tugas psiper

11
TUGAS PSIKOLOGI PERSEPSI (revisi) Nama : Budi Sutrisno NIM : 18010051 Tugas Resume Video: Secrets of The Superbrands(Fashion) Video yang berjudul “Secrets of The Superbrands (Fashion) ini pada umumnya mencoba menjelaskan dan menggali rahasia-rahasia yang dimiliki oleh brands terkenal, dalam mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk yang mereka jual. Acara di video ini dipandu oleh seorang host yang tidak peduli dan tidak memiliki pakaian-pakaian yang bermerk Superbrands dimana dia hanya memiliki jumper polos tanpa logo, host ini bernama Alex Riley. Alex mempunyai keinginan untuk mencari tahu apa penyebab sebuah Superbrands dapat mempengaruhi orang-orang untuk membelinya, untuk itu dia akan mencoba menelusuri seluk-beluk rahasia dari Superbrands tersebut. Langkah pertama yang dilakukan Alex adalah mencoba mensurvei masyrakat mengenai salah satu Superbrands terkenal yaitu Louis Vitton, beberapa orang memberikan alasan bahwa Louis Vitton itu memiliki kesan indah,menawan, show off dan mahal. Dana Thomas seorang pengamat brand terkenal, mengatakan kepada Alex Riley bahwa pada awal mulanya Luis Vitton pada tahun 1977 hanya memiliki 2 toko saja, tetapi saat ini sudah memiliki 400- an toko di seluruh dunia, hal ini menunjukkan betapa terkenalnya brand Louis Vitton di dunia. Menurut Dana memang pada dasarnya target pasar dari Louis Vitton adalah kalangan ekslusif, dan dia juga mencoba menjelaskan metode marketing yang digunakan Louis Vitton ini dengan metode piramida. Dimana pada bagian atas piramida ini berisi produk mewah,cantik, berkelas dan terbatas jumlahnya, di bagian inilah Louis Vitton membentuk Brand Image-nya. Kemudian di bagian tengah piramida terdapat

Upload: budi-sutrisno

Post on 25-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tugas Psiper

TRANSCRIPT

TUGAS PSIKOLOGI PERSEPSI (revisi)Nama: Budi SutrisnoNIM: 18010051Tugas Resume Video: Secrets of The Superbrands(Fashion)Video yang berjudul Secrets of The Superbrands (Fashion) ini pada umumnya mencoba menjelaskan dan menggali rahasia-rahasia yang dimiliki oleh brands terkenal, dalam mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk yang mereka jual. Acara di video ini dipandu oleh seorang host yang tidak peduli dan tidak memiliki pakaian-pakaian yang bermerk Superbrands dimana dia hanya memiliki jumper polos tanpa logo, host ini bernama Alex Riley. Alex mempunyai keinginan untuk mencari tahu apa penyebab sebuah Superbrands dapat mempengaruhi orang-orang untuk membelinya, untuk itu dia akan mencoba menelusuri seluk-beluk rahasia dari Superbrands tersebut. Langkah pertama yang dilakukan Alex adalah mencoba mensurvei masyrakat mengenai salah satu Superbrands terkenal yaitu Louis Vitton, beberapa orang memberikan alasan bahwa Louis Vitton itu memiliki kesan indah,menawan, show off dan mahal. Dana Thomas seorang pengamat brand terkenal, mengatakan kepada Alex Riley bahwa pada awal mulanya Luis Vitton pada tahun 1977 hanya memiliki 2 toko saja, tetapi saat ini sudah memiliki 400-an toko di seluruh dunia, hal ini menunjukkan betapa terkenalnya brand Louis Vitton di dunia. Menurut Dana memang pada dasarnya target pasar dari Louis Vitton adalah kalangan ekslusif, dan dia juga mencoba menjelaskan metode marketing yang digunakan Louis Vitton ini dengan metode piramida. Dimana pada bagian atas piramida ini berisi produk mewah,cantik, berkelas dan terbatas jumlahnya, di bagian inilah Louis Vitton membentuk Brand Image-nya. Kemudian di bagian tengah piramida terdapat produk yang bagus tetapi harganya relatif lebih murah daripada produk yang di bagian atas piramida, sedangkan di bagian bawah piramida terdapat produk yang murah dan dapat kita temui dalam jumlah massal atau banyak di pasaran seperti parfum, payung, kacamata dan lain-lain. Dan konsep pemodelan piramida ini tidak hanya digunakan oleh Louis Vitton dalam membentuk karakter Superbrands mereka, tetapi produk-produk dari Superbrands lainnya juga menggunakan konsep ini. Apabila dilihat apa yang dijelaskan oleh Dana Thomas, dan kita tinjau dari sisi kuliah Psikologi Persepsi, memang benar Brand Image akan