tugas literature review oc 1

16
Tugas Literature Review Efektifitas Penggunaan Larutan Madu Dalam Perawatan Luka infeksi dan non-infeksi Mata Kuliah : Advanced Retrieval Information Analysis System Oleh : I Kade Iman Darmawan Nim. 220120090504 1

Upload: rani

Post on 05-Nov-2015

236 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

Tugas Literature ReviewEfektifitas Penggunaan Larutan MaduDalamPerawatan Luka infeksi dan non-infeksi

Mata Kuliah :Advanced Retrieval Information Analysis System

Oleh :I Kade Iman DarmawanNim. 220120090504

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARANBANDUNG2010

Efektifitas Penggunaan Larutan Madu dalam Perawatan Luka infeksi dan non-infeksi

abstrakObjektif : untuk meninjau fakta-fakta dari journal yang mendukung Efektifitas Penggunaan Larutan Madu dalam Perawatan Luka infeksi dan non-infeksi.RESEARCH DESIGN AND METHODS : kita melakukan literature review terstruktur dari bahan journal dengan mesin pencari dari proquest, ebscho, dan googlescholar yang berhubungan dengan efektifitas penggunaan madu dalam perawatan luka. 4 journal menggunakan clinical study design pada manusia, 1 journal menggunakan uji laboratorium, 1 journal melakukan penelitian pada tikus dan 10 jurnal review.RESULTS: madu memiliki sifat-sifat antiinflamatori, antibacterial, debridement propertis, odor control properties, bioaktivasi-stimulasi pertumbuhan jaringan, dan kemampuan fisik untuk mencegah kontaminasi luka.CONCLUSIONS : madu efektif dalam mempercepat proses penyembuhan luka, baik luka steril dan non-steril, karena madu memiliki sifat-sifat antiinflamatori, antibacterial, debridement propertis, odor control properties, bioaktivasi-stimulasi pertumbuhan jaringan, dan kemampuan fisik untuk mencegah kontaminasi luka.Kata Kunci : Madu, Perawatan, Luka infeksi , luka non-infeksi.

PendahuluanTujuan makalah ini adalah untuk mendiskusikan hasil penelitian tentang manfaat madu dalam perawatan luka, baik luka infeksi maupun luka non infeksi.Penggunaan madu dalam pengobatan luka telah dikenal sejak lama, bahkan ribuan tahun sebelum masehi. Madu sudah lama digunakan sebelum penyebab infeksinya pahami. Dalam kitab veda, dan alquran juga mejelaskan tentang manfaat madu. Dalam catatan kuno bangsa Yunani, Romawi dan China madu digunakan sebagai antiseptic. Dokumentasi bangsa mesir 2000 SM, madu digunakan sebagai salep dalam merawat luka. Penggunaan madu pada jaman dahulu hanya berdasarkan pada fakta-fakta empiris berdasarkan coba-coba dan disampaikan dari mulut ke mulut dan telah melewati beberapa generasi hingga sampai pada abad modern ini.Saat ini telah banyak dilakukan penelitian-penelitian tentang manfaat madu dalam proses penyembuhan luka, baik luka infeksi maupun luka non infeksi yang dilakukan pada manusia maupun pada binatang. Banyak penelitian dilakukan pada luka bakar , luka ulkus , luka post operasi dan menunjukkan hasil yang menyatakan madu dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan mendukung penggunaan madu sebagai bahan untuk melakukan perawatan luka.Hasil.Di dalam pengobatan modern, penggunaan madu sebagai bahan dasar produk perawatan luka telah banyak dibuat. Namun apakah sebenarnya yang terkandung dalam madu ?? dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa madu mengandung bahan aktif antimikroba dan memiliki kemampuan untuk merangsang penyembuhan luka. Didalam jurnal yang berjudul : Antiproliferative Effects of Honey and of Its

Diagram 1Polyphenols: A Review oleh Saravana Kumar Jaganathan and MahitoshMandal dari School of Medical Science and Technology, Indian Institute of Technology, West-Bengal, Kharagpur 721 302, India, di jelaskan bahwa komposisi madu terdiri dari air 17,2%, levulose 38,19%, dextrose 31,28%, sucrose 1,13%, maltose 7,3% ( lihat diagram 1. disamping). Sedangkan menurut Barbara Pieper dalam jurnal yang berjudul Honey-Based Dressings and Wound Care An Option for Care in the United States oleh Barbara Pieper, PhD, RN, ACNS, CWOCN, FAAN, ( Professor/Nurse Practitioner, College of Nursing, Wayne State University, Detroit, Michigan), J Wound Ostomy ontinence Nurs. 2009;36(1):60-66. Published by Lippincott Williams & Wilkins, dinyatakan bahwa madu mengandung banyak komponen yang diambil oleh lebah madu dari sari tanaman yang terdiri dari sukrosa, glukosa, dan fruktosa. The bees also add enzymes to the honey including invertase (which converts sucrose into glucose and fructose) and glucose oxidase (which oxidizes glucose and produces gluconic acid). Production of gluconic acid lowers honeys pH and contributes to hydrogen peroxide production. The resulting compound is converted to lucose and fructose, and the glucose is converted to gluconic acid and hydrogen peroxide by glucose oxidase. Ulinary honeys undergo heat treatment, which destroys the enzyme responsible for producing hydrogen peroxide. N contrast, honey used for wound care does not undergo heat treatment. Instead, it is sterilized by _-radiation, thus retaining its biologic activity.1 The resulting honey is a supersaturated solution whose pH ranges from 3.2 to 4.2.

