rangkuman oi

50
Bab 3 Subyek-Subyek Hukum Internasional Beberapa penulis tertentu menyatakan bahwa negara-negaralah satu-satunya subyek hukum internasional. Keberatan terhadap teori ini dikaitkan dengan perkara budak-budak (slaves) dan perompak- perompak (pirates). Sebagai akibat dari traktat-traktat umum, beberapa hak perlindungan tertentu, dan lain-lain, telah diberikan kepada budak-budak oleh masyarakat negara-negara. Berdasarkan hukum kebiasaan internasional, individu-individu yang melakukan tindak pidana perompakan jure gentium di laut lepas dapat dipandang sebagai musuh-musuh umat manusia bertanggung jawab atas penghukuman oleh setiap negara yang menangkap mereka. Kedua hal ini merupakan kekecualian terhadap ketentuan umum yang telah diakui dengan memperlakukan budak dan perompak sebagai obyek-obyek, bukan subyek hukum internasional. Bertentangan dengan teori ini, terdapat teori yang melebihi batas dalam arah yang bertentangan yang didukung oleh ahli hukum terkenal Kelsen (1881-1973) dan para pengikutnya berpendapat bahwa individu-individu itu sendiri yang merupakan subyek-subyek hukum internasional. Dikaitkan dengan perkara budak dan perompak yang bisa dihukum dengan hukum Negara dimana dia ditangkap.hal ini dianggap menganggap budak dan perompak sebagai objek hukum internasional, bukan subjek hukum internasional. Menurut Kelsen, tidak ada perbedaan nyata antara hukum suatu Negara dan hukum internasional. Keduanya sama-sama mengikat 1

Upload: astrid-felicia-chandra-ii

Post on 07-Nov-2015

276 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Rangkuman mata kuliah Organisasi Internasional

TRANSCRIPT

Bab 3Subyek-Subyek Hukum Internasional

Beberapa penulis tertentu menyatakan bahwa negara-negaralah satu-satunya subyek hukum internasional. Keberatan terhadap teori ini dikaitkan dengan perkara budak-budak (slaves) dan perompak-perompak (pirates). Sebagai akibat dari traktat-traktat umum, beberapa hak perlindungan tertentu, dan lain-lain, telah diberikan kepada budak-budak oleh masyarakat negara-negara. Berdasarkan hukum kebiasaan internasional, individu-individu yang melakukan tindak pidana perompakan jure gentium di laut lepas dapat dipandang sebagai musuh-musuh umat manusia bertanggung jawab atas penghukuman oleh setiap negara yang menangkap mereka. Kedua hal ini merupakan kekecualian terhadap ketentuan umum yang telah diakui dengan memperlakukan budak dan perompak sebagai obyek-obyek, bukan subyek hukum internasional.Bertentangan dengan teori ini, terdapat teori yang melebihi batas dalam arah yang bertentangan yang didukung oleh ahli hukum terkenal Kelsen (1881-1973) dan para pengikutnya berpendapat bahwa individu-individu itu sendiri yang merupakan subyek-subyek hukum internasional. Dikaitkan dengan perkara budak dan perompak yang bisa dihukum dengan hukum Negara dimana dia ditangkap.hal ini dianggap menganggap budak dan perompak sebagai objek hukum internasional, bukan subjek hukum internasional. Menurut Kelsen, tidak ada perbedaan nyata antara hukum suatu Negara dan hukum internasional. Keduanya sama-sama mengikat individu-individu walaupun hukum internasional secara teknis mengikat Negara-negara, itu hanya bersifat perantara karena adanya konsep Negara. Namun pernyataan ini bertentangan dengan pendapat para ahli. Ketentuan hukum internasional menentukan bahwa perompak dapat dihukum dengan hukum nasional dan diadili di pengadilan nasional, namun tidak menghilangkan sifat internasional dari delik dan sanksi terhadap perompak tersebut.Perkembangan ini menuju kearah pembebanan kewajiaban terhadap individu berdasarkan hukum internasional. Sejalan dengan ini juga timbul perkembangan diberikannya hak kepada individu, bahkan hak individu terhadap Negara di mana dia menjadi warga Negara. Hal ini ada dalam keputusan Nuremberg 1946 serta Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak-hak Manusia dan Kebebasan Fundamental. Di hadapan pengadilan internasional, hak dan kewajiban individu menurut hukum internasional hanya dapat dilaksanakan terhadap Negara-negara dimana individu tersebut berkewarganegaraan.Menjelang berakhirnya perang dunia kedua ketika pihak sekutu mengambil tindakan mengadili penjahat-penjahat perang, timbul keraguan mengenai apakah hukum internasional dapat menjangkau penghukuman kepala-kepala Negara, menteri dan fungsionaris militer maupun pemerintahan yang bertanggungjawab atas peperangan dan yang member ijin dilakukannya kekejaman. Menurut pengadilan Nuremberg[footnoteRef:1] Kejahatan terhadap hukum internasional yang dilakukan oleh kesatuan abstrak dan hanya dengan menghukum individu yang melakukan, ketentuan hukum internasional dapat dijalankan. [1: Official Record, Vol I, Official Documents, halaman 223.]

Praktek internasional dalam tahun-tahun terakhir ini telah memperluas jangkauan atas masalah-masalah yang jauh melampaui negara semata-mata:1. Lembaga-lembaga dan organ-organ internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) telah didirikan berdasarkan konvensi-konvensi internasional yang memuat ketentuan-ketentuan konstitusional mengatur tugas-tugas dan fungsi-fungsi badan-badan ini.2. Beberapa konvensi yang membentuk hukum (law-making conventions) telah dibentuk berkenaan dengan masalah hukum pidana internasional. Negara-negara yang telah menyepakati bersama atau menyepakati tindakan bersama untuk menghukum tindak pidana atau kejahatan internasional tertentu diaman individu secara pribadi terlibat. Dengan demikian para pelaku kejahatan menjadi subjek ketentuan konvensi mengeai hukum pidana internasional yang dalam beberapa hal yang sama, walau tidak sama persis keluasannya danga kelompok jure gentium menurut ketentuan hukum kebiasaan.3. Menurut traktat-traktat mengenai minoritas-minoritas nasional, individu-individu, seperti telah dikemukakan, diberikan hak untuk memperoleh ganti rugi melalui permohonan kepada suatu mahkamah internasional.4. Bagian-bagian dari negara, wilayah-wilayah yang belum merdeka, proktetorat-protektorat dan wilayah-wilayah yang dimasukkan ke dalam lingkup beberapa konvensi yang membentuk hukum, untuk lebih menjamin berfungsinya ketentuan konvensi-konvensi ini yang mensyaratkan pemberlakuan oleh semua unit administrasi di seluruh dunia.5. Para pemberontak sebagai kelompok dapat diberikan hak-hak sebagai pihak sedang berperang (belligerent) dalam perselisihannya dengan pemerintah yang sah, meskipun tidak dalam artian organisasi seperti negara[footnoteRef:2]. [2: Kunz, The Status of the Holy See in International Law (1952) AJIL 46 308-314]

Hukum internasional tidak hanya berkenaan dengan kepentingan-kepentingan politik negara-negara saja, tetapi sampai tingkat tertentu, berkenaan dengan kepentingan-kepentingan dan keperluan-keperluan individu dan kesatuan-kesatuan bukan negara. Sejumlah organisasi internasional secara khusus ditujukan untuk memajukan dan menjamin dihormatinya hak-hak dan kepentingan-kepentingan individu-individu yang dalam berlakunya mengambil alih secara internasional fungsi-fungsi perlindungan diplomatik yang sebelumnya dilakukan oleh negara-negara. Hukum internasional harus memberikan hak-hak kepada individu-individu secara langsung dan ex proprio vigore (atas kekuatan sendiri) tanpa perlu melalui perantaraan dan tanpa di bawah naungan negara.Selanjutnya terdapat fakta bahwa sebagian besar opini dewasa ini, khususnya yang diperlihatkan oleh negara-negara yang baru muncul, yang lebih menyukai pandangan bahwa rakyat itu sendiri (people as such) memiliki hak-hak tertentu yang tidak dapat dicabut, di antaranya hak penentuan nasib sendiri (right of selfdetermination), hak yang bebas untuk memilih sistem-sistem politik, ekonomi, dan sosial mereka.Perlunya dikemukakan mengenai dua kategori kesatuan non negara, yang mana ini masih menjadi kontroversi menyangkut pertanyaan apakah kesatuan-kesatuan tersebut harus dipandang sebagai subyek-subyek hukum internasional ataukah tidak, yaitu:1. Asosiasi-asosiasi antar pemerintah atau kuasi antar-pemerintah yang berkaitan dengan produksi dan stabilitas harga jenis-jenis komoditi khusus, tanpa memandang apakah asosiasi-asosiasi ini didirikan dengan traktat-traktat internasional atau dibentuk dengan cara lain.2. Beberapa korporasi regional dan internasional, yang dibentuk berdasarkan hukum nasional, tetapi beroperasi dalam prakteknya sebagian besar atas dasar antar-pemerintah.

