tugas oi kelompok

27
KERJASAMA NEGARA-NEGARA ASEAN DALAM MENANGANI TERORISME PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan terorisme merupakan salah satu bagian dari ancaman non-tradisional yang mengancam setiap warga negara, dan menimbulkan efek ketakutan pada publik. Terorisme bukanlah hal baru, namun terorisme telah ada sejak dekade yang lalu. Hanya saja, perbedaannya terletak pada pelaku dan ideologi. Dahulu, terorisme identik dengan teror kekerasan dan intimidasi dari pemerintah atau badan pemerintah untuk mempertahankan status quo, misalnya aksi teror yang dilakukan pada pemerintahan Lenin, Mao Ze dong, dan Stalin. Kini, terorisme dilakukan dengan tindakan yang lebih luas sesuai dengan perkembangan zaman, pelakunya tidak hanya negara dan tujuannya bukan saja untuk mempertahankan status quo, melainkan aktor non negara yang mempunyai link dengan lingkungan internasional dengan membawa tujuan dan bahkan manipulasi politik tertentu, dana juga didapat dari internasional dan koordinasi para teroris di setiap negara. Maka, terorisme adalah isu global yang sangat kompleks dan harus diselesaikan dengan kerjasama dan komitmen dari negara-negara. 1

Upload: mauritz-rehing

Post on 27-Jun-2015

210 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS OI KELOMPOK

KERJASAMA NEGARA-NEGARA ASEAN DALAM MENANGANI

TERORISME

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan terorisme merupakan salah satu bagian dari ancaman non-

tradisional yang mengancam setiap warga negara, dan menimbulkan efek

ketakutan pada publik. Terorisme bukanlah hal baru, namun terorisme telah ada

sejak dekade yang lalu. Hanya saja, perbedaannya terletak pada pelaku dan

ideologi. Dahulu, terorisme identik dengan teror kekerasan dan intimidasi dari

pemerintah atau badan pemerintah untuk mempertahankan status quo, misalnya

aksi teror yang dilakukan pada pemerintahan Lenin, Mao Ze dong, dan Stalin.

Kini, terorisme dilakukan dengan tindakan yang lebih luas sesuai dengan

perkembangan zaman, pelakunya tidak hanya negara dan tujuannya bukan saja

untuk mempertahankan status quo, melainkan aktor non negara yang mempunyai

link dengan lingkungan internasional dengan membawa tujuan dan bahkan

manipulasi politik tertentu, dana juga didapat dari internasional dan koordinasi

para teroris di setiap negara. Maka, terorisme adalah isu global yang sangat

kompleks dan harus diselesaikan dengan kerjasama dan komitmen dari negara-

negara.

ASEAN sebagai organisasi kawasan yang bertanggungjawab penuh dalam

menciptakan stabilitas keamanan kawasan, sudah seharusnya menjadi wadah

kerjasama negara-negara anggota dalam menangani terorisme. Terorisme

merupakan kegiatan kejahatan lintas negara yang menimbulkan efek takut pada

publik, dan dapat mengancam keamanan manusia suatu negara. Dalam menangani

kasus terorisme diperlukan kerjasama antar-negara, bukan tanggungjawab suatu

negara saja, melainkan akan lebih efektif jika dilakukan secara bersama-sama

dengan negara-negara di kawasan. Sebab, terorisme akan mudah masuk melewati

batas-batas wilayah perbatasan dari dua negara yang bertetangga. Maka, untuk

menanganinya dibutuhkan sikap konsisten negara-negara yang bersangkutan.

1

Page 2: TUGAS OI KELOMPOK

Serangan teroris terhadap sasaran sipil di Amerika Serikat pada tanggal 11

September 2001 (penyerangan terhadap menara kembar Pentagon dan World

Trade Centre) telah menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang

menyatakan perang global melawan terorisme. Terorisme memang bukan

merupakan suatu gejala yang baru bagi negara-negara Asia Tenggara, tetapi

manifestasi tindakan teror yang dialami Amerika Serikat pada 11 September 2001

dengan maksud untuk memporak-porandakan suatu masyarakat juga mendapat

reaksi keras di Asia Tenggara dan dunia internasional. Apalagi, dikaitkannya

antara terorisme dengan ajaran jihad dalam Islam. Pengaruh persepsi Amerika

Serikat dan masyarakat internasional bahwa terorisme sering dikait-kaitkan

dengan Islam inilah yang membuat berbagai macam respon masyarakat Asia

Tenggara. Hal ini dikarenakan, dalam kawasan Asia Tenggara banyak negara yang

berpengaruh Islam, misalnya Indonesia yang masyarakatnya mayoritas beragama

Islam, Malaysia, Filipina, dan Thailand (khususnya suku Pattaya). Selama ini

Islam di kawasan Asia Tenggara selalu mempresentasikan sebagai tempat agama

Islam yang moderat.

