tugas pemodelan transportasi new

13
TUGAS Pemodelan Transportasi Sebagai Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah Pemodelan Transportasi Oleh : PROGRAM STUDI REKAYASA TRANSPORTASI JURUSAN TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASA RJANA UNIVERSIT AS BRAWIJAYA 2012/2013

Upload: boim-ajah

Post on 30-Oct-2015

588 views

Category:

Documents


40 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 1/13

TUGAS

Pemodelan Transportasi

Sebagai Salah Satu Tugas dalam Mata KuliahPemodelan Transportasi 

Oleh :

PROGRAM STUDI REKAYASA TRANSPORTASI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012/2013

Page 2: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 2/13

Page 3: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 3/13

I. PENDAHULUAN

A. UMUM

Tujuan Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan lokasi

kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik untuk angkutan umum ataupun angkutan

pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan kebijaksanaan investasi

perencanaan transportasi.

Umur perencanaan:

Jangka pendek  : maksimum 5 tahun; biasanya berupa kajian manajemen transportasi yang

lebih menekankan dampak manajemen lalulintas terhadap perubahan rute suatu moda

transportasi

Jangka menengah : 10 s/d 20 tahun (kajian kuliah ini); biasanya digunakan untuk meramalkan

arus lalulintas yang nantinya menjadi dasar perencanaan investasi untuk suatu fasilitas

transportasi yang baru.

Jangka panjang : lebih dari 20 tahun; digunakan untuk perencanaan strategi pembangunan

kota jangka panjang.

B. PENDEKATAN SISTEM UNTUK PERENCANAAN TRANSPORTASI

Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan untuk perencanaan dan teknik dimana

suatu usaha dilakukan untuk menganalisa seluruh faktor yang berhubungan dengan

permasalahan yang ada.

Contoh : Jika suatu ruas jalan memiliki tingkat kepadatan arus lalu lintas yang tinggi dapat

ditangani dengan pelebaran ruas jalan tersebut; tetapi pada saat yang sama kemacetan lalu lintas

berpindah ke ruas yang lain; karenanya penyelesaian masalah tidak bisa hanya secara partial

tetapi harus dengan pendekatan sistem.

1. Pengertian Sistem

SISTEM adalah gabungan dari beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan

satu dengan lainnya. Beberapa komponen penting saling berhubungan dalam proses

perencanaan transportasi; proses perencanaan ini merupakan proses berdaur (cyclic) dan tidak

pernah berhenti; sehingga perubahan pada suatu komponen mempengaruhi komponen lainnya.

lihat gambar 1.

2. Sistem Transportasi Makro

Sistem transportasi makro terdiri dari :

a) Sistem kegiatan (transport demand)

Sistem ini merupakan pola kegiatan tataguna lahan yang terdiri dari sistem pola

kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Kegiatan yang timbul dalam sistem

ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang perlu dilakukan

setiap hari yang tidak dapat dipenuhi oleh tataguna lahan tersebut. Besarnya

pergerakan sangat terkait dengan jenis dan intensitas kegiatan yang dilakukan.

Page 4: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 4/13

Gambar 1. Proses Perencanaan

b) Sistem jaringan (prasarana transportasi/transport supply)

Pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan atau barang tersebut membutuhkan

moda transportasi (sarana) dan media (prasarana) tempat moda tersebut bergerak.

Prasarana transportasi ini dikenal dengan sistem jaringan yang meliputi jaringan jalan

raya, kereta api, terminal, bus, bandara dan pelabuhan laut.

c) Sistem pergerakan (lalu lintas/Traffic)

Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan (point a & b) akan menghasilkansuatu pergerakan manusia/kendaraan.

d) Sistem kelembagaan (institusi)

Untuk menjamin terjadinya pergerakan yang aman, nyaman, lancar, mudah dan handal

dan sesuai dengan lingkungan. Maka diperlukan suatu sistem yang mengatur tiga sistem

diatas. Sistem ini disebut sistem kelembagaan.