mempengaruhi persepsi konsumen seperti yang dijelaskan oleh Martin (1998) dan Syrgy (1990 & 1992) bahwa Serangkaian perasaan, ide, dan sikap yang dimiliki konsumen terhadap suatu citra merk(Brand Image) merupakan aspek penting dalam perilaku pembelian, selain itu Arnould, Price & Zinkan (2005) juga memperkuat pernyataan ini dengan mengatakan bahwa Suatu merk lebih mungkin dibeli dan dikonsumsi jika konsumen mengenali hubungan simbolis yang sama antara citra merk(Brand Image) dengan citra diri konsumen baik citra diri ideal ataupun citra diri aktual. Sehingga dari kedua pernyataan dapat kita ketahui bahwa konsumen akan cenderung memilih brand yang memiliki citra yang sama dengan citra yang konsumen miliki, meskipun terkadang citra itu bukan citra ideal yang dimiliki konsumen, contohnya: Seseorang yang berpenghasilan tergolong menengah tetapi dia membeli produk-produk yang idealnya hanya mampu dibeli oleh golongan atas(elite), hal ini dapat disebabkan citra aktual orang tersebut karena terbiasa bergaul dengan kalangan elite, sehingga orang ini ingin menunjukkan citra aktual yang sama dengan lingkungan elitenya dengan membeli produk-produk mahal tersebut. Sehingga dari gagasan-gagasan di atas dapat diketahui bahwa Brand Image akan membantu konsumen untuk menunjukkan citra pada diri mereka, dan konsumen akan mengeluarkan persepsi mereka apakah brand tersebut sudah sesuai atau tidak dengan citra pada diri mereka sehingga memutuskan untuk tidak atau membeli produk dari brand tersebut.Mari kita lanjutkan kisah di video ini, setelah mengetahui konsep piramida yang sudah dijelaskan oleh Dana Thomas, Alex melanjutkan perjalanannya ke Italia, ke salah satu pabrik kacamata, bernama Luxottica Group. Di tempat ini Alex kaget ternyata Luxottica Group memproduksi hampir semua kacamata dari brand terkenal, seperti Chanel, Prada, Burberry, D&G, Polo dan lain-lain. Dan semua produk kacamata ini dibuat oleh material dan mesin yang sama, hanya brand-nya saja yang berbeda. Sebenarnya Alex ingin mengetahui lebih dalam tentang proses pembuatan kacamata dari semua brand ini terutama dari segi pembuatan desain tapi sayang sekali tidak diperbolehkan. Setelah itu Alex mencoba mewawancarai dua orang wanita di Manchester, dan disitu terdapat sebuah tas tangan Botta Bennetta seharga 100 poundsterling. Kemudian Alex coba bertanya kenapa mereka rela membeli tas dengan harga yang cukup mahal, dan salah satu dari mereka menjawab Memiliki tas produk Superbrand serasa memilki mobil bagus dan baru, dan kita ingin memamerkannya di jalanan. Dari pernyataan wanita tersebut semakin membuat Alex tambah penasaran tentang pengaruh Superbrand ini, oleh karena itu Alex mengunjungi Centre of Neuroimaging Sciences, dan disana dia bertemu langsung dengan seorang Neuroscientist yaitu Professor Gemma Calvert. Professor Calver mengatakan bahwa sebagian besar sikap dan perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh proses di dalam otak yang terjadi di alam bawah sadar orang tersebut. Dan pada bagian otak kita yang disebut Limbic System, merupakan tempat dimana kita merasakan sisi emosional yang kita alami, seperti rasa takut, marah, senang, sedih, hasrat dan lain-lain. Dan di bagian lain otak kita ada yang disebut dengan Neorcortex, yaitu bagian yang melakukan proses rasional manusia, di bagian inilah tempat manusia membangun sisi intelektualnya. Tetapi menurut Professor Calvert, bagian rasional ini akan tetap dipengaruhi oleh bagian emosional atau Limbic System.Sehingga untuk itu Alex mulai melakukan eskperimen dengan meminta seorang wanita bernama Hannah seorang pelajar fashion, untuk dilakukan scanning pada otaknya dengan menggunakan alat MRI Scanner, pada eksperimen ini Hannah ditunjukkan sebuah foto-foto tas tangan mulai dari tas yang murah dan tak terkenal hingga tas produk dari Superbrand. Dan hasilnya, MRI Scanner menunjukkan bahwa, ketika ditunjukkan tas tangan Superbrand bagian otak Hannah merespon rasa senang dengan seolah-olah menyala, namun ketika ditunjukkan tas murah hal itu tidak terjadi, dan Professor Calvert mengatakan bahwa hal seperti ini seperti kecanduan pada produk