kwn ham dan pelanggaran

25
NAMA : JEFFRI NORRIS NIM : F1D213010 PRODI : TEKNIK GEOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak pidana adalah suatu kejatahatan yang semuanya telah diatur dalam undang-undang dan begitu pula KUHP, mengenai tindak pidana yang di bahas dalam makalah ini adalah tindak pidana terhadap tubuh yang bisa disebut juga sebagai penganiayaan. Banyak model dan macam penganiayaan yang dilakukan dikalangan masyarakat sehingga dapat menimbulkan kematian. Dalam KUHP itu sendiri telah menjelaskan dan mengatur tentang macam- macam dari penganiayaan beserta akibat hukum apabila melakukan pelanggaran tersebut, pasal yang menjelaskan tentang masalah penganiayaan ini sebagian besar adalah pasal 351 sampai dengan pasal 355, dan masih banyak pula pasal-pasal lain yang berhubungan dengan pasal tersebut yang menjelaskan tetang penganiayaan. Disini penulis akan menjelaskan tentang pengertian dari penganiaan tersebut, sedangkan penganiayaan itu sendiri yang saya ketahui, penganiaan biasa, penganiayaan ringan, penganiayaa berencana, penganiayaan berat, penganiyaan berat berencana, dari

Upload: nadya-farah-kamilia

Post on 03-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KWN HAM Dan Pelanggaran

TRANSCRIPT

Page 1: KWN HAM Dan Pelanggaran

NAMA : JEFFRI NORRIS

NIM : F1D213010

PRODI : TEKNIK GEOLOGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

         Tindak pidana adalah suatu kejatahatan yang semuanya  telah diatur dalam undang-

undang dan begitu pula KUHP, mengenai tindak pidana yang di bahas dalam makalah ini adalah 

tindak pidana terhadap tubuh yang bisa disebut juga sebagai penganiayaan. Banyak  model dan 

macam penganiayaan yang dilakukan dikalangan masyarakat sehingga dapat menimbulkan 

kematian. Dalam KUHP itu sendiri telah menjelaskan dan mengatur tentang macam-macam dari 

penganiayaan beserta akibat hukum apabila melakukan pelanggaran tersebut, pasal yang 

menjelaskan tentang masalah penganiayaan ini sebagian besar adalah pasal 351 sampai dengan 

pasal 355, dan masih banyak pula pasal-pasal lain yang berhubungan dengan pasal tersebut 

yang menjelaskan tetang penganiayaan. Disini penulis akan menjelaskan tentang pengertian 

dari penganiaan tersebut, sedangkan penganiayaan itu sendiri yang saya ketahui, penganiaan 

biasa, penganiayaan ringan, penganiayaa berencana, penganiayaan berat, penganiyaan berat 

berencana, dari sini saya akan mencoba membahasnya satu persatu. Yang akan di terang kan 

dalam makalah ini.

Manusia berjalan di kehidupan dunia ini, sejak awal penciptaan dalam dirinya terdapat 

kepribadian yang beragam dan dikendalikan oleh kecenderungan naluri yang berbeda pula. 

Fitrah telah menentukan bahwa individu tidak akan berkembang dengan sendirinya. Ia adalah 

makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, 

dalam menyempurnakan sebab-sebab hidupnya yang tidak dapat dilakukan oleh tangan dan 

pengetahuannya, serta bahan yang tidak dapat dibawa oleh kekuatannya. Dengan ini, 

Page 2: KWN HAM Dan Pelanggaran

kehidupan manusia adalah kehidupan kelompok, dalam setiap individu dari kelompok itu saling 

membutuhkan dalam membangun masyarakat, dan saling mengatur semua kesulitan agar 

menjadi kehidupan yang damai.

Manusia adalah makhluk bermasyarakat, yang oleh Aristoteles disebut dengan zoon

politicon. Setiap manusia mempunyai cita-cita, keinginan, kebutuhan, alam pikiran serta usaha-

usaha. Manusia mempunyai seuntai rangkaian kepentingan kebutuhan hidup. Kepentingan-

kepentingan seseorang dapat berkaitan sangat erat dengan kepentingan orang lainnya. 

