tugas paper ekologi hewan annisa puspita r. (2119090021)

12
PERUBAHAN EKOSISTEM GLOBAL SEBABKAN WABAH ULAT BULU DI BERBAGAI DAERAH Annisa Puspita Rahmini (2119090021) Kelas 3G Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Galuh Sekretariat : Jl. R.E Martadinata No.150 Tlp. (0265) 772192 Ciamis 46251 Jawa Barat E-mail : [email protected] ABSTRAK Ulat bulu mempunyai nama Ilmiah Lymantria marginataini , mempunyai ukuran panjang antara 3-4 cm dengan lebar sekitar 0,75 cm dengan panjang bulu sekitar 1 cm yang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan warna cokelat keputihan. Siklus hidup ulat bulu lebih dikenal dengan istilah metamorfosis sempurna, yaitu dalam hidupnya mengalami 4 fase Telur- Larva (Ulat)- Pupa (Kepompong)-Imago (Dewasa). Kini ulat bulu sedang meresahkan banyak warga di berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jakarta, Pati , Purwodadi, dan Kebumen. Diduga karena perubahan ekosistem secara global.

Upload: uchiw

Post on 07-Aug-2015

29 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

PERUBAHAN EKOSISTEM GLOBAL

SEBABKAN WABAH ULAT BULU DI BERBAGAI DAERAH

Annisa Puspita Rahmini (2119090021) Kelas 3G

Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi Universitas Galuh

Sekretariat : Jl. R.E Martadinata No.150 Tlp. (0265) 772192 Ciamis 46251

Jawa Barat

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Ulat bulu mempunyai nama Ilmiah Lymantria marginataini, mempunyai

ukuran panjang antara 3-4 cm dengan lebar sekitar 0,75 cm dengan panjang bulu

sekitar 1 cm yang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan warna cokelat keputihan.

Siklus hidup ulat bulu lebih dikenal dengan istilah metamorfosis sempurna,

yaitu dalam hidupnya mengalami 4 fase Telur- Larva (Ulat)- Pupa (Kepompong)-

Imago (Dewasa).

Kini ulat bulu sedang meresahkan banyak warga di berbagai daerah seperti

Jawa Timur, Jakarta, Pati , Purwodadi, dan Kebumen. Diduga karena perubahan

ekosistem secara global.

Kerusakan lingkungan yang mengganggu keseimbangan ekosistem, perburuan

liar, penebangan liar, membuang sampah sembarangan. Semua adalah ulah

manusia yang disadari atau tidak telah menjadi biang kerusakan dan ketimpangan

ekosistem.

Jadi dapat dikatakan adanya gangguan ekosistem karena hilangnya

keseimbangan alami dalam lingkungan hidup. Dengan kurangnya predator ulat

bulu lah yang menjadi penyebab utama wabah ulat bulu terjadi diberbagai daerah.

Cara untuk menghindari wabah ulat bulu dengan melalui pengendalian alami,

yakni tersedianya jumlah pemangsa dalam jumlah yang seimbang. Namun

mengingat tingginya jumlah ulat bulu, penyemprotan insektisida, seperti pestisida

dengan takaran yang sesuai adalah yang paling tepat.

Page 2: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

Kata kunci: ulat bulu, keseimbangan ekosistem, musuh alami ulat bulu atau

predator.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyebarnya wabah ulat bulu di berbagai wilayah seperti di Jawa Timur,

Jakarta, Pati , Purwodadi, dan Kebumen. Diduga karena perubahan ekosistem

secara global. Indikasinya adalah peningkatan jumlah ulat bulu itu merata di

sejumlah daerah di Indonesia.

Gejala-gejala ini akan terlihat dimana-mana, termasuk di Jakarta. Factor

penghambat populasi ulat bulu sudah semakin langka, kita berasumsi ada

perubahan ekosistem secara global, baik lingkungan biotic (hidup) amupun

abiotik (tak hidup).

Secara global ada gejala yang sama. Dari lingkungan biotic maupun abiotik,

factor penghambat atau penekan perkembangan ulat bulu semakin berkurang.

Factor biotiknya adalah semakin langkanya predator. Sedangkan curah hujan yang

tinggi sepanjang tahun yang justru mengakibatkan predatornya berkurang adalah

factor abiotik berkembangnya wabah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah dalam paper ini adalah:

Bagaimana wabah ulat bulu di berbagai daerah itu bisa terjadi?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat dalam penulisan paper ini adalah:

Untuk mengetahui penyebab terjadinya wabah ulat bulu di berbagai daerah

dan cara mengatasi ulat bulu .

