tugas penelitian desa wisata, art centre, pop kuta hotel_2013_03

23
IDENTIFIKASI DATA OBYEK : DESA TRADITIONAL Tema Amatan : Tata Ruang Bangunan TEORI TATA RUANG Nilai-Nilai, Sikap dan Pandangan Budaya Timur Arsitektur yang terjadi di dunia Timur, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, sikap hidup dan pandangan masyarakat Timur itu sendiri. Pembahasan Teori Arsitektur secara substansial tidak dibagi dalam urutan waktu melainkan lebih pada beberapa aspek yang mempengaruhi arsitektur secara mendasar. Bagian awal bab ini, membahas mengenai beberapa aspek mendasar yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur di dunia Timur. Dunia Timur yang dimaksud dalam pembahasan ini sesuai dengan apa yang diartikan To Thi Anh dalam bukunya Budaya Timur dan Barat, Konflik atau Harmoni; yaitu kawasan yang dipengaruhi dalam kebudayaan India dan Cina, seperti India, Cina, Korea, Jepang dan negara-negara Asia Tenggara termasuk didalamnya Nusantara. Bagian kedua, mencoba merumuskan pandangan budaya Timur yang berkaitan dengan ruang, bentuk dan estetika yang diakhiri dengan melakukan penelaahan ruang, bentuk dan estetika pada beberapa contoh- contoh yang dianggap mampu mewakili Dunia Timur tersebut. 1. Arsitektur Candi Budaya Timur mengutamakan terciptanya KEHARMONISAN, yang diwujudkan dalam bentuk : a) keseimbangan antara manusia dengan masyarakat b) keseimbangan antara manusia dan alam (lingkungan)-nya dan c) keseimbangan antara manusia dan Yang Maha Pencipta. Keharmonisan dalam wujud keseimbangan antara manusia dan alam lingkungannya sangat erat berkaitan dengan tradisi ber-arsitektur, dalam hal ini membangun/to built. Sedangkan keharmonisan antara manusia dan Yang Maha Pencipta direfleksikan ke dalam tata ruang yang terkait dengan elemen-elemen alam yang seringkali dijadikan „patokan‟ arah atau nilai kiblat yang bernilai magis (Roesmanto, 1999). Dalam buku Wastu Citra (Mangunwijaya, 1988) dinyatakan bahwa “Vasthu Purisha-Mandala”, kitab kuno ilmu bangunan masyarakat India yang religius menerangkan bahwa Mandala hanya punya arti bila pusar bayi (pusat/inti) terhubung dengan ibunya – dengan dunia atas – dengan dunia para dewata, atau 1

Upload: achmad-junal-fajri

Post on 24-Nov-2015

76 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Isi Tugas, Halaman 1-16

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI DATA

OBYEK : DESA TRADITIONAL

Tema Amatan : Tata Ruang BangunanTEORI TATA RUANGNilai-Nilai, Sikap dan Pandangan Budaya Timur Arsitektur yang terjadi di dunia Timur, sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, sikap hidup dan pandangan masyarakat Timur itu sendiri. Pembahasan Teori Arsitektur secara substansial tidak dibagi dalam urutan waktu melainkan lebih pada beberapa aspek yang mempengaruhi arsitektur secara mendasar. Bagian awal bab ini, membahas mengenai beberapa aspek mendasar yang mempengaruhi terbentuknya arsitektur di dunia Timur. Dunia Timur yang dimaksud dalam pembahasan ini sesuai dengan apa yang diartikan To Thi Anh dalam bukunya Budaya Timur dan Barat, Konflik atau Harmoni; yaitu kawasan yang dipengaruhi dalam kebudayaan India dan Cina, seperti India, Cina, Korea, Jepang dan negara-negara Asia Tenggara termasuk didalamnya Nusantara.

Bagian kedua, mencoba merumuskan pandangan budaya Timur yang berkaitan dengan ruang, bentuk dan estetika yang diakhiri dengan melakukan penelaahan ruang, bentuk dan estetika pada beberapa contoh-contoh yang dianggap mampu mewakili Dunia Timur tersebut.1. Arsitektur Candi Budaya Timur mengutamakan terciptanya KEHARMONISAN, yang diwujudkan dalam bentuk :

a) keseimbangan antara manusia dengan masyarakat

b) keseimbangan antara manusia dan alam (lingkungan)-nya dan

c) keseimbangan antara manusia dan Yang Maha Pencipta.

Keharmonisan dalam wujud keseimbangan antara manusia dan alam lingkungannya sangat erat berkaitan dengan tradisi ber-arsitektur, dalam hal ini membangun/to built. Sedangkan keharmonisan antara manusia dan Yang Maha Pencipta direfleksikan ke dalam tata ruang yang terkait dengan elemen-elemen alam yang seringkali dijadikan patokan arah atau nilai kiblat yang bernilai magis (Roesmanto, 1999).