Adakalanya kepentingan itu bersifat saling menjatuhkan, tetapi dapat pula sama antara 

manusia pemikul berbagai kepentingan itu. Setiap anggota masyarakat mempertahankan 

kepentingan-kepentingan sendiri, sehingga dapatl timbul pertentangan sesama mereka. Hal 

yang demikian sangat membahayakan ketertiban, keamanan dan keselamatan masyarakat itu 

sendiri. Jika tidak diatur, niscaya akan terjadi “homo homini lupus”.

Meskipun setiap individu dalam sebuah masyarakat tertentu memiliki kepentingan yang 

berbeda-beda, akan tetapi mereka tetap tidak menginginkan terjadinya bentrokan (chaos) 

antara sesama anggota masyarakat, mereka tentu menginginkan sebuah kedamaian yang 

memungkinkan keinginan-keinginan mereka itu terwujud. Dalam hal hidup bermasyarakat, 

berpuncak pada suatu organisasi negara yang merdeka, maka tertib bermasyarakat dipedomani 

oleh dasar negara tersebut. Apabila hal ini kita tinjau dari segi hukum, maka tertib 

bermasyarakat yang berupa tertib hukum, haruslah didasarkan pada Undang-Undang Dasar 

negara tersebut.

Terwujudnya stabilitas dalam setiap hubungan dalam masyarakat dapat dicapai dengan 

adanya sebuah peraturan hukum yang bersifat mengatur (relegen/anvullen recht) dan 

peraturan hukum yang bersifat memaksa (dwingen recht) setiap anggota masyarakat agar taat 

dan mematuhi hukum. Setiap hubungan kemasyarakatan tidak boleh bertentangan dengan 

ketentuan-ketentuan dalam peraturan hukum yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Sanksi 

yang berupa hukuman (pidana) akan dikenakan kepada setiap pelanggar peraturan hukum yang 

ada sebagai reaksi terhadap perbuatan melanggar hukum yang dilakukannya. Akibatnya ialah 

Page 3: KWN HAM Dan Pelanggaran

peraturan-peraturan hukum yang ada haruslah sesuai dengan asas-asas keadilan dalam 

masyarakat, untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum dapat berlangsung terus dan 

diterima oleh seluruh anggota masyarakat.

Sebuah peraturan hukum ada karena adanya sebuah masyarakat (ubi-ius ubi-societas). 

Hukum menghendaki kerukunan dan perdamaian dalam pergaulan hidup bersama. Hukum itu 

mengisi kehidupan yang jujur dan damai dalam seluruh lapisan masyarakat.

Di negara Indonesia, hukum terbagi atas beberapa bagian. Menurut isinya, hukum 

terdiri dari hukum privat dan hukum publik. Inisiatif pelaksanaan hukum privat diserahkan 

kepada masing-masing pihak yang berkepentingan. Kedudukan antara individu 

adalah horizontal. Sedangkan inisiatif pelaksanaan hukum publik diserahkan kepada negara 

atau pemerintah yang diwakilkan kepada jaksa beserta perangkatnya.

Kemudian ditinjau dari fungsinya, hukum dibagi atas hukum perdata, hukum dagang dan 

hukum pidana. Masing-masing memiliki sifat dan fungsi yang berbeda-beda, sebagai contoh, 

hukum pidana berfungsi untuk menjaga agar ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat dalam 

hukum perdata, dagang, adat dan tata negara ditaati sepenuhnya. Delik penganiayaan 

merupakan salah satu bidang garapan dari hukum pidana. Penganiayaan oleh KUHP secara 

umum diartikan sebagai tindak pidana terhadap tubuh.

Semua tindak pidana yang diatur dalam KUHP ditentukan pula ancaman pidanya. 

Demikian juga pada delik penganiayaan serta delik pembunuhan. Kedua delik ini ancaman 

pidananya mengacu pada KUHP buku I bab II tentang pidana, terutama pada pasal 10. Di dalam 

pasal tersebut disebutkan bahwa pidana terdiri dari dua macam, yaitu pidana pokok dan pidana 

tambahan, untuk delik penganiayaan serta pembunuhan lebih mengarah kepada pidana pokok 

yang terdiri atas pidana mati, pidana penjara, kurungan dan denda.