Secara ringkas dapatlah dikatakan:1. Bahwa berdasarkan praktek modern, telah berkembang sejumlah peristiwa kekecualian di mana individu-individu atau kesatuan-kesatuan non-negara menikmati hak-hak atau menjadi subyek-kewajiban secara langsung menurut hukum internasional.2. Bahwa kekakuan doktriner konvensi prosedural yang tidak memperkenankan individu untuk mengajukan tuntutan berdasarkan hukum internasional kecuali melalui negaranya, sampai sebegitu jauh telah diperlunak.3. Bahwa kepentingan-kepentingan individu, hak-hak fundamental serta kebebasan-kebebasan mereka dan lain-lain, telah menjadi perhatian utama hukum internasional.Teori mengenai negara-negara sebagai subyek eksklusif hukum internasional tidak dapat diterima saat ini sebagai hak yang akurat dari segala seginya. Penggunaan negara sebagai suatu media dan penyaring untuk memberlakukan hukum internasional saat ini tidak dapat lagi dipandang layak untuk segala tujuan yang luas dari sistem modern. Bagian terbesar dari hukum internasional terdiri dari ketentuan-ketentuan yang mengikat negara-negara, dan hanya dalam sebagian kecil kasus, meskipun suatu minoritas yang penting, para ahli hukum harus memusatkan perhatian mereka terhadap individu dan kesatuan non-negara atau asosiasi sebagai subyek-subyek hukum internasional.

Bab 5Negara-Negara Pada Umumnya

1. Hakikat Negara Menurut Hukum InternasionalNegara-negara merupakan subyek utama hukum internasional. Pasal 1 konvensi Montevideo 1933 mengenai Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban Negara, mengemukakan syarat Negara sebagai pribadi hukum internasional, yaitu:a. Penduduk tetap, b. Wilayah tertentu, suatu wilayah tertentu bukan merupakan hal yang esensial untuk adanya negara dengan ketentuan bahwa terdapat pengakuan tertentu mengenai apa yang dikarakteristikkan sebagai ketetapan (consistency) dari wilayah terkait dan penduduknya. Perubahan-perubahan yang terjadi, baik menambah atau mengurangi luasnya wilayah negara tertentu, tidak dengan sendirinya mengubah identitas negara tersebut.[footnoteRef:3] [3: K. Marek, Identity and Continuity of States in Public International Law (1954).]

c. Pemerintah, d. Kemampuan untuk melakukan hubungan dengan Negara-negara lain, merupakan syarat yang paling penting.Negara sama sekali tidak perlu identik dengan suatu ras atau bangsa tertentu, meskipun identitas demikian mungkin ada[footnoteRef:4]. Seperti konsepsi Kelsen bahwa Negara merupakan suatu gagasan teknis semata-mata yang menyatakan bahwa serangkaian kaidah hukum tertentu mengikat sekelompok individu yang hidup di suatu wilayah territorial terbatas. Negara dan Hukum merupakan sinonim[footnoteRef:5]. Eksitensi suatu sistem hukum merupakan suatu syarat paling pokok dari status kenegaraan. [4: Reel v Holder (1981) 3 All ER 321, 323, 326.] [5: Kelsen 55 Harv LR (1942) 65.]

Adanya sistem hukum merupakan persyaratan dari suatu pemerintahan sebagai suatu unsur ketatanegaraan. Eksistensi suatu sistem hukum merupakan suatu syarat paling pokok dari status kenegaraan. Seperti yang dikatakan oleh Locke, Suatu pemerintahan tanpa hukum adalah . . . . suatu misteri dalam politik, yang sulit untuk dibayangkan secara manusiawi dan tidak konsisten dengan masyarakat manusia.[footnoteRef:6] [6: Dikutip oleh Lord Wilberforce dalam Carl-Zeiss-Stiftung v Rayner and Keeler Ltd (No. 2).]

Negara-Negara MikroSuatu kesatuan, yang memiliki wilayah penduduk dan sumber daya manusia serta sumber daya ekonomi yang sangat kecil, tetapi wilayah tersebut muncul sebagai suatu Negara yang merdeka.Negara-negara ini dapat bergabung dengan PBB, tanpa menjadi anggota penuh, yang mendapat keuntungan tanpa memikul kewajiban, seperti:1. Hak akses kepada International Court of Justice,2. Keikutsertaan dalam komisi ekonomi regional PBB yang tepat,3. Keikutsertaan dalam beberapa badan khusus tertentu, dan dalam konferensi diplomatik yang bertujuan membentuk konvensi internasional.Doktrin Hak-hak dan kewajiban-kewajiban Dasar Negara-negaraHak-hak dasar yang paling sering ditekankan adalah mengenai hak kemerdekaan dan persamaan negara-negara, yurisdiksi teritorial, dan hak membela diri atau hak mempertahankan diri. Kewajiban-kewajiban dasar yang ditekankan, antara lain, kewajiban untuk tidak mengambil jalan kekerasan (perang), kewajiban untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban traktat dengan itikad baik, dan tidak mencampuri urusan negara lain.Kedaulatan dan Kemerdekaan Negara-negaraBila suatu negara merdeka, maka ia mendapatkan hak sekaligus memikul kewajiban. Kewajiban juga berkaitan dengan Negara-negara lain yang berhubungan dengan Negara tersebut. Hak dan kewajiban merupakan substansi pokok kemerdekaan Negara. Contoh hak yang berkaitan dengan kemerdekaan Negara:a. Kekuasaan eksklusif untuk melakukan kontrol terhadap urusan dalam negerinya.b. Kekuasaan untuk member ijin msuk dan mengusir orang-orang asing.c. Hak istimewa duta-duta diplomatiknya di Negara laind. Yurisdiksi tunggal terhadap kejahatan yang dilakukan di wilayahnyaContoh tugas atau kewajiban yang mengikat Negara-negara adalah:a. Kewajiban untuk tidak melakukan tindakan pelaksanaan kedaulatan di Negara lain.b. Kewajiban untuk menghindarkan dan mencegah agen-agen dan warga Negara melakukan tindakan-tindakan yang merupakan suatu pelanggaran terhadap kemerdekaan atau supremasi territorial Negara lain.c. Kewajiban untuk tidak mencampuri urusan Negara lain.Dewan Liga bangsa-bangsa menegaskan ada dua kewajiban yang dipikul setiap Negara:1. Tidak mendukung atau memberi kesempatan terhadap aktivitas teroris untuk tujuan politikyang berlangsung di wilayahnya. 2. Dengan segala kekuasaannya harus berusaha untuk mencegah dan memberantas tindakan teroris yang bersifat politik dan untuk ini bersedia memberikan bantuan kepda pemerintah yang memintanya.3 macam intervensi material aktif yang berbeda[footnoteRef:7] dengan bentuk intervensi pada umumnya, yang tidak mengandung karakter demarche diplomatik: [7: Winfield, The Foundations and the Future of International Law (1941) halaman 32-33.]

1. Diplomasi Intern. Negara A mencampuri persengketaan antar pihak di Negara B dengan membela satu pihak.2. Diplomasi ekstern. Italia melibatkan diri dalam PD II dengan memihak Jerman dan melawan Inggris.3. Intervensi Penghukuman. Tindakan pembalasan bukan perang atas kerugian yang diderita negara lain.Kasus-kasus kekecualian pokok dimana menurut hukum internasional suatu Negara hak melakukan intervensi sah:a. Intervensi kolektif sesuai dengan Charter PBB.b. Intervensi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan serta keselamatan jiwa warga Negara di luar yang menjadi dasar bagi pemerintah AS membenarkan tindakan pengiriman tentara multinasional di Pulau Grenada 1983.c. Pertahanan diri, apabila intervensi diperlukan untuk menghilangkan bahaya serangan bersenjata yang nyata.d. Dalam urusan proktektorat yang berada di bawah kekuasaannya.e. Apabila Negara yang menjadi subjek intervensi dipersalahkan melakukan pelanggaran berat atas hukum internasional menyangkut Negara yang melakukan intervensi.Doktrin MonroeDoktrin ini bermula dari pernyataan Presiden Monroe dalam Pesan kepada Kongres (Message to Congress) pada tahun 1823, yang terdiri dari tiga hal:1. Deklarasi bahwa benua Amerika tidak akan lagi menjadi subyek kolonisasi oleh negara-negara Eropa di masa datang.2. Deklarasi mengenai tidak adanya kepentingan terhadap perang-perang yang terjadi di Eropa dan urusan-urusan Eropa.3. Deklarasi bahwa setiap usaha yang dilakukan negara-negara Eropa untuk memperluas sistem mereka terhadap bagian manapun di benua Amerika akan dianggap sebagai bahaya terhadap perdamaian dan keamanan Amerika Serikat. Doktrin Persamaan Derajat Negara-NegaraKutipan karya utama Christian Wolff, Pada dasarnya semua bangsa mempunyai kedudukan yang sama satu sama lain. Karena bangsa-bangsa dianggap sebagai pribadi manusia bebas yang hidup dalam suatu keadaan alami. Oleh karena itu, karena pada dasarnya semua manusia memiliki kedudukan yang sama, maka semua bangsa pun pada dasarnya berkedudukan sama satu sama lain.[footnoteRef:8] [8: Jus gentium methode scientifica pertractatum (1849) Prolegomena, alinea 16.]