Superbrand. Hasil eksperimen ini memperkuat gagasan bagaimana sebuah Superbrand dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam ber-fashion atau memilih produk. Kemudian saya mencoba mengutip gagasan dari orang yang ahli mengenai Brand Image, yaitu Arnould, Price & Zinkan (2005) mengatakan bahwa Citra(Image) merupakan produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk lewat proses pengulangan yang dinamis karena pengalaman. Dari gagasan tersebut sangat sinkron dengan hasil eksperimen yang dilakukan Alex pada Hannah, dimana Hannah adalah seorang pelajar fashion yang pastinya dia sudah berulang-ulang dan berpengalaman dalam hal mengetahui Superbrand, sehingga membuat dia kecanduan menurut Professor Calvert. Dari sini dapat diketahui bahwa dari pengetahuan, pengulangan, pengalaman yang dialami konsumen akan menjadi salah satu faktor yang membentuk citra diri konsumen tersebut, dan apabila dikaitkan dengan paragraf ke-4, dari citra diri ini yang akan mempengaruhi persepsi konsumen tentang Brand Image dari suatu produk.Selain mempengaruhi konsumen secara langsung, Superbrand secara tidak langsung mempengaruhi konsumen mereka dengan bantuan public figure, seperti artis dan atlit. Salah satu contohnya adalah anak-anak yang diwawancarai oleh Alex, mereka ada yang menyukai sepatu Adidas karena mereka menyukai Lionel Messi yang merupakan ambasador Adidas, ada juga dari mereka yang menyukai sepatu Nike karena mereka menyukai Carlos Tevez yang merupakan ambasador Nike, sehingga dengan bantuan atlit ini juga secara tidak langsung Adidas dan Nike membentuk Brand Image mereka dengan bantuan citra diri dari seorang Lionel Messi dan Carlos Tevez yang memiliki citra keren dan sporty. Dan pada umumnya, setiap Superbrand akan berusaha membentuk Brand Image tertentu yang unik pada produk mereka sehingga dapat mempengaruhi persepsi para konsumen. Seperti yangdilakukan Superbrand Levis yang membentuk kesan keren, arogansi kaum muda, pekerja lapangan, koboi, sedangkan Diesel yang membentuk kesan lebih funky, italian, mahal, muda selain itu Diesel juga ingin menyampaikan bahwa jeans produk mereka sudah hasil pemakaian berulang dan telah melewati berbagai macam kejadian/peristiwa, sehingga Diesel membentuk jeans yang bermotif berupa sobeka, lipatan dan pemudaran gradasi warna. Selain itu banyak Superbrands terkenal lainnya memberikan kesan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi para konsumen, seperti Superdry dengan kesan Vintage, Amerka Campuran, Pahlawan, Jagoan. Adapula A&F yang memberikan kesan Amerika Modern, metroseksual dan ekslusif. Sedangkan Nike, Adidas dan Puma yang memberikan kesan sporty, muda, energik, rapper dan mewah. Sehingga kesan (Brand Image) ini juga akan mempengaruhi persepsi seseorang dalam menentukan produk dari Brand apa yang akan mereka beli, dan Brand Image merupakan suatu kejeniusan produsen fashion dalam mempengaruhi dan menggaet para konsumen mereka. Dari semua yang dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa rahasia dari sebuah Superbrand adalah cara mereka dalam membentuk Brand Image dari produk mereka, dan menurut Boush dan Jones (dalam Kahle & Kim, 2006: 6-8) mengemukakan bahwa Citra merek (brand image) memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai pintu masuk pasar (market entry), sumber nilai tambah produk (source of added product value), penyimpan nilai perusahaan (corporate store of value), dan kekuatan dalam penyaluran produk (channel power). Dari gagasan tersebut juga cukup menjelaskan yang terjadi dalam video ini, bagaimana Superbrand seperti Nike dan Adidas mewabah di India termasuk logo-logo dari Superbrand ini yang banyak ditemui di tempat umum, selain itu juga banyak Superbrand tidak original yang terjual di India, hal ini menunjukkan bahwa Superbrand juga memberikan sumber nilai tambah pada produk yang tidak original tersebut. Dari semua yang dijelaskan di atas menunjukkan bagaimana luar biasanya Brand Image yang dimiliki oleh Superbrand berperan penting dalam mempengaruhi para konsumen, sehingga mendatangkan keuntungan hingga jutaan dolar(U.S) bagi para produsen Superbrand ini.