Ketentuan-ketentuan hukum yang ada,pada hukum pidana positif yang telah disebutkan 

di atas menjadi menarik untuk dibahas ketika dihadapkan pada suatu kasus yang menuntut 

Page 4: KWN HAM Dan Pelanggaran

adanya penyelesaian, dalam hal ini adalah kasus penganiayaan terhadap ibu hamil yang 

menyebabkan matinya janin.

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan  pokok permasalahan 

yang menjadi perhatian dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1.      Bagaimana perspektif hukum pidana positif tentang delik penganiayaan serta

pembunuhan?

  2.  Bagaimana ketentuan hukum pidana tersebut dalam menangani matinya janin

                    yang ada dalam kandungan akibat penganiayaan?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan pada rumusan di atas, maka tujuan dan kegunaan dari penyusunan makalah ini 

adalah:

1. Tujuan.

a.       Untuk mengetahui ketetapan-ketetapan dari hukum pidana positif tentang

delik penganiayaan dan delik pembunuhan.

b.      Untuk menjelaskan ketentuan dari hukum pidanatersebut bagi pelaku

 penganiayaan yang mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan

2. Kegunaan.

Page 5: KWN HAM Dan Pelanggaran

Kegunaan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan kontribusi pemikiran 

terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang hukum dengan mencoba lebih 

mengetahui hukum pidana positif mengenai delik penganiayaan serta delik pembunuhan.

1.4 Kerangka Teoritik

        Ketertiban dan keamanan dalam masyarakat akan terpelihara bilamana tiap-tiap anggota 

masyarakat mentaati peraturan-peraturan (norma-norma) yang ada dalam masyarakat itu. 

Peraturan-peraturan ini dikeluarkan oleh Pemerintah. Meskipun peraturan-peraturan telah 

dikeluarkan, masih ada saja yang melanggar peraturan-peraturan, misalnya dalam hal 

penganiayaan, yaitu tindak pidana terhadap tubuh dan yang bertentangan dengan hukum 

(KUHP Pasal 351-358). Terhadap orang ini sudah tentu dikenakan hukuman yang sesuai dengan 

perbuatannya yang bertentangan dengan hukum itu. Segala peraturan-peraturan tentang 

pelanggaran (overtredinger), kejahatan (misdrijven), dan sebagainya, diatur oleh Hukum Pidana 

(strafrecht) dan dimuat dalam satu kitab undang-undang yang disebut Kitab Undang-undang 

Hukum Pidana (Wetboek van Strafrecht) yang disingkat KUHP (WvS).

Penganiayaan dalam KUHP tidak dirumuskan elemen-elemen atau unsur-unsurnya, 

melainkan hanya menyebutkan qualifikasinya atau nama deliknya saja, yaitu penganiayaan 

(mishandeling) dipidana, dan seterunya. Menurut Doctrine (ilmu pengetahuan), penganiayaan 

diartikan sebagai setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa 

sakit atau luka kepada orang lain. Sedangkan menurut penafsiran dari H.R. (Hoge Raad) 

penganiayaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan rasa 

sakit atau luka kepada orang lain, dan semata-mata menjadi tujuan dari orang itu dan 

perbuatan tadi tidak boleh merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan yang 

diperkenankan.

Penganiayaan yang diatur dalam KUHP terdiri dari:

1. Penganiayaan yang berdasarkan pada Pasal 351 KUHP yang dirinci atas:

Page 6: KWN HAM Dan Pelanggaran

a. Penganiayaan biasa.

b. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat.

c. Penganiayaan yang mengakibatkan orangnya mati.

2. Penganiayaan ringan yang diatur oleh Pasal 352 KUHP.

3. Penganiayaan berencana yang diatur oleh Pasal 353 KUHP, dengan rincian

    sebagai berikut:

a. Mengakibatkan luka berat.

b. Mengakibatkan orangnya mati.