Terrorisme juga terjadi di masing-masing negara anggota ASEAN, di

Indonesia sejak tahun 2001 sampai tahun 2009 sudah terjadi 21 kali kasus

terorisme yang menghasilkan banyak korban luka dan meningal dunia1. Di

Filipina juga terjadi peledakan bom pada 23 Juni 2006 di sebuah pasar di Propinsi

Maguindanao, Filipina Selatan yang menewaskan 6 orang korban meninggal

dunia2. Di Thailand, sejak bulan Juni 2006 hingga awal September 2006, tercatat

sebanyak 150 serangan terror dalam berbagai bentuk (pemboman, penembakan,

pembunuhan, dll) terjadi di kawasan Thailand Selatan3. Di Malaysia, adanya

perkembangan Islam radikal, terutama sejak kerusuhan rasial tahun 1969 yang

menyebabkan sedikitnya 184 orang meninggal.4.

Dengan kasus-kasus terorisme yang telah banyak menimbulkan korban

diatas, maka ASEAN selaku wadah perhimpunan, sudah seharusnya mengambil

1 Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, dalam Daftar serangan teroris di Indonesia, dalam www.google.com, diunduh pada 12 Januari 2010,2 http://www.okehosting.com/ln-matahati/luarnegeri-terorisme.htm, diakses pada 3 Mei 20103 Ibid,4 http://id.wikipedia.org/wiki/Insiden_13_Mei

2

Page 3: TUGAS OI KELOMPOK

sikap pencegahan terhadap aksi terorisme. Selama ini, ASEAN sudah

menghasilkan keputusan dari konferensi tingkat kepala negara dan kementerian

dalam hal mengantisipasi sekaligus mencari solusi dari masalah terorisme,

misalnya ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC) dan

Agreement on Information Exchange and Establishment of Communication

Procedures. ASEAN juga memanfaatkan ARF (Asean Regional Forum) sebagai

salah satu forum dialog keamanan bagi kawasan Asia Tenggara dan sebagai

wahana rasa saling percaya serta usaha untuk penyelesaian kasus terorisme

kepada negara-negara anggota ARF yang berjumlah 27 Negara5. Selain itu,

negara-negara ASEAN juga bekerjasama menciptakan kestabilan keamanan

kawasan dalam forum ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom and Neutrality)6.

ZOPFAN juga merupakan suatu agenda politik dan keamanan regional yang

paling penting karena dapat mempertahankan suatu tatanan regional. Dan dalam

membangun ASEAN menjadi kawasan yang aman para pemimpin ASEAN

mempunyai suatu komitmen yakni membentuk visi ASEAN sebagai komunitas

Asia Tenggara yang saling peduli dan berbagi.

B. Perumusan Masalah

Bagaimana kerjasama negara-negara ASEAN dalam mengangani kasus

terorisme?

5 http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?Name=RegionalCooperation&IDP=5& P=Regional&l=id, diunduh pada 13 Mei 20106 http://www.deplu.go.id/Pages/Asean.aspx?IDP=6&l=id, diunduh pada 13 Mei 2010

3

Page 4: TUGAS OI KELOMPOK

KERANGKA PEMIKIRAN

1. Decision Making Theory

Proses pengambilan keputusan secara sederhana didefinisikan sebagai

satu langkah dalam memilih berbagai alternatif yang ada. Hal yang cukup

mendasar dalam teori pengambilan keputusan adalah persepsi menurut Robert

Jervis, para pengambil keputusan cenderung memiliki persepsi yang bersifat

egosentris dalam menginterpretasikan keputusan-keputusan mereka sebagai

respon kondisi-kondisi obyektif, dalam hal ini kondisi lingkungan eksternal

mereka.7

Synder dan kawan-kawan mendefinisikan decision making sebagai

sebuah proses yang menyangkut pemilihan dari sejumlah masalah yang

terbentuk secara sosial, pemilihan sasaran-sasaran alternatif yang ingin

diterapkan dalam urusan negara, yang dipikirkan oleh para pembuat

keputusan.8 Ada tiga model pembuatan keputusan yang diutarakan oleh

Allison, yang pertama adalah model aktor rasional, kedua adalah organisasi,

dan yang ketiga politik birokratik.9 Untuk melandasi makalah ini, teori

pembuatan keputusan dengan model yang kedua yakni proses organisasi yang

tidak lepas dari badan dan strukturnya.