Dalam buku Wastu Citra (Mangunwijaya, 1988) dinyatakan bahwa Vasthu Purisha-Mandala, kitab kuno ilmu bangunan masyarakat India yang religius menerangkan bahwa Mandala hanya punya arti bila pusar bayi (pusat/inti) terhubung dengan ibunya dengan dunia atas dengan dunia para dewata, atau dengan Tuhan. Arsitektur, tata wilayah dan tata bangunan, tidak diarahkan pertama kali atau semata-mata demi penikmatan rasa estetika bangunan, namun terutama demi pelangsungan Hidup Secara Kosmos yakni selaku bagian integral dari seluruh kosmos atau Semesta Raya yang keramat dan gaib.

Keharmonisan tersebut menjadi inti dari falsafah hidup. Dan dengan demikian tradisi membangun dan berarsitektur tidak bisa lepas dari pandangan hidup. Orang-orang Hindu di India induk kebudayaan Jawa, Bali dan Sriwijaya dan banyak bangsa lain memang melihat tempat yang paling pusat adalah Pusar atau tali ari-ari. Dan sebagaimana janin tumbuh dari tali ari-ari, Tuhan menciptakan dunia mulai dari pusar ari-ari, dan dari pusar itu dunia berkembang ke segala arah. Dalam tradisi Hindu, kuil adalah tempat kediaman dan tubuh dari Dewa. Vasthu Purusha Mandala menempatkan bangunan candi utama pada zona (mandala) pusat dari pembagian 3 ke arah sisi yang berbeda. Dari petak 9 tersebut dapat berkembang menjadi petak 81, tetapi ada juga yang menjadi petak 64. Meski demikian zona tengah merupakan kedudukan dewa utama.

Candi Borobudur sebagaimana candi-candi di Jawa Tengah menerapkan

Vasthu Purusha Mandala. Dari penataan stupa dan jumlah terasnya, telah mengalami ekplorasi dangan penggabungan tata letak Vajradhatu, dan Garbhadatu (mirip Sthandila Mandala). Hal serupa juga terjadi pada candi-candi Hindu di Jateng, yang membiarkan zona pusat bukan untuk candi utama (titik pusat halaman dibiarkan kosong). (Lihat Vasthu Purusha Mandala, Garbhadatu pada lampiran). 2. Arsitektur Tradisional Bali Kehadiran arsitektur tradisional Bali sebagai bagian dari arsitektur Nusantara tek dapat dipisahkan dengan agama Hindu yang melandasinya. Dalam filsafat Hindu terdapat suatu ajaran bahwa manusia hendaknya mengharmoniskan dirinya dengan alam. Berbeda dengan filsafat Barat yang berusaha menundukan/menguasai alam. Dengan demikian menurut pandangan tradisi adati Bali, bangunan adalah wadah dari manusia dan merupakan penghubung antara manusia = mikro kosmos = bhuwana alit dan alam semesta = mokro kosmos = bhuwana agung, sebagai keseimbangan kosmologi dalam usaha untuk menjaga keseimbangan unsu-unsur pembentuk manusia dan alam semesta; terdiri dari lima unsur yang disebut Panca Maha Bhuta, yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat cair), teja (sinar), wahyu (udara), dan akasa (ether).

Dunia dan segala isinya berasal dari ke-5 unsur tersebut, dan dari sinilah munculnya anggapan wahwa bhuwana agung dan bhuwana alit bersumber satu, yakni Panca Maha Bhuta.

Filsafat agama Hindu lainnya disebut tutur sukma/tawajna kamoksan yang senantiasa mengajarkan tentang adanya hubungan harmonis antara bhuwana agung dan bhuwana alit. Di dalam tawa-tatwa ini disebut pasukwetu, contohnya; Pancadewata Bhuwana Agung, yaitu dewa Iswara di Timur, dewa Brahma di Selatan, Mahadewa di Barat, Whisnu di Utara, iwa di tengah. Pancadewata di Bhuwana Alit, yaitu; dewa Iswara di jantung, dewa Brahma di hati, Mahadewa di ungsilan, Wisnu di empedu, iwa di paunduhan hati.

Selanjutnya dalam bangunan adati Bali adalah simbol bhuwana agung denga Triloka-nya yaitu; Bhur Loka (alam Buta), Bwah Loka (alam manusia) dan Swah Loka (alam Dewata). Bhuwana alit dengan Triangga-nya, yaitu; nista anggana (kaki), madya anggana (badan) dan utama anggana (kepala). Di dalam tata ruang dan tata bentuk bangunan tradisional Bali juga mengikuti konsep bhuwana agung dan trilokanya.Sebagaimana benda-benda alam lainnya, arsitektur tradisional Bali yang berusaha mendekati alam, bentuk-bentuk perwujudannya juga mendekati bentuk-bentuk alam lingkungannya. Hiasan-hiasan seperti kekarangan dan pepatraan bentuk-bentuknya distirilkan dari binatang-binatang dan tumbuhtumbuhan alam lainnya.