4. Penganiayaan berat yang diatur oleh Pasal 354 KUHP dengan rincian sebagai

    berikut:

a. Mengakibatkan luka berat

b. Mengakibatkan orangnya mati

5. Penganiayaan berat dan berencana yang diatur oleh Pasal 355 KUHP dengan

    rincian sebagai berikut:

a. Penganiayaan berat dan berencana

b. Penganiayaan berat dan berencana yang mengakibatkan orangnya mati.

Selain delik penganiayaan, KUHP juga menagatur delik pembunuhan yang terdapat dalam Buku 

II Bab XIX tentang kejahatan terhadap jiwa manusia, kemudian yang berkaitan dengan 

pembunuhan terhadap janin dirinci sebagai:

1. Pembunuhan terhadap bayi (kinder doodlog).

2. Pembunuhan terhadap bayi dengan rencana terlebih dahulu (kinder moord).

Page 7: KWN HAM Dan Pelanggaran

3. Kejahatan terhadap bayi yang baru saja dilahirkan atau belum beberapa

    lama setelah dilahirkan.

4. Kejahatan terhadap jiwa anak yang masih berada dalam kandungan.

    (abortus).

5. Pengguguran yang dilakukan oleh ibu kandung sendiri.

6. Pengguguran oleh orang lain tanpa persetujuan si ibu.

7. Pengguguran oleh orang lain dengan persetujuan si ibu.

8. Pengguguran yang dilakukan oleh dokter, bidan atau juru obat.

Sanksi dari tindak pidana tercantum dalam Pasal 10 KUHP, yaitu sebagai

berikut:

1. Pidana Pokok, terdiri dari:

a. Pidana mati.

b. Pidana penjara.

c. Kurungan.

d. Denda.

e. Pidana tutupan (berdasarkan Undang-undang RI No. 20 Tahun 1946 Berita Negara RI tahun 

kedua No. 24 tanggal 1 dan 15 November 1946).

2. Pidana tambahan, terdiri dari:

a. Pencabutan hak-hak tertentu.

b. Perampasan barang-barang tertentu.

c. Pengumuman putusan hakim.

Page 8: KWN HAM Dan Pelanggaran

Suatu ancaman hukuman akan dapat menahan manusia untuk melaksanakan kejahatan, 

yakni ancaman yang bersifat preventif. Apabila orang telah mengetahui lebih dulu, bahwa ia 

akan mendapatkan hukuman, maka ia akan takut melakukan perbuatan yang melanggar 

kaidah-kaidah sosial

BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Perspektif Hukum Pidana Positif Tentang Delik Penganiayaan Serta

Pembunuhan

Secara umum tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut “penganiayaan”, 

mengenai arti dan makna kata penganiayaan tersebut banyak perbedaan diantara para ahli 

hukum dalam memahaminya. Penganiayaan diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan 

dengan sengaja untuk menimbulkan rasa sakit (pijn) atas luka (letsel) pada tubuh orang lain. 

(satochid kartanegara: 509). Adapula yang memahami penganiayaan adalah “dengan sengaja 

menimbulkan rasa sakit atau luka, kesengajaan itu harus dicantumkan dalam surat tuduhan” 

(Soenarto Soerodibroto, 1994: 211), sedangkan dalam doktrin/ilmu pengetahuan hukum pidana 

penganiayaan mempunyai unsur sebagai berikut.

a. Adanya kesengajaan.

Page 9: KWN HAM Dan Pelanggaran

b. Adanya perbuatan.

c. Adanya akibat perbuatan (yang dituju), yakni:

1. Rasa sakit pada tubuh.

2. Luka pada tubuh.

Unsur pertama adalah berupa unsur subjektif (kesalahan), unsur kedua

dan ketiga berupa unsur objektif.

A. Kejahatan terhadap tubuh (Penganiayaan).

            Kejahatan tindak pidana yang dilakukan terhadap tubuh dalam segala perbuatan-

perbuatannya sehinnga menjadikan luka atau rasa sakit pada tubuh bahkan sampai 

menimbulkan kematian bila kita lihat dari unsur kesalahannya, dan kesengajaannya diberikan 

kualifikasi sebagai penganiayaan (mishandeling), yang dimuat dalam BAB XX Buku II, pasal 351 

s/d 356. Penganiayaaan yang dimuat dalam BAB XX II.