Setiap organisasi yang memiliki prosedur kerja baku dan program,

serta bekerja secara rutin, umumnya akan berprilaku sama seperti perilakunya

di masa sebelumnya. Proses yang semi-mekanis ini mempengaruhi keputusan

yang dibuat maupun penerapan keputusan itu.10 Alllison menyimpulkan

bahwa pembahasan dalam model organisasi mengacu pada tiga proporsi

yaitu, suatu pemerintah adalah terdiri dari sekumpulan organisasi-organisasi

yang secara longgar bersekutu dalam struktur hubungan yang mirip struktur

feodal. Kedua, keputusan dan perilaku pemerintah bukan hasil dari penetapan 7 T.May Rudi. Studi Strategis: Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, PT.Refika Aditama. Bandung. 2002. Hal 79.8 Eby A. Hara. Decision Making Theories Dalam Studi Hubungan Internasional. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1991. Hal 179 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. PT.Pustaka. Jakarta. 1990. Hal.194.10 Ibid. Hal 23

4

Page 5: TUGAS OI KELOMPOK

pilihan secara rasional, tetapi sebagai output atau hasil kerja organisasi-

organisasi besar yang bekerja menurut suatu pola perilaku baku. Ketiga,

setiap organisasi yang memiliki prosedur kerja baku dan program bekerja

secara rutin.

Setiap keputusan dapat pula dikelompokkan dalam low dan high

politics yang menunujukkan besar atau kecil suatu keputusan, kemudian bisa

juga berupa politics of persuasion dan of violence yang menunjukkan pada

cara penerapannya. ARF (ASEAN Regional Forum) merupakan badan

pembuat saran kebijakan yang dibuat. Namun pemberantasan terorisme hanya

dilakukan oleh badan-badan yang mencakup pembuat keputusan dan

pelaksanaan keputusan-keputusan yaitu ASEAN Ministerial Meeting on

Transnational Crime (AMMTC) dan Agreement on Information Exchange and

Establishment of Communication Procedures dengan segala perangkatnya.

2. Konsep Keamanan Regional

Keamanan regional adalah sekumpulan negara-negara yang tedapat

dalam suatu wilayahyang memiliki tujuan yang sama untuk menjaga

keamanan wilayahnya bersama dari ancaman baik itu dari luar atau dari

dalam kawasan itu sendiri.

Keamanan regional dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

mengorganisir kestabilan kondisi negara, sistem pemerintahan dan sejumlah

keyakinan atau ideologi yang memberikan kewenangan terhadap kelopok elit

tertentu, pemerintah formal untuk dapat mengupayakan jaminan keamanan

Dan integritas wilayah kedaulatannya.11

Keamanan regional merupakan konsep keamanan pada dua atau lebih

negara yang berada pada kawasan tertentu.Adapun beberapa jenis pengaturan

keamanan regional mencakup:12

a. Collective Security, adalah konsep pertahanan yang dibangun oleh dua

negara atau lebihdalam suatu kerjasama pertahanan berbentuk fakta

11Chandrawati Nurani, 2001. Hal. 4112 http://www/habibiecenter/or.id

5

Page 6: TUGAS OI KELOMPOK

berdasarkan pertimbangan adanya ancaman bersama (contohnya adalah

NATO, SEATO, CENTO).

b. Common Security, adalah konsep pertahanan yang dibangun oleh dua

negara atau lebih dalam suatu kerjasama pertahanan atas dasar

pertimbangan kepentingan bersama (Common Interest), contohnya NCB

(Narcotic Control Board) Internasional.

c. Comprehensive Security, adalah konsep keamanan menyeluruh yang

dikembangkan oleh dua negara atau lebih dalam bentuk forum kerjasama

dan dialog keamanan dengan fokus Peace Resolution, Preventive

Diplomacy Confidence Building Measure, Peace Keeping Operation dan

berbagai bentuk kerjasama keamanan pada aspek politik, ekonomi, sosial

dan militer. Contohnya ARF yang dikembangkan oleh ASEAN.

Selama ini ASEAN telah menggunakan Comprehensive Security. ARF

perlu merumuskan suatu strategi yang komprehensif untuk memerangi

terorisme di kawasan Asia-Pasifik atas dasar pertemuan-pertemuan tentang

masalah ini di lingkungan ASEAN untuk mengidentifikasikan terorisme

sebagai salah satu masalah keamanan yang paling banyak digunakan di

kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia dan Singapura.13

Dalam isu terorisme yang sudah mengancam keamanan domestik

setiap negara khususnya negara-negara ASEAN di kawasan Asia Tenggara,

ini telah berkembang masuk di dalam kejahatan lintas batas. Dimana

kejahatan yang berkembang ini telah memiliki jaringan-jaringan yang

terorganisir di masing-masing negara. Maka, ini secara langsung merupakan

tanggung jawab bersama negara ASEAN dengan mengembangkan keamanan

bersama secara menyeluruh, dan segala kerjasama yang dilakukan ASEAN.

