PELANGGARAN KASUS HAM DI INDONESIA
MAKALAH PKN
DISUSUN OLEH:ALEXANDER RIDWAN NUGRAHA
XI IPS 3
SEKOLAH MENENGAH ATAS TERPADU KRIDA NUSANTARA
BANDUNG
2014/2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. I
DAFTAR ISI ............................................................................................... II
BAB 1 PANDAHULUAN
1.1. Latar belakang masalah
1.2 Identifikasi masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat rahmatnya
saya bisa menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru PKN yaitu Bapak
Rangga. Walaupun saya menemukan beberapa kendala dalam
menyelesaikan tugas ini, tapi berkat usaha dan do’a, saya dapat
menyelesaikan tugas ini makalah ini dengan cukup baik. Dalam makalah ini
saya akan menyampaikan masalah tentang kasus pelanggaran HAM yang
terjadi di Indonesia yang tepatnya terjadi pada tahun 1998-1999.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME atas berkatnya
maka saya dapat menyelesaikan makalah ini. saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu pengerjaan makalah ini,
kepada guru kami dan teman-teman sekalian.inilah makalah yang dapat
saya berikan.
Bekasi, Agustus 2014
Penulis,
Alex Nugraha
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kasus pelanggaran HAM memang selalu menjadi isu menarik. Bahkan semua
yang melanggar kebebasan seseorang dinilai melanggar HAM.
Kondisi ini mengingatkan pada
m e n c u a t n y a i s u k e b e b a s a n d a n h a k - h a k d a s a r m a n u s i a
y a n g p e r n a h m e n j a d i i k o n kosmologi pada abad ke-18. Pada masa
itu hak-hak dasar tidak hanya dipandang sebagai kewajiban yang
harus dihormati penguasa. Tetapi, juga hak yang mutlak dimiliki oleh
rakyat. Bahkan pada abad18 muncul kredo (pernyataan kepercayaan) tiap
manusia dikaruniakan hak-hak yang kekal.Hak yang tidak dapat dicabut
dan yang tidak pernah ditinggalkan ketika umat manusia beralih
untuk memasuki era baru dari kehidupan pramodern ke kehidupan
modern. Sertat idak pernah berkurang karena tuntutan hak
memerintah penguasa. Betapa HAM te lah mendapatkan
tempat khusus di tengah-tengah perkembangan
kehidupan manusia mulaiabad 18 sampai sekarang.Seorang penganut
hukum alam Locke menyatakan bahwa masyarakat yang idealadalah
masyarakat yang tidak melanggar hak-hak dasar manusia. Makna
terdalam dari pernyataan Locke adalah untuk mencapai suatu
tatanan kehidupan masyarakat diperlukanaturan ataupun perlengkapan
yang dapat digunakan untuk menjaga eksistensi hak-hak dasar manusia.
Lalu apa perlengkapan yang diperlukan dalam upaya penegakan
HAM.Jawaban yang pal ing tepat tentunya adalah hukum.
Sepert i ungkapan dar i Kant bahwa manusia sebagai mahluk berakal
dan berkehendak bebas sehingga negara memiliki
tugas untuk menegakkan hak-hak dan kebebasan warganya.
Oleh karena i tu penguasadalam hal ini pemerintah tidak boleh
melanggar maupun menghalangi. Kemakmuran dan kebahagian rakyat
merupakan tujuan negara dan hokum.
Di Indonesia, hukum seperti apa yang dalam pelaksanaannya dapat
mewujudkan penegakan hak-hak manusia. Tentunya hukum yang
benar-benar ditegakkan tanpa harusdiwarnai dengan carut-marut
(segala coreng-moreng) dunia politik. Bahkan dalam
rangkamelaksanakannya diperlukan orang-orang yang berani
menentang arus. Atau mungkinorang yang telah putus syaraf
takutnya menghadapi kedikdayaan penguasa. Demi kaumyang
lemah.Sepuluh tahun sudah tragedi Semanggi berlalu tanpa ada kepastian
hukum. Saat inikembali bangsa Indonesia memperingati momentum Mei
berdarah, yang telah melahirkan pahlawan reformasi. Namun banyak orang
sudah mulai lupa makna di balik pejuangan paramahasiswa tersebut.Belum
adanya titik terang kasus Trisakti-Semanggi sangat erat hubungannya
dengan pernyataan Jaksa Agung Hendarman Supandji bahwa pihaknya
kesulitan menangani kasusTrisakti sebagai pelanggaran berat HAM (JawaPos,
13/05/2007). Tragedi Semanggi
yangd i k a t e g o r i k a n t e r m a s u k P e l a n g g a r a n H A M b e r a t ,
m e n j a d i b a n y a k t a n d a t a n y a d i masyarakat. Oleh karena itu tim
penyusun makalah akan membahas lebih lanjut mengenaiTragedi
Semanggi itu sendiri, Kejahatan Berat, kaitannya dengan HAM dan
penanganandari pemerintah sendiri
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan memberikan
beberapa permasalahan dalam pembahasan makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah kronologis pelanggaran Hak Asasi Manusia di Semanggi
pada tahun?