    Pasal 351 s/d 355 adalah sebagai beriku:

1. Penganiayaan biasa pasal 351 KUHP.

2. Penganiayaan ringan pasal 352 KUHP.

3. Panganiayaan berencana pasal 353 KUHP.

4. penganiayaan berat pasal 354 KUHP.

5. penganiayaan berat pasal 355 KUHP.

Dari beberapa macam penganiayaan diatas kami mencoba untuk menjelaskaannya satu 

persatu:

1.   Penganiayaan biasa pasal 351 KUHP telah menerangkan penganiayaan ringan       sebagai 

berikut:

Page 10: KWN HAM Dan Pelanggaran

a.          Penganiayaan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan 

atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupih.

b.         Jika perbuatan itu menyebabkan luka-luka berat, yang bersalah dipidana dengan  pidana 

penjara paling lama lima tahun.

c.          Jika mengakibatkan mati, dipidana dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

d.         Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan

e.          Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak di pidana.

Kembali lagi dari arti sebuah penganiayaan yang merupakan suatu tindakan yang 

melawan hukum, memang semuanya perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh subyek 

hukum akan berakibat kepada dirinya sendiri. Mengenai penganiayaan biasa ini merupakan 

suatu tindakan hukum yang bersumber dari sebuah kesengajaan. Kesengajaan ini berarti bahwa 

akibat suatu perbuatan dikehendaki dan ini ternyata apabila akibat itu sungguh-sungguh 

dimaksud oleh perbuatan yang dilakukan itu. yang menyebabkan rasa sakit, luka, sehingga 

menimbulkan kematian. Tidak semua perbuatan memukul atau lainnya yang menimbulkan rasa 

sakit dikatakan sebuah penganiayaan. Oleh karena mendapatkan perizinan dari pemerintah 

dalam melaksanakan tugas dan fungsi jabatannya. Seperti contoh: seorang guru yang memukul 

anak didiknya, atau seorang dokter yang telah melukai pasiennya dan menyebabkan luka, 

tindakan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai penganiayaan, karena ia bermaksud untuk 

mendidik dan menyembuhkan penyakit yang diderita oleh pasiennya. Adapula timbulnya rasa 

sakit yang terjadi pada sebuah pertandingan diatas ring seperti tinju, pencak silat, dan lain 

sebagainya. Tetapi perlu digaris bawahi apabila semua perbuatan tersebut diatas telah 

malampui batas yang telah ditentukan karena semuanya itu meskipun telah mendapatkan izin 

dari pemerintah ada peraturan yang membatasinya diatas perbuatan itu, mengenai orang tua 

yang memukili anaknya dilihat dari ketidak wajaran terhadap cara mendidiknya. Oleh sebab 

dari perbuatan yang telah melampaui batas tertentu yang telah diatur dalam hukum 

pemerintah yang asalnya pebuatan itu bukan sebuah penganiayaan, karena telah melampaui 

batas-batas aturan tertentu maka berbuatan tersebut dimanakan sebuah penganiayaan yang 

Page 11: KWN HAM Dan Pelanggaran

dinamakan dengan “penganiayaan biasa”. Yang bersalah pada perbuatan ini diancam dengan 

hukuman lebih berat, apabila perbuatan ini mengakibatkan luka berat atau matinya sikorban. 

Mengenai tentang luka berat lihat pasal 90 KUHP. Luka berat atau mati yang dimaksud disini 

hanya sebagai akibat dari perbuatan penganiayaan itu.

Mengenai tindakan hukum ini yang akan diberikan kepada yang bersalah untuk 

menentukan pasal 351 KUHP telah mempunyai rumusan dalam penganiayaan biasa dapat di 

bedakan menjadi:

a. Penganiayaan biasa yang tidak menimbulkan luka berat maupun kematian

b. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat

c. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian

d. penganiayaan yang berupa sengaja merusak kesehatan.

