tugas pkn kasus pelanggaran ham negara indonesia

36
PELANGGARAN KASUS HAM DI INDONESIA MAKALAH PKN DISUSUN OLEH: ALEXANDER RIDWAN NUGRAHA XI IPS 3 SEKOLAH MENENGAH ATAS TERPADU KRIDA NUSANTARA BANDUNG 2014/2015

Upload: andre-rizki-dewo

Post on 23-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

merupakan tukas pkn yang berbasis ham yang sangat berguna untuk tugas anda

TRANSCRIPT

PELANGGARAN KASUS HAM DI INDONESIA

MAKALAH PKN

DISUSUN OLEH:ALEXANDER RIDWAN NUGRAHA

XI IPS 3

SEKOLAH MENENGAH ATAS TERPADU KRIDA NUSANTARA

BANDUNG

2014/2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. I

DAFTAR ISI ............................................................................................... II

BAB 1 PANDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

1.2 Identifikasi masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat rahmatnya

saya bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru PKN yaitu Bapak

Rangga. Walaupun saya menemukan beberapa kendala dalam

menyelesaikan tugas ini, tapi berkat usaha dan do’a, saya dapat

menyelesaikan tugas ini makalah ini dengan cukup baik. Dalam makalah ini

saya akan menyampaikan masalah tentang kasus pelanggaran HAM yang

terjadi di Indonesia yang tepatnya terjadi pada tahun 1998-1999.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas berkatnya

maka saya dapat menyelesaikan makalah ini. saya mengucapkan banyak

terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu pengerjaan makalah ini,

kepada guru kami dan teman-teman sekalian.inilah makalah yang dapat

saya berikan.

Bekasi, Agustus 2014

Penulis,

Alex Nugraha

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Kasus pelanggaran HAM memang selalu menjadi isu menarik. Bahkan semua

yang melanggar kebebasan seseorang dinilai melanggar HAM.

Kondisi ini mengingatkan pada

m e n c u a t n y a   i s u   k e b e b a s a n   d a n   h a k - h a k   d a s a r   m a n u s i a  

y a n g   p e r n a h   m e n j a d i   i k o n kosmologi pada abad ke-18. Pada masa

itu hak-hak dasar tidak hanya dipandang sebagai kewajiban yang

harus dihormati penguasa. Tetapi, juga hak yang mutlak dimiliki oleh

rakyat. Bahkan pada abad18 muncul kredo (pernyataan kepercayaan) tiap

manusia dikaruniakan hak-hak yang kekal.Hak yang tidak dapat dicabut

dan yang tidak pernah ditinggalkan ketika umat manusia beralih

untuk memasuki era baru dari kehidupan pramodern ke kehidupan

modern. Sertat idak pernah berkurang karena tuntutan hak

memerintah penguasa. Betapa HAM te lah mendapatkan

tempat khusus di tengah-tengah perkembangan

kehidupan manusia mulaiabad 18 sampai sekarang.Seorang penganut

hukum alam Locke menyatakan bahwa masyarakat yang idealadalah

masyarakat yang tidak melanggar hak-hak dasar manusia. Makna

terdalam dari pernyataan Locke adalah untuk mencapai suatu

tatanan kehidupan masyarakat diperlukanaturan ataupun perlengkapan

yang dapat digunakan untuk menjaga eksistensi hak-hak dasar manusia.

Lalu apa perlengkapan yang diperlukan dalam upaya penegakan

HAM.Jawaban yang pal ing tepat tentunya adalah hukum.

Sepert i ungkapan dar i Kant  bahwa manusia sebagai mahluk berakal

dan berkehendak bebas sehingga negara memiliki

tugas untuk menegakkan hak-hak dan kebebasan warganya.  

Oleh karena  i tu  penguasadalam hal ini pemerintah tidak boleh

melanggar maupun menghalangi. Kemakmuran dan kebahagian rakyat

merupakan tujuan negara dan hokum.  

Di Indonesia, hukum seperti apa yang dalam pelaksanaannya dapat

mewujudkan penegakan hak-hak manusia. Tentunya hukum yang

benar-benar ditegakkan tanpa harusdiwarnai dengan carut-marut

(segala coreng-moreng) dunia politik. Bahkan dalam

rangkamelaksanakannya diperlukan orang-orang yang berani

menentang arus. Atau mungkinorang yang telah putus syaraf

takutnya menghadapi kedikdayaan penguasa. Demi kaumyang

lemah.Sepuluh tahun sudah tragedi Semanggi berlalu tanpa ada kepastian

hukum. Saat inikembali bangsa Indonesia memperingati momentum Mei

berdarah, yang telah melahirkan pahlawan reformasi. Namun banyak orang

sudah mulai lupa makna di balik pejuangan paramahasiswa tersebut.Belum

adanya titik terang kasus Trisakti-Semanggi sangat erat hubungannya

dengan pernyataan Jaksa Agung Hendarman Supandji bahwa pihaknya

kesulitan menangani kasusTrisakti sebagai pelanggaran berat HAM (JawaPos,

13/05/2007). Tragedi Semanggi

yangd i k a t e g o r i k a n   t e r m a s u k   P e l a n g g a r a n   H A M   b e r a t ,  

