tugas pa mumu, bahasa, social dan budaya
DESCRIPTION
Tugas Pa Mumu, Bahasa, Social Dan BudayaTRANSCRIPT
BAHASA, SOSIAL DAN BUDAYA
Disusun untuk memenuhi tugas semester VI
Mata Kuliah : Sociolinguistic/ Psycholinguistic
Kelas : PBI-B
Dosen Pengampu : Drs. H. Mumu Abdurahman, M.Pd.
Oleh:
1. Maria Ulfah (1211204194)
2. Neti
3. Rista
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri,
dengan kata lain manusia membutuhkan individu lainnya dalam kelangsungan hidup.
Oleh karena itu manusia perlu bahasa sebagai alat komunikasi atau berinteraksi dengan
sesamanya dalam melangsungkan hidupnya sebagai mahluk sosial.
Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi paling efektif antara individu dengan
individu lain. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud yang
dipikirkannya kepada orang lain. Bahasa disampaikan baik melalui lisan maupun dalam
bentuk tulisan. Bahasa dan masyarakat tidak bisa dilepaskan karena bahasa dengan
masyarakat memiliki kaitan erat, masyarakat tidak mungkin bisa berjalan tanpa bahasa
begitu juga sebaliknya bahasa tidak akan ada jika tidak ada masyarakat.
Bahasa yang ada dalam masyarakat akhirnya menjadi kebiasaan yang
diwariskan secara turun-temurun, Hingga bahasa pada masyarakat tersebut menjadi
sebuah budaya yang menjadi suatu ciri khas masyarakat tersebut. Bahasa tidak hanya
menentukan kebudayaan tetapi juga pola pikir masyarakat pada suatu daerah tersebut.
Untuk memahami budaya daerah tertentu maka hal yang pertama diperlukan adalah
memahami bahasa pada masyarakat tersebut.
Antara bahasa, budaya dan masyarakat ternyata saling berkaitan dan memiliki
hubungan yang erat, untuk mengetahui bahasa tentu kita harus mencari tahu mengenai
arti dari bahasa itu sendiri. Dan kemudian mencoba menghubungkan bahasa dengan
kebudayaan, selanjutnya mengaitkan bahasa dennga masyarakat. Mengenai bahasa,
budaya dan masyarakat akan coba dibahas lebih mendalam dalam karya tulis ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengetian Bahasa, Sosial dan Budaya
2.1.1 Pengertian Bahasa
Bahasa memiliki pengertian yang sangat luas karena bahasa merupakan
alat komunikasi sosial seluruh manusia di dunia, banyak para ahli yang mencoba
merumuskan mengenai pengertian bahasa, berikut beberapa ahli yang mencoba
memberikan definisinya mengenai bahasa.
Tarigan (1989:4), memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa
adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif.
Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-
simbol arbitrer.
Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang
bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok
manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Chaer dan Agustina (2009:11) secara sederhana, bahasa dapat diartikan
sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun,
lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep
atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah
sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah
komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa
berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu
yang disebut makna atau konsep.
Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep
atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki
makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep
atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
2.1.1.1. Karakteristik Bahasa
Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa
bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa
adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
a. Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat
dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara
kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat
yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap
penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan
yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’
hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang
dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika
dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
b. Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang
terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak
terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan
WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih
23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat
jutaan kalimat yang tidak terbatas.
c. Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari
berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan
itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis,
semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata
baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak
digunakan lagi.
d. Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama,
namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang
mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka
bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis,
sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di
Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga
bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di
Arab Saudi.
e. Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan
tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi,
yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis.
Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah,
tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa
manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
2.1.2 Pengertian Sosial
Definisi sosial, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S
Poerwadarminta, sosial ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau
kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum
(kata sifat)
2.1.3 Pengertian Budaya
Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal
budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan
akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian,
pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Kebudayaan menurut Clifford Geertz sebagaimana disebutkan oleh Fedyani
Syaifuddin dalam bukunya Antropologi Kontemporer yaitu sistem simbol yang
terdiri dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama, yang dapat
diindentifikasi, dan bersifat publik. Senada dengan pendapat di atas Claud Levi-
Strauss memandang kebudayaan sebagai sistem struktur dari simbol-simbol dan
makna-makna yang dimiliki bersama, yang dapat diindentifikasi, dan bersifat
publik.
Adapun Gooddenough sebagaimana disebutkan Mudjia Rahardjo dalam
bukunya Relung-relung Bahasa mengatakan bahwa budaya suatu masyarakat
adalah apa saja yang harus diketahui dan dipercayai seseorang sehngga dia bisa
bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat,
bahwa pengetahuan itu merupakan sesuatu yang harus dicari dan perilaku harus
dipelajari dari orang lain bukan karena keturunan. Karena itu budaya merupakan
“cara” yang harus dimiliki seseorang untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari
dalam hidupnya.
Dalam konsep ini kebudayaan dapat dimaknai sebagai fenomena material,
sehingga pemaknaan kebudayaan lebih banyak dicermati sebagai keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
bermasyarakat. Karenanya tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat
akan terikat oleh kebudayaan yang terlihat wujudnya dalam berbagai pranata
yang berfungsi sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia.
Adapun Menurut Canadian Commision for UNESCO seperti yang dikutip
oleh Nur Syam mengatakan kebudayaan adalah sebuah sistem nilai yang
dinamik dari elemen-elemen pembelajaran yang berisi asumsi, kesepakatan,
keyakinan dan atauran-atauran yang memperbolehkan anggota kelompok untuk
berhubungan dengan yang lain serta mengadakan komunikasi dan membangun
potensi kreatif mereka.
Definisi-definisi di atas dan pendapat para ahli lainnya dapat dikelompokkan
menjadi 6 golongan menurut Abdul Chaer yaitu:
1. Definisi deskriptif yakni definisi yang menerangkan pada unsur-unsur
kebudayaan.
2. Definisi historis yakni definisi yang menekankan bahwa kebudayaan itu
diwarisi secara kemasyarakatan.
3. Definisi normatif yakni definisi yang menekankan hakekat kebuadayaan
sebagai aturan hidup dan tingkah laku.
4. Definisi psikologis yakni definisi yang menekankan pada kegunaan
kebudayaan dalam menyesuaikan diri kepada lingkungan, pemecahan
persoalan dan belajar hidup.
5. Definisi sturktural definisi yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu
sistem yang berpola teratur.
6. Definisi genetik yang menekankan pada terjadinya kebudayaan sebagai hasil
karya manusia.
Dengan demikian kebudayaan adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami
bersama secara sosial, oleh para anggota suatu masyarakat. Sehingga suatu
kebudayaan bukanlah hanya akumulasi dari kebiasaan dan tata kelakuan tetapi suatu
sistem perilaku yang terorganisasi. Dan kebudayaan melingkupi semua aspek dan
segi kehidupan manusia, baik itu berupa produk material atau non material.
2.2 Hubungan Bahasa, Sosial, dan Budaya
Pengajaran bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya (culture), bahkan
ada yang menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang
diakui bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pembelajar bahasa, tetapi
pengajarannya sering terpisah dari pengajaran bahasa. Memang mempertimbangkan
aspek budaya dalam pembelajaran bahasa dengan lebih menekankan pada penggunaan
bahasa, tetapi dalam pelaksanaannya bahasa masih dianggap sebagai satu sistem
homogen yang terpisah dari interaksi penutur dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa
dikatakan kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan
semua hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa
terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena sifatnya tersebut,
bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan
masyarakat.
Koentjaraningrat (1994), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya,
kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat
berkaitan. Namun, beberapa pendapat lain mengatakan bahwa hubungan antara bahasa
dan kebudayaan merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan
kedudukannya sama tinggi.
Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian atau subsistem dari
sistem kebudayaan, bahkan dari bagian inti kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua
aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah dari unsur-
unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi, kebudayaan manusia tidak
akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang menentukan
terbentuknya kebudayaan.
Bahasa sebagai alat komunikasi yang terdiri dari sistem lambang, yang
dikomposisikan pada kerangka hubungan kelompok sosial, dapat berimbas pula pada
struktur interaksi kebudayaan secara menyeluruh. Para ahli sepakat mendefinisikan
kebudayaan sebagai sebuah sistem struktur yang terdiri dari simbol-simbol, perlambang
dan makna-makna yang dimiliki secara komunal atau bersama, yang dapat
diidentifikasi, sekaligus bersifat publik.
Fungsi bahasa dalam arti luas dapat dipergunakan sebagai media komunikasi
untuk menyampaikan segala perlambang kebudayaan antar anggota masyarakat. Sifat
khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam beberapa unsur
yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya, keseniannya, dan dalam
adat istiadat upacaranya. Bahasa dan budaya, sangat sarat dengan daya-daya kohesif dan
saling mempengaruhi, serta boleh dikatakan bahwa masing-masing entitas yang satu
tidak bisa berdiri sendiri tanpa peranan yang lain.
Pembelajaran budaya suatu masyarakat hendaknya mengutamakan unsur-unsur
bahasa yang digunakan dalam masyarakat tersebut. Budaya dan bahasa merupakan dua
hal yang saling berkaitan erat. Untuk belajar suatu budaya sekelompok masyarakat,
seseorang harus menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Chaer dan
Agustina (2010), mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis suatu bahasa
hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa
lain.
Sedemikian eratnya hubungan antara kebudayaan dan bahasa sebagai wadahnya,
hingga sering terdapat kesulitan dalam menerjemahkan kata-kata dan ungkapan dari
satu bahasa ke bahasa yang lain. Sebagai contoh, perkataan village, dalam bahasa
Inggris tidaklah sama dengan desa dalam bahasa Indonesia. Sebab konsep village dalam
bahasa Inggris adalah lain sekali dari desa dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu
ungkapan yang pernah di keluarkan oleh penulis asing menyebut kota Jakarta sebagai
big village akan hilang maknanya jika diterjemahkan dengan ” desa yang besar”.
Hal ini menegaskan kita pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yaitu
bahwa kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan adalah melalui
bahasanya. Semua yang di bicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu pengetahuan
yang kita anggap universal, adalah tentang hal-hal yang ada dalam kebudayaan bahasa
itu. Oleh karena itu maka perlu mempelajari bahasa jika kita ingin mendalami suatu
kebudayaan ialah melalui bahasanya. Bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus
wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan.
2.3 Proses-Proses terjadinya hubungan antara bahasa, socisl, dsn
budaya.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah
sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi.
Sehingga dapat disimpulkan karakteristik bahasa yang pertama yaitu berisfat
arbitrer yang artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak
bersifat wajib, bisa berubah. Kedua Bahasa Bahasa bersifat produktif artinya, dengan
sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang
hampir tidak terbatas. Ketiga bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak
lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Keempat
Bahasa bersifat beragam karena faktor morfologii sosiol dan sebagainya. Kelima
Bahasa bersifat manusiawi, sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia,
hewan tidak mempunyai bahasa.
Bahasa tidak bisa lepas dari kebudayaan karena bahasa merupakan hasil budaya
suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa adalah aspek terpenting dalam
mempelajari suatu kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Bahasa merupakan bagian
dari kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah
kebudayaan, tetapi sangat berkaitan.Namun hubungan antara bahasa dan kebudayaan
merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukannya sama
tinggi. Oleh karena itu maka perlu mempelajari bahasa jika kita ingin mendalami suatu
kebudayaan ialah melalui bahasanya. Bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus
wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang bersangkutan.