Sebenarnya bentuk ditimbulkan oleh fungsi; bukan fungsi ditimbulkan oleh bentuk; demikian pula halnya dengan membangun rumah tradisional Bali. Bentuk-bentuk bangunan rumah tinggal dilahirkan dari pertemuan konsepsi dan fungsi yang dijalaninya seperti bale meten, bale gede, jineng dan sebagainya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya bentuk-bentuk rumah tradisional Bali antara lain; profesi, kasta, citacita nilai guna dan fungsi bangunan.

Tata ruang dari denah pekarangan menurut arsitektur tradisional Bali dibagi atas tiga bagian, yaitu;

1. Parahyangan (tempat suci/pamerajan/sanggah). Tempat suci ini diletakan pada daerah Timur Laut (kaja-kangin) dari pola denah pekarangan.

2. Pawongan sebagai tempat kegiatan kehidupan rumah tangga, bangunanbangunan didirikan mewakili alam bwah loka.3. Palemahan sebagai tempat kegiatan umum dan pelayanan yang mewakili bhur loka.

Demikian pula banguan itu sendiri secara falsafi adalah simbol bhuwana agung dengan trilokanya, yaitu;

1. Pondasi dan lantai sebagai kaki bangunan adalah bhur loka.

2. Konstruksi pemikul (tiang dan dinding) sebagai badan adalah bwah loka.

3. Konstruksi atap sebagai kepala bangunan adalah swah loka.NAMA OBYEK ; DESA BAYUNG GEDE

Desa Bayung Gede merupakan desa tua di Bali, desa ini berhawa sejuk karena berada di ketinggian sekitar 800-900 meter diatas permukaan laut. Dengan iklim tersebut, pertanian lahan kering merupakan andalan warga desa ini,desa ini dikembangkan menjadi proyek percontohan pariwisata sejak tahun 2010. Bentuk rumah yang sama dalam satu desa menjadikan desa ini memiliki ciri khas tersendiri berbeda dengan desa lainnya di Kabupaten Bangli.

Desain interior berarti rancangan ruang dalam. Tetapi dalam konsep arsitektur tradisional Bali Madya konsep desain interior, juga dapat berarti rancangan ruang di dalam ruang (space ini space) pada area rumah tinggal. Berdasarkan data yang kami peroleh dan bahas, maka hasil penelitian dapat kami jelaskan sebagai berikut.

1. Pola Zonasi

Pola zonasi rumah tinggal era Bali Madya memiliki pola teratur, dengan konsep ruang sanga mandala, yang membagi pekarangan menjadi 9 bagian area (pah pinara sanga sesa besik),

berikut bagian-bagian dari rumah Bali:1. Pamerajanadalah tempat upacara yang dipakai untuk keluarga. Dan pada perkampungan tradisional biasanya setiap keluarga mempunyai pamerajan yang letaknya di Timur Laut pada sembilan petak pola ruang

2. Umah Metenyaitu ruang yang biasanya dipakai tidur kapala keluarga sehingga posisinya harus cukup terhormat

3. Bale Sakepat, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anakanak atau anggota keluarga lain yang masih junior.

4. Bale tiang sangabiasanya digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu

5. Bale Danginbiasanya dipakai untuk duduk-duduk membuat bendabenda seni atau merajut pakaian bagi anak dan suaminya.

6. Lumbungsebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun lainnya.

7. Paon (Dapur)yaitu tempat memasak bagi keluarga.

8. Aling-alingadalah bagian entrance yang berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.

9. Angkul-angkulyaitu entrance yang berfungsi seperti candi bentar pada pura yaitu sebagai gapura jalan masuk.

Tata nilai ruangnya ditata dari area atau zona Utamaning utama sampai zona Nistaning nista untuk bangunan paling provan. Jadi konsep zonasi unit bangunan di dalam pekarangan rumah tradisional Bali Madya, ditata sesuai dengan fungsi dan nilai kesakralan dari unit bangunannya.Zona parahyangan untuk tempat suci, zona pawongan untuk bangunan rumah dan zona palemahan untuk kandang ternak, teba dan tempat servis/ pelayanan. Filosofi Trihitakarana sangat jelas diterapkan pada sonasi ruang rumah tinggal era Bali Madya, karena zona ruangnya telah didesain agar keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan ala lingkungan tetap terjaga, sehingga pemilik dan pemakai bangunan memperoleh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan. Untuk lebih jelasnya seperti yang di tunjukkan pada gambar keterangan dibawah ini :Pola Zonasi Desa Adat Bayung Gede :