Page 3: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

PEMBAHASAN

A. Taksonomi Ulat Bulu

Terdapat dua spesies ulat bulu yang menyerang daun mangga di berbagai

daerah yaitu Arctornis sp. dan Lymantria sp. Ulat bulu diklasifikasikan ke dalam

kelompok takson serangga sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Lepidoptera

Superfamily: Noctuoidea

Family: Lymantriidae

Genus: Arctornis

Species: Arctornis sp.

Genus: Lymantria

Species: Lymantria sp.

B. Morfologi dan Siklus Hidup Ulat Bulu

Ulat bulu mempunya nama Ilmiah Lymantria marginataini, mempunyai

ukuran panjang antara 3-4 cm dengan lebar sekitar 0,75 cm dengan panjang bulu

sekitar 1 cm yang menutupi seluruh tubuhnya. Dengan warna cokelat keputihan.

Siklus hidup ulat bulu lebih dikenal dengan istilah metamorphosis sempurna,

yaiutu dalam hidupnya mengalami 4 fase Telur- Larva (Ulat)- Pupa

(Kepompong)-Imago (Dewasa). Pada fase telur hanya berlangsung beberapa hari

saja, fase larva (ulat) natara 2-3 minggu, fase pupa (kepompong) antara 2 minggu

dan fase imago (kupu-kupu) sekitar 1 bulan.

C. Penyebab Wabah Ulat Bulu di Berbagai Daerah

Kiranya bencana tak juga berhenti melanda negeri tercinta. Seperti wabah ulat

bulu di berbagai daerah seperti Jawa Timur, Jakarta, Pati , Purwodadi, dan kota

Kebumen. Beberapa orang mengkaitkan gejala alam ini dengan azab dan

hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa atas sikap manusia yang mengabaikan

Page 4: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

dan bahkan semena-mena terhadap alam. Sah-sah saja bagi mereka yang melihat

wabah ini dari sudut pandang agama, kepercayaan bahkan mungkin mistis. 

Namun sebagai bagian masyarakat pendidikan saya berusaha mengupas

fenomena alam ini dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. Memang benar adanya,

semua kejadian di alam yang merugikan manusia  semua berawal dari perbuatan

manusia juga. Kerusakan lingkungan yang mengganggu keseimbangan ekosistem,

perburuan liar, penebangan liar, membuang sampah sembarangan. Semua adalah

ulah manusia yang disadari atau tidak telah menjadi biang kerusakan dan

ketimpangan ekosistem.

Ekosistem merupakan satu kesatuan antara mahluk hidup dengan

lingkungannya. ekosistem yang dikatakan seimbang adalah apabila semua

komponen baik biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik

jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Dalam ekosistem terdiri dari

komponen biotik (mahluk hidup) dan abiotik (lingkungan). Komponen biotik

terdiri dari produsen, konsumen, pengurai, detrivor (pemakan detritus), scavanger

(pemakan bangkai). Semua harus berada alam porsi jumlah masing-masing.

Curah hujan yang terlampau tinggi menjadi factor penghambat perkembangan

spesies pemangsa ulat bulu seperti contohnya burung, sejenis serangga seperti

capung, dan semut. Jadi dapat dikatakan adanya gangguan ekosistem karena

hilangnya keseimbangan alami dalam lingkungan hidup.

Cara terbaik untuk mengatasi peningkatan populasi ulat bulu adalah melalui

pengendalian alami, yakni tersedianya jumlah pemangsa dalam jumlah yang

seimbang. Namun mengingat tingginya jumlah ulat bulu, penyemprotan

insektisida, seperti pestisida dengan takaran yang sesuai adalah yang paling tepat.

D. Peristiwa Makan Memakan (Rantai Makanan)

Dalam ekosistem terjadi peristiwa makan memakan yang kita sebut dengan

istilah Rantai Makanan. Idealnya dalam sebuah rantai makanan jumlah masing-

masing anggotanya harus sesuai dengan aturan ekosistem. 

Tumbuhan hijau adalah produsen, ulat konsumen I dan burung konsumen

II. Umumnya jumlah produsen selalu lebih banyak daripada konsumen I dan

seterusnya agar terjadi keseimbangan ekosistem. Dalam kasus wabah ulat bulu,

Page 5: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

rantai makanan terganggu pada tingkat konsumen II. Burung atau mahluk hidup

lain yang berperan sebagai predator ulat bulu mengalami penurunan drastis.

Akibatnya karena jumlah predatornya menurun drastis, maka jumlah ulat bulu

meningkat drastis. Jika jumlah ulat bulu meningkat drastis, otomatis berpengaruh

dengan keadaan produsen.