Ada konsekwensi dari prinsip persamaan ini yaitu, dengan adanya syarat kebulatan suara seringkali Negara-negara kecil dapat menghambat perkembangan penting dalam masalah internasional yang karena kepentingan pribadinya sengaja menghambat dibawah lindungan kaidah kebualtan suara. Serta apabila tidak ada traktat, tidak ada satu Negara pun dapat menuntut yurisdiksi atas atau dalam kaitan dengan Negara berdaulat lainnya.Garis antara persamaan kedudukan Negara-negara, di satu pihak, dan kemerdekaan Negara-negara tersebut di lain pihak, cenderung kabur. Karenanya dinyatakan bahwa hak suatu Negara yang bebas untuk memilih dan mengembangkan sistem politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan tidak tersinggung, tapi hak ini strict sensu merupakan suatu perwujudan kemerdekaan Negara semata-mata.Aturan-Aturan mengenai Hubungan Bersahabat Antara Negara-NegaraAda satu syarat penting dari kemerdekaan dan persamaan kedudukan negara-negara, bahwa suatu negara tidak boleh mengizinkan wilayahnya digunakan untuk tujuan-tujuan yang membahayakan kepentingan negara-negara lain. Dalam pasal 74 Charter Perserikatan Bangsa-Bangsa, prinsip umum mengenai bertetangga baik di bidang sosial, ekonomi, dan perdagangan, ditetapkan sebagai hal yang harus ditaati Negara-negara anggota berkaitan dengan wilayah induk dan wilayah bagiannya. Prinsip tentang kewajiban menjalin persahabatan antar Negara-negara juga melandasi Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa 1947, yang mengutuk propaganda yang ditujukan atau kemungkinan untuk provokasi atau mendukung ancaman-ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi.Hidup Berdampingan Secara DamaiLima prinsip hidup berdampingan secara damai disepakati secara tegas oleh India dan RRC dalam Mukadimah Traktat mengenai Tibet yang ditandatangani di Beijing tanggal 29 April 1954. Prinsip itu adalah:1. Saling menghormati integritas dan kedaulatan teritorial masing-masing.2. Saling tidak melakukan agresi.3. Saling tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.4. Persamaan kedudukan dan saling menguntungkan.5. Hidup berdampingan secara damai.

2. PERBEDAAN NEGARA-NEGARA DAN KESATUAN-KESATUAN BUKAN NEGARA

Negara-Negara Federal dan Konfederasi-KonfederasiTerdiri dari sejumlah Negara merdeka yang bersama-sama mengikatkan dirinya dengan suatu traktat internasional atau menggabungkan diri dalam suatu persatuan dengan organ-organ pemerintah yang menjangkau Negara-negara anggota dan dibentuk dengan tujuan untuk memelihara/mempertahankan kemerdekaan ekstern dan intern mereka.Negara-Negara Di Bawah Lindungan dan Negara-Negara Jajahan, dan Wilayah-Wilayah ProtektoratSuatu negara jajahan (vassal State) adalah yang sepenuhnya berada di bawah penguasaan negara lain yang secara internasional kemerdekaannya dibatasi bahkan hampir tidak ada sama sekali.Suatu wilayah protektorat atau negara di bawah lindungan (protectered State) timbul dalam praktek apabila suatu negara melalui traktat menempatkan dirinya di bawah perlindungan suatu negara kuat dan berkuasa, sehingga tindakannya yang berkaitan dengan urusan-urusan internasional yang sangat penting dan keputusan-keputusan menyangkut kebijaksanaan tingkat tingginya diserahkan kepada negara pelindungnya tersebut.Wilayah-wilayah protektorat dapat dikatakan tidak memiliki pola yang seragam. Setiap kasus yang menyangkut hal ini bergantung kepada keadaan-keadaannya secara khusus dan lebih spesifik lagi bergantung kepada:1. Syarat-syarat khusus traktat mengenai perlindungan itu.[footnoteRef:9] [9: The Ionian Ships (1855) Spinks 2, Ecc & Adm 212.]

2. Kondisi-kondisi yang diperlukan untuk diakuinya protektorat tersebut oleh negara ketiga yang menjadikannya sebagai dasar adanya traktat perlindungan.[footnoteRef:10] [10: Advisory Opinion of the Permanent Court of International Justice on the Nationality Decrees in Tunis and Marocco, (1923) Pub PCIJ, Series B, No. 4, halaman 27.]

Kondominium (condominium)Suatu kondominium (condominium) ada apabila terhadap suatu wilayah tertentu dilaksanakan penguasaan bersama oleh dua atau lebih negara luar.

Anggota-Anggota PersemakmuranNegara-negara anggota Persemakmuran saat ini merupakan Negara-negara yang berdaulat penuh dalam setiap hal. Di bidang hubungan ekstern otonomi Negara tidak terbatas, para anggota menikmati dan melaksanakan hak secara luas menyangkut penempatan perwakilan yang terpisah dan bernegosiasi traktat-traktat secara bebas. Mereka berkemampuan menjadi subjek sengketa-sengketa internasional dan konflik diantara mereka, dan bebas menjalin hubungan kontrak dengan Negara yang bukan anggota persemakmuran.[footnoteRef:11] [11: M. Margaret Ball, The Open Commonwealth (1971)]

Wilayah-Wilayah PerwalianKonsep perwalian ditekankan kepada Negara-negara pelaksana administrasi. Dengan prinsip bahwa kepentingan penduduk dari wilayah itu merupakan hal yang paling utama, telah menerima sebagai kewajiban memajukan kehidupan penduduk di wilayah perwaliannya, negara pelaksana administrasi juga berkewajiban menyampaikan secara teratur informasi mengenai kondisi di wilayah yang berkaitan pada sekretaris jendral PBB.Status Wilayah-Wilayah Tidak Berpemerintahan Sendiri Menurut Charter Perserikatan Bangsa-BangsaCharter Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan suatu status khusus kepada wilayah koloni, wilayah-wilayah kuasa dan wilayah-wilayah yang belum merdeka dengan sebutan umum sebagai wilayah-wilayah tidak berpemerintahan sendiri (non-self-governing territories). Sebagaimana dalam kasus wilayah-wilayah perwalian, konsep perwalian ditekankan kepada negara-negara pelaksana administrasi. Anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melaksanakan administrasi atas wilayah-wilayah tersebut mengakui prinsip bahwa kepentingan penduduk dari wilayah itu merupakan hal yang paling utama, telah menerima sebagai suatu kewajiban perwalian yang luhur untuk sepenuhnya memajukan kepentingan penduduk wilayah tersebut dan bertindak guna membangun usaha pemerintahan sendiri serta membantu evolusi lembaga-lembaga politik yang bebas. Negara-Negara NetralSuatu negara netral (Netralized State) adalah negara yang kemerdekaan, integritas politik dan wilayahnya dijamin secara permanen dengan perjanjian kolektif negara-negara besar dengan syarat negara yang dijamin tersebut tidak akan pernah menyerang negara lain kecuali untuk membela diri dan tidak akan pernah membuat traktat-traktat aliansi dan sebagainya yang dapat merusak sikap ketidakmemihakannya atau menjerumuskannya dalam perang.Tujuan netralisasi tersebut adalah untuk melindungi perdamaian dengan:1. Melindungi negara-negara kecil dari negara-negara kuat yang berdekatan dan dengan cara itu memelihara keseimbangan kekuatan.2. Melindungi dan menjaga kemerdekaan negara-negara penyangga (buffer States) yang terletak di antara negara-negara besar.Hakikat netralisasi adalah suatu tindakan kolektif, yaitu negara-negara besar yang terkait harus mengakui baik secara tegas ataupun secara diam-diam status kenetralan permanen yang diberikan kepada negara netral tersebut, dan bahwa netralisasi adalah kontaktual, yaitu suatu negara tidak dapat dinetralkan tanpa persetujuannya, juga negara tidak dapat mengumumkan secara sepihak tentang kenetralan dirinya.Kewajiban-kewajiban sebuah negara netral adalah sebagai berikut:1. Tidak melibatkan diri dalam permusuhan-permusuhan kecuali sebagai tindakan pembelaan diri.2. Menghindari keikutsertaan dalam perjanjian-perjanjian yang mengandung risiko permusuhan, atau yang menyangkut pembangunan pangkalan militer, atau penggunaan wilayahnya untuk tujuan-tujuan militer.3. Mempertahankan diri dari serangan dan apabila perlu meminta bantuan dari negara-negara yang menjadi penjamin (guarantor), dengan semua cara yang dianggap perlu.4. Menaati kaidah-kaidah netralitas selama terjadi peperangan antara negara-negara lain.5. Tidak mengizinkan campur tangan pihak asing dalam urusan-urusan dalam negerinya.