m e n j a d i   b a n y a k   t a n d a   t a n y a   d i masyarakat. Oleh karena itu tim

penyusun makalah akan membahas lebih lanjut mengenaiTragedi

Semanggi itu sendiri, Kejahatan Berat, kaitannya dengan HAM dan

penanganandari pemerintah sendiri

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan memberikan

beberapa permasalahan dalam pembahasan makalah ini, yaitu :

1.      Bagaimanakah kronologis pelanggaran Hak Asasi Manusia di Semanggi

pada tahun?

2.      Bagaimana penerapan hukumnya?

3.      Apakah alasan terjadi tragedi seperti tersebut?

BAB II

PEMBAHASAN

-Penyebab Tragedi Semanggi

Perjuangan Orde Reformasi dimulai dengan adanya krisis ekonomi

yang melandaIndonesia tahun 1997. Dengan dipelopori mahasiswa,

rakyat Indonesia mulai melawan ketidakadilan yang dilakukan

Pemerintahan Orde Baru dan memperjuangkan demokratisasidi

Indonesia.Pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi

memberikan harapan bahwa demokratisasi telah dimulai. Namun patut

disayangkan bahwa krisis ekonomi sejak tahun 1997 belum membaik.

Begitu juga permasalahan penegakan hukum, keadilan,

dankepastian hukum yang masih jauh dari yang diharapkan

masyarakat. Akibatnya, terjadi beberapa kali kesalah pahaman /

bentrokan antara mahasiswa dan masyarakat dengan aparat pemerintah

baik TNI maupun Polri serta terjadi peristiwa-peristiwa yang

diduga merupakan  p e l a n g g a r a n   h a k   a s a s i   m a n u s i a .  

K e s a l a h p a h a m a n   d a n   b e n t r o k a n   y a n g   t e r j a d i   t e l a h mengaki

batkan jatuhnya korban dari pihak mahasiswa serta masyarakat

maupun TNI /Polri.Peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak

asasi manusia berat antara lain peristiwa Trisakti dan Semanggi I &

II.Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia

mengadakanSidang Istimewau n t u k   m e n e n t u k a n   pemilu

b e r i k u t n y a   d a n   m e m b a h a s   a g e n d a - a g e n d a  pemerintahan 

yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena

mereka tidak mengakui pemerintahan  B. J. Habibie dan tidak percaya

dengan para anggota

DPR   / MPR    O r d e   B a r u .   M e r e k a   j u g a   m e n d e s a k   u n t u k  

m e n y i n g k i r k a n   m i l i t e r   d a r i   p o l i t i k   s e r t a  pembersihan

pemerintahan dari orang-orang Orde Baru .

Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga

menentangdwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu

penyebab bangsa ini tak pernah bisa maju sebagaimana mestinya.

Benar memang ada kemajuan, tapi bisa lebih maju dariyang sudah

berlalu, jadi, boleh dikatakan kita diperlambat maju. Sepanjang

diadakannyaSidang  Ist imewa  i tu  masyarakat  bergabung dengan 

mahasiswa set iap har i  melakukandemonstrasi ke jalan-jalan di

Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa inimendapat

perhatian sangat besar dari dunia internasional terlebih lagi

nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di

Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut,diliburkan

untuk mecegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh

mahasiswamendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas

masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang

tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah membuktikan bahwa

perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat berani

dan jika perlumereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia

baru

-Peristiwa Semanggi

Tragedi Semanggi

menunjuk kepada dua kejadian protes  masyarakat   terhadap 

pelaksanaan dan agenda Sidang   Isti mewa

yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.Kejadian pertama dikenal

dengan

Tragedi Semanggi I 

terjadi pada11-13 November    1998,masa pemerintah transisi Indonesia,

yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.