Sistem kelembagaan yang berkaitan dengan masalah transportas adalah:

Sistem kegiatan: Bappenas, Bappeda tingkat I dan II, Pemda

Sistem jaringan: Dephub, Jasa Marga, Bina Marga, Dinas PU, dll

Sistem pergerakan: DLLAJ, Organda, Polantas, dll

Page 5: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 5/13

Gambar 2. Sistem Transportasi Makro

e) Sistem Tata guna lahan - transportasi 

Pergerakan arus manusia, kendaraan, dan barang mengakibatkan bergagai macam

interkasi. Hampir semua interkasi memerlukan perjalanan, dan menghasilkanpergerakan arus lalulintas. Sasaran umum perencanaan transportasi adalah membuat

interaksi tersebut menjadi semudah dan seefisien mungkin dengan menetapkan

kebijakan tentang hal berikut:

a) Sistem kegiatan. Rencana tataguna lahan yang baik (lokasi sekolah, kantor,

perumahan, dll) dapat mengurangi kebutuhan akan pergerakan perjalanan yang

panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah.

b) Sistem jaringan. Dapat dilakukan dengan meningatkan kapasitas pelayanan

prasarana yang ada: pelebaran jalan, menambah aringan jalan baru.

c) Sistem pergerakan. Dapat dilakukan dengan mengatur teknik dan manajemen

lalulintas (jangka pendek), fasilitas angkutan umum yang lebih baik (jangkan

pendek dan menengah), atau pembangunan jalan baru (jangka panjang).

3. AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS

AKSESIBILTAS adalah konsep yang menggabungkan pengaturan tata guna lahan secara

geografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Dengan perkataan lain

aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan bagaimana lokasi tataguna lahan berintekasi satu

dengan yang lain dan bagaimana mudah dan susahnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem

aringan transportasi.

MOBILITAS adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak yang biasanya

dinyatakan dengan kemampuannya membayar biaya transportasi. Jika aksesibilitas ke suatu

tempat tinggi, maka mobilitas orang ke tempat tersebut juga tinggi selama biaya aksesibilitas ke

tempat tersebut mampu dipenuhi.

Klasifikasi tingkat aksesibilitas:

Page 6: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 6/13

Dari tabel diatas menunjukkan suatu tempat dikatakan ”aksesibel” jika sangat dekat dengan

tempat lainnya, dan ”tidak aksesibel” jika berjauhan. Konsep ini sangat sederhana dimana

hubungan transportasi dinyatakan dalam jarak (km) Saat ini JARAK merupakan suatu variabel

yang tidak begitu cocok, karena orang lebih cenderung menggunakan variabel waktu tempuh

sebagai ukuran aksesibilitas. Lihat ilustrasi berikut:

Jika jarak sebagai ukuran aksesibilitas, maka AB lebih tinggi

aksesibilitasnya dibandingkan AC; sebaliknya jika ukurannya

adalah waktu tempuh, AC > AB (aksesibilitas AC lebih tinggi dari

AB).

a) Aksesibilitas dalam model perkotaan

Model yang banyak dikenal dalam penentuan lokasi tataguna lahan di daerah perkotaan

diantaranya adalah MODEL LOWRY. Asumsi dasar model ini adalah lokasi industri utama di

daerah perkotaan harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah itu, jumlah keluarga dan

lokasinya diperkirakan berdasarkan aksesibilitas lokasi industri tersebut.

b) Pengukuran Aksesibiltas di daerah perkotaan

Black dan Conroy (1977) membuat ringkasan cara mengukur aksesibilitas di dalam daerah

perkotaan. Daerah perkotaan dibagi menjadi N zona dan semua aktifitas terjadi di pusat

zona. Aktivitas diberi notasi A. Aksesibiltas suatu zona adalah ukuran intensitas di lokasi

tataguna lahan (misal: jumlah lapangan kerja) pada setiap zona di dalam kota tersebut dan

kemudahan untuk mencapai zona tersebut melalaui sistem jaringan transportasi.

Ukuran grafis aksesibilitas

Dibuat sebaran frekuensi yang menggambarkan jumlah kesempatan yang tersedia

dalam jarak, waktu dan biaya tertentu dari zona i.

Ukuran fisik aksesibilitas

Hansen (1959) ”How Accebility Shapes Land Use”

K i = aksesibilitas zona i ke zona lainnya (j)

A j = ukuran aktivitas pada setiap zona j

t ij = ukuran waktu atau biaya dari zona asal i ke zona tujuan j.