2. Pola Sirkulasi

Desain pola sirkulasi pada rumah tinggal tradisional Bali Madya adalah dari pintu masuk/angkulangkul menuju dapur (paon), yang memiliki makna sebagai tempat untuk membersihkan segala hal buruk yang terbawa dari luar rumah, kemudian baru dapat memasuki bangunan-bangunan lainnya, seperti ke Bale Dauh, Bale Gede/Dangin, Meten/Gedong dan bangunan lainnya. Sedangkan pola religiusnya dimulai dari Sanggah/Merajan, baru kemudian ke Bale Meten/Bale Daja, Bale Gede/dangin, Bale Dauh, Paon, Jineng, Penunggun Karang, Angkul-angkul dan bangunan tambahan lainnya. Proses aktivitas yang dimulai dari tempat suci ini dilakukan pada saat upacara secara tradisional Bali.

3. Orientasi

Orientasi bangunan rumah tradisional Bali Madya adalah menghadap ke ruang tengah (natah), yang memiliki makna tempat bertemunya langit dan bumi, sehingga tercipta kehidupan di bumi. Langit (akasa) adalah purusa, sebagai simbol unsur laki-laki dan bumi (pertiwi) adalah pradana, yang merupakan simbol unsur perempuan. Unsur purusa dan predana inilah bertemu pada natah, sehingga tercipta kehidupan di rumah tinggal tradisional Bali Madya.

Pada rumah tradisional Bali Madya, bangunan tempat tidur (Bale Meten) berorientasi ke Selatan, bangunan tempat anak muda/ tamu (Bale Dauh) berorientasi ke Timur, bangunan tempat upacara (Bale Gede/Dangin) berorientasi ke Barat, sedangkan dapur (Paon) berorientasi ke utara.

Keempat unit bangunan pokok tersebut berorientasi ke tengah/natah sebagai halaman pusat aktivitas rumah tinggal. Orientasi pintu masuk tempat suci keluarga (Sanggah/ merajan) ke arah Selatan atau ke arah Barat.

4. Lay Out Ruang

Maksud dari lay out ruang adalah perencanaan, rancangan, desain, susunan, tata letak tentang ruang-ruang yang terdapat pada desain interior rumah tinggal tradisional Bali Madya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa desain interior tradisional Bali Madya adalah seluruh compound bangunan yang terdapat di dalam tembok penyengker, sehingga ruang kosong di tengah yang disebut natah adalah termasuk ruang keluarga sebagai tempat bermain dan berkumpulnya keluarga. Lebih jelasnya lay out ruang tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

NAMA OBYEK ; DESA PANGLIPURAN

Desa Tradisional Penglipuran merupakan satu kesatuan dengan Desa Adat Penglipuran yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa Tradisional Penglipuran terletak sekitar 5 Km utara Kota Bangli atau sekitar 1,5 jam perjalanan dari Bandara Ngurah Rai, 60 km dari Kota Denpasar, dengan ketinggian antara 500 600 meter di atas permukaan laut.

Luas Desa Tradisional Penglipuran 112 ha, terdiri dari pekarangan 5,5 ha, hutan bambu 75 ha, hutan vegetasi lainnya 10 ha dan lahan pertanian 21,5. Secara historis ada dua pendapat tentang pengertian Penglipuran :

Pangeling Pura artinya ingat pada leluhur, dalam hal ini leluhur Penglipuran berasal dari Desa Tradisional Bayung Gede, Kintamani.

Penglipur artinya menghibur dimana pada jaman dulu para raja sering menggunakan daerah ini sebagai tempat untuk menghibur diri atau mencari ketenangan.

Berikut ini adalah layout Desa Adat/Wisata Penglipuran :

Potensi Desa Adat Penglipuran mengacu pada Konsepsi Tri Hita Karana yaitu tiga sebab sebagai sumber adanya keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan yaitu : hubungan harmonis manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya yang diimplementasikan wujudnya menjadi :

Parhyangan, merupakan unit lokasi kawasan suci dan tempat suci (pura) tertentu besar maupun kecil sebagai pengejawantahan unsur ke-Tuhanan-Nya.

Pawongan, berarti masyarakat penghuni kawasan beserta keorganisasian tradisional yang ada sebagai perwujudan unsur manusianya (penghuninya).

Palemahan, bermakna wilayah dalam batas-batas definitif beserta unsur perumahan, pekarangan, lingkungan sebagai wujud proyeksi unsur alamnya.