Tidak menutup kemungkinan bagi negara-negara ASEAN untuk bekerjasama

dengan kawasan lain untuk bersama-sama memerangi isu terorisme.

Ancaman terorisme telah mengakibatkan keamanan ASEAN berada

dalam resiko. Kemunculan Asia Tenggara sebagai garis kedua dalam perang

13 Davied Cupie and Paul Evans, The Asia-Pasific Security Lexicon, Instirute of Southeast Asian Studies, Singapore. 2002. hal. 64

6

Page 7: TUGAS OI KELOMPOK

global melawan terorisme mendorong negara-negara ASEAN untuk

meningkatkan kerjasamanya. Upaya ini harus dilakukan agar ASEAN dapat

memperlihatkan pada dunia internasional bahwa ASEAN mampu mengatasi

kelompok-kelompok terorisme tersebut yang beroperasi di wilayah Asia

Tenggara.

3. Konsep Terorisme Internasional

Terorisme memiliki makna berbeda bagi masing-masing orang. Dalam

defini resmi Amerika Serikat menyebutkan terorisme sebagai “The calculated

use of violence or threat of violence to attain goals that are political, religious,

or ideological in nature...through intimidation, coercion, or instilling fear”14

Definisi ini bagi AS kelihatannya sudahmemadai dalam operasi menumpas

terorisme karena dalam definisi diatas jelas terlihat bahwa terorisme adalah

penggunaan kekerasan yang sudah diperhitungkan atau berupa ancaman

kekerasan untuk mencapai tujuan politik, agama atau yang bersifat ideologis

dengan bentuk-bentuk intimidasi, penggunaan kekerasan atau dengan

menebarkan rasa takut. Tetapi pada kenyataannya AS tidak pernah

menggunakan definisi ini.

Dalam definisi resmi mengenai terorisme menurut hukum Inggris juga

memuat unsur-unsur serupa tetapi lebih terperinci “Terosrisme adalah

tindakan kekerasan untuk tujuan politik, dan mencakup setiap penggunaan

kekerasan demi tujuan itu dengan mengakibatkan ketakutan pada masyarakat.

Terorisme pada umumnya didefinisiskan sebagaii penggunaan atau ancaman

kekerasan, oleh kelompok-kelompok kecil terhadap kelompok-kelompok

yang lebih besar untuk mencapai tujuan politik. Jelas di dalamnya terkandung

pengertian bahwa terrorisme adalah “perang yang dilancarkan dari kelompok

lemah atau tertindas”suatu aksi pembalasan oleh kelompok-kelompok atas

tuntutan karena cara-cara konvensional tidak lagi membuahkan hasil.

Istilah teroris oleh para ahli kontra terorisme dikatakan merujuk

kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang

dikenal atau tidak menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi

14 Permadi Goenawan, Fantasi Terorisme. PT. Masscom Media. Semarang. 2003. hal 10

7

Page 8: TUGAS OI KELOMPOK

terorisme juga mengandung makna bahwa serangan-serangan teroris yang

dilakukan tidak berprikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi, dan oleh

karena itu para pelakunya (“teroris”) layak mendapatkan pembalasan yang

kejam.15

Ciri-ciri terorisme berdasarkan matrik perbandingan karakteristik

kelompok pengguna tindak kekerasan guna mencapai tujuannya, dapat

disimpulkan ciri-ciri terorisme menurut Loudewijk F Paulus adalah :

1) Organisasi yang baik, berdisiplin tinggi, militant. Organisasi merupakan

kelompok-kelompok kecil, berdisiplin dan militansi ditanamkan melalui

indoktrinasi dan latihan yang bertahun-tahun.

2) Mempunyai tujuan politik, tetapi melakukan perbuatan kriminal untuk

mencapai tujuan.

3) Tidak mengindahkan norma-norma yang berlaku, seperti agama, hukum,

dll.

4) Memilih sasaran yang menimbulkan efek psikologi yang tinggi untuk

menimbulkan rasa takut dan mendapat publikasi yang luas.