Kewajiban-kewajiban negara yang menjamin adalah sebagai berikut:1. Tidak melakukan serangan atau ancaman serangan terhadap wilayah netral.2. Melakukan tindakan campur tangan dengan kekuatan apabila wilayah netral dilanggar oleh negara lain, dan pihak penjamin ini telah diminta untuk bertindak.Hak Menentukan Nasib Sendiri bagi Rakyat dan Kesatuan-Kesatuan yang belum MerdekaHak untuk menentukan nasib sendiri dianggap perlu mencakup sejumlah kewajiban yang berkaitan yang mengikat negara-negara, termasuk kewajiban untuk mendorong dilakukannya tindakan merealisasikan hak penentuan nasib sendiri baik melalui kerjasama maupun tersendiri, dan menyerahkan kekuasaan berdaulat kepada rakyat yang berhak atas hak ini dan kewajiban untuk menghindari tindakan pemaksaan yang dinilai merintangi rakyat menikmati hak ini. Kewajiban-kewajiban ini telah ditegaskan atau tersirat dalam Deklarasi-deklarasi yang disahkan oleh Majelis Umum, dan memperoleh dukungan dalam praktek pada dekade terakhir ini. Pertama, telah terjadi perkembangan pesat dalam emansipasi beberapa wilayah koloni atau wilayah-wilayah yang belum berpemerintahan sendiri. Yang kedua, telah terasa pengaruh Deklarasi tentang Pemberian Kemerdekaan kepada Negeri-negeri dan Rakyat-rakyat terjajah yang telah disebut di atas. Ketiga, proses ratifikasi dan penerimaan kedua Covenant yang disebut di atas, akan mengkosolidasikan penerimaan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan hak menentukan nasib sendiri.Kedaulatan Rakyat dan Bangsa-Bangsa Atas Kekayaan Alam dan Sumber Daya MerekaPenentuan nasib sendiri di bidang ekonomi dinyatakan dalam Resolusi Majelis Umum PBB menegaskan hak rakyat secara bebas untuk mengeksploitasi kekayaan alam dan sumber daya yang mereka miliki. Mendorong Negara-negara berkembang memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki sebagai modal dasar bagi kemajuan ekonomi mereka yang independen serta mencegah menipisnya sumber daya akibat tindakan Negara lain.[footnoteRef:12] [12: Dupuy (ed), The Right to Development at the International Level (1987)]

3. PERHIMPUNAN-PERHIMPUNAN ATAU PENGELOMPOKKAN NEGARA-NEGARAFungsi pokok atau tujuan utama yang dikehendaki negara-negara anggota perhimpunan atau kelompok dapat bersifat politik atau ekonomi atau berkaitan dengan pertahanan keamanan bersama dari anggota-anggotanya. Ciri baru dari perhimpunan-perhimpunan atau pengelompokkan-pengelompokkan yang baru timbul ini bukan hanya dari keragamannya, tetapi menyangkut pembentukan perangkat kerja (machinery) yang bersifat permanen ataupun semipermanen dalam masing-masing instansi tersebut, yang memungkinkannya berfungsi sebagai satuan-satuan kerja.

Bab 20Lembaga-Lembaga Internasional

1. STATUS DAN FUNGSI-FUNGSI LEMBAGA LEMBAGA INTERNASIONAL SEBAGAI SUBYEK HUKUM INTERNASIONALSubyek-subyek hukum internasional bukan hanya meliputi negara-negara saja, melainkan juga lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan badan-badan serupa. Kata lembaga (institution) di sini dipakai dalam pengertian yang sangat luas sebagai nomen generalissimum untuk berbagai ragam bentuk asosiasi negara-negara untuk mencapai tujuan bersama.Fungsi-fungsi dari negara modern dan hak-hak, kewajiban-kewajiban serta wewenang-wewenang dari perangkatnya diatur oleh suatu cabang hukum nasional yang dinamakan hukum Tata Negara, demikian pula halnya dengan lembaga-lembaga internasional yang diatur oleh sekumpulan kaidah hukum yang dapat digambarkan sebagai hukum tata negara internasional.Tidak ada yang disebut pembagian kekuasaan (separation of powers) menurut konstitusi sebagian besar lembaga internasional, yang dapat melalui organ-organnya, melaksanakan kekuasaan-kekuasaan legislatif dan yudisial, atau kuasi-legislatif atau kuasi-yudisial, dengan cara sebagaimana lembaga-lembaga tersebut melaksanakan fungsi-fungsi administrasi dan eksekutif. Ada tiga hal umum yang harus diperhatikan:1. Fungsi-fungsi dari lembaga internasional tertentu dapat ditujukan terutama untuk memperkuat kerja sama antar-negara, yakni apa disebut aktivitas-aktivitas promosional dan hanya dalam sebagian kecil melakukan tugas-tugas penting secara langsung, yaitu apa yang dinamakan aktivitas-aktivitas operasional.2. Meskipun sebegitu jauh lembaga-lembaga ini merupakan badan-badan operasional, namun secara hukum lembaga-lembaga internasional hanya diberi kewenangan untuk menyelidiki atau mengusulkan, bukan untuk membuat keputusan yang mengikat.3. Dalam beberapa contoh, lembaga-lembaga internasional sedikit banyak beranjak dari suatu konferenci internasional, dalam pengertian bahwa suatu keputusan badan atau organ pada akhirnya bergantung pada suatu keputusan mayoritas negara-negara anggota, yaitu perjanjian dari para korporator.[footnoteRef:13] [13: South West Africa Cases, 2nd Phase ICJ 1966, halaman 6 sampai 29.]

Lembaga-lembaga internasional sebagai subyek hukum internasional, dapat melakukan hubungan bukan saja antara mereka sendiri, tapi juga dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya termasuk negara-negara, sehingga sebagai tambahan terhadap hubungan-hubungan antara negara-negara, kita menjumpai dua macam hubungan yang dapat mengarah kepada pembentukan kaidah-kaidah hukum internasional baru, yaitu: (1) hubungan antara negara-negara dan lembaga-lembaga internasional, dan (2) hubungan antara lembaga-lembaga internasional satu sama lain. Perlu dikemukakan tentang lembaga-lembaga internasional regional, yang sebagian besar bertujuan integratif dan fungsional, seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (Pasaran Bersama).

2. SIFAT HAKIKAT HUKUM UMUM DAN STRUKTUR KONSTITUSIONALFungsi-fungsi dan Kapasitas HukumDefinisi dalam setiap konstitusi badan internasional dengan bidang aktivitas khusus asalah analog dengan klausula-klausula tujuan-tujuan dalam memorandum of association dari sebuah perusahaan terbatas menurut peraturan perundang-undangan perusahaan Inggris. Karena lembaga-lembaga internasional ditentukan dan dibatasi oleh kewenangan konstitusional, maka lembaga-lembaga ini berbeda secara mendasar dari negara-negara sebagai subyek-subyek hukum internasional. Hampir setiap aktivitas prima facie berada dalam kompetensi dari suatu negara menurut hukum internasional, sedangkan secara praktif prinsip yang berlawanan berlaku pada sebuah organ internasional, yaitu bahwa suatu fungsi, yang tidak berada dalam ketentuan-ketentuan tegas konstitusinya, prima facie adalah di luar kewenangannya. Tidak ada badan internasional yang secara hukum dapat melampaui kewenangan konstitusionalnya.KlasifikasiKlasifikasi badan-badan demikian menurut fungsi-fungsi, misalnya seperti bidang ekonomi, politik, sosial dan sebagainya, ataupun sebagai badan yudisial, legislatif, dan administratif, menimbulkan kesulitan karena adanya tumpang-tindih tanggung jawab mereka. Berkenaan dengan sebagian besar organisasi internasional permanen utama yang ada pada saat ini, beberapa di antaranya didasarkan pada instrumen konstitusi antar negara dan yang lainnya didasarkan pada bentuk konstitusi antar pemerintah, sulit untuk membedakan dasar alasan pokok antara bentuk yang satu dengan yang lainnya. Kemungkinan pembedaan antara: (a) badan-badan global atau badan-badan dunia dan (b) badan-badan regional.Suatu perbedaan yang diusulkan yaitu bahwa lembaga-lembaga internasional dimasukan ke dalam kelompok yang supra-nasional dan yang bukan. Satu badan supra-nasional pada umumnya dianggap sebagai badan yang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan-keputusan, yang secara langsung mengikat terhadap individu-individu, lembaga-lembaga dan badan-badan usaha, juga terhadap pemerintah negara-negara.Badan-badan internasional yang bukan tipe supra-nasional, hanya dapat bertindak, atau menjalankan keputusan-keputusan dengan atau melalui Negara-negara anggotanya. Kelemahan klasifikasi ini terletak pada fakta bahwa peristilahan supra-nasional merupakan sebuah istilah yang kemungkinan akan memudahkan salah pengertian.