2. Bagaimana penerapan hukumnya?
3. Apakah alasan terjadi tragedi seperti tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
-Penyebab Tragedi Semanggi
Perjuangan Orde Reformasi dimulai dengan adanya krisis ekonomi
yang melandaIndonesia tahun 1997. Dengan dipelopori mahasiswa,
rakyat Indonesia mulai melawan ketidakadilan yang dilakukan
Pemerintahan Orde Baru dan memperjuangkan demokratisasidi
Indonesia.Pergantian pemerintahan dari Orde Baru ke Orde Reformasi
memberikan harapan bahwa demokratisasi telah dimulai. Namun patut
disayangkan bahwa krisis ekonomi sejak tahun 1997 belum membaik.
Begitu juga permasalahan penegakan hukum, keadilan,
dankepastian hukum yang masih jauh dari yang diharapkan
masyarakat. Akibatnya, terjadi beberapa kali kesalah pahaman /
bentrokan antara mahasiswa dan masyarakat dengan aparat pemerintah
baik TNI maupun Polri serta terjadi peristiwa-peristiwa yang
diduga merupakan p e l a n g g a r a n h a k a s a s i m a n u s i a .
K e s a l a h p a h a m a n d a n b e n t r o k a n y a n g t e r j a d i t e l a h mengaki
batkan jatuhnya korban dari pihak mahasiswa serta masyarakat
maupun TNI /Polri.Peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran hak
asasi manusia berat antara lain peristiwa Trisakti dan Semanggi I &
II.Pada bulan November 1998 pemerintahan transisi Indonesia
mengadakanSidang Istimewau n t u k m e n e n t u k a n pemilu
b e r i k u t n y a d a n m e m b a h a s a g e n d a - a g e n d a pemerintahan
yang akan dilakukan. Mahasiswa bergolak kembali karena
mereka tidak mengakui pemerintahan B. J. Habibie dan tidak percaya
dengan para anggota
DPR / MPR O r d e B a r u . M e r e k a j u g a m e n d e s a k u n t u k
m e n y i n g k i r k a n m i l i t e r d a r i p o l i t i k s e r t a pembersihan
pemerintahan dari orang-orang Orde Baru .
Masyarakat dan mahasiswa menolak Sidang Istimewa 1998 dan juga
menentangdwifungsi ABRI/TNI karena dwifungsi inilah salah satu
penyebab bangsa ini tak pernah bisa maju sebagaimana mestinya.
Benar memang ada kemajuan, tapi bisa lebih maju dariyang sudah
berlalu, jadi, boleh dikatakan kita diperlambat maju. Sepanjang
diadakannyaSidang Ist imewa i tu masyarakat bergabung dengan
mahasiswa set iap har i melakukandemonstrasi ke jalan-jalan di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Peristiwa inimendapat
perhatian sangat besar dari dunia internasional terlebih lagi
nasional. Hampir seluruh sekolah dan universitas di
Jakarta, tempat diadakannya Sidang Istimewa tersebut,diliburkan
untuk mecegah mahasiswa berkumpul. Apapun yang dilakukan oleh
mahasiswamendapat perhatian ekstra ketat dari pimpinan universitas
masing-masing karena mereka di bawah tekanan aparat yang
tidak menghendaki aksi mahasiswa. Sejarah membuktikan bahwa
perjuangan mahasiswa tak bisa dibendung, mereka sangat berani
dan jika perlumereka rela mengorbankan nyawa mereka demi Indonesia
baru
-Peristiwa Semanggi
Tragedi Semanggi
menunjuk kepada dua kejadian protes masyarakat terhadap
pelaksanaan dan agenda Sidang Isti mewa
yang mengakibatkan tewasnya warga sipil.Kejadian pertama dikenal
dengan
Tragedi Semanggi I
terjadi pada11-13 November 1998,masa pemerintah transisi Indonesia,
yang menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
Kejadiankedua d ikenal dengan
Tragedi Semanggi I I
ter jad i pada 24 Sep tember 1999 yangmenyebabkan tewasnya
seorang mahasiswa dan sebelas orang lainnya di seluruh Jakartaserta
menyebabkan 217 korban luka-luka. Pada tanggal 11 November 1998,
mahasiswa danmasyarakat yang bergerak dari Jalan Salemba, bentrok
dengan Pamswakarsadi kompleks Tugu Proklamasi.Pada tanggal 12
November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyrakat
bergerak menuju ke gedung DPR/MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-
Kuningan, tetapi tidak adayang berhasil menembus ke sana karena dikawal
dengan sangat ketat oleh tentara, Brimobdan juga Pamswakarsa
(pengamanan sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu
dengan mahasiswa). Pada malam harinya terjadi bentrok di daerah Slipi dan
Jl. Sudirman, puluhan mahasiswa masuk rumah sakit. Ribuan mahasiswa
dievakuasi ke Atma Jaya. Satuorang pelajar, yaituLukman Firdaus, terluka
berat dan masuk rumah sakit. Beberapa harikemudian ia meninggal
dunia.Anggota-anggota dewan yang bersidang istimewa dan tokoh-
tokoh politik saat itut idak pedul i dan t idak mengangap pent ing
suara dan pengorbanan masyarakat ataupun mahasiswa, jika
tidak mau dikatakan meninggalkan masyarakat dan mahasiswa
berjuangsendir ian saat i tu . Per ist iwa i tu d ianggap sebagai hal
lumrah dan b iasa untuk b iayademokrasi. "Itulah yang harus dibayar
mahasiswa kalau berani melawan tentara".Semakin banyak korban
berjatuhan baik yang meninggal tertembak maupun
terluka.Gelombang mahasiswa dan masyarakat yang ing in
bergabung terus berdatangan dandisambut dengan peluru dangas
airmata . Sangat dahsyatnya peristiwa itu sehingga jumlahkorban yang
meninggal mencapai 17 orang. Korban lain yang meninggal dunia
adalah:Sigit Prasetyo(YAI),Heru Sudibyo(Universitas
Terbuka),Engkus Kusnad i (Universitas Jakarta ),Muzam mil Joko
(Universitas Indonesia ), Uga Usmana, Abdullah/Donit, AgusSetiana,
Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Sidik, Kristian Nikijulong, Sidik, Hadi.Jumlah
korban yang didata olehTim Relawan untuk Kemanusiaan berjumlah
17orang korban, yang terd i r i dar i 6 orang mahasiswa dar i
berbagai Perguruan T inggi d i Jakarta, 2 orang pela jar SMA, 2
orang anggota aparat keamanan dar i POLRI ,
seoranganggota Satpam Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam
Swakarsa dan 3 orang wargamasyarakat. Sementara 456 korban
mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakansenjata api dan
pukulan benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari
mahasiswa, pelajar, wartawan, aparat keamanan dan anggota
masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia, termasuk
Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru
nyasar di kepal
Tragedi Semanggi II
Pada24 September 1999, untuk yang kesekian kalinya tentara
melakukan tindak kekerasan kepada aksi-aksi mahasiswa. Kala itu
adanya pendesakan oleh pemerintahantransisi untuk
mengeluarkanUndang-Undang Penanggulangan Keadaan Bahaya(UU
PKB)yang materinya menurut banyak kalangan sangat memberikan
keleluasaan kepada militer untuk melakukan keadaan negara sesuai
kepentingan militer. Oleh karena itulah mahasiswa bergerak dalam jumlah
besar untuk bersama-sama menentang diberlakukannya UU PKB.2.4.
Kejahatan Berat
2.4.1.
Kejahatan Terhadap Kemanusiaan
Pengertian
Kejahatan terhadap kemanusiaan (crimes against humanity)
merupakan kejahatanyang sangat serius sehingga menjadi musuh umat
manusia (hostis humanis generis).
Dalamhukum internasional pelanggaran-pelanggaran hak asasi
manusia sebagaimana terumusdalam kejahatan terhadap
kemanusiaan merupakan kejahatan menurut hukum
kebiasaani n t e r n a s i o n a l m a u p u n p r i s i p - p r i n s i p h u k u m
u m u m . P r a k t i k - p r a k t i k i n t e r n a s i o n a l menunjukan bahwa
kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan kejahatan jus
cogens.Kejahatan demikian menimbulkan
obligatio erga omnes (kewajiban masyarakatinternasional seara
keseluruhan) untuk mengadili dan menghukum pelaku kejahatan.
Olehkarena itu, terhadap kejahatan terhadap kemanusiaan
berlaku prinsip yurisdiksi universal.Setiap negara dapat mengadili
kejahatan terhadap kemanusiaan yang terjadi di manapundan
dilakukan oleh warga negara
lain.D i s a m p i n g k e b i a s a a n d a n p r i n s i p - p r i n s i p h u k u m
u m u m , k e j a h a t a n t e r h a d a p kemanusiaan sudah diterima
dalam sebuah perjanjian internasional yaitu Statuta Romamengenai
Pengadilan Pidana Internasional. Sudah diterima secara internasional pula
bahwanorma-norma di dalamnya merupakan kodi f ikas i dar i
hukum (p idana) internas iona l . Demikian pula di tataran nasional.