2. Penganiayaan ringan pasal 352 KUPH

Disebut penganiayaan ringan Karena penganiayaan ini tidak menyebabkan luka atau 

penyakit dan tidak menyebabkan si korban tidak bisa menjalankan aktivitas sehari-harinya. 

Rumusan dalam penganiayaan ringan telah diatur dalam pasal 352 KUHP sebagai berikut:

a.    Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak 

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian, 

dipidana sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau 

pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang 

yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi 

bawahannya.

b. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana. Melihat pasal 352 ayat (2) bahwa 

“percobaan melakukan kejahatan itu (penganiyaan ringan) tidak dapat di pidana” meskipun 

dalam pengertiannya menurut para ahli hukum, percobaan adalah menuju kesuatu hal, tetapi 

tidak sampai pada sesuatu hal yang di tuju, atau hendak berbuat sesuatu dan sudah dimulai 

Page 12: KWN HAM Dan Pelanggaran

akan tetapi tidak sampai selesai. Disini yang dimaksud adalah percobaan untuk melakukan 

kejahatan yang bisa membahayakan orang lain dan yang telah diatur dalam pasal 53 ayat (1). 

Sedangkan percobaan yang ada dalam penganiyaan ini tidak akan membahayakan orang lain.

3. Penganiyaan berencarna pasal 353 KUH

Pasal 353 mengenai penganiyaan berencana merumuskan sebagai berikut:

a.       Penganiayaan dengan berencana lebih dulu, di pidana dengan pidana penjara paling lama 

empat tahun.

b.      Jika perbutan itu menimbulkan luka-luka berat, yang bersalah di pidana dengan pidana 

penjara palang lama tujuh tahun

c.       Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah di pidana dengan pidana 

penjara paling lama sembilan tahun.

Menurut Mr.M.H. Tiirtamidjaja Menyatakan arti di rencanakan lebih dahul adalah: 

“bahwa ada suatu jangka waktu, bagaimanapun pendeknya untuk mempertimbangkan, untuk 

berfikir dengan tenang”. Apabila kita pahami tentang arti dari di rencanakan diatas, bermaksud 

sebelum melakukan penganiayaan tersebut telah di rencanakan terlebih dahulu, oleh sebab 

terdapatnya unsur direncanakan lebih dulu (meet voor bedachte rade) sebelum perbuatan 

dilakukan, direncanakan lebih dulu (disingkat berencana), adalah berbentuk khusus dari 

kesengajaan (opzettielijk) dan merupakan alas an pemberat pidana pada penganiayaan yang 

bersifat subjektif, dan juga terdapat pada pembunuhan berencana (340). Pekataan berpikir 

dengan tenang, sebelum melakukan penganiayaan, si pelaku tidak langsung melakukan 

kejahatan itu tetapi ia masih berpikir dengan batin yang tenang apakah resiko atau akibat yang 

akan terjadi yang disadarinya baik bagi dirinya maupun orang lain, sehingga si pelaku sudah 

berniat untuk melakukan kejahatan tersebut sesuai dengan kehendaknya yang telah menjadi 

keputusan untuk melakukannya. Maksud dari niat dan rencana tersebut tidak di kuasai oleh 

perasaan emosi yang tinggi,  was-was/takut, tergesa-gesa atau terpaksa dan lain sebagainya.

Page 13: KWN HAM Dan Pelanggaran

              Penganiayaan berencana yang telah dijelaskan diatas dan telah diatur dalam pasal 353 

apabila mengakibatkan luka berat dan kematian adalah berupa faktor/alasan pembuat pidana 

yang bersifat objektif, penganiayaan berencana apabila menimbulkan luka berat yang di 

kehendaki sesuai dengan (ayat 2) bukan disebut lagi penganiayaan berencana tetapi 

penganiayaan berat berencana (pasal 355 KUHP), apabila kejahatan tersebut bermaksud dan 

ditujukan pada kematian (ayat 3) bukan disebut lagi penganiayaan berencana tetapi 

pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP).