Pola tata ruang desa adat penglipuran dibagi menjadi 3 bagian besar yang memisahkan kepentingn-kepentingan yang berdasarkan kegiatan-kegiatan masyarakat Desa Penglipuran khususnya dalam bidang upacara keagamaan (yadnya). Hal tersebut disesuaikan dengan konsep Tri Hita Karana, yang dalam agama hindu Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagian dan keharmonisan manusia. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi dari pola tata ruang di desa Adat Penglipuran Bangli. Dengan konsep Tri Hita Karana pada pola tata ruang Desa Adat Penglipuran, akan terjalin hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia, Manusia dengan Lingkungan. POLA PENATAAN RUANG PURA UKIR RAHTAU LUHUR.

Pura tersebut kemudian memancarkan spirit tentang ajaran agama hindu sehingga masyarakat di sekitar mendapatkan efek dan terpengaruh dari spirit tersebut sehingga hunian dan permukiman di sekitar pura tersebut juga menggunakan pola penataan ruang yang sama dengan pura.

POLA PENATAAN RUMAH HUNIAN PENDUDUKCANDI AGUNG PURA

PATMASARI PADA RUMAH PENDUDUK

CANDI BANTAR PADA RUMAH PENDUDUK

OBYEK : BANGUNAN UMUM

Tema Amatan : KesesakanTEORI KESESAKANKESESAKANA. Pengertian KesesakanMenurut Altman (1975), kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil, Perbedaan. pengertian antara crowding (kesesakan) dengan density (kepadatan) tidaklah jelas benar, bahkan kadang-kadang keduanya memiliki pengertian yang sama dalam merefleksikan pemikiran secara fisik dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan ruang.Menurut Altman (1975), Heimstra dan McFarling (1978) antara kepadatan dan kesesakan memiIiki hubungan yang erat karena kepadatan merupakan salah satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan, tetapi bukan satu-satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan.Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982).

Baum dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat faktor :

A. karakteristik seting fisik

B. karakteristik seting sosial

C. karakteristik personal

D. kemampuan beradaptasi

Keempat faktor ditambah dengan kepadatan tersebut dapat dirangkum pada gambar berikut:

Stokols (dalam Altman, 1975) membedakan antara kesesakan bukan sosial (nonsocial crowding) yaitu di mana faktor-faktorfisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding, seperti sebuah ruang yang sempit, dan kesesakan sosial (social crowding) yaitu perasaan sesak mula-mula datang dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak. Stokolsjuga menambahkan perbedaan antara kesesakan molekuler dan molar. Kesesakan molar (molar crowding) yaitu perasaan sesak yang dapat dihubungkan dengan skala luas, populasi penduduk kota, sedangkan kesesakan molekuler (moleculer crowding) yaitu perasaan sesak yang menganalisis mengenai individu, kelompok keeil dan kejadian-kejadian interpersonal.

Morris (dalam Iskandar, 1990) memberi pengertian kesesakan sebagai defisit suatu ruangan. Hal ini berarti bahwa dengan adanya sejumlah orang dalam suatu hunian rumah, maka ukuran per meter persegi setiap orangnya menjadi kecil, sehingga dirasakan adanya kekurangan ruang. Dalam suatu unit hunian, kepadatan ruang harus diperhitungkan dengan mebel dan peralatan yang diperlukan untuk suatu aktivitas. Oleh karenanya untuk setiap

ruang akan memerlukan suatu ukuran standar ruang yang berbeda, karena fungsi dari ruang itu berbeda.

Besar kecilnya ukuran rumah menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia. Makin besar rumah dan makin sedikit penghuninya, maka akan semakin besarrasio tersebut, Sebaliknya, makinkecil rumah dan makinbanyak penghuninya:, maka akan semakin keeil rasio tersebut, sehingga akan timbul perasaan sesak (crowding) (Ancok, 1989).Adapun kesesakan dikatakan sebagai keadaan motivasional yang merupakan interaksi dari faktor spasial, sosial dan personal, dimana pengertiannya adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang sehingga timbul kebutuhan akan ruang yang lebih luas. Jadi rangsangan berupa hal-hat yang berkaitan dengan keterbatasan ruang di sini kernudian diartikan sebagai suatu kekurangan.

Pendapat lain datang dari Rapoport (dalam Stokols dan Altman, 1987) yang mengatakan kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besamya ruang dirasa tidak mencukupi, sebagai kelanjutan dari persepsi langsung terhadap ruang yang tersedia.Kesimpulan yang dapat diambil adalah pada dasamya batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.B. Teori-teori KesesakanTeori Beban Stimulus. Pendapat teori ini mendasarkan diri pada pandangan bahwa kesesakan akan terbentuk bila stimulus yang diterima individu melebihi kapasitas kognitifnya sehingga timbul kegagalan memproses stimulus atau informasi dari lingkungan.