TUGAS PSIKOLOGI PERSEPSI Nama: Budi SutrisnoNIM: 18010051Tugas Resume Video: Secrets of The Superbrands(Food)Video yang berjudul Secrets of The Superbrands(Food) ini berusaha mengungkapkan rahasia-rahasia yang dimiliki para Superbrands untuk mempengaruhi para konsumen. Pada video ini ada beberapa rahasia-rahasia yang berbeda yang dimiliki oleh Superbrand Food dibandingkan dengan Superbrand Fashion. Seperti yang terjadi pada Coca-Cola dan McDonalds, dimana kedua produk ini tidak memiliki satu jenis produk atau satu jenis rasa pada produk mereka, tetapi produk-produk yang mereka jual baik rasa dan bentuknya disesuaikan dengan budaya dan keadaan konsumen mereka. Contohnya Coca-Cola yang memiliki banyak rasa berbeda di tiap negara, dan produk Coca-Cola diganti nama menjadi Fanta agar terjual di Jerman ketika Perang Dunia II. Contoh lainnya adalah McDonalds yang memiliki banyak jenis rasa maupun produk, seperti McDonalds di India, dimana orang India mayoritas beragama Hindu dan pantang makan daging sapi sehingga dibuat produk McDonalds dengan bahan selain daging sapi. Apabila dibandingkan dengan Superbrand Fashion yang harus memiliki Brand Image yang khas atau eksklusive,dapat terlihat bahwa produk dari Superbrand Food tidak mempermasalahkan tentang keeksklusivan tapi lebih ke rasa yang enak dan sesuai selera konsumen. Selain itu dibalik rahasia kesuksesan Superbrand Food adalah dia memiliki personality, maksud dari personality ini adalah Superbrand Food ini sudah ada / berdiri sejak lama dan terkenal di semua golongan. Adapun saya mencoba mengutip gagasan(di internet) David Ogilvy seorang ahli Brand Image (dalam Sengupta, 2005) mengatakan bahwa Kepribadian (personality) merek merupakan kombinasi dari berbagai hal: nama merek, kemasan merek, harga produk, gaya iklan, dan kualitas produk itu sendiri. Dari gagasan tersebut dapat kita lihat bahwa personality suatu Superbrands Food dapat menunjukkan kualitas produk tersebut dan dapat membuat kesan bahwa Superbrand Food ini sudah digemari banyak orang. Sehingga ketika ada seseorang yang belum pernah mencoba makan/minum Superbrand Food contohnya Coca-Cola, kemudian orang ini melihat orang-orang di sekitar dia banyak yang gemar minum Coca-Cola(familiar), maka orang ini pastinya akan berpendapat bahwa Coca-Cola ini merupakan minuman yang enak dan pantas dicoba, maka orang ini akan terpengaruh dan akan mencoba minum Coca-Cola tersebut. Keuntungan dari Brand Image familiar yang dimiliki oleh Superbrands Food adalah mempermudah mereka untuk memasarkan produk yang berbeda, seperti yang dikatakan oleh ahli di bidang Brand Image yaitu Aaker, (1989) Aaker & Keller (1990) Boush & Loken (1991), Tauber (1988) hasil kutipan saya di internet, mengatakan Citra merek juga memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan merek dari satu pasar produk ke pangsa pasar lain melalui perluasan merek. Dan personality yang dimiliki oleh Superbrands Food ini tidak terbentuk dalam waktu yang sangat singkat tapi berpuluh-puluh tahun, dari waktu yang berpuluh-puluh tahun ini Superbrands Food mempertahankan cita rasanya agar personality mereka melekat dibenak konsumen dan dapat tersebar ke konsumen-konsumen baru. Sehingga persaingan di dunia makanan dan minuman cukup sulit untuk brand baru, karena faktor personality ini yang terbentuknya cukup lama. Tetapi di jaman modern ini, sudah banyak cara yang bisa dilakukan oleh brand baru agar dapat bersaing dengan Superbrands, seperti yang dilakukan oleh Red Bull, mereka termasuk Superbrand baru tapi pasarnya sudah cukup luas. Cara-cara yang dilakukan oleh Red Bull adalah dengan melakukan pengiklanan di berbagai dunia olahraga, terutama olahraga beradrenalin dan selain itu Red Bull juga mengakusisi sebuah klub sepakbola hingga membuat Stadion Sepak Bola bertema Red Bull. Tentunya pengiklanan yang dilakukan Red Bull memakan biaya yang sangat besar, namun hal ini dilakukan demi