Kejadiankedua d ikenal  dengan

Tragedi Semanggi  I I  

ter jad i  pada 24   Sep tember    1999 yangmenyebabkan tewasnya

seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh Jakartaserta

menyebabkan 217 korban luka-luka. Pada tanggal 11 November 1998,

mahasiswa danmasyarakat yang bergerak dari Jalan Salemba, bentrok

dengan Pamswakarsadi kompleks Tugu Proklamasi.Pada tanggal 12

November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat

bergerak menuju ke gedung DPR/MPR     dari segala arah, Semanggi-Slipi-

Kuningan, tetapi tidak adayang berhasil menembus ke sana karena dikawal

dengan sangat ketat oleh tentara, Brimobdan juga Pamswakarsa

(pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu

dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok di daerah Slipi dan

Jl. Sudirman, puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Ribuan mahasiswa

dievakuasi ke Atma Jaya. Satuorang pelajar, yaituLukman Firdaus, terluka

berat dan masuk rumah sakit. Beberapa harikemudian ia meninggal

dunia.Anggota-anggota dewan yang bersidang istimewa dan tokoh-

tokoh politik saat itut idak pedul i dan t idak mengangap pent ing

suara dan pengorbanan masyarakat ataupun mahasiswa, jika

tidak mau dikatakan meninggalkan masyarakat dan mahasiswa

berjuangsendir ian saat   i tu .  Per ist iwa  i tu  d ianggap sebagai  hal  

lumrah dan b iasa untuk b iayademokrasi. "Itulah yang harus dibayar

mahasiswa kalau berani melawan tentara".Semakin banyak korban

berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun

terluka.Gelombang mahasiswa dan masyarakat  yang  ing in  

bergabung terus berdatangan dandisambut dengan peluru dangas

airmata . Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlahkorban yang

meninggal mencapai 17 orang. Korban lain yang meninggal dunia

adalah:Sigit Prasetyo(YAI),Heru Sudibyo(Universitas

Terbuka),Engkus   Kusnad i (Universitas Jakarta ),Muzam mil   Joko  

(Universitas Indonesia ), Uga Usmana, Abdullah/Donit, AgusSetiana,

Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Sidik, Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi.Jumlah

korban yang didata olehTim Relawan untuk Kemanusiaan    berjumlah

17orang korban, yang terd i r i dar i 6 orang mahasiswa dar i

berbagai Perguruan T inggi d i Jakarta, 2 orang pela jar SMA, 2

orang anggota aparat keamanan dar i POLRI ,

seoranganggota Satpam Hero Swalayan,  4  orang anggota  Pam

Swakarsa dan 3 orang wargamasyarakat. Sementara 456 korban

mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakansenjata api dan

pukulan benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari

mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat keamanan dan anggota

masyarakat lainnya dari berbagai latar  belakang dan usia, termasuk

Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru

nyasar di kepal

Tragedi Semanggi II

Pada24 September    1999, untuk yang kesekian kalinya tentara

melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa. Kala itu

adanya pendesakan oleh pemerintahantransisi untuk

mengeluarkanUndang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya(UU

PKB)yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan

keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai

kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah

besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.2.4.

Kejahatan Berat

2.4.1.

 Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Pengertian

Kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity)

merupakan kejahatanyang sangat serius sehingga menjadi musuh umat

manusia (hostis humanis generis).

Dalamhukum internasional pelanggaran-pelanggaran hak asasi

manusia sebagaimana terumusdalam kejahatan terhadap

kemanusiaan merupakan kejahatan menurut hukum

kebiasaani n t e r n a s i o n a l   m a u p u n   p r i s i p - p r i n s i p   h u k u m  

u m u m .   P r a k t i k - p r a k t i k   i n t e r n a s i o n a l menunjukan bahwa

kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan kejahatan jus

cogens.Kejahatan demikian menimbulkan

obligatio erga omnes (kewajiban masyarakatinternasional seara

keseluruhan) untuk mengadili dan menghukum pelaku kejahatan.

Olehkarena itu, terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan

berlaku prinsip yurisdiksi universal.Setiap negara dapat mengadili

kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di manapundan

dilakukan oleh warga negara

lain.D i s a m p i n g   k e b i a s a a n   d a n   p r i n s i p - p r i n s i p   h u k u m  

u m u m ,   k e j a h a t a n   t e r h a d a p kemanusiaan sudah diterima

dalam sebuah perjanjian internasional yaitu Statuta Romamengenai

Pengadilan Pidana Internasional. Sudah diterima secara internasional pula

bahwanorma-norma di  dalamnya merupakan kodi f ikas i  dar i  

hukum (p idana)   internas iona l . Demikian pula di tataran nasional.

UU Pengadilan HAM No.26/2000 (pasal 9) mengakuiyurisdiksi

pengadilan tersebut untuk mengadili kejahatan terhadap

kemanusiaan.Unsur penting dari kejahatan terhadap kemanusiaan

adalah adanya serangan

yangdi lakukan secara s istemat is   (systemat ic)  atau meluas 

(widespread)  dan serangan  i tudi tu jukankepada warga s ip i l .  T i

ndak kejahatan  in i lah yang d iduga ter jad i  pada kasusTrisakti,

Semanggi dan II.