4. KONSEP PERENCANAAN TRANSPORTASI

Konsep perencanaan transportasi yang paling populer adalah MODEL PERENCANAAN

TRANSPORTASI EMPAT TAHAP (FOUR STAGES TRANSPORT MODEL), yang terdiri dari:

1) Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)

2) Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution)

3) Pemilihan moda (Modal choice/modal split)

4) Pembebanan lalu lintas (Trip assignment)

Page 7: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 7/13

Gambar 3. Four stages transport model

a. Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)

Adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari

suatu zona atau tataguna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tataguna

lahan.

Bangkitan lalu lintas ini mencakup : Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi (trip production)

Lalu lintas yang menuju ke suatu lokasi (trip attraction)

Bangkitan lalu lintas tergantung dari 2 aspek tataguna lahan:

1) Tipe tataguna lahan

Tipe tataguna lahan yang berbeda (pemukiman, pendidikan, dll) mempunyai karakteristik

bangkitan yang berbeda :

umlah arus lalu lintas

enis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil)

waktu yang berbeda (contoh: kantor menghasilkan lalu lintas pada pagi dan sore).

2) umlah aktivitas (dan intensitas) pada tataguna lahan tersebut 

Semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi lalu lintas yang

dihasilkan. Salah satu ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.

Pergerakan yang berasal

dari zona A

Pergerakan yang menuju

zona B

AB

Page 8: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 8/13

b. Distribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution)

Adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan sebaran pergerakan yang

meninggalkan suatu zona atau yang menuju suatu zona.

Untuk setiap pasang zona (ij), berapa arus dari zona i ke zona j.

Distribusi pergerakan dapat direpresentasikan dalam bentuk garis keinginan (desire line) atau dalam

bentuk Matriks Asal Tujuan, MAT (origin-destination matrix/O-D matrix).

Gambar 4. Garis keinginan

Pola distribusi lalu lintas antara zona asal dan tujuan adalah hasil dari dua hal yang terjadi secara

bersamaan yaitu:

Lokasi dan intensitas tataguna lahan yang akan menghasilkan lalu lintas

Spatial separation (pemisahan ruang), interaksi antara 2 buah tataguna lahan akan

menghasilkan pergerakan.

1) Intensitas tataguna tanah

Makin tinggi tingkat aktivitas suatu tataguna tanah, makin tinggi kemampuannya menarik

lalu lintas.

Contoh : Supermarket menarik lalu lintas lebih banyak dibandingkan rumah sakit (untuk luas

yang sama).

2) Spatial separation

Jarak antara dua buah tataguna lahan merupakan batasan dari adanya pergerakan. Jarak

yang jauh atau biaya yang besar membuat pergerakan antara dua buah zona menjadi lebihsulit.

3) Spatial separation dan intensitas tataguna lahan

Daya tarik suatu tataguna lahan berkurang dengan meningkatnya jarak (efek spatial

separation). Tataguna tanah cenderung menarik lalu lintas dari tempat yang lebih dekat

dibandingkan dengan tempat yang jauh.

Jumlah lalu lintas antara dua buah tataguna lahan tergantung dari intensitas kedua tatag una lahan

dan spatial separation (jarak, waktu, dan biaya).

Page 9: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 9/13

c. Pemilihan moda (Modal choice/modal split)

Jika terjadi interaksi antara dua tataguna tanah, seseorang akan memutuskan

bagaimana interaksi tersebut dilakukan. Biasanya interaksi tersebut mengharuskan terjadinya

perjalanan. Dalam kasus ini keputusan harus ditentukan dalam hal pemilihan moda yang mana:

Pilihan pertama biasanya antara jalan kaki atau menggunakan kendaraan.

Jika kendaraan harus digunakan, apakah kendaraan pribadi (sepeda, sepeda motor, mobil, dll)

atau angkutan umum (bus, becak, dll).

Jika angkutan umum yang digunakan, jenis apa yang akan digunakan (angkot, bus, kereta api,pesawat, dll).

Pemilihan moda transportasi sangat tergantung dari:

1. Tingkat ekonomi/income → kepemilikan

2. Biaya transport

Orang yang mempunyai satu pilihan moda disebut dengan captive terhadap moda

tersebut. Jika terdapat lebih dari satu moda, moda yang dipilih biasanya yang mempunyai rute

terpendek, tercepat atau termurah, atau kombinasi ketiganya. Faktor lain yang mempengaruhi

adalah ketidaknyamanan dan keselamatan.

d. Pembebanan lalu lintas (Trip assignment)

Kendaraan pribadi, rute yang dipilih sembarang

Kendaraan umum, rute sudah tertentu

Pemilihan rute tergantung dari alternatif terpendek, tercepat, termurah, dan juga

diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup tentang kemacetan, kondisi

alan, dll, sehingga mereka dapat menentukan rute terpendek. Hasil akhir dari tahap ini adalah

diketahuinya volume lalu lintas pada setiap rute.

e. Arus lalulintas dinamis

Arus lalulintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika arus lalu lintas

meningkat, waktu tempuh pasti bertambah karena kecepatan menurun.