membentuk personality dan kesan sporty, maco, pemberani serta familiar sehingga dapat mempengaruhi konsumen, dan hal ini terbukti efektif. Dari sini dapat dilihat perbedaan pembentukan Brand Image antara Superbrands Fashion dan Food. Pada Superbrands Food, Brand Image harus bisa dibentuk sejak lama dan familiar, apabila ada brand baru ingin menjadi Superbrand maka dia harus siap mengeluarkan dana yang cukup besar untuk periklanan. Sedangkan pada Superbrands Fashion dia masih mengandalkan keekslusivannya dalam point ini, dan dia tidak perlu familiar di semua golongan.Dan apabila kita lihat dari sisi pemasaran dan pengiklanan juga terdapat perbedaan yang cukup jauh antara Superbrand Fashion dengan Food. Pada Superbrands Food, mereka akan lebih banyak melakukan pengiklanan karena mereka ingin membentuk kesan atau Brand Image yang familiar, sehingga iklan mereka di tiap negara dan suku yang berbeda pasti akan mengeluarkan iklan yang bertema berbeda, contohnya adalah ketika McDonalds mengeluarkan iklan di Nigeria pasti pemeran dalam iklan tersebut harus orang berkulit hitam dan tidak mungkin iklan yang mereka buat di Amerika dengan pemeran orang kulit putih ditayangkan di Nigeria, hal ini agar McDonalds terkesan makanannya sesuai selera dengan orang Nigeria dan familiar di Nigeria. Sehingga dari sini dapat kelihatan apabila McDonalds ingin merambah ke pasar-pasar international yang berlatang belakang berbeda-beda tiap daerahnya, maka mereka akan cukup kesulitan dalam pembuatan iklan mereka yang cukup banyak karena tema yang berbeda. Tapi hal ini tidak berlaku pada Superbrands Fashion, mereka lebih gampang dalam pengiklanan karena mereka cukup membayar jasa seorang public figure terkenal untuk menjadi pemeran dalam iklan mereka. Contohnya Nike, mereka cukup membayar Christiano Ronaldo untuk menjadi pemeran iklan mereka, dengan cara seperti ini sudah terbentuk kesan eklusif dan sporty dari Nike, dan pastinya Christiano Ronaldo sudah cukup terkenal di dunia International dan mudah tersebar berita pengiklanannya di situs-situs berita online karena faktor si Christiano Ronaldo. Tapi pada Fashion, tidak bisa sembarang orang yang berperan dalam iklan mereka tapi harus orang-orang tertentu(public figure) yang dapat membentuk Brand Image dan keesklusivan produk mereka. Hal ini berbeda dengan Superbrands Food, yang bisa menggunakan jasa siapa saja(tidak harus public figure) dalam berperan di iklan mereka, asalkan tema dan pemeran iklannya sesuai dengan kondisi budaya tempat pemasarannya.Di samping itu, untuk menciptakan kesan yang familiar, Superbrands Food akan mempengaruhi konsumennya dengan kesan-kesan yang bersahabat, kekeluargaan dan kerukunan. Contohnya pada iklan-iklan makanan seperti McDonalds dan Coca Cola dapat kita lihat bagaimana rata-rata iklan mereka banyak yang bertema tentang persahabatan dan kekeluargaan (minum Coca-Cola atau makan produk McDonalds bersama teman-teman atau keluarga), kerukunan (ummat agama lain membawa oleh-oleh berupa minuman Coca-Cola atau produk McDonalds saat ummat agama Islam merayakan Idul Fitri). Hal ini diperkuat dengan hasil eksperimen yang dilakukan Alex Riley bersama Professor Calvert di laboratoriumnya. Didapatkan bahwa ketika ditunjukkan foto-foto Superbrands Food maka pada otak manusia akan memberikan respon yang sama dengan ketika ditunjukkan foto foto orang terdekat seperti saudara, keluarga, teman atau pacar. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Superbrands Food memang memiliki Brand Image yang familiar, dari kesan familiar ini akan memberikan persepsi pada konsumen bahwa makanan atau minuman produk dari Superbrands Food memang enak sejak lama. Hal ini berbeda dengan Superbrands Fashion yang memiliki Brand Image yang eksklusive dan unik atau khas sehingga memberikan persepsi kepada konsumen bahwa produk dari Superbrands Fashion mewah dan berkelas dan dapat menunjukkan citra diri konsumen.