Koordinasi Lembaga-lembaga InternasionalTujuannya adalah untuk menjamin agar badan-badan ini dapat berfungsi sebagai organ yang menyeluruh, di samping sebagai sebuah kelompok dengan badan-badan yang terpisah-pisah dan terisolasi. Ketentuan-ketentuan untuk koordinasi badan-badan internasional telah dimasukkan dalam Charter Perserikatan Bangsa-Bangsa, dikemukakan sebagi berikut:1. Lembaga-lembaga internasional yang dilukiskan sebagai berbagai badan khusus, yang dibentuk dengan perjanjian antar-pemerintah dan memiliki tanggung jawab internasional yang luas, sebagaimana ditetapkan dalam instrumen-instrumen dasarnya, di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan bidang-bidang yang terkait, harus menjalin hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui perjanjian-perjanjian yang dibentuk antara lembaga-lembaga ini dan Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa, perjanjian-perjanjian tersebut harus disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dan oleh setiap lembaga tersebut (Pasal 57 dan 63 ayat 1 Charter).2. Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (ECOSOC) diberi kewenangan untuk melakukan koordinasi aktivitas-aktivitas dari lembaga-lembaga internasional dengan membuat perjanjian-perjanjian demikian melalui konsultasi dengan dan rekomendasi-rekomendasi yang dibuat untuk Majelis Umum dan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (Pasal 63 ayat 2).3. Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui organ-orhannya, harus membuat rekomendasi-rekomendasi lebih lanjut untuk mengkoordinasi kebijaksanaan-kebijaksanaan dan aktivitas-aktivitas lembaga-lembaga ini (Pasal 58).4. Laporan-laporan reguler dan pandangan-pandangan mengenai isi laporan-laporan itu dapat diperoleh dari lembaga-lembaga ini melalui Dewan Ekonomi dan Sosial terutama untuk menjamin bahwa lembaga-lembaga itu melaksanakan rekomendasi-rekomendasi yang dibuat untuk mereka (Pasal 64).5. Dewan Ekonomi dan Sosial diberi wewenang untuk mengadakan tukar-menukar wakil-wakil antara Dewan dan badan-badan khusus pada masing-masing lembaga tersebut (Pasal 70).Koordinasi dan kerja sama juga diatur oleh perjanjian-perjanjian antara organisasi, yang berupa:1. Perjanjian-perjanjian hubungan antara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khusus berdasarkan Pasal 57 dan 63 Charter.2. Perjanjian antar badan khusus itu sendiri.3. Perjanjian antar suatu badan khusus dan suatu organisasi regional.4. Perjanjian antar organisasi- organisasi regional.Kategori (1) dari perjanjian hubungan antara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khusus memuat ketentuan-ketentuan rinci dalam bentuk yang sedikit banyak memiliki kesamaan untuk:1. Perwakilan timbal balik pada masing-masing sidang.2. Memungkinkan organ-organ Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khusus untuk menempatkan butir-butir permasalahan pada masing-masing agendanya.3. Saling tukar menukar informasi dan dokumen-dokumen.4. Keseragaman susunan staf berdasarkan metode dan prosedur yang sama.5. Pertimbangan-pertimbangan oleh badan-badan khusus atas rekomendasi-rekomendasi yang ditujukan kepada mereka oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan untuk laporan-laporan oleh badan-badan itu mengenai tindakan yang diambil untuk melaksanakan rekomendasi-rekomendasi tersebut.6. Keseragaman penyusunan finansial dan anggaran.7. Tindakan-tindakan oleh masing-masing badan khusu untuk membantu Majelis Umum dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam melaksanakan keputusan-keputusan mereka.8. Memperoleh Opini nasihat dari international Court of Justice berkenaan dengan masalah-masalah yang timbul dalam lingkup aktivitas-aktivitas masing-masing badan khusus.Selain Dewan Ekonomi dan Sosial, terdapat organ khusus yaitu Komite administratif tentang Koordinasi (Adminitrative Committee on Coordination ACC), yang bertugas sebagai: mengambil tindakan yang semestinya untuk menjamin pelaksanaan perjanjian antara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan terkait secara penuh dan seefektif mungkin, menghilangkan duplikasi dan tumpang tindih aktivitas-aktivitas mereka, menjamin konsultasi mengenai masalah yang merupakan kepentingan bersama, pertimbangan tentang kemungkinan-kemungkinan tindakan bersama, serta mencari jalan keluar dari persoalan antar-badan.

Struktur dan Komposisi OrganikPersamaan struktur dan komposisi dari badan-badan khusus dan badan-badan internasional sesuai dengan lembaga yang bersangkutan:1. Kedudukan konstitusional atau markas besar. Konstitusi-konstitusi dari badan-badan internasional biasanya menetapkan lokasi markas besar, tetapi kadang-kadang hal ini diserahkan oleh negara-negara anggota untuk ditetapkan kemudian atau melalui perjanjian dengan pemerintah dari tempat kedudukan itu.2. Keanggotaan. Konstitusi itu biasanya menentukan bahwa para penandatanganan asli dapat menjadi anggota berdasarkan atas ratifikasi atau penerimaan instrumen tersebut, sedangkan negara-negara lain dapat menjadi anggota atas izin keanggotaan berdasarkan suara mayoritas khusus organ-organ yang kompeten dari badan-badan internasional khusus tersebut.3. Syarat-syarat pengunduran diri oleh, atau pemecatan atau penangguhan diri, anggota-anggota. Tidak ada praktek yang seragam atau berkesesuaian dalam hal ini.4. Organ-organ.[footnoteRef:14] Adanya perbedaan penting antara organ-organ utama dan organ-organ regional serta organ-organ pembantu (subsidiary organs). [14: Z.M. Klepachi, The Organs of International Organisations (1978)]

Standar organ utama terdiri dari: a. Sebuah badan pembuat kebijaksanaan yang biasanya disebut dengan Majelis (Assembly) atau Kongres, yang mewakili negara-negara anggota, dengan wewenang untuk mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk mengontrol anggotanya dan yang lebih sering wewenang untuk mengeluarkan konvensi-konvensi dan melakukan tindakan-tindakan lain serta untuk membuat rekomendasi-rekomendasi bagi perundang-undangan nasional.b. Sebuah badan atau dewan eksekutif yang lebih kecil, lazimnya dipilih oleh organ-organ pembuat kebijaksanaan dari delegasi-delegasi yang hadir, dan tanpa wakil dari sejumlah negara tertentu yang menjadi anggota.c. Sebuah sekretariat atau staf pelayanan sipil internasional, yang memiliki tanggung jawab bersifat internasional dan bahwa mereka tidak menerima instruksi dari otoritas luar.Organ-organ Regional dan Organ Pembantu.Organ-organ ini dibentuk dengan kebebasan yang relatif, yang demikian menekankan, antara lain kecenderungan ke arah desentralisasi dalam Lembaga-lembaga internasional modern. Contoh-contoh dari keluwesan pendekatan ini adalah:a. Konferensi-konferensi regional.b. Pengangkatan komite-komite penasihat atau konsultatif.c. Pembentukan apa yang dinamakan komisi-komisi atau komite-komite fungsional yang mengurus bidang-bidang aksi khusus.d. Konferensi-konferensi administratif dari Uni Telekomunikasi Internasional (ITU).e. Pendelegasian fungsi-fungsi oleh Komisi-komisi kepada sebuah Sub-Komisi.f. Pembentukan badan-badan atau unit-unit dengan nama atau sebutan yang berbeda-beda.