Merujuk pada pendapat Peter Chalk, maka bisa diketahui bahwa di Asia

Tenggara ada dua kelompok yang sering menggunakan cara-cara terorisme

selama era Perang Dingin. Kedua tipe kelompok itu adalah :16

1) Gerakan komunis yang bertujuan untuk memajukan komunisme. Gerakan

semacam ini dilengkapi dengan kesatuan-kesatuan militer yang digunakan

untuk melakukan aksi kekerasan termasuk dengan cara-cara teroris

terhadap kepentingan-kepentingan sipil dan pemerintahan. Termasuk

dalam kategori ini adalah NPA Filipina, CPB di Myanmar, CPT di

Thailand, Tentara Merah Kamboja dan CPM di Malaysia.

2) Gerakan separatis bersenjata termasuk di dalamnya kelompok etnik dan

minoritas agama. Gerakan ini muncul sebagai reaksi atas sikap pemerintah

yang seringkali menolak hak penentuan nasib sendiri. Setelah negara

tersebut memperoleh kemerdekaan, banyak pejuang-pejuang kemerdekaan

15 http://id/wikipedia.org/wiki/terorisme, diunduh pada 12 Mei 2010

16 Ibid. Hal 135

8

Page 9: TUGAS OI KELOMPOK

yang menuntut kemerdekaan wilayahnya baik atas dasar etnik maupun

agama. Termasuk dalam kelompok ini misalnya Organisasi Papua

Merdeka di Indonesia, Moro National Liberation Front dan Moro Isalmic

Liberation Front serta kelompok Abu Syyat di Filipina Selatan, Karen

National Liberation Front di Myanmar.

9

Page 10: TUGAS OI KELOMPOK

PEMBAHASAN

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) merupakan organisasi

regional di kawasan Asia Tenggara. ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus

1967 dengan Deklarasi Bangkok oleh lima negara founding father , yaitu

Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura. Pendirian ASEAN yang

dilandasi dengan deklarasi, belum cukup mampu membuat organisasi ini kuat

dalam hukum internasional karena daya ikatnya lemah, karena hanya berupa

pernyataan negara. Seiring perkembangan waktu, pada KTT ke-13 ASEAN

tanggal 20 November 2007 di Singapura negara-negara anggota ASEAN telah

menandatangani Piagam ASEAN, dan diberlakukan pada 15 Desember 200817.

Terbentuknya piagam ASEAN sebagai tonggak sejarah bagi terwujudnya tujuan

awal pembentukan ASEAN pada tahun 1967 dimana negara negara anggota

ASEAN relatif akan terikat kepada berbagai kesepakatan yang telah dibuat

bersama.

Setelah terjadinya bom di gedung World Trade Center dan Pentagon di

Amerika Serikat pada 11 September 200118, banyak negara-negara yang mulai

bekerjaasama dalam menangani terorisme, termasuk negara-negara dalam

organisasi regional ASEAN. Misalnya negara Indonesia setelah terjadinya

pengeboman Bali I pada tahun 200219, sejak itu pemerintah Indonesia mulai

memikirkan cara yang dilakukan untuk mengantisipasi terorisme dikarenakan

dampak terorisme dapat membuat penurunan jumlah pariwisata ke Indonesia dan

menimbulkan citra yang buruk di mata dunia internasional. Begitu juga dengan

negara anggota ASEAN lainnya yang diserang kasus terorisme, seperti Thailand,

Malaysia, Filipina juga mengalami dampak yang serupa dengan Indonesia dimana

pemerintah dari negara-negara tersebut juga memiliki peranan penting dalam

penanganan terorisme. Lain halnya dengan keenam negara anggota ASEAN

lainnya yang belum terjadi kasus terorisme20. Tetapi keenam negara ini juga dapat

17 Anonim, ASEAN Selayang Pandang, Jakarta, Sekretariat Nasional ASEAN, 2008, hal 11.18 Ibid19 Daftar Serangan Terorisme di Indonesia dalam http://wikipedia.id, diunduh pada 13 Mei 201020 Ibid

10

Page 11: TUGAS OI KELOMPOK

berperan dalam menangani terorisme karena terorisme bukan hanya ancaman

keamanan bagi negara, tetapi juga ancaman bagi stabilitas keamanan regional,

sebab terorisme dapat melewati batas wilayah perbatasan secara ilegal untuk

menghindari pemeriksaan melalui jalur masuk yang sah.

