase

Page 40: Tugas Review TAJ

15

.Crusher

5 0.9%

16

.Clinic

4 0.7%

17

.Underpass

6 1.1%

18

.Checkpoint

5 0.9%

19

.Fabrication

4 0.7%

20

.Posko Jalan M16

4 0.7%

21

.Parkiran Baru

2 0.4%

22

.Pondok Checker

1 0.2%

Total 545 100.0%

Page 41: Tugas Review TAJ

4.1.5 Struktur Organisasi Departement HSE

STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN HSE

PT. DARMA HENWA Tbk.

ASAM ASAM COAL PROJECT

Page 42: Tugas Review TAJ

Gambar 4.21 Struktur Organisasi Departemen HSE4.2 Pembahasan

4.2.1 Penerapan Hazard Report di PT. Darma Henwa,Tbk

Hasil Pengamatan di lapangan, di PT. Darma Henwa Tbk Hazard

Report disediakan dalam bentuk blangko yang dicetak menyerupai buku saku

yang bertujuan agar mudah dalam pengaplikasiannya dilapangan.

Page 43: Tugas Review TAJ

4.2.2 Area Pekerjaan di Lokasi Tambang PT. Darma Henwa Tbk.

Berikut merupakan pembahasan mengenai Area – area Pekerjaan yang

terdapat di lokasi Tambang PT. Darma Henwa Tbk.

1. Warehouse

Warehouse merupakan gudang penyimpanan..

2. Road

Road adalah Jalan yang dibuat Perusahaan.

3. Pit

Pit adalah daerah bukaan tambang dimana proses penggalian batubara

dilakukan.

4. Highwall

Highwall merupakan dinding pembatas yang dibuat di area Pit.

5. Disposal Pit

Disposal Pit adalah area yang dibuat di Pit sebagai lokasi penimbunan OB

atau Over Burden.

6. Hauling Pit

Hauling Pit adalah akses – akses jalan yang dibuat di area Pit sehingga

memudahakan dalam pekerjaan penambangan di Pit.

7. Hauling Road Coal

Page 44: Tugas Review TAJ

Haulling Road Coal merupakan Jalan angkut Batubara.

8. Fuel Station

Fuel Station merupakan areal Pengisian Bahan Bakar.

9. Washpad

Washpad merupakan tempat pencucian Alat yang akan masuk ke

Workshop..

10. Tyre Shop

Tyre Shop terletak tidak jauh dari Workshop, dimana perbaikan dan

perawatan ban dilakukan disini.

11. Workshop

Workshop bisa juga disebut Bengkel, karena disini semua proses

perawatan dan perbaikan Unit dan Alat dilakukan disini.

12. Underpass

Underpass merupakan terowongan bawah tanah yang dibuat, akses jalan

ini dibuat menuju ke Port untuk tahap Loading,.

13. Office

Office atau Kantor adalah tempat dimana semua kegiatan administrasi

dilakukan..

14. Crusher

Crusher adalah tempat pengolahan Batubara.

15. Port

Page 45: Tugas Review TAJ

Port atau Pelabuhan adalah tempat dimana Proses Loading Batubara ke

Tongkang berlangsung

16. Clinic

Clinic merupakan Pusat Medical di Area Lokasi Tambang, dimana para

ahli, Perawat dan Dokter ditugaskan untuk melayani pekerja yang

mengalami gangguan Kesehatan..

17. Waterfill

Waterfill adalah tempat pengisian air bagi Unit Penyiraman.

18. Loading Point

Loading Point merupakan tempat pengisian Batubara di Pit,

4.2.3 Proses Penginputan Hazard Report di PT. Darma Henwa,Tbk.

Proses penginputan Hazard report ke PC guna membentuknya menjadi

sebuah laporan dan file sehingga diketahui mana Bahaya yang

penanggulangannya bersifat closed dan open

4.2.4 Pengelolaan Hazard Report di PT. Darma Henwa,Tbk.

Pengelolaan Hazard Report dikelola oleh Departemen HSE (Healthy

Safety and Enviromental), pengelolaannya dengan menugaskan 2 (dua)

Admin Khusus yang bertugas dalam meinput dan mengelola laporan Hazard

Report. Dimana Sistem Pengelolaannya dikelola secara arsip dan laporan

Page 46: Tugas Review TAJ

4.2.5 Jalur Koordinasi Departemen HSE.

Jalur Koordinasi yang terdapat di Departemen HSE yang dapat terlihat

pada Gambar 4.19 Struktur Organisasi Departemen HSE PT. Darma Henwa

Tbk menerangkan dimana tanggung jawab tertinggi di HSE adalah manager

atau HOD (Head Of Departement), HOD adalah posisi karyawan tertinggi

dalam departemen.

4.2.6 Analisa Data Potensi Bahaya dan Area Temuan Bahaya

Dari Hazard Report yang masuk maka kita dapat menganalisa Bahaya

apa yang paling berpotensi terjadi selama Bulan Januari dan Februari 2012

di area pekerjaan tambang, Selain itu kita dapat mengetahui area mana yang

paling banyak berpotensi bahaya.