Jumlah produsen akan semakin menurun dan menurun, akibatnya

persediaan makanan bagi ulat semakin berkurang. Itulah yang menyebabkan di

berbagai daerah ulat-ulat mulai turun dan memasuki wilayah hidup manusia.

Sehingga ulat bulu merambah kemana-mana, baik di rumah warga, masjid,

sekolah dan sarana umum yang lain

E. Musuh Alami Ulat Bulu

Predator ulat bulu adalah beberapa jenis burung seperti prenjak, jalak dan

cinenen, telah diburu besar-besaran untuk diperjual belikan. Berdasarkan

penelitian, jumlah predator tersebut di alam telah menurun sebesar kurang lebih

80 persen. Penurunan jumlah predator inilah yang memicu kenaikan besar-besaran

jumlah populasi ulat bulu di alam.

Predator lain dari ulat bulu adalah sejenis serangga yang menyerupai

lebah, yaitu Brachymeria. Brachimeria merupakan kelompok Arthropoda dari

kelas insecta ( serangga ), satu ordo dengan lebah ( Hymenoptera ).

Selain itu juga jenis serangga yang lain seperti Trychorgrama dan lebah.

Sayangnya jumlah predator-predator tersebut menurun drastis akibat perubahan

cuaca di Indonesia yang terlalu lembab. Mereka tidak mampu hidup dalam cuaca

yang terlalu lembab. Anomali cuaca yang terjadi di Indonesia belakangan ini salah

satunya juga disebabkan oleh perubahan iklim global sebagai dampak dari

berkurangnya pohon sebagai pengendali iklim global akibat dari kegiatan ilegal

logging yang terus saja dilakukan.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, penyebab terjadinya wabah ulat bulu di

berbagai daerah antara lain:

Page 6: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

Perubahan ekosistem global yaitu adanya gejala yang sama. Dari lingkungan

biotic maupun abiotik, factor penghambat atau penekan perkembangan ulat bulu

semakin berkurang. Factor biotiknya adalah semakin langkanya predator.

Sedangkan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun yang justru mengakibatkan

predatornya berkurang adalah factor abiotik berkembangnya wabah ini.

Kejadian di alam yang merugikan manusia  semua berawal dari perbuatan

manusia juga. Kerusakan lingkungan yang mengganggu keseimbangan ekosistem,

perburuan liar, penebangan liar, membuang sampah sembarangan. Semua adalah

ulah manusia yang disadari atau tidak telah menjadi biang kerusakan dan

ketimpangan ekosistem.

Curah hujan yang terlampau tinggi menjadi factor penghambat perkembangan

spesies pemangsa ulat bulu seperti contohnya burung, sejenis serangga seperti

capung, dan semut. Jadi dapat dikatakan adanya gangguan ekosistem karena

hilangnya keseimbangan alami dalam lingkungan hidup.

Adanya penyebab terjadinya wabah ulat bulu di berbagai daerah yang telah di

uraikan di atas maka kita telah mengetahui atau menemukan cara mengatasi ulat

bulu ini ada beberapa cara antara lain:

Melepas burung-burung predator (pemangsa) dan bisa disebut sebagai

musuh alami dari ualt bulu.

Menyemprot dengan air deterjen. Cara ini tidak membunuh secara

langsung ulat bulu, namun akan mengusirnya.

Menyemprot dengan insektisida, cara ini memang efektif namun bahan

utama penyusun pestisida (organoklorin) sulit terurai di alam.

Di bakar.

Cara terbaik untuk mengatasi peningkatan populasi ulat bulu adalah melalui

pengendalian alami, yakni tersedianya jumlah pemangsa dalam jumlah yang

seimbang. Namun mengingat tingginya jumlah ulat bulu, penyemprotan

insektisida, seperti pestisida dengan takaran yang sesuai adalah yang paling tepat.

Page 7: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

DAFTAR PUSTAKA

Annnonym (2010). Wabah Ulat Bulu Gejala Ketidak Seimbangan Ekosistem.

From: http://dunianyasari.blogspot.com/2011/04/wabah-ulat-bulu-

gejala.html,24 April 2012

Mahfud (2011). Mengapa Ulat Bulu Mengamuk. From:

http://mahfudyppi.blogspot.com/2011/06/mengapa-ulat-bulu-

mengamuk.html,24 April 2012

LAMPIRAN

Siklus hidup ulat bulu

Rantai Makanan

Page 8: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)

Musuh Alami Ulat Bulu

Gambar. Burung Prenjak Gambar. Burung Jalak

Gambar. Burung Cinenen Gambar. Brachymeria

Gambar. Trychorgrama

Page 9: Tugas Paper Ekologi Hewan Annisa Puspita R. (2119090021)