Negara-negara anggota ASEAN sudah sejak lama saling bekerjasama

dalam meningkatkan stabilitas keamanan kawasan, yang diantaranya juga meliputi

penanganan terorisme. Kerjasama-kerjasama tersebut antara lain:

ARF (ASEAN Regional Forum)

Dalam penanganan kasus terorisme ASEAN bekerjasama dengan negara-

negara lain yang tergabung dalam forum kerjasama ARF (ASEAN Regional Fo-

rum). ASEAN dan ARF merasa perlu menangani masalah teroris, karena teror-

isme kini telah menjadi permasalahan bersama. ARF adalah forum dialog resmi

antar pemerintah dan juga merupakan bagian dari upaya untuk membangun keper-

cayaan dikalangan negara-negara Asia Pasifik. Hal ini digunakan oleh negara-ne-

gara anggota untuk membicarakan permasalahan internal maupun eksternal secara

terbuka dan transparasi. ARF merupakan koodinator pemberantasan terorisme ke

luar, dengan negara-negara anggota non-ASEAN. Tetapi, di tingkat ASEAN

koordinasi berada di sidang menteri-menteri dalam negeri yang bertanggungjawab

atas masalah terorisme dan kejahatan lintas batas lainnya.21

Tahap pertama ARF adalah sebagai lembaga yang bertugas merumuskan

cara-cara meningkatkan rasa saling percaya. Selanjutnya adalah tahap kedua, tu-

juan ARF adalah diplomasi preventif yaitu merumuskan agenda diplomasi prefen-

tive yang meliputi prinsip-prinsip pengembangan dasar untuk mencapai penger-

tian bersama di kawasan tersebut. Tahap ketiga dari tujuan ARF, pendekatan

penyelesaian konflik merupakan pendekatan yang paling rumit dan membutuhkan

waktu yang cukup lama dalam meyelesaikannya. Hal ini menyangkut keputusan

tentang mekanisme apa yang ingin dikembangkan dalam mewujudkan kerja sama

keamanan ARF.22

21 C.P.F. Luhulima, Analisis CSIS, Pemberantasan Terorisme dan Kejahatan Transnasional dalam Pembangunan Keamanan Asia Tenggara. Jakarta, Tahun XXXII/2003, No.1 hal. 3222 Ibid

11

Page 12: TUGAS OI KELOMPOK

KTT ke-7 ASEAN Summit

Pada tanggal 5 November 2001 di Brunei Darussalam yang menghasilkan

Deklarasi Joint Action to Counter Terrorism dan ASEAN Minister Meeting on

Transnational Crime (AMMTC).23 Terorisme mereka lihat sebagai ancaman besar

untuk perdamaian dan keamanan internasional dan "tantangan langsung kepada

pencapaian perdamaian, kemajuan dan kemakmuran ASEAN dan mewujudkan

Visi ASEAN 2020" Deklarasi Bersama Aksi ke Counter Terrorism 2001.

ASEAN memaparkan langkah-langkahnya dalam memerangi tindakan

terorisme dengan cara,8 meninjau dan memper kuat mekanisma nasional dalam

memerangi tindakan kejahatan terorisme yang semakin meluas, menndatangani

dan konvensi anti-teroris yang telah di sepakati, termasuk konvensi Internasional

untuk penindasan dari Financing of Terrorism, memperdalam barisan kerjasama

drngan penegak hukum, memperkuat kerjasama yang terorganisir pada Pertemuan

Menteri Transnational Crime (AMMTC) dan badan-badan lain yang terkait dalam

ASEAN countering, suppressing dan mencegah segala bentuk tindakan teroris.

Konferensi ASEAN Chiefs of Police (ASEANAPOL)