Prinsip Non-Retroaktif dalam Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Prinsip non retroaktif dalam hukum pidana tidak berlaku untuk kejahatan

terhadapkemanusiaan karena alasan-alasan berikut

ini:1 . K e j a h a t a n   t e r h a d a p   k e m a n u s i a a n   m e r u p a k a n  

k e j a h a t a n   d a l a m   h u k u m   k e b i a s a a n internasional dan

prinsip-prinsip hukum umum. Menurut kedua sumber hukum

itu,orang yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan

baik secacara commissionmaupun ommission dapat dihukum secara

retroaktif.2 .Pasal 15 (2) kovenan internas ional mengenai hak-

hak s ip i l dan pol i t ik  memungkinkan pengecualian asas non retroaktif

untuk kejahatan-kejahatan yang telah diterima sebagaikejahatan menurut

prinsip-prinsip hukum umum.

Pertanggungjawaban Komando

P e l a k u   t i n d a k   p i d a n a   k e j a h a t a n   t e r h a d a p   k e m a n u s i a a n  

d a p a t   d i t u n t u t   d a l a m kapasi tasnya sebagai  penanggung  jawa

b komando (command responsib i l i ty ) .  Secarakonseptual

seorang komandan dapat dimintai pertanggungjawaban baik atas

perbuatan p idananya karena  langsung member i  per intah 

kepada pasukan yang berada d ibawah pengendal iannya untuk 

melakukan sa lah satu atau beberapa perbuatan dar i  ke jahatan

terhadap kemanusiaan (by commission) maupun karena membiarkan atau

tidak

melakukant i n d a k a n   a p a p u n   t e r h a d a p   p a s u k a n   d i b a w a h  

p e n g e n d a l i a n n y a   ( b y   o m m i s s i o n ) . Pertanggungjawaban

karena pembiaran dilakukan misalnya ketika komandan bersangkutantidak

melakukan upaya pencegahan perbuatan atau melaporkan kepada

pihak berwenangagar dilakukan penyelidikan

Demikian pula di tataran nasional. UU Pengadilan HAM No.26/2000

(pasal 9) mengakuiyurisdiksi pengadilan tersebut untuk mengadili

kejahatan terhadap kemanusiaan.Unsur penting dari kejahatan terhadap

kemanusiaan adalah adanya serangan

yangdi lakukan secara s istemat is   (systemat ic)  atau meluas 

(widespread)  dan serangan  i tudi tu jukankepada warga s ip i l .  T i

ndak kejahatan  in i lah yang d iduga ter jad i  pada kasusTrisakti,

Semanggi dan II.

Prinsip Non-Retroaktif dalam Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Prinsip non retroaktif dalam hukum pidana tidak berlaku untuk kejahatan

terhadapkemanusiaan karena alasan-alasan berikut

ini:1 . K e j a h a t a n   t e r h a d a p   k e m a n u s i a a n   m e r u p a k a n  

k e j a h a t a n   d a l a m   h u k u m   k e b i a s a a n internasional dan

prinsip-prinsip hukum umum. Menurut kedua sumber hukum

itu,orang yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan

baik secacara commissionmaupun ommission dapat dihukum secara

retroaktif.2 .Pasal 15 (2) kovenan internas ional mengenai hak-

hak s ip i l dan pol i t ik  memungkinkan pengecualian asas non retroaktif

untuk kejahatan-kejahatan yang telah diterima sebagaikejahatan menurut

prinsip-prinsip hukum umum.

Pertanggungjawaban Komando

P e l a k u   t i n d a k   p i d a n a   k e j a h a t a n   t e r h a d a p   k e m a n u s i a a n  

d a p a t   d i t u n t u t   d a l a m kapasi tasnya sebagai  penanggung  jawa

b komando (command responsib i l i ty ) .  Secarakonseptual

seorang komandan dapat dimintai pertanggungjawaban baik atas

perbuatan p idananya karena  langsung member i  per intah 

kepada pasukan yang berada d ibawah pengendal iannya untuk 

melakukan sa lah satu atau beberapa perbuatan dar i  ke jahatan

terhadap kemanusiaan (by commission) maupun karena membiarkan atau

tidak

melakukant i n d a k a n   a p a p u n   t e r h a d a p   p a s u k a n   d i b a w a h  

p e n g e n d a l i a n n y a   ( b y   o m m i s s i o n ) . Pertanggungjawaban

karena pembiaran dilakukan misalnya ketika komandan bersangkutantidak

melakukan upaya pencegahan perbuatan atau melaporkan kepada

pihak berwenangagar dilakukan penyelidikan. Demikian pula di tataran

nasional. UU Pengadilan HAM No.26/2000 (pasal 9)

mengakuiyurisdiksi pengadilan tersebut untuk mengadili kejahatan

terhadap kemanusiaan.Unsur penting dari kejahatan terhadap

kemanusiaan adalah adanya serangan

yangdi lakukan secara s istemat is   (systemat ic)  atau meluas 

(widespread)  dan serangan  i tudi tu jukankepada warga s ip i l .  T i

ndak kejahatan  in i lah yang d iduga ter jad i  pada kasusTrisakti,

Semanggi dan II.