Arus maksimum yang dapat melewati suatu ruas jalan biasa disebut kapasitas ruas jalan tersebut.

Arus maksimum yang dapat melewati suatu ttitik (biasanya pada persimpangan dengan lampu

lalulintas biasa) disebut arus jenuh.

Highway Capacity Manual mendefinisikan kapasitas jalan sebagai “jumlah kendaraan maksimum

yang dapat bergerak dalam periode waktu tertentu. Kapasitas ruas jalan biasanya dinyatakan

dengan kendaraan (atau dalam Satuan Mobil Penumpang/SMP) per jam. Hubungan antara arus

dan waktu tempuh tidaklah linear. (lihat gambar).

Page 10: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 10/13

Nisbah Volume per kapasitas

5. MODEL INTERAKSI SISTEM TATAGUNA LAHAN - TRANSPORTASI

Berikut akan dijelaskan cara membuat model sistem yang mengaitkan sistem tata guna

lahan (kegiatan), sistem prasarana transportasi (jaringan), dan sistem pergerakan lalulintas.

Tujuan pembentukan model ini adalah:

a. Untuk memahami cara kerja sistem transportasi yang merupakan tujuan utama

pembentukan model.

b. Untuk memprediksi perubahan arus lalu lintas yang akan terjadi disebabkan perubahan tata

guna lahan atau sistem transportasi.

Notasi:

Tiga variabel yang aka digunakan:L : tata guna lahan

T : sistem transportasi (jaringan dan karakteristiknya)

Q : laluluintas (traffic)

Secara konventional, setiap zoana asal disebut zona A dan dan setiap zona tujuan disebut zona B.

L A = tata guna lahan di zona A

P  A = bangkitan pergerakan dari zona A

 AB = tarikan pergerakan ke zona B

Q AB(1) = arus lalulintas dari zona A ke zona B yang menggunakan rute 1T Q AB(1) = waktu tempuh lalulintas dari zona A ke zona B yang menggunakan rute pada kondisi arus = Q

T 0  = waktu tempuh pada kondisi arus bebas = 0

C = kapasitas

a = indeks tingkat pelayanan

Tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan konsep interaksi sistem tata guna

lahan-sistem arus lalulintas-sistem prasarana transportasi adalah sebagai berikut.

Page 11: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 11/13

Bangkitan pergerakan

Bangkitan pergerakan adalah fungsi tata guna lahan. Jumlah bangkitan pergerakan yang dihasilkan

oleh suatu zona berbanding lurus dengan tipe dan intensitas tata guna lahan di zona tersebut:

Hal yang sama juga berlaku bagi tarikan pergerakan:

Sebaran pergerakan

Besarnya pergerakan dari zona A ke zona B merupakan fungsi dari tipe dan intensitas tata guna

lahan di zona A dan zona B ( P  A dan B A ) dan besarnya faktor kemudahan pencapaian (aksesibilitas)

zona tujuan (B) dari zona asal A (T Q AB) yang dapat dinyatakan dalam persamaan :

k = konstanta penyeimbang sebaran pergerakan

Pemilihan moda transportasi dan rute

Pemilihan moda transportasi antara zona A ke zona B didasarkan pada perbandingan antara

berbagai karakteristik operasional moda transportasi yang tersedia (misalnya waktu tempuh, tarif,

waktu tunggu, dan lain-lain). Begitu juga halnya rute - pemilihan rute didasarkan pada perbandingan

karakteristik operasional setiap alternatif rute untuksetiap moda transportasi yang tersedia.

Besarnya pergerakan yang menggunakan rute tertentu akan menentukan besarnya waktu tempuh

antarzona pada rute tersebut (lihat gambar 2.7 dan 2.9). Secara konsep, jika terdapat beberapa

alternatif rute, kondisi keseimbangan seperti yang dinyatakan oleh Wardrop (1952) berasumsi

bahwa arus lalulintas akan mengatur dirinya sendiri sehingga besarnya waktu tempuh untuk semua

alternatif rute yang tersedia adalah sama.