UU Pengadilan HAM No.26/2000 (pasal 9) mengakuiyurisdiksi
pengadilan tersebut untuk mengadili kejahatan terhadap
kemanusiaan.Unsur penting dari kejahatan terhadap kemanusiaan
adalah adanya serangan
yangdi lakukan secara s istemat is (systemat ic) atau meluas
(widespread) dan serangan i tudi tu jukankepada warga s ip i l . T i
ndak kejahatan in i lah yang d iduga ter jad i pada kasusTrisakti,
Semanggi dan II.
Prinsip Non-Retroaktif dalam Kejahatan terhadap Kemanusiaan
Prinsip non retroaktif dalam hukum pidana tidak berlaku untuk kejahatan
terhadapkemanusiaan karena alasan-alasan berikut
ini:1 . K e j a h a t a n t e r h a d a p k e m a n u s i a a n m e r u p a k a n
k e j a h a t a n d a l a m h u k u m k e b i a s a a n internasional dan
prinsip-prinsip hukum umum. Menurut kedua sumber hukum
itu,orang yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan
baik secacara commissionmaupun ommission dapat dihukum secara
retroaktif.2 .Pasal 15 (2) kovenan internas ional mengenai hak-
hak s ip i l dan pol i t ik memungkinkan pengecualian asas non retroaktif
untuk kejahatan-kejahatan yang telah diterima sebagaikejahatan menurut
prinsip-prinsip hukum umum.
Pertanggungjawaban Komando
P e l a k u t i n d a k p i d a n a k e j a h a t a n t e r h a d a p k e m a n u s i a a n
d a p a t d i t u n t u t d a l a m kapasi tasnya sebagai penanggung jawa
b komando (command responsib i l i ty ) . Secarakonseptual
seorang komandan dapat dimintai pertanggungjawaban baik atas
perbuatan p idananya karena langsung member i per intah
kepada pasukan yang berada d ibawah pengendal iannya untuk
melakukan sa lah satu atau beberapa perbuatan dar i ke jahatan
terhadap kemanusiaan (by commission) maupun karena membiarkan atau
tidak
melakukant i n d a k a n a p a p u n t e r h a d a p p a s u k a n d i b a w a h
p e n g e n d a l i a n n y a ( b y o m m i s s i o n ) . Pertanggungjawaban
karena pembiaran dilakukan misalnya ketika komandan bersangkutantidak
melakukan upaya pencegahan perbuatan atau melaporkan kepada
pihak berwenangagar dilakukan penyelidikan
Demikian pula di tataran nasional. UU Pengadilan HAM No.26/2000
(pasal 9) mengakuiyurisdiksi pengadilan tersebut untuk mengadili
kejahatan terhadap kemanusiaan.Unsur penting dari kejahatan terhadap
kemanusiaan adalah adanya serangan
yangdi lakukan secara s istemat is (systemat ic) atau meluas
(widespread) dan serangan i tudi tu jukankepada warga s ip i l . T i
ndak kejahatan in i lah yang d iduga ter jad i pada kasusTrisakti,
Semanggi dan II.
Prinsip Non-Retroaktif dalam Kejahatan terhadap Kemanusiaan
Prinsip non retroaktif dalam hukum pidana tidak berlaku untuk kejahatan
terhadapkemanusiaan karena alasan-alasan berikut
ini:1 . K e j a h a t a n t e r h a d a p k e m a n u s i a a n m e r u p a k a n
k e j a h a t a n d a l a m h u k u m k e b i a s a a n internasional dan
prinsip-prinsip hukum umum. Menurut kedua sumber hukum
itu,orang yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan
baik secacara commissionmaupun ommission dapat dihukum secara
retroaktif.2 .Pasal 15 (2) kovenan internas ional mengenai hak-
hak s ip i l dan pol i t ik memungkinkan pengecualian asas non retroaktif
untuk kejahatan-kejahatan yang telah diterima sebagaikejahatan menurut
prinsip-prinsip hukum umum.
Pertanggungjawaban Komando
P e l a k u t i n d a k p i d a n a k e j a h a t a n t e r h a d a p k e m a n u s i a a n
d a p a t d i t u n t u t d a l a m kapasi tasnya sebagai penanggung jawa
b komando (command responsib i l i ty ) . Secarakonseptual
seorang komandan dapat dimintai pertanggungjawaban baik atas
perbuatan p idananya karena langsung member i per intah
kepada pasukan yang berada d ibawah pengendal iannya untuk
melakukan sa lah satu atau beberapa perbuatan dar i ke jahatan
terhadap kemanusiaan (by commission) maupun karena membiarkan atau
tidak
melakukant i n d a k a n a p a p u n t e r h a d a p p a s u k a n d i b a w a h
p e n g e n d a l i a n n y a ( b y o m m i s s i o n ) . Pertanggungjawaban
karena pembiaran dilakukan misalnya ketika komandan bersangkutantidak
melakukan upaya pencegahan perbuatan atau melaporkan kepada
pihak berwenangagar dilakukan penyelidikan. Demikian pula di tataran
nasional. UU Pengadilan HAM No.26/2000 (pasal 9)
mengakuiyurisdiksi pengadilan tersebut untuk mengadili kejahatan
terhadap kemanusiaan.Unsur penting dari kejahatan terhadap
kemanusiaan adalah adanya serangan
yangdi lakukan secara s istemat is (systemat ic) atau meluas
(widespread) dan serangan i tudi tu jukankepada warga s ip i l . T i
ndak kejahatan in i lah yang d iduga ter jad i pada kasusTrisakti,
Semanggi dan II.