Di dalam jurnal yang sama Barbara Pieper menjelaskan tentang Therapeutic Effects of Honey Dressings yaitu :1. Anti-inflammatory Effects : adanya inflamasi pada luka dapat menghambat terjadinya penyembuhan luka atau inflamasi dapat juga disebabkan oleh karena kerusakan jaringan yang berlanjut akibat adanya radikal bebas yang terbentuk pada luka. Walaupun mekanismenya belum diketahui, penggunaan madu dalam perawatan luka menunjukkan penurunan inflamasi yang disebabkan oleh inflamasi akut maupun kronis 2. Antibacterial Effects : madu memiliki aktivitas spectrum luas karena bersifat anti bakterisidal dan bakteriostatik. Berdasarkan hasil penelitian dari Peter C. Molan, BSc(Hons), PhD dalam jurnal Re-introducing Honey in the Management of Wounds and Ulcers Theory and Practice (Ostomy/Wound Management 48 (11) 28-40 (2002) ) dinyatakan bahwa madu efektif terhadap beberapa golongan bakteri seperti table 1 dibawah ini . Madu sebagai anti bacterial juga dikuatkan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh : Nur-Azida Mohd Nasir, Ahmad Sukari Halim, Kirnpal-Kaur Banga Singh, Ananda Aravazhi Dorai1 and Mehru-Nisha Muhammad Haneef, dalam jurnal yang berjudul Antibacterial properties of tualang honey and its effect in burn wound management: a comparative study didapatkan hasil : tujuh organisme dapat diisolasi, 4 bakteri gram negative (Enterobacter cloacae, lebsiellapneumoniae, Pseudomonas spp dan Acinetobacter spp ) dan 3 bakteri gram positive (Staphylococcusaureus, coagulase-negative Staphylococcus aureus (CONS) dan Streptococcus spp ).3. Debridement Properties: madu dapat memfasilitaasi wound debridement melalui beberapa mekanisme seperti autolytic action of tissue protease, osmotic action. Madu memberikan kenyamanan bagi pasien dan metode yang murah untuk melakukan debridement dibandingkan dengan melakukan debridement di ruang operasi.4. Odor Control Properties : penurunan bau busuk setelah perawatan dengan madu terjadi melaui 2 mekanisme, yaitu 1. Bau busuk merupakan tanda dari adanya bakteri anaerob, madu menekan aktivitas bakteri tersebut, sehingga bakteri anaerob pada luka infeksi mulai berkurang sehingga produksi bau busuknya juga akan berkurang. 2. Madu menyediakan glukosa sebagai alternative dalam pembentukan asam amino ketika serum dan sel yang mati di metabolis oleh bakteri. Hasilnya adalah terbentuknya asam laktat. Jika dibandingkan dengan bau yang tidak sedap dari ammonia, amines, dan sulfur yang di sebabkan karena metabolisme asam amino dari penghancuran serum dan protein jaringan yang rusak.Tabel 2. Menunjukan beberapa type luka yang menggunakan madu sebagai bahan untuk merawat luka dan menunjukkan hasil yang baik.Menurut Molan , Effects of Honey Dressings ditambahkan yaitu:5. Bioactivity of honey-stimulation of tissue growth : madu dapat memberikan efek menstimulasi penyembuhan luka. Dari hasil observasi, madu dapat mempercepat penyembuhan luka. Beberapa laporan, madu dapat meningkatkan pembentukan granulasi jaringan yang bersih dan sehat serta mempercepat pembentukan epitel.6. Physical properties of honey as a wound dressing : kekentalan yang tinggi pada madu memberikan rintangan fisik untuk terjadinya infeksi dari kontaminasi eksternal pada luka.Caroline marshall, dalam jurnal yang berjudul the use of honey in wound care : a review article menyimpulkan efek madu dalam perawatan luka seperti pada table 3.Hasil penelitian dari Yan-Teng Khoo, Ahmad Sukari Halim, Kirnpal-Kaur B Singh, Noor-Ayunie Mohamad yang diterbitkan oleh BMC complementary & alternative medicine yang berjudul Wound contraction effects and antibacterial properties of Tualang honey on full-thickness burn wounds in rats in comparison to hydrofibre didapatkan hasil terjadi percepatan pengurangan ukuran luka pada hewan percobaan sebesar 32.26% selama hari ke-6 (p = 0.008) dengan menggunakan madu tualang dalam merawat lukanya dan 49.27% pada hari ke-15 (p = 0.005) dan luka menjadi sangat kecil pada hari ke-18 (p < 0.032). Pada hewan coba juga didapatkan penurunan pertumbuhan bakteri pada luka yang telah disuntikkan bakteri Pseudomonas aeruginosa (p = 0.005).