4. Penganiayaan berat pasal 354 KUHP.

Penganiayaan berat dirumuskan dalam pasal 354 yang rumusannya adalah sebgai berikut:

a.       Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, dipidana kerena melakukan penganiayaan 

berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

b.      Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah di pidana dengan pidana 

penjara paling lama sepuluh tahun. Perbuatan berat (zwarlichamelijk letsel toebrengt) atau 

dapat disebut juga menjadikan berat pada tubuh orang lain. Haruslah dilakukan dengan 

sengaja. Kesengajaan itu harus mengenai ketiga unsur dari tindak pidana yaitu: pebuatan yang 

dilarang, akibat yang menjadi pokok alas an diadakan larangan itu dan bahwa perbuatan itu 

melanggar hukum. Ketiga unsur diatas harus disebutkan dalam undang-undang sebagai unsur 

dari perbuatan pidana, seorang jaksa harus teliti dalam merumuskan apakah yang telah 

dilakukan oleh seorang terdakwah dan ia harus menyebutkan pula tuduhan pidana semua 

unsur yang disebutkan dalam undang-undang sebagai unsur dari perbuatan pidana. Apabila 

dihubungkan dengan unsur kesengajaan maka kesengajaan ini harus sekaligus ditujukan baik 

tehadap perbuatannya, (misalnya menusuk dengan pisau), maupun terhadap akibatnya, yakni 

luka berat. Mengenai luka berat disini bersifat abstrak bagaimana bentuknya luka berat, kita 

hanya dapat merumuskan luka berat yang telah di jelaskan pada pasal 90 KUHP sebagai berikut: 

Luka berat berarti : Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan 

sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut. Senantiasa tidak cakap mengerjakan 

pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencaharian, tidak  dapat lagi memakai salah satu panca 

indra, mendapat cacat besar,lumpuh (kelumpuhan), akal tidak sempurna lebih lama dari empat 

Page 14: KWN HAM Dan Pelanggaran

minggu, gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan. Pada pasal 90 KUHP diatas 

telah dijelaskan tentang golongan yang bisa dikatakan sebagi luka berat, sedangkan akibat 

kematian pada penganiayaan berat bukanlah merupakan unsur penganiayaan berat, melainkan 

merupakan faktor atau alasan memperberat pidana dalam penganiayaan berat.

5. Penganiayaan berat berencana pasal 355 KUHP.

Penganiyaan berat berencana, dimuat dalam pasal 355 KUHP yang rumusannya adalah sebagai 

berikut:

a.       Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, dipidana 

dengan  pidana penjara paling lama dua belas tahun.

b.      Jika perbuatan itu menimbulkan kematian yang bersalah di pidana dengan pidana penjara 

paling lama lima belas tahun. Bila kita lihat penjelasan yang telah ada diatas tentang kejahatan 

yang berupa penganiayaan berencana, dan penganiayaan berat, maka penganiayaan berat 

berencana ini merupakan bentuk gabungan antara penganiayaan berat (354 ayat 1) dengan 

penganiyaan berencana (pasal 353 ayat 1), dengan kata lain suatu penganiayaan berat yang 

terjadi dalam penganiayaan berencana, kedua bentuk penganiayaan ini haruslah terjadi secara 

serentak/bersama. Oleh karena harus terjadi secara bersama, maka harus terpenuhi baik unsur 

penganiayaan berat maupun unsur penganiayaan berencana.

2. 2 Ketentuan Hukum Pidana Dalam Menangani Matinya Janin

Yang Ada Dalam Kandungan Akibat Penganiayaan.

Kejahatan terhadap janin dalam kandungan seorang ibu (doodslag vanonongerburen 

Vrucht) diatur dalam pasal 346 s/d 349 KUHP, dan biasanya disebut abortus yakni gugurnya 

kandungan seorang ibu.

Abortus dapat digolongkan menjadi dua bagian yakni:

Page 15: KWN HAM Dan Pelanggaran

1.   Abortus spontaneus yaitu gugurnya kandungan seorang ibu secara alami tanpa ada 

perbuatan manusia, tidak ada unsur sengaja atau tidak diharapkan seperti itu. Ini tidak dapat 

dipidana karna gugurnya kandungan secara alami.