4.2.7 Tindak Lanjut Penanggulangan Bahaya dari Hazard Report

Dalam Hazard Report terdapat 3 (tiga) jenis status penanggulangan

bahaya yaitu closed,open, dan progress tindak lanjut dari Hazard Report

adalah akan dibahas pada weekly meeting karena pada meeting tersebut akan

dilaporkan mana yang status bahayanya bersifat open yang sangat perlu

dilakukan penanggulangan secara jangka panjang.

4.2.8 Manajemen Risiko.

Manajemen Risiko adalah termasuk satu tahapan dalam tindak lanjut

Penanggulangan Bahaya yang ada. Dimana dari semua jenis bahaya yang

teruraikan dalam Hazard Report dimasukkan ke dalam Penilaian Risiko.

Page 47: Tugas Review TAJ

Penilaian Risiko dilakukan dengan tujuan mengetahui seberapa besar dampak

yang ditimbulkan oleh bahaya tersebut, dampak terhadap manusia, peralatan

dan lingkungan.

4.2.9 Kendala Dalam Penerapan dan Pengaplikasiannya Hazard Report.

Beberapa kendala yang ditemukan dalam pengaplikasian dan

penerapan Hazard Report,yaitu :

1. Susahnya membaca tulisan pelapor, sehingga mengalami kesulitan dalam

menganalisa bahaya apa yang timbul dan tindakan apa yang perlu

dilakukan serta sarat dari pelapor susah dalam dibaca.

2. Kurang telitinya pelapor bahaya dalam mengisi blangko hazard report.

3. Kurang pahamnya pelapor dalam bahaya apa yang dilaporkan.

4. Pelapor tidak menuliskan nama dengan benar, sehingga menyulitkan dalam

peinputan.

Sedangkan dalam penerapan Hazard Report, kendala apa yang ada tidak

terlalu khusus, kendala yang ada berupa :

1. Kurangnya Kesadaran semua pelaku/pekerja di area tambang akan potensi

bahaya yang timbul atau yang akan terjadi apabila tidak dilaporkan.

2. Kurangnya kepedulian semua pihak dalam menyampaikan laporan bahaya

yang mereka temui.

3. Terkadang pelapor terlambat dalam memberikan laporannya, sehingga

mengakibatkan keterlambatan juga dalam hal pencegahan bahaya yang ada.

Page 48: Tugas Review TAJ

4.2.10 Manfaat Hazard Report

Manfaat dari Hazard Report adalah :

Mengurangi resiko kecelakaan.

Kepedulian terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) meningkat.

Mendapat masukan dari yang berperan.

Tanggung jawab dalam mencegah kecelekaan kerja meningkat.

Dapat meningkatkan Komunikasi.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Page 49: Tugas Review TAJ

Dari hasil pengamatan dan analisa selama di lokasi penelitian maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hazard Report adalah laporan bahaya dimana bahaya yang dilaporkan

merupakan bahaya yang nyaris terjadi atau bahkan terjadi yang kita temukan

setiap hari di area kerja tambang yang dapat menimbulkan bahaya. Hazard

Report yang diterapkan di PT. Darma Henwa Tbk berbentuk buku saku

yang bertujuan untuk memudahkan dalam penggunaannya di lapangan. Pada

Hazard Report terdapat 2 (dua) lembar, dimana lembar yang bewarna putih

diserahkan kepada PIC (Personal Inchange) atau orang yang bertanggung

jawab, dan kertas yang bewarna kuning diserahkan kepada Departemen

HSE (Healthy Safety and Enviromental).

2. Dari analisa data yang didapat dari Hazard Report yang terkumpulkan

selama Januari – Februari Tahun 2012, Potensi bahaya yang paling banyak

mendapatkan Report dengan frekuensi sebanyak 131 kali dengan persentase

24,0%.

3. Dalam Hazard report terdapat 3 (tiga) jenis status penanggulangan bahaya

yaitu closed,open, dan progress tindak lanjut dari Hazard Report adalah

akan dibahas pada weekly meeting karena pada meeting tersebut akan

dilaporkan mana yang status bahayanya bersifat open yang sangat perlu

dilakukan penanggulangan secara jangka panjang. 5.2

Page 50: Tugas Review TAJ

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan dalam pelaksanaan Penelitian Tugas

Akhir ini adalah saran yang bersifat membangun guna penggunaan atau

pengaplikasian Hazard Report ini dilapangan dapat berjalan dengan baik sesuai

prosedur dan dampak positif pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan di lapangan

Hazard Report yang diterapkan sudah berjalan dengan ketentuan yang ada

namun dalam hal kesadaran dan tanggung jawab dalam penggunaan Hazard

Report belum secara menyeluruh dengan baik diterapkan oleh pekerja Tambang

khususnya yang berada dalam pekerjaan – pekerjaan lapangan yang rawan akan

bahaya.