Prinsip Non-Retroaktif dalam Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Prinsip non retroaktif dalam hukum pidana tidak berlaku untuk kejahatan

terhadapkemanusiaan karena alasan-alasan berikut

ini:1 . K e j a h a t a n   t e r h a d a p   k e m a n u s i a a n   m e r u p a k a n  

k e j a h a t a n   d a l a m   h u k u m   k e b i a s a a n internasional dan

prinsip-prinsip hukum umum. Menurut kedua sumber hukum

itu,orang yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan

baik secacara commissionmaupun ommission dapat dihukum secara

retroaktif.2 .Pasal 15 (2) kovenan internas ional mengenai hak-

hak s ip i l dan pol i t ik  memungkinkan pengecualian asas non retroaktif

untuk kejahatan-kejahatan yang telah diterima sebagaikejahatan menurut

prinsip-prinsip hukum umum.

Pertanggungjawaban Komando

P e l a k u   t i n d a k   p i d a n a   k e j a h a t a n   t e r h a d a p   k e m a n u s i a a n  

d a p a t   d i t u n t u t   d a l a m kapasi tasnya sebagai  penanggung  jawa

b komando (command responsib i l i ty ) .  Secarakonseptual

seorang komandan dapat dimintai pertanggungjawaban baik atas

perbuatan p idananya karena  langsung member i  per intah 

kepada pasukan yang berada d ibawah pengendal iannya untuk 

melakukan sa lah satu atau beberapa perbuatan dar i  ke jahatan

terhadap kemanusiaan (by commission) maupun karena membiarkan atau

tidak

melakukant i n d a k a n   a p a p u n   t e r h a d a p   p a s u k a n   d i b a w a h  

p e n g e n d a l i a n n y a   ( b y   o m m i s s i o n ) . Pertanggungjawaban

karena pembiaran dilakukan misalnya ketika komandan bersangkutantidak

melakukan upaya pencegahan perbuatan atau melaporkan kepada

pihak berwenang agar dilakukan penyelidikan.  

Prinsip Non-Retroaktif 

Berdasarkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan hukum internasional yang

diakuidan dihormati dalam hukum nasional prinsip non

retroaktif tidak berlaku untuk mengadilikejahatan terhadap

kemanusiaan.2.4.2.

Fakta dan Pola Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Berdasarkan fakta-fakta, dokumen, keterangan dan kesaksian

berbagai pihak, KPPHAM menemukan berbagai kekerasan yang pada

dasarnya melanggar hak asasi

manusias e p e r t i   p e m b u n u h a n ,   p e n g a n i a y a a n ,   p e n g h i l a n g a n  

p a k s a ,   p e r k o s a a n ,   p e r a m p a s a n kemerdekaan dan kebebasan 

f is ik  yang d i lakukan secara s is temat is  serta  meluas yangdilaku

kan oleh pelaku tertentu dengan sasaran masyarakat tertentu.

Masyarakat

tersebutsecara khusus adalah mahasiswa maupun masyarakat  

yang berdemonstras i   terhadapkekuasaan politik untukmenuntut

perubahan, termasuk terhadap rencana melahirkan

UUPKB.KPP HAM memusatkan perhat ian pada t iga  (3)   rangkaian 

kejadian d i  sek i tar  kampus Tr isakt i 12-13 Mei 1998, d i seki tar

Semanggi 13-14 November 1998 (d ikenal dengan peristiwa

Semanggi I), dan pada 23-24 September 1999 (dikenal dengan SemanggiII).

Meskipun kurun waktu terjadinya peristiwa tesebut berbeda, tiga

rangkaian peristiwaini tidak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari

kebijakan pemerintah dalam menghadapigelombang demonstrasi

mahasiswa dan masyarakat akan perlunya reformasi.Kekerasan-

kekerasan yang t idak manusiawi  dan sangat  kejam yang 

ditemukan dalam ketiga peristiwa itu mencakup tindakan-tindakan di

bawah ini

P e m b u n u h a n Telah ter jad i  pembunuhan yang s istemat is  

d i  berbagai  daerah dalam waktu yang panjang,  ya i tu  pada Mei  

1998,  Nopember  1998,  serta  September  1999.  T indakan pembu

nuhan itu dilakukan terhadap mahasiswa demonstran, petugas

bantuan

medis,anggota masyarakat  yang berada d iseki tar   lokas i  

demonstran,  ataupun anggotamasyarakat yang dimobilisasi untuk

menghadapi demonstran. Pembunuhan serupa juga.  