Prinsip Non-Retroaktif dalam Kejahatan terhadap Kemanusiaan
Prinsip non retroaktif dalam hukum pidana tidak berlaku untuk kejahatan
terhadapkemanusiaan karena alasan-alasan berikut
ini:1 . K e j a h a t a n t e r h a d a p k e m a n u s i a a n m e r u p a k a n
k e j a h a t a n d a l a m h u k u m k e b i a s a a n internasional dan
prinsip-prinsip hukum umum. Menurut kedua sumber hukum
itu,orang yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan
baik secacara commissionmaupun ommission dapat dihukum secara
retroaktif.2 .Pasal 15 (2) kovenan internas ional mengenai hak-
hak s ip i l dan pol i t ik memungkinkan pengecualian asas non retroaktif
untuk kejahatan-kejahatan yang telah diterima sebagaikejahatan menurut
prinsip-prinsip hukum umum.
Pertanggungjawaban Komando
P e l a k u t i n d a k p i d a n a k e j a h a t a n t e r h a d a p k e m a n u s i a a n
d a p a t d i t u n t u t d a l a m kapasi tasnya sebagai penanggung jawa
b komando (command responsib i l i ty ) . Secarakonseptual
seorang komandan dapat dimintai pertanggungjawaban baik atas
perbuatan p idananya karena langsung member i per intah
kepada pasukan yang berada d ibawah pengendal iannya untuk
melakukan sa lah satu atau beberapa perbuatan dar i ke jahatan
terhadap kemanusiaan (by commission) maupun karena membiarkan atau
tidak
melakukant i n d a k a n a p a p u n t e r h a d a p p a s u k a n d i b a w a h
p e n g e n d a l i a n n y a ( b y o m m i s s i o n ) . Pertanggungjawaban
karena pembiaran dilakukan misalnya ketika komandan bersangkutantidak
melakukan upaya pencegahan perbuatan atau melaporkan kepada
pihak berwenang agar dilakukan penyelidikan.
Prinsip Non-Retroaktif
Berdasarkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan hukum internasional yang
diakuidan dihormati dalam hukum nasional prinsip non
retroaktif tidak berlaku untuk mengadilikejahatan terhadap
kemanusiaan.2.4.2.
Fakta dan Pola Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Berdasarkan fakta-fakta, dokumen, keterangan dan kesaksian
berbagai pihak, KPPHAM menemukan berbagai kekerasan yang pada
dasarnya melanggar hak asasi
manusias e p e r t i p e m b u n u h a n , p e n g a n i a y a a n , p e n g h i l a n g a n
p a k s a , p e r k o s a a n , p e r a m p a s a n kemerdekaan dan kebebasan
f is ik yang d i lakukan secara s is temat is serta meluas yangdilaku
kan oleh pelaku tertentu dengan sasaran masyarakat tertentu.
Masyarakat
tersebutsecara khusus adalah mahasiswa maupun masyarakat
yang berdemonstras i terhadapkekuasaan politik untukmenuntut
perubahan, termasuk terhadap rencana melahirkan
UUPKB.KPP HAM memusatkan perhat ian pada t iga (3) rangkaian
kejadian d i sek i tar kampus Tr isakt i 12-13 Mei 1998, d i seki tar
Semanggi 13-14 November 1998 (d ikenal dengan peristiwa
Semanggi I), dan pada 23-24 September 1999 (dikenal dengan SemanggiII).
Meskipun kurun waktu terjadinya peristiwa tesebut berbeda, tiga
rangkaian peristiwaini tidak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari
kebijakan pemerintah dalam menghadapigelombang demonstrasi
mahasiswa dan masyarakat akan perlunya reformasi.Kekerasan-
kekerasan yang t idak manusiawi dan sangat kejam yang
ditemukan dalam ketiga peristiwa itu mencakup tindakan-tindakan di
bawah ini
P e m b u n u h a n Telah ter jad i pembunuhan yang s istemat is
d i berbagai daerah dalam waktu yang panjang, ya i tu pada Mei
1998, Nopember 1998, serta September 1999. T indakan pembu
nuhan itu dilakukan terhadap mahasiswa demonstran, petugas
bantuan
medis,anggota masyarakat yang berada d iseki tar lokas i
demonstran, ataupun anggotamasyarakat yang dimobilisasi untuk
menghadapi demonstran. Pembunuhan serupa juga.