Dalam jurnal Utilisation of topical honey in Burns wounds contaminated with Pseudomonas aeroginosa compared with silversulfadiazine and acetatmafenid oleh 1R.M Mahmoud, H.Hamid dan S Shahram didapatkan hasil sebagai berikut, Out of the three groups the Honey group had the least contamination in prepared specimens on the tenth day (20% compared with 95% and 100% in the other groups), the smallest remaining wound (percentage dwindle in size) 62%,compared to 29% and 22% in the other groups) and the most formation of granulation tissue(90% compared with 35% and 44% in the other groups) at 10 days. Mortality was also least in the honey group (30% with 40% and 45% in the other two groups).Dalam jurnal Wound healing with honey a randomised controlled trial oleh Ronald Ingle, Jonathan Levin dan Krijn Polinder didapatkan hasil : There was a rapid 32.26% reduction in wound size by day 6 (p = 0.008) in the Tualang honey-treatedwounds, and 49.27% by day 15 (p = 0.005). The wounds remained smaller by day 18 (p < 0.032). Tualang honey treated rats demonstrated a reduction in bacterial growth in Pseudomonas aeruginosa inoculated wounds (p = 0.005).

Diskusi.Apa saja yang menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan perawatan luka dengan menggunakan madu.? Bagaimana teknik yang digunakan .? Apakah sama dengan teknik perawatan luka dengan menggunakan bahan lainnya..? Berapa kali sehari perawatan dilakukan. .? Madu yang bagaimana yang dapat digunakan dalam perawatan luka..? Apakah semua madu memberikan hasil yang sama..? Apakah dilakukan pengenceran pada madu atau tidak?

Jennifer J. Eddy, dkk dalam journal Practical Considerations of Using Topical Honey for Neuropathic Diabetic Foot Ulcers: A Review, mengemukakan bahwa ada 3 hal utama yang menjadi bahan pertimbangan dalam perawatan luka ulkus diabetic foot yang menggunakan madu. 1. Meyakinkan aliran darah yang adekuat pada daerah luka. Aliran darah yang kurang pada pada daerah luka bukan merupakan kontraindikasi bagi penggunaan madu dalam merawat luka diabetic foot. Tetapi terapi topical akan sangat berhasil apabila aliran darah kedaerah luka cukup adekuat. Bila aliran darah tidak adekuat maka perlu dipertimbangkan dilakukan pembedahan untuk meningkatkan aliran darah ke daerah luka.

2. Menghilangkan tekanan pada daerah luka.Segala tekanan yang mengenai luka harus dihilangkan. Beberapa pasien mengalami immobilisasi yang komplit sehingga dibutuhkan kursi roda atau crutches untuk menghindari penekanan pada luka. Luka yang dikelilinga oleh jaringan yang keras harus dilakukan debridement.3. Mengkaji adanya infeksi pada luka.Infeksi sering menjadi komplikasi dari ulkus diabetic foot, dan penyembuhan luka yang sangat lambat. Kemerahan, bengkak, dan hangat pada daerah luka mungkin tidak tampak pada pasien diabetes yang disebabkan karena penekanan respon imun. Bagaimana teknik perawatan luka dengan menggunakan madu.Teknik yang sama digunakan untuk menangani bermacam-macam tipe luka spt luka bakar, luka infeksi atau luka nekrotik. Awalnya luka yang kotor di bersihkan dengan air hangat atau normal salin hangat (sesuai dengan suhu tubuh 36-38 C). lakukan debridement pada tepi yang tidak beraturan. Pada luka bakar yang membutuhkan irigasi, menggunakan air atau normal salin untuk membersihkannya. Setelah luka bersih, dilanjutkan dengan mengambil gaas steril, dipotong secukupnya dan dicelupkan kedalam madu lalu ditempelkan pada luka. Penggantian gaas dapat dilakukan 1 sampai 4 kali sehari, belum ada bukti frekuensi yang optimal dalam mengganti balutan.