5. Hak-hak suara (voting rights). Pemberian suara mayoritas dari anggota-anggota telah menjadi persyaratan yang paling lazim untuk mengesahkan keputusan-keputusan, resolusi-resolusi dan lain-lain, dan pada saat ini jarang dipakai kebulatan suara (unanimity).6. Laporan-laporan oleh negara-negara anggota. Konstitusi-konstitusi dari badan-badan ini biasanya mengatur pengawasan atas laporan-laporan oleh negara-negara anggota tentang tindakan yang diambil guna melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka.7. Pengesahan konvensi-konvensi dan rekomendasi-rekomendasi untuk tindakan oleh negara-negara anggota.8. Masalah-masalah anggaran. Ketentuan-ketentuan konstitusional yang paling lazim adalah bahwa Sekretaris Jenderal atau Direktur Jenderal, atau kepala-kepala eksekutif dari Sekretariat, menyusun perkiraan anggaran belanja yang akan datang, bahwa hal ini kemudian akan ditinjau dan disahkan oleh badan pembuat jebijaksanaan (dalam beberapa contoh) harus dipelajari secepatnya oleh komite anggaran dari badan tersebut serta oleh organ eksekutif dan bahwa jumalh keseluruhan itu dibagi di antara negara-negara anggota secara adil dalam pembagian yang ditentukan oleh badan pembuat kebijaksanaan.

3. PRIVILEGE-PRIVILEGE DAN IMUNITAS-IMUNITASIsi Konvensi tentang Privilege-privilege dan Imunitas-imunitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (Convention on the Privileges and Immunities of the United Nations):1. Imunitas harta benda dan aset-aset Perserikatan Bangsa-Bangsa dari proses hukum kecuali apabila dihapuskan.2. Inviolabilitas gedung-gedung dan arsip-arsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.3. Kebebasan dari pajak langsung dan bea cukai bagi harta benda dan aset-asetnya.4. Perlakuan yang sama bagi komunikasi pegawainya seperti yang diberikan negara-negara anggota kepada suatu pemerintah.5. Privilege-privilege khusus, yang meliputi imunitas dari penangkapan, inviolabilitas dokumen-dokumen dan kebebasan dari pendaftaran orang-orang asing bagi wakil-wakil negara anggota pada organ-organ dan konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa.6. Privilege-privilege khusus bagi pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tertentu.7. Suatu laissez passer atau dokumen perjalanan khusus bagi para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa.Persoalan-persoalan dengan status markas besar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khusus diatur oleh perjanjian-perjanjian khusus. Perjanjian-perjanjian ini memperlihatkan bentuk-bentuk umum sebagai berikut:1. Hukum setempat harus berlaku di dalam wilayah markas besar, tunduk pada pemberlakuan pengaturan-pengaturan administrasi staf yang berkaitan dengan Sekretaris.2. Gedung-gedung dan harta benda organisasi harus memiliki imunitas dari pemeriksaan, pengambilalihan, penyitaan dan lain-lain, serta pada bentuk campur tangan lainnya oleh pemerintah (penguasa) setempat.3. Pejabat-pejabat setempat tidak dapat memasuki gedung-gedung kecuali dengan persetujuan dari organisasi.4. Pemerintah setempat harus berusaha sedapat mungkin untuk melindungi gedung-gedung terhadap gangguan-gangguan dari luar dan dari pihak yang dimasukinya tanpa izin.5. Markas-markas besar dikecualikan dari pajak-pajak lokal atau beban-beban lainnya kecuali biaya-biaya untuk pelayanan umum.6. Organisasi menikmati kebebasan komunikasi, dengan imunitas dari penyensoran.

4. FUNGSI FUNGSI LEGISLATIF DAN PENGATURAN DARI LEMBAGA INTERNASIONALPerlu dikemukakan tentang teknik legislatif atau teknik-teknik kuasi-legislatif berikut dari badan-badan itu:1. Pengesahan Peraturan-peraturan (Regulasi) Regional atau pemberlakuan Prosedur-prosedur.2. Keikutsertaan wakil-wakil non-pemerintah dalam proses-proses legislatif.3. Regulasi-regulasi.4. Pengesahan model regulasi mengenai lampiran Final Act atau instrumen-instrumen lainnya.5. Persetujuan terhadap kode-kode atau piagam-piagam pedoman untuk pelaksanaan domestik oleh Pemerintah-pemerintah negara anggota.Perkembangan ini telah disertai dengan munculnya, sejalan dengan perkembangan dalam hukum nasional, gejala serupa dari perundang-undangan yang didelegasikan dan pembuatan hukum subordinasi.

5. HUKUM ADMINISTRASI INTERNASIONALSeperti halnya dalam hukum nasional, tidak saja dalam bidang administrasi, tetapi juga fungsi-fungsi kuasi-yudisial telah diberikan kepada organ-organ lembaga internasional. Sebaliknya, hal ini telah mengakibatkan perlunya mengatur peninjauan yudisial, yaitu pelaksanaan suatu yurisdiksi supervisi untuk menjamin bahwa organ-organ tersebut tidak melampaui batas wewenang hukumnya. Juga perlu dikemukakan tentang wewenang yang diberikan kepada organ-organ dari beberapa organisasi internasional untuk menentukan persoalan-persoalan mengenai penafsiran atau penerapan instrumen konstitusi lembaga tersebut. Yang terakhir, seperti dalam bidang administrasi nasional, telah berkembang praktek dengan mana suatu organ lembaga internasional mendelegasikan suatu penyelidikan kepada sebuah komite yang lebih kecil atau badan yang lebih kecil.

6. KUASI-DIPLOMATIK DAN HUBUNGAN-HUBUNGAN TRAKTAT DARI LEMBAGA-LEMBAGA INTERNASIONALDi samping akreditasi misi-misi tetap oleh negara-negara anggota pada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan badan-badan khusus yang telah berjalan, juga ada beberapa contoh pengangkatan kuasi-diplomatik oleh organ-organ Perserikatan Bangsa-Bangsa. Masyarakat Ekonomi Eropa telah membentuk serangkaian preseden dengan mengakreditasi perutusan-perutusan diplomatik kepada empat negara, yaitu Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Australia.Hubungan-hubungan TraktatLembaga-lembaga internasional, sebagai implikasi dari konstitusi-konstitusi, harus memiliki wewenang pembuatan-traktat yang diperlukan untuk pelaksanaan fungsi-fungsinya. Singkatnya, wewenang pembuatan traktat tersebut boleh didelegasikan.

7. PEMBUBARAN LEMBAGA-LEMBAGA INTERNASIONAL DAN SUKSESI HAK-HAK, KEWAJIBAN-KEWAJIBAN DAN FUNGSI-FUNGSI

Pembubaran (Dissolution)Lembaga-lembaga internasional bubar:a. Apabila dibentuk hanya untuk jangka waktu terbatas, setelah berakhirnya jangka waktu tersebut.b. Apabila sifatnya transisi, setelah situasi transisi itu dilampaui atau dipenuhinya tujuan untuk mana lembaga-lembaga itu dibentuk.c. Melalui keputusan dari para anggota, secara tegas maupun implisit.

Suksesi dan Lembaga-lembaga InternasionalApabila persoalan yang timbul dari suksesi lembaga-lembaga internasional terhadap hak-hak, kewajiban-kewajiban dan lain-lain, dari pihak yang lain, [Menurut Bowett, op.cit., tidak ada kaidah suksesi otomatis antara lembaga internasional lama dan penggantinya.] fungsi-fungsi persoalan penyebarluasan fungsi-fungsi konstitusi, di samping persyaratan hak-hak dan kewajiban-kewajiban, telah tercapai.Pertama-tama, adalah penting untuk lembaga suksesor secara tegas ataupun implisit memiliki kompetensi konstitusional untuk mengambil alih hak-hak dan fungsi-fungsi dari lembaga yang digantikannya. Kedua, lembaga-lembaga suksesor tidak dapat mengambil alih fungsi yang tidak ada dalam kompetensi konstitusional badan itu, sebuah prinsip yang menjelaskan tidak beralihnya, sebagai ketentuan, fungsi-fungsi politik.

8. PERSERIKATAN BANGSA-BANGSAPerserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebuah organ yang sangat penting dari pemerintah dunia dan yang terpenting dari semua lembaga internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa beranggotakan 160 negara, yang membuatnya menjadi sebuah organisasi universal untuk segala tujuan praktis. Nama sebenarnya dari organisasi itu adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations), meskipun seringkali disebut sebagai Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa atau disingkat PBB (UN atau UNO).Secara sederhana Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi negara-negara merdeka yang telah menerima kewajiban-kewajiban yang dimuat dalam Charter Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ditandnagani di San Fransisco tanggal 26 Juni 1945. Lembaga internasional ini bukan semata-mata cabang, melainkan organ-organ dan unit-unit dan juga Komite-Komite Khusus dan Komite-komite Ad Hoc yang dimaksudkan untuk memainkan peranan penting dalam hubungan internasional.

Asal MulaPrinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Charter berasal dari konsepsi-konsepsi dan rencana-rencana Sekutu pada masa perang, yang pertama kali dinyatakan dalam:1. Piagam Atlantik (Atlantic Charter) yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat dan Perdana Menteri Inggris pada bulan Agustus 1941.[footnoteRef:15] [15: Stone, The Atlantic Charter (1943).]

2. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ditandatangani oleh 26 negara pada Hari Tahun Baru 1942 setelah Jepang memulai permusuhan-permusuhan di Pasifik.3. Deklarasi Moskow Oktober 1943, yang dikeluarkan oleh pemerintah-pemerintah Amerika Serikat, Inggris dan UniSoviet serta Cina, yang mengakui perlunya mendirikan suatu organsisasi internasional umum yang dilandasi oleh prinsip persamaan kedaulatan dari negara-negara yang cinta damai dan terbuka keanggotaannya bagi semua negara besar maupun kecil, demi untuk memlihara perdamaian dan keamanan internasional.Kiranya penting untuk memperhatikan perbedaan-perbedaan pokok antara Charter dan rancangan Dumbarton Oaks[footnoteRef:16]. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: [16: Evant, The United Nations (1948) halaman 17.]

1. Prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah diperluas dalam ruang lingkup dan kewajiban-kewajiban dari negara-negara anggota ditentukan dalam satu istilah yang tepat.2. Wewenang Majelis Umum telah diperluas.3. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah diberikan otoritas yang lebih besar di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan dan humaniter.4. Ketentuan-ketentuan telah ditambahkan pada Charter berkenaan dengan dukungan atas hak-hak dan ketentuan-ketentuan mengenai persetujuan-persetujuan dan badan-badan regional.5. Ketentuan-ketentuan perwalian.6. Dewan Ekonomi dan Sosial telah menjadi sebuah organ utama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan bertanggung jawab besar di dalam lingkungan khusus.Perserikatan Bangsa-Bangsa lahir pada tanggal 24 Oktober 1945 (Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa), pada saat Charter memperoleh ratifikasi yang diperlukan untuk berlakunya yang datang dari Cina, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat, serta dari mayoritas penandatanganan lain.

Perbedaan-perbedaan Antara Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Liga Bangsa-Bangsa1. Kewajiban-kewajiban negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dinyatakan dalam istilah-istilah yang umum, misalnya, untuk menyelesaikan sengketa secara damai, untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka, menurut Charter dengan itikad baik dan lain-lain. Kewajiban-kewajiban negara anggota Liga di lain pihak dinyatakan dan ditentukan dalam Covenant Liga secara spesifik, misalnya, prosedur rinci berkenaan dengan penyelesaian sengketa yang harus mereka patuhi tanpa memakai jalan perang (Pasal 12, 13, dan 15).2. Pada Perserikatan Bangsa-Bangsa, selain Sekretariat, terdapat lima organ utama, Majelis Umum, Dewan Keamanan dan Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian, serta International Court of Justice dan masing-masing lingkungan organ itu ditentukan secara saksama demi untuk mencegah tumpang-tindih. Pada Liga, selain Sekretariat juga terdapat dua organ utama, yaitu Majelis dan Dewan, masing-masing dapat menangani segala hal dalam lingkungan kerja Liga Bangsa-Bangsa atau yang mempengaruhi perdamaian dunia (Pasal 3 ayat 4 Covenant).3. Penekanan yang lebih besar dalam Charter dibanding Covenant Liga kepada masalah-masalah ekonomi, sosial, kebudayaan dan humaniter.4. Terdapat beberapa perbedaan substansial antara ketentuan-ketentuan sanksi dalam Pasal 16 Covenant Liga dan ketentuan-ketentuan tentang tindakan preventif dan pemaksaan dalam Bab VII Charter.5. Menurut Charter, keputusan-keputusan diambil lewat suara terbanyak, meskipun dalam Dewan Keamanan keputusan-keputusan itu, kecuali tentang masalah-masalah prosedural, harus memperopleh persetujuan dari lima Negara Besar, yang merupakan anggota tetap.

Tujuan-tujuan dan Prinsip-prinsipTujuan-tujuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dinyatakan dalam Pasal 1 Charter, menurut mana Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebuah organisasi dengan tujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan, dengan fungsi tambahan mengembangkan hubungan-hubungan bersahabat di antara bangsa-bangsa, mengupayakan kerja sama dalam masalah ekonomi, sosial, kebudayaan dan kemanusiaan, meningkatkan rasa hormat terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan asasi manusia dan menyediakan sarana-sarana untuk harmonisasi tindakan internasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.Pasal 2 Charter juga menyatakan beberapa Prinsip tertentu. Dua di antara Prinsip-prinsip ini ditetapkan untuk penataan organik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri, yaitu bahwa dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa haruslah persamaan kedaulatan dari semua negara anggotanya dan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak boleh campur tangan (kecuali apabila diperlukan tindakan pemaksaan) dalam masalah-masalah yang pada dasarnya berada dalam yurisdiksi domestik suatu negara (aya7 Pasal 2 Charter). Keempat Prinsip lainnya ditetapkan untuk tujuan penataan oleh negara-negara anggota, yaitu bahwa negara-negara anggota harus memenuhi kewajiban-kewajibannya menurut Charter, menyelesaikan sengketa-sengketa melalui cara-cara damai, tidak melakukan ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik suatu negara dan memberikan bantuan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa namun tidak boleh memberikan bantuan demikian kepada suatu negara yang sedang dikenai tindakan preventif atau pemaksaan.

KeanggotaanAnggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa terdiri dari: (a) anggota-anggota asli, dan (b) anggota-anggota yang diterima sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Charter. Anggota-anggota asli adalah negara-negara yang ambil bagian dalam Konferensi San Fransisco 1945 atau yang telah menandatangani Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Hari Tahun Baru 1942, menandatangani dan meratifikasi Charter.Penerimaan anggota tersebut akan dilakukan melalui keputusan Majelis Umum atas rekomendasi dari Dewan Keamanan (sebenarnya hal ini berarti oleh paling sedikit dua pertiga suara Majelis Umum atas rekomendasi dari paling sediki sembilan anggota Dewan Keamanan termasuk kelima anggota tetap).Dalam Opini Nasihat tentang Conditions of Membership of the United Nations (1948),11 International Court of Justice melalui suara mayoritas menyatakan bahwa Pasal 4 menentukan lima syarat, yaitu bahwa setiap pelamar baru: (a) harus sebuah negara; (b) harus cinta-damai; (c) menerima kewajiban-kewajiban dari Charter; (d) sanggup melaksanakan kewajiban-kewajiban ini; dan (e) bersedia melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut.

Organ-organ Perserikatan Bangsa-BangsaPerserikatan Bangsa-Bangsa berbeda dari Liga Bangsa-Bangsa dalam hal karakter desentralisasi-nya. Wewenang Majelis Umum ini yang terutama adalah wewenang yang sifatnya supervisi dan rekomendasi, sehingga kemungkinan beberapa bidang tindakan internasional tertentu berada di luar kompetensi operasional Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di samping organ-organ utama, terdapat organ-organ pembantu (subsidiary organs) Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengenai mana ada suatu tingkat fleksibilitas yang besar (ayat 2 Pasal 7, Pasal-pasal 22 dan 29 Charter)

Majelis Umum[footnoteRef:17] [17: Finley, The structure of the United Nations General Assembly (1977)]

Majelis Umum bersidang secara teratur sekali dalam setahun, tetapi dapat mengadakan sidang khusus apabila diminta oleh Sekretaris Jenderal atau atas desakan Dewan Keamanan atau mayoritas anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Majelis Umum pada dasarnya merupakan sebuah badan pertimbangan, dengan wewenang melakukan pembahasan dan kritik dalam hubungannya dengan pekerjaan-pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa secara keseluruhan (lihat Pasal 10 Charter). Wewenang Majelis Umum dibatasi pada pemberian rekomendasi-rekomendasi dan keputusan-keputusan yang tidak mengikat, meskipun badan ini juga berwenang mengambil keputusan akhir.