Schmidt dan Keating (1979) mengatakan bahwa stimulus di sini dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya, maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya informasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti :

a) kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan

b) jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekatc) suatu percakapan yang tidak dikehendaki

d) terlalu banyak mitra interaksi

e) interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalu lamaAnalisis terhadap seting meliputi :

1. Maintenance Minimum, yaitu jumlah minimum manusia yang mendukung suatu seting agar suatu aktivitas dapat berlangsung. Agar pembicaraan menjadi lebih jelas, akan digunakan kasus pada sebuah rumah sebagai contoh suatu seting. Dalam hal ini, yang dinamakan maintenance selling adalah jumlah penghuni rumah minimum agar suatu ruang tidur ukuran 4 x 3 meter bisa dipakai oleh anak-anak supaya tidak terlalu sesak dan tidak terlalu longgar.

2. Capacity, adalah jumlah maksimum penghuni yang dapat ditampung oleh seting tersebut (jumlah orang maksimum yang dapat duduk di ruang tamu bila sedang dilaksanakan hajatan).

3. Applicant. adalah jumlah penghuni yang mengambil bagian- dalam suatu setting. Applicant dalam seting rumah dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Performer, yaitu jumlah orang yang memegang peran utama, dalam hal ini suami dan isteri.

Non-performer, yaitu jumlah orang yang terlibat dalam peran-peran sekunder, dalam hal ini anak-anak atau orang lain dalam keluarga.NAMA OBYEK ; ART CENTRE, BALI

Berdasarkan pembagian zona daerah di bali mengenai kegiatan wisata budaya bali sudah menyediakan salah satu tempat yaitu pada pusat perkotaan yang berada pada daerah wilayah kabupaten denpasar tepatnya di tempat yang sekarang di gunakan sebagai Art Center.

TEMA DAN KONSEP RANCANGAN

TEMA : MAHABARATAMerupakan sebuah karya sastra kuno yang di tulis oleh Bagawan Byasa atau Vyasa dari india.yang di dalamnya menceritakan perang antara Korawa dan Panca Pandawa dalam Perang Kurusetra.

PENDEKATAN TEMA SEBAGAI IDE RANCANG

KONSEP IDE BENTUK

Pola penataan massa menggunakan filosofi sanga mandala atau peraturan daerah bali. Mengkombinasikan antara sanga mandala dengan tema yang di gunakan (Mahabarata) > Perang (KONFLIK)Konsep penataan masa ( SANGA MANDALA) Dengan membagi menjadi sembilan bagian,yang di tunjukan dengan garis merah sebagi sirkulasi yang terjadi di dalam kompleks pusat budaya.

KONSEP ZONING SITE PLANT

NAMA OBYEK ; HOTEL POP, KUTALokasinya yang terletak di jalan Kubu Bene Kuta- Bali ini sangat strategis dan benar-benar memberikan kemudahan bagi setiap tamu untuk mengakses berbagai lokasi penting yang ada di sekitar lokasi. Lokasinya dari hotel ini juga sangat dekat dengan berbagai tempat makan dan tempat bersantai seperti Sushi Densha, Nero Bali, dan juga kopi pot.

Fasilitas di Pop Hotel Kuta beach

Ada banyak fasilitas yang ditawarkan di hotel ini, mulai dari pusat kuliner hingga pendukung kebutuhan sehari-hari untuk para tamu. Bagi anda yang ingin menghabiskan waktu untuk beberapa hari saja. Selain itu, hotel ini juga menyediakan ruang rapat yang sangat cocok untuk berbagai kegiatan pertemuan. Tidak hanya itu saja, beberapa fasilitas lain yang juga bisa didapatkan di tempat ini diantaranya adalah lift, pusat bisnis, lantai eksekutif, kedai kopi, klub malam, poolside bar, room service, kotak penyimpanan aman, dan juga akses internet Wi-fi. Selain itu, pengunjung juga bisa memanfaatkan layanan laundry atau dry cleaning.

Ukuran Ruang Hotel POP Kuta, Bali

Hotel ini memiliki 223 unit kamar. Pop hotel kuta beach menawarkan berbagai fasilitas yang memadai diantaranya adalahsafety deposit box, TV yang dilengkapi dengan satelit kabel, televisi LCD layar plasma, air minum botol gratis setiap hari, AC, kamar mandi yang dilengkapi dengan air panas, serta sofa bed jika tamu lebih dari satu orang. Bahkan jika ternyata kamar ditempati oleh tiga orang, tamu tidak akan dikenakan biaya tambahanextra person.

Masing-masing kamar yang ada di hotel ini memiliki luas yang mencapai 3 x 5 m2. Ukuran yang cukup luas bagi setiap tamu yang ingin beristirahat dengan nyaman. Masing-masing kamar juga dilengkapi dengan elevator, tapi tanpaconnecting room. Sedangkan untuk fasilitas kamar mandi dilengkapi dengan fasilitas shower dan bath up. Semua fasilitas yang disediakan diharapkan bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para tamu yang menginap di tempat kami.