di lakukan dalam kerusuhan massa yang d ic iptakan secara 

s is temat is  sebagaimanaterjadi di Jakarta dan Solo pada Mei 1998 (lihat

laporan TGPF). b . P e n g a n i a y a a n Telah terjadi penganiayaan untuk

membubarkan demonstrasi yang dilakukan

sejumlahmahasiswa dan anggota  masyarakat  yang d i lakukan 

o leh aparat  TNI  dan POLRI(dahulu disebut ABRI). Penganiayaan ini

terjadi secara berulang-ulang di

berbagailokas i ,  sepert i  pada kampus Univers i tas  Tr isakt i ,  dan 

Univers i tas  Atmajaya,  danSemanggi yang mengakibatkan

timbulnya korban fisik (seperti terbunuh, luka

ringand a n   l u k a   b e r a t )   d a n   m e n t a l .   H a l   i n i   d i k a r e n a k a n  

t e r k e n a   g a s   a i r   m a t a ,   p u k u l a n , tendangan, gigitan anjing pelacak

dan tembakan sehingga harus mengalami perawatanyang serius

c.Perkosaan atau bentuk kekerasan seksual lain yang

setaraTerutama pada Mei 1998, telah terjadi tindak kekerasan

seksual termasuk perkosaanyang mengakibatkan sejumlah perempuan

mengalami trauma dan penderitaan fisik danmental. Trauma yang

dialami sulit diatasi karena korban tidak berani tampil

untuk menceritakan apa yang dialaminya. d . P e n g h i l a n g a n

p a k s a Pada bulan Mei 1998, telah terjadi penghilangan secara paksa

terhadap 5 (lima) orangyang diantaranya adalah aktifis dan anggota

masyarakat yang hingga kini nasib

dankeberadaannya t idak d iketahui .  Dalam per ist iwa  in i ,  

negara belum  juga mampumenjelaskan nasib dan keberaan mereka.

e.Perampasan kemerdekaan

dan kebebasan  f is ik  Sebagai  bagian dar i   t indakan kekerasan,  

d i lakukan pula   t indakan penggeledahan,  penangkapan dan

penahanan yang dilakukan secara sewenang-wenang dan

melewati batas-batas kepatutan sehingga menimbulkan rasa tidak

aman dan trauma. Perbuatanini dilakukan sebagai bagian yang tidak

terpisah dari upaya penundukan secara fisik dan mental terhadap

korban.  >Pemenuhan Unsur-

unsur Kejahatan terhadap Kemanusiaandan Tanggung Jawab

Pidana

Serangan

A d a n y a   s e r a n g a n   y a n g   s i s t e m a t i s   a t a u   m e l u a s   t e r h a d a p  

w a r g a   m a s y a r a k a t merupakan ciri utama dari kejahatan terhadap

kemanusiaan. Dari analisis terhadap

ketigarangkaian kejadian d i  atas  d is impulkan bahwa te lah 

terpenuhi  unsur-unsur  kejahatanterhadap kemanusiaan.

Di bawah ini kami jabarkan analisis

terhadap serangan besertakonsekuensi pertanggungjawaban

pidananya.Serangan yang d i lakukan aparat TNI dan POLRI pada

t iga rangkaian per ist iwatersebut sangat jelas bukan merupakan

serangan dalam pengertian perang. Tetapi

serangandalam pengert ian “suatu rangkaian perbuatan yang 

d i lakukan terhadap penduduk s ip i ls e b a g a i   k e l a n j u t a n   k e b i j a

k a n   p e n g u a s a   a t a u   k e b i j a k a n   y a n g   b e r h u b u n g a n   d e n g a n o

rganisas i” ,  sebagaimana yang d imaksud dalam penje lasan UU 

No.  26/2000 tentangPengadilan Hak Asasi Manusia.Penyerangan

terhadap para demonstran pada ketiga peristiwa ini dan di daerah-

daerah luar Jakarta tampak tidak terukur dan di luar batas-batas kewajaran

(exesive use of force). Sebagaimana standar operasi pengendalian

huru-hara penggunaan gas air mata,mer iam air

dan tembakan sa lvo memang di lakukan,

akan tetapi  penggunaan cara  i tuterutama senjata api  dengan 

peluru  karet  atau ta jam tetap harus d ibatas i .  Pada ket igarang

kaian peristiwa, para demonstran tak hanya dibubarkan dengan

perangkat penghalau,tapi banyak yang diserang secara fisik, ataupun

dianiaya, bahkan dalam beberapa kejadianterjadi pelecehan dan serangan

seksual, yang menunjukkan operasi pengendalian itu di luar  batas

kewajaran. Setidaknya terdapat dua kasus penganiayaan

(Semanggi I dan SemanggiII) yang dilakukan oleh pasukan

pengendali demonstrasi sehingga mengakibatkan

korbantewas.Pola  penyerangan yang ter jad i  d i  kampus Tr isakt i ,  

d i  kampus Atmajaya (yangdikenal dengan peristiwa Semanggi I)

dan di jembatan Semanggi (yang dikenal dengan peristiwa Semanggi

II), juga terjadi di daerah-daerah lain akan tetapi tidak terbatas

pada. penyerangan di sekitar kampus IKIP Negeri Yogyakarta

yang menyebabkan tewasnyaMozes Gatot Katja, seperti di Purwokerto,

Lampung, dan Palembang.

> Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi  

Manusia Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II 

Meskipun DPR RI telah merekomendasikan agar kasus Trisakti dan Semanggi

I danII ditindak lanjuti dengan Pengadilan Umum dan Pengadilan

Militer, namun sehubungandengan adanya dugaan telah terjadinya

pelanggaran HAM berat, tuntutan keadilan bagikeluarga korban dan

masyarakat, dan dalam rangka penegakan hukum dan

penghormatanhak asas i  manusia,  d ipandang per lu  Komnas HAM 

melakukan penyel id ikan denganmembentuk Komisi Penyelidikan 

Pelanggaran HAM Trisakti, Semanggi

I, dan SemanggiII.Maka dalam Rapat  Par ipurna Komnas HAM

tanggal  5   Juni  2001 menyepakat i  pembentukan Komisi

Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Peristiwa

Trisakti,Semanggi I dan Semanggi II yang selanjutnya dituangkan dalam SK

Nomor 034/KOMNASHAM/VII/ 2001 tanggal 27 Agustus 2001.2.5.

>Landasan Hukum

Pembentukan Komis i  Penyel id ikan Pelanggaran Hak Asas i  

Manusia  per ist iwaTrisakti, Semanggi I, dan Semanggi II didasarkan

atas:1 . U n d a n g - U n d a n g   R e p u b l i k   I n d o n e s i a   N o m o r   3 9  

T a h u n   1 9 9 9   t e n t a n g   H a k   A s a s i Manusia.2.Undang-Undang 

Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak

Asasi Manusia.3.Keputusan Rapat Par ipurna Komnas HAM

tanggal 5 Juni  2001.4 . K e p u t u s a n   K e t u a   K o m n a s

H A M   N o m o r   0 3 4 / K O M N A S   H A M / V I I / 2 0 0 1   t a n g g a l

2 7 Agustus 2001 tentang Pembentukan Komis i  Penyel id ikan 

Pelanggaran Hak Asas iManusia peristiwa Trisakti, Semanggi I& II.  

>Tugas dan Wewenang

Tugas dan wewenang KPP HAM Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II

adalah :1.Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap

peristiwa yang terjadi dan kasus-kasus yang berkaitan2 . M e m i n t a

k e t e r a n g a n p i h a k - p i h a k k o r b a n 3.Memanggil dan memeriksa

saksi-saksi dan pihak-pihak yang diduga terlibat dalam pelanggaran

hak asasi manusia4.Mengumpulkan bukti-bukti

tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia5.Meninjau

dan mengumpulkanketerangan di tempat kejadian dan

tempat lainnya yangdianggap perlu6 . K e g i a t a n l a i n y a n g

d i a n g g a p p e r l u .

>Masa Tugas

KPP HAM Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II melaksanakan tugas

mulaitanggal 27 Agustus sampai dengan 27 November 2001 dan dapat

diperpanjang selama 90(sembilan puluh) hari apabila dipandang perlu.Hasil

penyelidikan KPP HAM Trisakti dan Semanggi I & II akan

diserahkan kepadaSidang paripurna Komnas HAM untuk disahkan sebelum

diserahkan kepada penyidik untuk ditindak lanjuti sampai dengan Pengadilan

HAM.Pada saat ini KPP HAM Trisakti dan Semanggi I & II

sedang menjalankankegiatannya sesuai dengan prosedur dan mekanisme

kerjanya yang memenuhi standar internasional maupun Kitab Undang-

undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Penanganan dan penyelesaian kasus Trisakti-Semanggi tidak

pernah mendapatkankepastian hukum. Sepertinya keberadaan UU

HAM, Komnas HAM, dan KPP HAM

tidak  berdaya mengungkap tragedi  kemanusiaan tersebut .  

I ronisnya  justru  memunculkan perbedaan pendapat. Apakah

tragedi berdarah ini termasuk pelanggaran HAM berat atau bukan.

Sebenarnya ada apa dengan aparat penegak hukum kita.Di Indonesia,

hukum seperti apa yang dalam pelaksanaannya dapat

mewujudkan penegakan hak-hak manusia. Tentunya hukum yang

benar-benar ditegakkan tanpa harusdiwarnai  dengan carut-

marut  dunia pol i t ik .  Bahkan dalam rangka 

melaksanakannyadiperlukan orang-orang yang berani menentang arus.