Dengan kata lain, pada kondisi keseimbangan tidak ada seorang pun yang mampu memilih rute yang

lebih baik karena semua alternatif rute yang tersedia mempunyai waktu tempuh yang sama dan

minimal. Jika terdapat dua alternatif rute (1 dan 2) antara zona A dan B, maka kondisi keseimbangan

tercapai jika:

Sementara itu Hubungan antara waktu tempuh dengan volume lalu lintas diasumsikan mengikuti

rumus Davidson:

Page 12: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 12/13

Adapun analisis pemodelan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara analitis dan cara grafis.

Contoh :

Misalkan terdapat dua buah zona (Zona A dan Zona B). Dimana zona A adalah zona

pemukiman dan Zona B adalah zona lapangan kerja. Populasi zona A adalah 35.000 orang,

sedangkan jumlah lapangan kerja yang tersedia sebanyak 14.000, dengan persentase usia

kerja di zona A = 85%. Zona A dan zona B dihubungkan oleh tiga buah rute (rute 1, 2, dan 3)

yang karakteristiknya adalah sebagai berikut:

Dalam hal ini ada beberapa skenario yang direncanakan seperti berikut ini

1. Berapa arus lalu lintas yang bergerak dari zona A ke zona B apabila:

a. Jika hanya rute 1 yang beroperasi?

b. Jika hanya rute 2 yang beroperasi?

c. Jika hanya rute 3 yang beroperasi?

d. Jika hanya rute 1 dan 2 yang beroperasi?

e. Jika hanya rute 1 dan 3 yang beroperasi?

f. Jika hanya rute 2 dan 3 yang beroperasi?

2. a. Jika rute 1, 2, dan 3 bersama-sama beroperasi, berapa arus lalulintas yang bergerakdari zona A ke zona B pada setiap rute?

b. Rute mana yang lebih tinggi kemampuannya dalam mengalirkan arus lalulintas?

3. Berapa besarnya arus lalu lintas yang bergerak dari zona A ke zona B pada setiap rute jika

level of service rute 2 ditingkatkan dari 0.5 menjadi 0,3?

4. a. Seandainya dibangun lagi rute 4 dengan karateristik sebagai berikut:

Jika rute 1, 2, 3, dan 4 sama-sama beroperasi, berapa arus lalulintas yang bergerak

dari zona A ke zona B pada setiap rute?

b. Andaikan rute 4 sudah ada, apakah perlu membangun rute 1 dan/atau rute 2

dan/atau 3?

5. Ramalkan untuk 5 tahun kemudian terjadi perubahan sistem tata guna lahan dalam

bentuk peningkatan umlah populasi mengalami pertumbuhan sebesar 0,25% per

tahun, dimana persentase usia kerja mengalami pertumbuhan sebesar 1% pertahun.

RutePanjang Zero-Flow Travel Time T0 Indeks Tingkat Pelayanan Kapasitas Kendaraan, C

(Km) (mins./km) (Menit) (a) (Kendaraan/Jam)

1 17 1 17 0,3 3.000

2 25 1,2 30 0,5 2.500

3 24 1,1 26,4 0,4 2.700

RutePanjang Zero-Flow Travel Time T0 Indeks Tingkat Pelayanan Kapasitas Kendaraan, C

(Km) (mins./km) (Menit) (a) (Kendaraan/Jam)

4 15 1 15 0,3 3.500

Page 13: Tugas Pemodelan Transportasi New

7/16/2019 Tugas Pemodelan Transportasi New

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-pemodelan-transportasi-new 13/13

Jelaskan dampak pengaruh peningkatan kebutuhan pergerakan ini dengan kinerja

sistem prasarana transportasi yang ada?

TUJUAN PERENCANAAN

Tujuan dari perencanaan pemodelan transportasi ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui kinerja rute pada kondisi beroperasi sendiri, berpasangan, maupun bersama-

sama.

b. Mengetahui kinerja rute apabila dilakukan perbaikan rute.

c. Mengetahui perubahan arus lalu lintas apabila dilakukan perubahan pada sistem tata guna

lahan dan/atau sistem prasarana transportasi.