di lakukan dalam kerusuhan massa yang d ic iptakan secara
s is temat is sebagaimanaterjadi di Jakarta dan Solo pada Mei 1998 (lihat
laporan TGPF). b . P e n g a n i a y a a n Telah terjadi penganiayaan untuk
membubarkan demonstrasi yang dilakukan
sejumlahmahasiswa dan anggota masyarakat yang d i lakukan
o leh aparat TNI dan POLRI(dahulu disebut ABRI). Penganiayaan ini
terjadi secara berulang-ulang di
berbagailokas i , sepert i pada kampus Univers i tas Tr isakt i , dan
Univers i tas Atmajaya, danSemanggi yang mengakibatkan
timbulnya korban fisik (seperti terbunuh, luka
ringand a n l u k a b e r a t ) d a n m e n t a l . H a l i n i d i k a r e n a k a n
t e r k e n a g a s a i r m a t a , p u k u l a n , tendangan, gigitan anjing pelacak
dan tembakan sehingga harus mengalami perawatanyang serius
c.Perkosaan atau bentuk kekerasan seksual lain yang
setaraTerutama pada Mei 1998, telah terjadi tindak kekerasan
seksual termasuk perkosaanyang mengakibatkan sejumlah perempuan
mengalami trauma dan penderitaan fisik danmental. Trauma yang
dialami sulit diatasi karena korban tidak berani tampil
untuk menceritakan apa yang dialaminya. d . P e n g h i l a n g a n
p a k s a Pada bulan Mei 1998, telah terjadi penghilangan secara paksa
terhadap 5 (lima) orangyang diantaranya adalah aktifis dan anggota
masyarakat yang hingga kini nasib
dankeberadaannya t idak d iketahui . Dalam per ist iwa in i ,
negara belum juga mampumenjelaskan nasib dan keberaan mereka.
e.Perampasan kemerdekaan
dan kebebasan f is ik Sebagai bagian dar i t indakan kekerasan,
d i lakukan pula t indakan penggeledahan, penangkapan dan
penahanan yang dilakukan secara sewenang-wenang dan
melewati batas-batas kepatutan sehingga menimbulkan rasa tidak
aman dan trauma. Perbuatanini dilakukan sebagai bagian yang tidak
terpisah dari upaya penundukan secara fisik dan mental terhadap
korban. >Pemenuhan Unsur-
unsur Kejahatan terhadap Kemanusiaandan Tanggung Jawab
Pidana
Serangan
A d a n y a s e r a n g a n y a n g s i s t e m a t i s a t a u m e l u a s t e r h a d a p
w a r g a m a s y a r a k a t merupakan ciri utama dari kejahatan terhadap
kemanusiaan. Dari analisis terhadap
ketigarangkaian kejadian d i atas d is impulkan bahwa te lah
terpenuhi unsur-unsur kejahatanterhadap kemanusiaan.
Di bawah ini kami jabarkan analisis
terhadap serangan besertakonsekuensi pertanggungjawaban
pidananya.Serangan yang d i lakukan aparat TNI dan POLRI pada
t iga rangkaian per ist iwatersebut sangat jelas bukan merupakan
serangan dalam pengertian perang. Tetapi
serangandalam pengert ian “suatu rangkaian perbuatan yang
d i lakukan terhadap penduduk s ip i ls e b a g a i k e l a n j u t a n k e b i j a
k a n p e n g u a s a a t a u k e b i j a k a n y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n o
rganisas i” , sebagaimana yang d imaksud dalam penje lasan UU
No. 26/2000 tentangPengadilan Hak Asasi Manusia.Penyerangan
terhadap para demonstran pada ketiga peristiwa ini dan di daerah-
daerah luar Jakarta tampak tidak terukur dan di luar batas-batas kewajaran
(exesive use of force). Sebagaimana standar operasi pengendalian
huru-hara penggunaan gas air mata,mer iam air
dan tembakan sa lvo memang di lakukan,
akan tetapi penggunaan cara i tuterutama senjata api dengan
peluru karet atau ta jam tetap harus d ibatas i . Pada ket igarang
kaian peristiwa, para demonstran tak hanya dibubarkan dengan
perangkat penghalau,tapi banyak yang diserang secara fisik, ataupun
dianiaya, bahkan dalam beberapa kejadianterjadi pelecehan dan serangan
seksual, yang menunjukkan operasi pengendalian itu di luar batas
kewajaran. Setidaknya terdapat dua kasus penganiayaan
(Semanggi I dan SemanggiII) yang dilakukan oleh pasukan
pengendali demonstrasi sehingga mengakibatkan
korbantewas.Pola penyerangan yang ter jad i d i kampus Tr isakt i ,
d i kampus Atmajaya (yangdikenal dengan peristiwa Semanggi I)
dan di jembatan Semanggi (yang dikenal dengan peristiwa Semanggi
II), juga terjadi di daerah-daerah lain akan tetapi tidak terbatas
pada. penyerangan di sekitar kampus IKIP Negeri Yogyakarta
yang menyebabkan tewasnyaMozes Gatot Katja, seperti di Purwokerto,
Lampung, dan Palembang.