Menurut Jennifer J. Eddy, semua madu dapat digunakan untuk melakukan perawatan luka dan semuanya efektif dalam meningkatkan kesembuhan luka. Madu dari sumber yang bebeda memiliki variasi kemampuan antibacterialnya. Madu Manuka atau jellybush dari leptospermum scoparium dan Jambhul dari India, secara laboratorium menunjukkan tingkat yang tinggi dalan menekan pertumbuhan bakteri. Dipasaran ada madu asli yang sedikit pengolahan, ada madu yang diproduksi secara komersial dan ada madu untuk keperluan medis. Di Indonesia, bila ingin menggunakan madu dalam merawat luka, maka perlu diperhatikan untuk mendapatkan madu yang benar-benar asli (bukan aspal), Karena madu yang beredar masih dipertanyakan keasliannya. Apakah kita dapat menggunakan madu yang dipasaran? masih menjadi tanda tanya besar.

Kesimpulan.Penggunaan madu sebagai bahan alternative dalam perawatan luka sangat direkomendasikan, baik luka steril maupun luka non-steril (lihat table dibawah). Madu memiliki efek antiinflamatori, antibacterial, debridement propertis, odor control properties, bioaktivasi-stimulasi pertumbuhan jaringan, dan kemampuan fisik untuk mencegah kontaminasi luka sehingga efektif dalam mempercepat kesembuhan luka. Penggunaan madu sama sekali tidak menimbulkan efek samping, kecuali ada riwayat alergi terhadap madu dan untuk pasien yang sudah diketahui memiliki riwayat alergi terhadap madu, tidak dianjurkan menggunakan madu.Penggunaan madu dalam perawatan luka, memiliki teknik yang sama dengan menggunakan bahan/obat yang lain.

Refrensi1. Nur MN, Ahmad SH, Kirnpal-Kaur BS, Ananda AD And Mehru-Nish MH: Antibacterial Properties Of Tualang Honey And Its Effect In Burn Wound Management : A Comparative Study, BMC Complementary And Alternative Medicine 2010, 10:31 .2. Yan TK, Ahmad SH, Kirnpal-Kaur BS, Noor AM: Wound Contraction Effects And Antibacterial Properties Of Tualang Honey On Full-Thicknessburn Wounds In Rats In Comparison To Hydrofibre, BMC Complementary And Alternative Medicine 2010, 10:48.3. Ingle R, Levin J, Polinder K :Wound Healing With Honey-A Randomized Controlled Trial, SAMJ September 2006, Vol. 96, No. 9.4. Mahmoud RM, Hamid H, Shahram S : Utilisation Of Topical Honey In Burns Wounds Contaminated With Pseudomonas Aeroginosa Compared With Silversulfadiazine And Acetatmafenid, Nigerian Journal Of Surgical Research Vol 7 No 3 4 ,2005:293-295.5. Molan P C : Re-Introducing Honey In The Management Of Wount And Ulcer-Theory And Practice, Ostomy/Wound Management 48 (11) 28-40 (2002).6. Cooper R : Honey In Wound Care: Antibacterial Properties, GMS Krankenhaushygiene Interdisziplinr 2007, Vol. 2(2), ISSN 1863-5245.7. Marshall C : The Use Of Honey In Wound Care : A Review Article, British Journal Of Podiatry, 2002, 5(2) 47-49.8. Pieper B : Honey-Based Dressings And Wound Care : An Option For Care In The United States, J Wound Ostomy Continence Nurs. 2009;36(1):60-66. Published By Lippincott Williams & Wilkins.9. Jaganathan SK, Mandal M : Antiproliferative Effects Of Honey And Its Poly Phenols: A Review, Journal Of Biomedicine And Biotechnology Volume 2009, Article ID 830616, 13 Pages.10. Molan Pc, Why Honey Is Effective As A Medicine , Bee World 82(1): 22-40 (2001)11. Sharp A : Beneficial Effects Of Honey Dressings In Wound Management. Nursing Standard. 24, 7, 66-74.12. Molan Pc : Clinical Usage Of Honey As A Wound Dressing : An Update, 13. Eddy J, Gideonsen Md, Mack Gp : Practical Considerations Of Using Topical Honey For Neuropathic Diabetic Foot Ulcers : A Review, WMJ 2008, Vol 107 No 4.14. Bangroo Ak, Khatri Ramji, Chauhan S, Honey Dressing In Pediatric Burns, J In/Vol 10/Issue 3.Dian Assoc Pediatr/Jul-Sept 201015. Mathews K A, Binnington A G, Wound Management Using Honey, Compendium Vol 24 No 1 Januari 2002 P 53-59.10