2.   Abortus provocateus yaitu gugurnya kandungan seorang ibu karna perbuatan manusia, yang 

dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni:

a.    abortus provocateus theraphetics yakni pengguguran karna terapis atau medis.

b.   abortus provocateus criminalis yakni karna tindakan pidana/kriminalis.

Abortus provocateus theraphetics tidak dapat dipidana karna alasan medis, jadi yang dapat 

dipidana adalah abortus provocateus criminalis sesuai dengan:

a.    Pasal 346 KUHP yakni hanya ditujukan kepada ibu atau kehendak itu hanya ada pada ibu, 

diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

b.   Pasal 347 ayat 1 KUHP yakni ditujukan kepada orang lain yang tidak menyetujui anak itu 

lahir, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Pasal 347 ayat 2 KUHP yakni 

apabila ibunya juga meninnggal akibat perbuatan itu maka akan diancam dengan pidana 

penjara paling lama lima belas tahun.

c.    Pasal 348 ayat 1 KUHP yakni ditujukan kepada orang lain dengan persetujuan ibunya 

diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan. Pasal 348 ayat 2 KUHP yakni 

apabila ibunya juga meninggal akibat perbuatan itu maka diancam dengan pidana paling lama 

tujuh tahun.

d.   pasal 349 KUHP yakni ditujukan kepada tabib, bidan atau juru obat, yakni membantu 

melakukan kejahatan yang tersebut dalam pasal 346, 347, dan 348 KUHP, maka pidana yang 

ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk 

menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.

Jadi unsur-unsur utama dalam  pasal 346 KUHP yakni;

Page 16: KWN HAM Dan Pelanggaran

1.   Menggugurkan anak dalam kandungan dengan sengaja.

2.   Mengakibatkan matinya janin yang masih dalam kandungan.

3.   Menyuruh orang lain menggugurkan atau mengakibatkan matinya janin dalam kandungan, 

baik karna perbuatan yang dilakukan oleh ibu sendiri, maupun perbuatan yang dilakukan orang 

lain atas anjuran si ibu.

Page 17: KWN HAM Dan Pelanggaran

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penganiayaan adalah “Dengan sengaja menimbulkan rasa sakit atau luka, kesengajaan itu harus 

dicantumkan dalam surat tuduhan” Penganiayaaan yang dimuat dalam BAB XX II, pasal 351s/d 

355 adalah sebagai beriku:

1.   Penganiayaan biasa pasal 351 KUHP Penganiayaan biasa bisa menimbulkan   luka berat 

pasal 90 dan menyebabkan kamatian dan ini diancam hukuman lebih berat.

2.   Penganiayaan ringan pasal 352 KUHP Tidak menimbulkan luka baik luka ringan atau luka 

berat sehingga tidak mengganggu kesehatan dan pekerjaan jabatan atau pakerjaan sahari-hari.

3.   Panganiayaan berencana pasal 353 KUHP Sebelum melakukan penganiayaan ada unsur 

direncanakan terlebih dahulu.

4.   Penganiayaan berat pasal 354 KUHP Penganiayaan yang menyebabkan luka berat pasal 90 

KUHP.

5.   Penganiayaan berat pasal 355 KUHP Merupakan penganiayaan gabungan antara 

penganiayaan berencana dan penganiayaan berat dan dilakukan secara bersama.

Page 18: KWN HAM Dan Pelanggaran

Kejahatan terhadap janin dalam kandungan seorang ibu (doodslag van on ongerburen 

Vrucht) diatur dalam pasal 346 s/d 349 KUHP, dan biasanya disebut abortus yakni gugurnya 

kandungan seorang ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Iandonesia (Bandung; Eresco, 1989).

Leden Marpaung Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh (Jakarta; Sinar Grafika,2002).

Moeljatno, Aszs-Asas Hukum Pidana (Jakarta; Renika Cipta,2002).

R.Roesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Umum Dan Delik-Delik Khusus (Bandung: Karya 

Nusantara, 1984).

 Tirtaamidjaja, Pokok-Pokok Hukum Pidana (Jakarta; Fasco, 1995), 42 Kejahatan terhadap 

Tubuh dan Nyawa.

R. Sugandhi, KUHP dan penjelasannya (Surabaya; Usaha Nasional, 1981).