> Pembentukan Komisi Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi
Manusia Peristiwa Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II
Meskipun DPR RI telah merekomendasikan agar kasus Trisakti dan Semanggi
I danII ditindak lanjuti dengan Pengadilan Umum dan Pengadilan
Militer, namun sehubungandengan adanya dugaan telah terjadinya
pelanggaran HAM berat, tuntutan keadilan bagikeluarga korban dan
masyarakat, dan dalam rangka penegakan hukum dan
penghormatanhak asas i manusia, d ipandang per lu Komnas HAM
melakukan penyel id ikan denganmembentuk Komisi Penyelidikan
Pelanggaran HAM Trisakti, Semanggi
I, dan SemanggiII.Maka dalam Rapat Par ipurna Komnas HAM
tanggal 5 Juni 2001 menyepakat i pembentukan Komisi
Penyelidikan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Peristiwa
Trisakti,Semanggi I dan Semanggi II yang selanjutnya dituangkan dalam SK
Nomor 034/KOMNASHAM/VII/ 2001 tanggal 27 Agustus 2001.2.5.
>Landasan Hukum
Pembentukan Komis i Penyel id ikan Pelanggaran Hak Asas i
Manusia per ist iwaTrisakti, Semanggi I, dan Semanggi II didasarkan
atas:1 . U n d a n g - U n d a n g R e p u b l i k I n d o n e s i a N o m o r 3 9
T a h u n 1 9 9 9 t e n t a n g H a k A s a s i Manusia.2.Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.3.Keputusan Rapat Par ipurna Komnas HAM
tanggal 5 Juni 2001.4 . K e p u t u s a n K e t u a K o m n a s
H A M N o m o r 0 3 4 / K O M N A S H A M / V I I / 2 0 0 1 t a n g g a l
2 7 Agustus 2001 tentang Pembentukan Komis i Penyel id ikan
Pelanggaran Hak Asas iManusia peristiwa Trisakti, Semanggi I& II.
>Tugas dan Wewenang
Tugas dan wewenang KPP HAM Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II
adalah :1.Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap
peristiwa yang terjadi dan kasus-kasus yang berkaitan2 . M e m i n t a
k e t e r a n g a n p i h a k - p i h a k k o r b a n 3.Memanggil dan memeriksa
saksi-saksi dan pihak-pihak yang diduga terlibat dalam pelanggaran
hak asasi manusia4.Mengumpulkan bukti-bukti
tentang dugaan pelanggaran hak asasi manusia5.Meninjau
dan mengumpulkanketerangan di tempat kejadian dan
tempat lainnya yangdianggap perlu6 . K e g i a t a n l a i n y a n g
d i a n g g a p p e r l u .
>Masa Tugas
KPP HAM Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II melaksanakan tugas
mulaitanggal 27 Agustus sampai dengan 27 November 2001 dan dapat
diperpanjang selama 90(sembilan puluh) hari apabila dipandang perlu.Hasil
penyelidikan KPP HAM Trisakti dan Semanggi I & II akan
diserahkan kepadaSidang paripurna Komnas HAM untuk disahkan sebelum
diserahkan kepada penyidik untuk ditindak lanjuti sampai dengan Pengadilan
HAM.Pada saat ini KPP HAM Trisakti dan Semanggi I & II
sedang menjalankankegiatannya sesuai dengan prosedur dan mekanisme
kerjanya yang memenuhi standar internasional maupun Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanganan dan penyelesaian kasus Trisakti-Semanggi tidak
pernah mendapatkankepastian hukum. Sepertinya keberadaan UU
HAM, Komnas HAM, dan KPP HAM
tidak berdaya mengungkap tragedi kemanusiaan tersebut .
I ronisnya justru memunculkan perbedaan pendapat. Apakah
tragedi berdarah ini termasuk pelanggaran HAM berat atau bukan.
Sebenarnya ada apa dengan aparat penegak hukum kita.Di Indonesia,
hukum seperti apa yang dalam pelaksanaannya dapat
mewujudkan penegakan hak-hak manusia. Tentunya hukum yang
benar-benar ditegakkan tanpa harusdiwarnai dengan carut-
marut dunia pol i t ik . Bahkan dalam rangka
melaksanakannyadiperlukan orang-orang yang berani menentang arus.
Atau mungkin orang yang telah putussyaraf takutnya menghadapi
kedikdayaan penguasa.Demi kaum yang lemah.Semangat negara hukum
yang dianut Indonesia bukan hanya sekedar angan.