Berikut adalah gambar-gambar ruangan diatas :

POLA SIRKULASI HOTEL

Pola sirkulasi di Hotel POP Kuta Bali ini seperti hotel pada umumnya, konsep dengan ruang terbuka tetap di terapkan dalam bangunan hotel ini, jika di amati dari atas hotel; ini berbentuk huruf U yang di tengahnya terdapat kolam renang sebagai fasilitas penunjang atau ruang sirkulasi bangunan hotel ini :LAYOUT HOTEL POP KUTA

KESIMPULAN HASIL AMATAN

Karakteristik Arsitektural Permukiman Tradisional Bali

Desa tradisional Bayung Gede

Adanya banyak potensi yang dimiliki oleh Desa bayung Gede maka melelui kegiatan revitalisasi akan dapat dikembangkan menjadi desa wisata budaya yang berkelanjutan melalui pemberdayaan manusia, ekonomi dan lingkungan seperti :melakukan programprogram pelatihan kepada masyarakat dan memberikan stimulan untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi; meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pengembangan desa; menggali potensi ekonomi lokal dan melakukan pengembangan berdasarkan aspirasi Stakeholders ; memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan melakukan kegiatan di dalamnya, serta mendorong pengembangan industri pariwisata yang padat karya agar mampu menciptakan peluang kerja bagi masyarakat setempat. Desa tradisional PenglipuranPola Tata Ruang Desa Adat Penglipuran di bedakan menjadi 3 bagian sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. Dari konsep itulah, maka di paling utara desa yaitu sebuah tempat suci yaitu Pura Bale Agung (Penataran) yang merupakan konsep utama mandala yang terletak di sebelah utara sebagai kiblat umat Hindu.

Yang kedua adalah konsep Madya mandala. Di tempat ini merupakan wilayah permukiman penduduk terbagi menjadi dua jejer yaitu barat dan timur. Sedangkan bagian ketiga adalah nista mandala tempatnya bagian paling rendah yaitu lokasi yang dipakai untuk kuburan atau orang Bali menyebutnya sebagai setra.

Keseluruhan kosep dari tata ruang tersebut yang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana adalah bertujuan untuk senantiasa mengharmoniskan kehidupan masyarakat Penglipuran, Baik dalam Hubungan dengan Tuhan, Manusia maupun Lingkungan. Respon Lingkungan Arsitektural

Art Centre

Art Center atau Taman Budaya adalah bangunan yang didirikan dengan tujuan untuk pementasan seni serta pengembangan seni Bali khusunya. Art Center/Taman Budaya adalah komplek bangunan yang luas dengan gaya terbaik arsitektur tradisional Bali lay out bangunan-bangunannya.

Bentuk susunan komplek bangunan yang ada di Art Centre Bali ini terdiri dari:

1. Komplek bangunan suci meliputi: Pura Taman Beji, Bale Selonding, Bale Pepaosan, dll.

2. Komplek bangunan tenang meliputi: Perpustakaan Widya Kusuma, dimana ditempat ini tersimpan buku buku tentang sejarah Bali.

3. Komplek bangunan setengah ramai meliputi: Gedung Pameran Mahudara, Gedung Kriya, Studio Patung, Wisma Seni dan Wantilan tempat ini merupakan aula tempat pameran seni Bali.

4. Komplek bangunan ramai meliputi: Panggung Terbuka Ardha Candra dan Panggung tertutup Ksirarnawa (keduanya berada di selatan Sungai).

Di amphitheater yang berada di Art Centre ini, bisa menampung kapasitas penonton kira kira sampai dengan 6.000 orang, baik itu untuk pertunjukan kolosal, tardisional maupun modern. Biasanya Pentas Kesenian Bali ini digelar pada bulan Juni s/d July, pentas seni ini diadakan 1 bulan penuh, sehingga bagi anda yang menyaksikan bener benar terpesona dengan adat kebudayaan Bali yang tetap lestari sampai saat ini. Hotel POP KUTA

Sebagai hotel yang cukup baru,Pop Hotel Kuta beachsiap memberikan pelayanan terbaiknya sehingga bisa memberikan kepuasan kepada pengunjung. Hal ini ditunjukkan dengan pelayanan dan fasilitas terbaik yang dihadirkan dalam hotel ini. Berbagai fasilitas lain juga dihadirkan di tempat ini seperti ruang merokok khusus, tempat penyimpan yang sangat aman, tour, akses internet Wi-fi, dan tempat parkir yang aman. Semua ini merupakan bukti bahwa pop hotel yang ebrlokasi di Kuta beach ini benar-benar memberikan pelayanan terbaiknya.