Konferensi ini merupakan sebuah forum dimana kepolisian antarnegara se-

Asia Tenggara membahas mengenai masalah terorisme, diselenggarakan pada

bulan September 2003 di Manila, Filipina.24 Masalah terorisme merupakan salah

satu topik utama yang dibahas dalam Konferensi Kepala-kepala Kepolisian se-

Asia Tenggara atau ASEAN Chiefs of National Police (Aseanapol) 2003 yang

akan dibuka Senin (8/9) ini di Manila, Filipina. Konferensi ini akan diikuti

delegasi dari 10 negara Asia Tenggara.25

Inti dari pertemuan ini adalah negara-negara berkomitmen untuk-

memerangi tindakan terorisme. Semua anggota ASEANAPOL memiliki kemam-

puan untuk secara efektif memonitor, berbagi informasi dan memberantas segala

bentuk kegiatan teroris. Mereka sepakat untuk meningkatkan kerjasama antara

23 Ibid24http://www.aseansec.org/25ASEANAPOL.pdf, diunduh pada 13 Mei 201025 Ibid,

12

Page 13: TUGAS OI KELOMPOK

lembaga penegak hukum melalui berbagi pengalaman pada counter-terorisme dan

pertukaran informasi tentang dugaan teroris, organisasi dan modus operandi. In-

donesia, Malaysia dan Filipina menandatangani Perjanjian tentang Pertukaran In-

formasi dan Komunikasi Pendirian prosedur untuk bekerja sama dalam

memerangi kejahatan transnasional, termasuk terorisme. Thailand dan Kamboja

yang kemudian acceded pada Perjanjian. Pada bulan November 2002, Malaysia

membentuk Daerah Counter-Terrorism Centre.26

Pertemuan dengan Forum Regional ASEAN (ARF) di Bandar Seri Begawan

Pada tanggal 30 Juli 2002, ARF mengadakan pertemuan kembali di

Bandar Seri Begawan,27 hasil yang disepakati adalah memulai langkah-langkah

konkrit yang meliputi: pembekuan aset teroris, penerapan standar internasional,

kerjasama mengenai pertukaran informasi dan kegiatan-kegiatan lainnya, serta

sepakat untuk mendirikan pertemuan di counter-terorisme dan kejahatan transna-

sional (ISM-CT/TC), yang akan dipimpin bersama-sama di tahun 2002-2003 oleh

Malaysia dan Amerika Serikat.28

Kerjasama yang Lebih Efektif dengan Amerika Serikat

ASEAN dan Amerika Serikat menandatangani Deklarasi Bersama untuk

Kerjasama Internasional untuk Memerangi Terorisme pada Agustus 2002 di

Brunei Darussalam.29 Pada saat itu, dibentuk juga sebuah Rencana Kerjasama

ASEAN (ASEAN Cooperation Planning), bertujuan untuk meningkatkan

hubungan ASEAN-AS30, berupa dukungan Amerika Serikat bagi integrasi

ASEAN, kerjasama mengenai masalah-masalah transnasional termasuk terorisme,

dan memperkuat Sekretariat ASEAN, di Jakarta, Indonesia.

Hasil Kesepakatan dalam ASEAN Summit ke 8

26 Ibid,27 www.aseansec.org 28 Ibid,29 Ibid30 Ibid

13

Page 14: TUGAS OI KELOMPOK

Pada ASEAN Summit ke 8 pada tanggal 4 November 2002 di Phnom Penh,

ASEAN mengeluarkan Deklarasi tentang Terorisme.31 Negara-negara menyatakan

dukungan terhadap semua tindakan yang dilakukan dalam menberantas jaringan

terorime. Pada saat yang sama, mereka juga mengidentifikasi wilayah-wilayah

terorisme dengan agama tertentu atau kelompok-kelompok etnis.

ARF ISM CT - TC

ARF the Inter-Sessional pada Rapat Counter Terrorism dan Transnational

Crime (ISM CT - TC) digelar di Sabah pada bulan Maret 2003.32 Dalam hal ini,

Amerika Serikat saat ini menyediakan dukungan teknis ARF ke beberapa negara

di berbagai bidang terorisme yang terkait dengan hal-hal seperti pasca ledakan

forensik dan investigasi, pelatihan cepat tanggap tim, keamanan perbatasan

perangkat lunak, deteksi dari penipuan dan dokumentasi teroris pemegatan pro-

gram.33

ASEAN – European Union

ASEAN dan Uni Eropa yang dikeluarkan pada Deklarasi Bersama untuk

Kerjasama Memerangi Terorisme pada akhir 14. ASEAN-Uni Eropa di Brussels

Pertemuan Menteri pada tanggal 28 Januari 2003. The Deklarasi Bersama yg diu-

langi komitmen dari kedua belah pihak untuk bekerja sama dan memberikan kon-

tribusi pada upaya global untuk membasmi terorisme. Sebagai tindak ke

Deklarasi, sebuah Konsultasi ASEAN-Uni Eropa digelar di Ha Noi pada bulan

Juni 2003. Selama Konsultasi, baik ASEAN dan Uni Eropa menegaskan keingi-

nan untuk daerah pendekatan dan mereka sepakat untuk fokus koperasi usaha

khususnya di daerah-daerah berikut: bantuan teknis dan peningkatan kapasitas

daerah dalam counter-terorisme dan sistem operasi34

31 Ibid32http://webacache.googleusercontent.com/search?q=cache:FWEsSNO4rQIJ:www.aseanregionalforum.org/LinkClick.aspx%3Flink%3D87%26tabid%3D66%26mid%3D406+ARF+ISM+CT+-+TC+Malaysia&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id33 Ibid34 http://www.aseansec.org/16557.htm, diakses pada 13 Mei 2010

14

Page 15: TUGAS OI KELOMPOK

ASEAN+3 Cooperation

Negara-negara anggota ASEAN bekerjasama dengan China, Jepang dan

Korea Selatan untuk menangani terorisme dan kejahatan transnasional yang lain.