Tetapi,m e r u p a k a n p e r n y a t a a n y a n g h a r u s s e l a l u m e n j a d i
a c u a n . M e n g i n g a t d i d a l a m n y a terkandung rasa
hukum, kesadaran hukum, dan aspek
keadilan.Dalam pelaksanaannya p e n e g a k a n H A M m e m a n g
b u k a n h a l y a n g m u d a h , m e s k i p u n s u d a h a d a d a s
a r konstitusional. Hal itu disebabkan masih adanya kendala yang terus-
menerus membayangi pelaksanaan HAM. Kendala pertama adalah
kendala teknis-prosedural, yang menyangkut pembuktian secara
hukum dan ketersediaan aturan hukum. Kedua, kendala politis
yangditandai oleh adanya kekuatan yang besar untuk
menghambat upaya penyelesaian melalui pengadilan (Moh. Mahfud MD,
2000).Dalam rangka penegakan HAM pergeseran konsep negara
hukum rawan
terjadi.T e r d a p a t p e m b e n a r a n s e c a r a k o n s t i t u s i o n a l b e r u p a
u n d a n g - u n d a n g a t a u p e r a t u r a n perundang-undangan. Akibatnya
negara hanya akan menjadi negara undang-undang.
Saratd i tunggangi kepent ingan kelompok-kelompok ter tentu.
Oleh karena i tu se layaknya Indonesia segera menghindar dari
kondisi sekedar mengkambinghitamkan UU sebagaialasan dasar
kegagalan pengusutan pelanggaran dan kejahatan.Dalam rangka mencari
jalan keluar dari masalah Trisakti-Semanggi bukan
tidak mungkin pani t ia ad hoc HAM dibentuk. Bukankah d i
da lam hukum sendir i terdapatadagium yang d i ter ima sebagai
pr ins ip yakni sa lus popul i suprema lex yang berart ikeselamatan
rakyat adalah hukum yang tertinggi.Setiap tindakan dalam rangka
menyelamatkan rakyat serta keutuhan bangsa harusdilakukan oleh
negara. Karena tindakan penyelamatan merupakan hukum yang lebih
tinggidari hukum-hukum yang telah ada. Asalkan alasan-alasannya bisa
diterima oleh rakyat dan bukan merupakan tindakan sepihak oleh
penguasa.Bagaimana mungkin tragedi Trisakti-Semanggi yang jelas-jelas
telah menyebabkan hilangnya nyawa orang, bisa bebas dari upaya
hukum. Apapun kendalanya dan tingkat kesulitannya tidak menjadi
alasan untuk putus asa mengungkap
tabir kejahatan pelanggar HAM.Upaya memetieskan suatu tindakan
pelanggaran memang bisa ditempuh sebagaialternatif terakhir ketika
pelanggaran yang terjadi dianggap sudah terlalu lama berlalu. Itu pun
dengan prasyarat pada saat itu belum ada peraturan yang berlaku.
Sedangkan peraturanyang ada t idak ber laku surut . Namun,
bukan berart i k i ta sebagai orang yang pernahmemetik hasil
dari upaya para pendahulu bisa berdiam diri. Penegakan hukum
harus terusdilakukan.Tragedi Trisakti-Semanggi mungkin telah
menjadi sejarah. Namun jangan sampai penegakan hukum di
Indonesia juga hanya menjadi cerita masa lalu. Jangan sampai
suatutindakan pelanggaran terlepas dari kaca mata hukum hanya
karena tertutup oleh isu-isuyang sedang hangat beredar atau adanya
kepentingan tertentu. Aparat penegak hukum harusterus
melebarkan sayapnya demi mewujudkan Indonesia sebagai
negara hukum. Itu tugasyang jelas diamanatkan pada mereka.
B.Saran
1).Saran yang dapat saya berikan terhadap tragedi yang terjadi diSemanggi tersebut
adalah., sebaiknya aparat negara dalam menajalan kan tuagsnya jangan menggunakan cara
yang dapat melanggar perarturan yang telah ada.
2).Aparat negara yang telah melakukan kesalahan atau pelanggaran tersebut sebaiknya
bertanggung jawab atas perbuatan yang telah dibuat oleh mereka seperti
kekerasan,pembunuhan,penganiyayan, Dan lain lain.
Daftar Pustaka
.http://www.dephan.go.id/fakta/p_semanggi.htm http://id.wikipedia.org/wiki/
Tragedi_Semanggi
http://www.semanggipeduli.com/Sejarah/frame/semanggi.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/06/17/nrs,20040617-
11,id.html
http://satudunia.oneworld.net/node/3092 http://suarapembaca.detik.com/
index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/05/tgl/29/time/17040 5/idnews/
786728/idkanal/471
http://www.sekitarkita.com/comments.php?id=487_0_1_0_M8117