Hotel Pop kuta juga menggunakan penggunaan tenaga matahari untuk suplay listrik dan materi konstruksi yang ramah lingkungan.sebagai bahan Material bangunannya.

Sumber Acuan (Literatur, Pustaka, Nara Sumber) : Desain Interior Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya

Oleh: Drs. I Gede Mugi Raharja, MSn Dosen Program Studi Desain Interior

Tata Ruang Desa Tradisional Penglipuran http://sutresnaone.files.wordpress.com/2011/07/tata-ruang2.docx Revitalisasi : Sebagai Strategi Pengembangan Desa Wisata Bali Aga yang Berkelanjutan (Studi Kasus Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani Bangli) Oleh : I Kaden Pranajaya (Praktisi Arsitek dan Pengurus IAI)

http://wisatadewata.com/article/wisata/taman-budaya---bali-art-center http://www.jakartajive.com/2012/09/green-opening-pop-hotel-kuta-beach-bali.html http://www.wisatabaliaga.com/pop-hotel-kuta-beach/ http://bali-dua.blogspot.com/2013/08/menginap-di-pop-hotel-kuta-beach-bali.html http://eprints.undip.ac.id/16271/1/AGUS_SUYANTO.pdf http://www.bkprn.org/peraturan/the_file/permen05-2008.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ARSITEKTUR/196002051987031-R._IRAWAN_SURASETJA/Hand_Out/TEORI_TEORI_ARSITEKTUR_DUNIA_TIMUR.pdf http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_kesesakan.pdf http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-01123-AR%20Bab2001.pdf http://eprints.uns.ac.id/7793/1/55410906200910251.pdfAngkul-angkul

Lumbung

Pamerajan

Bale Dangin

Umah Meten

Konsep Sirkulasi Religius pada Rumah Tradisional Bali Madya

Lay Out Ruang Dalam (Interior) Bali

Parhyangan (Unsur Ketuhanan)

Pawongan (Unsur Manusia)

Palemahan (Unsur Alam)

L

I

N

G

K

U

N

G

A

N

L

I

N

G

K

U

N

G

A

N

FASILITAS DAN KEGIATAN :

Kegiatan utama

Pusat kesenian(Sanggar seni)

Seni tari

Seni ukir(pahat

Seni lukis

Kegiatan pendukung

Museum

Perpustakaan.

Pada entrance di sini di akses melalui satu jalan saja namun setelah di dalam kawasan bangunan pusat budaya di bedakan menjadi 2 :

pengunjung bisa langsung ke tempat pusat budaya bali,

atau pengunJung bisa langsung menuju ke tempat pagelaran, ketika adanya pertujukan pagelaran

Konsep zoning pada site plan dibagi menjadi dua unsur yaitu bangunan yang memiliki unsur tradisional dan unsur kemoderenan.

Akses masuk menuju bangunan yaitu dari jalan nusa indah dan keluar dari jalan yang sama.

Lahan yang berada pada daerah tengah kota dengan keberagaman budaya menjadi salah satu nilai tinggi pada bangunan, tempat terbangun.

Bangunan utama berupa sanggar keseniaan yang terletak pada bagian utara(kaje/uatama) site di sebabkan karena dalam penataannya menggunakan filosofi peraturan tata bangunan bali ( sanga mandala ) sedangkan pada barat ( kangin site di letakan bangunan yang bersifat publik dan servis berupa pagelaran tertutup , dan parkiran.

Konsep zoning pada masing masing bangunan di hubungkan dengan menggunakan selasar sebagai sarana penghubung antar bangunan.

Fasilitas utama bangunan yaitu sanggar kesenian yang di gunakan sebagai tempat belajar kebudayaan yang berasal dari bali yang terletak di arah utara (kaje) site.

MAINTENANCE.

Letak maintenance pada bangunan pusat budaya ini berada pada sisi tengah site ,hal ini di perhitungkan, dari jarak serta keoperasionalannya.

Dalam penentuan letak lokasi maintenance, adapun hal hal yang mencakup :

R.panel

R. Pompa

R.genzet

Mesin ac.

Sirkulasi dalam Site

Fasilitas hotel berupa handuk dan sabun mandi

Bentuk

Wastafel hotel POP

Bentuk

Toilet hotel POP

Bentuk

Shower hotel POP

Recepsionist

Luas 5 M

Koridor / lorong

Lebar 2.5 M

Wifi Area

Luas 5 M

Ruang Tunggu

Luas 7.5 M

Food And Beverage

Luas 5 x 7 M

Food And Beverage

Luas 5 x 7 M

Swimming Pool

Luas 5 x 15 M

Swimming Pool

Luas 5 x 15 M

Hotel Pop Room : Double Room

Luas 3 x 5 M

Fasilitas kamar inap

LORONG

Kolam renang

Pola sirkulasi hotel pop kuta.

16