Pada KTT ASEAN ke-13 di Singapura, negara-negara yang tergabung dalam

ASEAN+3 ini sepakat untuk mengidentifikasi masalah komprehensif mengenai

terorisme.35 Disamping itu, negara-negara memandang perlu meningkatkan

stabilitas dan perdamaian untuk mencegah aksi terorisme. Kejasama ini memilki

tiga prinsip utama, yaitu: keterbukaan, persamaan, dan pembangunan.36

35 http://www.aseansec.org/5612.htm36 Ibid

15

Page 16: TUGAS OI KELOMPOK

KESIMPULAN

Dalam rangka menyongsong ASEAN Community, ASEAN ditantang

untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang aman dan stabil,

salah satu pilar dari ASEAN Community adalah ASEAN Security Community,

dimana ASC sebagai institusi regional mempunyai peranan penting dalam

memelihara perdamaian dan menyelesaikan konflik melalui mekanisme regional.

Terorisme merupakan salah satu ancaman dalam menciptakan perdamaian

kawasan, sehingga ASEAN mempunyai tugas yang cukup berat dalam mendorong

kerjasama negara anggota untuk mencegah dan menangani kasus terorisme.

Selama ini, sudah banyak bentuk kerjasama yang telah dilakukan antar

sesama negara ASEAN maupun dengan negara dari kawasan lain. Salah satu

bentuk kerjasama tersebut yaitu penanganan terorisme karena terorisme

merupakan faktor penting dalam menentukan stabilitas keamanan suatu negara

dalam suatu kawasan.

Penanganan terorisme bukan tanggungjawab suatu negara, namun

penanganan tersebut eakan lebih efektif jika dilakukan bersama negara-negara

anggota ASEAN lainnya, dari penelusuran kami melalui data-data yang kami

dapat, bentuk-bentuk solusi penanganan terorisme hanya sebatas pada kerjasama

dan diplomacy preventive antar negara-negara anggota ASEAN dan badan resmi

negara misalnya kepolisian tiap negara, tanpa melibatkan peran dari masyarakat

antar negara. Sebenarnya keterlibatan masyarakat dalam berkontribusi mengatasi

terorisme cukup besar, karena masyarakat lebih peka dengan lingkungan

masyarakatnya, sekaligus sebagai subjek dalam melihat perkembangan situasi di

masyarakat. Misalnya, kasus terorisme di Indonesia akan bisa dicegah, jika

masayarakat Indonesia lebih berkomitmen dalam merespon tingkah laku

mencurigakan dari para teroris, dan segera melaporkannya ke lembaga yang

berwenang.

16

Page 17: TUGAS OI KELOMPOK

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

T.May Rudi. Studi Strategis: Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca

Perang Dingin, PT.Refika Aditama. Bandung. 2002.

Eby A. Hara. Decision Making Theories Dalam Studi Hubungan Internasional.

PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 1991.

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.

PT.Pustaka. Jakarta. 1990.

Davied Cupie and Paul Evans, The Asia-Pasific Security Lexicon, Instirute of

Southeast Asian Studies, Singapore. 2002.

Permadi Goenawan, Fantasi Terorisme. PT. Masscom Media. Semarang. 2003.

Anonim, ASEAN Selayang Pandang, Jakarta, Sekretariat Nasional ASEAN, 2008

Jurnal:

C.P.F. Luhulima, Analisis CSIS, Pemberantasan Terorisme dan Kejahatan

Transnasional dalam Pembangunan Keamanan Asia Tenggara. Jakarta, Tahun

XXXII/2003

Internet:

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, dalam Daftar serangan teroris di

Indonesia, dalam www.google.com

http://www.okehosting.com/ln-matahati/luarnegeri-terorisme.htm

http://www.aseansec.org/16557.htm

Chandrawati Nurani, 2001.

http://www/habibiecenter/or.id

http://id/wikipedia.org/wiki/terorisme, diunduh pada 12 Mei 2010

http://www.aseansec.org/16557.htm

http://www.deplu.go.id/Pages/IFPDisplay.aspx?

Name=RegionalCooperation&IDP=5&P=Regional&l=id,

17

Page 18: TUGAS OI KELOMPOK

MAKALAH

Organisasi Internasional

KERJASAMA NEGARA-NEGARA ASEAN DALAM MENANGANI

TERORISME

Disusun Oleh:

Antonio Da Cruz Santa

151 070 327

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2010