Atau mungkin orang yang telah putussyaraf takutnya menghadapi

kedikdayaan penguasa.Demi kaum yang lemah.Semangat negara hukum

yang dianut Indonesia bukan hanya sekedar angan.

Tetapi,m e r u p a k a n   p e r n y a t a a n   y a n g   h a r u s   s e l a l u   m e n j a d i  

a c u a n .   M e n g i n g a t   d i   d a l a m n y a terkandung rasa

hukum, kesadaran hukum, dan aspek

keadilan.Dalam pelaksanaannya  p e n e g a k a n   H A M   m e m a n g  

b u k a n   h a l   y a n g   m u d a h ,   m e s k i p u n   s u d a h   a d a   d a s

a r   konstitusional. Hal itu disebabkan masih adanya kendala yang terus-

menerus membayangi pelaksanaan HAM. Kendala pertama adalah

kendala teknis-prosedural, yang menyangkut pembuktian secara

hukum dan ketersediaan aturan hukum. Kedua, kendala politis

yangditandai oleh adanya kekuatan yang besar untuk

menghambat upaya penyelesaian melalui pengadilan (Moh. Mahfud MD,

2000).Dalam rangka penegakan HAM pergeseran konsep negara

hukum rawan

terjadi.T e r d a p a t   p e m b e n a r a n   s e c a r a   k o n s t i t u s i o n a l   b e r u p a 

u n d a n g - u n d a n g   a t a u   p e r a t u r a n  perundang-undangan. Akibatnya

negara hanya akan menjadi negara undang-undang.

Saratd i tunggangi  kepent ingan kelompok-kelompok ter tentu.  

Oleh karena  i tu  se layaknya Indonesia segera menghindar dari

kondisi sekedar mengkambinghitamkan UU sebagaialasan dasar

kegagalan pengusutan pelanggaran dan kejahatan.Dalam rangka mencari

jalan keluar dari masalah Trisakti-Semanggi bukan

tidak mungkin pani t ia  ad hoc HAM dibentuk.  Bukankah d i  

da lam hukum sendir i   terdapatadagium yang d i ter ima sebagai  

pr ins ip  yakni  sa lus  popul i  suprema  lex yang berart ikeselamatan

rakyat adalah hukum yang tertinggi.Setiap tindakan dalam rangka

menyelamatkan rakyat serta keutuhan bangsa harusdilakukan oleh

negara. Karena tindakan penyelamatan merupakan hukum yang lebih

tinggidari hukum-hukum yang telah ada. Asalkan alasan-alasannya bisa

diterima oleh rakyat dan bukan merupakan tindakan sepihak oleh

penguasa.Bagaimana mungkin tragedi Trisakti-Semanggi yang jelas-jelas

telah menyebabkan hilangnya nyawa orang, bisa bebas dari upaya

hukum. Apapun kendalanya dan tingkat kesulitannya tidak menjadi

alasan untuk putus asa mengungkap

tabir kejahatan pelanggar HAM.Upaya memetieskan suatu tindakan

pelanggaran memang bisa ditempuh sebagaialternatif terakhir ketika

pelanggaran yang terjadi dianggap sudah terlalu lama berlalu. Itu pun

dengan prasyarat pada saat itu belum ada peraturan yang berlaku.

Sedangkan peraturanyang ada t idak ber laku surut . Namun,

bukan berart i  k i ta  sebagai  orang yang pernahmemetik hasil

dari upaya para pendahulu bisa berdiam diri. Penegakan hukum

harus terusdilakukan.Tragedi Trisakti-Semanggi mungkin telah

menjadi sejarah. Namun jangan sampai penegakan hukum di

Indonesia juga hanya menjadi cerita masa lalu. Jangan sampai

suatutindakan pelanggaran terlepas dari kaca mata hukum hanya

karena tertutup oleh isu-isuyang sedang hangat beredar atau adanya

kepentingan tertentu. Aparat penegak hukum harusterus

melebarkan sayapnya demi mewujudkan Indonesia sebagai

negara hukum. Itu tugasyang jelas diamanatkan pada mereka.

B.Saran

1).Saran yang dapat saya berikan terhadap tragedi yang terjadi diSemanggi tersebut

adalah., sebaiknya aparat negara dalam menajalan kan tuagsnya jangan menggunakan cara

yang dapat melanggar perarturan yang telah ada.

2).Aparat negara yang telah melakukan kesalahan atau pelanggaran tersebut sebaiknya

bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dibuat oleh mereka seperti

kekerasan,pembunuhan,penganiyayan, Dan lain lain.