Wewenang dan fungsi Majelis Umum adalah sebagai berikut:a. Wewenang pembahasan dan pemberian rekomendasi dalam hubungan-hubungannya dengan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.b. Mengarahakan dan mengawasi kerja sama ekonomi dan sosial.c. Pengawasan atas sistem perwalian internasional.d. Pembahasan atas informasi mengenai wilayah-wilayah yang tidak berpemerintahan itu sendiri.e. Wewenang menyangkut anggaran dan finansial dengan mana badan-badan ini memiliki kontrol eksklusif terhadap pembiayaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.f. Wewenang menerima, menangguhkan dan memecat negara-negara anggota.g. Wewenang dalam hubungannya dengan penerimaan amandemen-amandemen terhadap Charter (lihat Pasal 108-109).h. Pemilihan anggota-anggota organ-organ lain.i. Menerima dan membahas laporan-laporan tentang tugas-tugas Perserikatan Bangsa-Bangsa.j. Pengesahan konvensi-konvensi internasional.Walaupun tanggung jawab utama untuk pemeliharaan perdamaian dan keamanan terletak pada Dewan Keamanan, Majelis Umum dalam kaitan ini diberikan beberapa wewenang fakultatif atau permisif untuk pertimbangan dan rekomendasi.Komite Interim merupakan salah satu contoh dari desentralisasi yang dilakukan Majelis Umum secara intern, guna menanggulangi tugas-tugasnya, pada tahun 2947-2948 melaporkan tentang dua masalah penting yang telah diselidikinya kepada Majelis Umum:1. Penerimaan praktek-praktek dan prosedur-prosedur yang ditujukan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan karena veta dalam Dewan Keamanan.2. Metode-metode untuk meningkatkan kerja sama internasional dalam bidang politik.Di samping itu, Majelis Umum diberi wewenang yang bersifat mandat, yang berbeda dari wewenang fakultatif atau permisif yang dikemukakan di atas, untuk memprakarsai pengkajian-pengkajian dan membuat rekomendasi-rekomendasi pengembangan progresif hukum internasional dan kodifikasinya (lihat Pasal 13 ayat 1,a).Salah satu dari fungsi paling penting Majelis Umum adalah untuk memilih anggota-anggota organ lain (lihat viii), dengan demikian Majelis Umum memilih sepuluh anggota tidak tetap Dewa Keamanan (Pasal 23) dan melalui sistem pemungutan suara paralel dalam hubungannya dengan International Court of Juctice, Majelis Umum juga mengangkat Sekretaris Jenderal.

Dewan KeamananDewan Keamanan merupakan badan yang berfungsi secara terus menerus, yang terdiri dari lima belas anggota; lima anggota tetap dan disebut dalam Charter yaitu Cina, Perancis, Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat.16 Sepuluh anggota tidak-tetap yang dipilih oleh Majelis Umum untuk masa tiga tahun dan dalam pemilihan mereka tersebut pertama-tama secara khusus mempertimbangkan kontribusi-kontribusi negara-negara anggota itu terhadap pemeliharaan perdamaian dan keamanan, pada tujuan-tujuan Perserikatan bangsa-Bangsa lainnya dan pada pembagian geografis yang asli (Pasal 23).

Prosedur Pemungutan Suara dalam Dewan Keamanan Prosedur pemungutan suara dalam Dewan Keamanan memerlukan pembahasan khusus. Setiap anggota Dewan memiliki hak satu suara. Keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah prosedural harus dibuat dengan suara persetujuan sembilan anggota (sebelumnya diisyaratkan persetujuan suara dari tujuh anggota). Keputusan-keputusan mengenai semua masalah lain (yaitu, masalah-masalah yang bukan prosedural) harus dibuat berdasarkan suara persetujuan sembilan anggota, termasuk kelima anggota tetap, dengan ketentuan bahwa keputusan-keputusan menurut Bab VI (penyelesaian sengketa secara damai) dan menurut ayat 3 Pasal 52 (penyelesaian damai berdasarkan persetujuan-persetujuan regional) pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa tidak boleh memberikan suara dalam pemungutan suara. Dalam hal ini apa yang dinamakan veto berlaku, karena apabila anggota tetap tidak setuju untuk mendukung suatu keputusan tertentu, maka keputusan itu dapat dihalangi atau diveto dan secara hukum gagal diwujudkan.Hal-hal berikut ini tunduk kepada hak melaksanakan veto: (a) keputusan aktual tentang apakah suatu persoalan yang sedang dilakukan pemungutan suara merupakan salah satu persoalan prosedur ataukah persoalan substansi; (b) setiap tindakan eksekutif; (c) suatu keputusan untuk melakukan penyelidikan luas atas suatu sengketa.

Wewenang dan Fungsi-fungsi Dewan Keamanan[footnoteRef:18] [18: S.D. Bailey, The Procedure of the United Nations Security Council (1975)]

a. Penyelesaian damai atas sengketa-sengketa internasional.b. Tindakan preventif atau pemaksaan untuk memelihara perdamaian dan keamanan.c. Badan-badan regional dan perjanjian-perjanjian regional.d. Kontrol dan supervisi atas wilayah-wilayah perwalian yang digolongkan sebagai kawasan-kawasan strategis (lihat Bab 5, Jilid I).e. Penerimaan, penskoran dan pemecatan anggota-anggota.f. Amandemen-amandemen terhadap Charter (lihat Pasal 108-109).g. Bersama-sama dengan Majelis Umum melakukan pemilihan kelima belas hakim International Court of Justice.Berkenaan dengan penyelesaian damai atas sengketa-sengketa. Wewenang Dewan Keamanan sebagaimana diatur dalam Bab VI Charter adalah sebagai berikut:1. Dewan Keamanan apabila dianggap perlu, akan memanggil para pihak yang terlibat dalam suatu sengketa, yang jika berkelanjutan kemungkinan membahayakan perdamaian dan keamanan, untuk menyelesaikan sengketa-sengketa itu melalui perundingan, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrasi, penyelesaian yudisial, tindakan oleh badan-badan regional atau berdasarkan persetujuan-persetujuan regional, atau cara-cara damai lainnya (Pasal 33).2. Dewan Keamanan menyelidiki bukan saja setiap macam sengketa, namun juga keadaan-keadaan[footnoteRef:19] yang sedemikian rupa sehingga keadaan-keadaan tersebut dapat menimnulkan perselisihan internasional atau menimbulkan suatu sengketa, untuk menentukan apakah sengketa atau keadaan-keadaan itu kemungkinan membahayakan perdamaian dan keamanan (Pasal 34). [19: Hasluck, Workshop of Security (1948) halaman 43-44.]

3. Selama berlangsung suatu sengketa atau keadaan, yang apabila berkelanjutan kemungkinan akan membahayakan perdamaian dan Keamanan, Dewan Keamanan dapat merekomendasikan prosedur-prosedur atau metode-metode yang layak untuk penyelesaian.4. Apabila semua pihak yang terlibat dalam suatu sengketa memintanya, Dewan Keamanan dapat merekomendasikan syarat-syarat untuk penyelesaian sengketa (Pasal 38).Ada dua macam tindakan pemaksaan yang dapat diputuskan oleh Dewan Keamanan: (1) Tindakan-tindakan yang tidak melibatkan penggunaan angkatan bersenjata. (2) Tindakan melalui kekuatan-kekuatan udara, laut, dan darat apabila tindakan menurut (1) tidak memadai.Wewenang yang luas dari Dewan Keamanan ini harus dipertimbangkan bersama-sama dengan ketentuan-ketentuan lain dalam Bab VII dari Charter. Pasal 43 mengatur perjanjian-perjanjian natara Dewan Keamanan dan negara-negara anggota mengenai angkatan bersenjata dan bantuan-bantuan lain yang dapat mereka sediakan untuk tindakan pemaksaan.International Court of Justice memutuskan bahwa wewenang utama dan tanggung jawab utama Dewan Keamanan untuk memelihara perdamaian memberikan hak kepada Dewan untuk membuat penetapan yang mengikat. Adanya suatu pembatasan-pembatasan hukum atau pembatasan praktek terhadap wewenang luas Dewan Keamanan dalam Charter, yaitu yang tertera dalam Pasal 1 dan 2 Charter yang mengenai Tujuan-tujuan dan Prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa.Pemeliharaan Perdamaian Perserikatan Bangsa-BangsaPemeliharaan perdamaian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada dasarnya konsensual dan dalam teorinya hanya bersifat defensif dan protektif.

Dewan Ekonomi dan Sosial[footnoteRef:20] [20: Bowett, op.cit., hal 58-72]

Organ ini, yang berjalan di bawah wewenang Majelis Umum, berkaitan dengan upaya mendorong kemajuan ekonomi dan sosial serta standar-standar kesejahteraan umat manusia yang lebih baik juga penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan asasi manusia.Tugas Dewan Ekonomi dan Sosial dibagi-bagi melalui komisi-komisi khusus yang empat di antaranya merupakan komisi ekonomi regional yang menangani persoalan-persoalan khusus di bidang-bidang khusus Eropa, Asia, dan Timur Jauh, Afrika, dan Amerika Latin; komisi-komisi lainnya, yang disebut Komisi-komisi Fungsional, mengurus pokok permasalahan khusus seperti hak-hak manusia, Transportasi dan Komunikasi, Obat-obatan Narkotika, Kependudukan dan Status Wanita.

9. ORGANISASI BURUH INTERNASIONAL DAN BADAN-BADAN KHUSUS LAINNYA SERTA BADAN-BADAN YANG BERKAITANOrganisasi Buruh Internasional awalnya dibentuk berdasarkan Pasal XIII Traktat Versailles 1919.[footnoteRef:21] Dari sejak mula, tujuan utama dari organisasi tersebut adalah untuk mendorong kerja sama internasional di bidang industri dan perburuhan sehingga persaingan ekonomi antara negara-negara atau syarat-syarat persaingan itu tidak boleh menghalangi realisasi standar di seluruh dunia. Usaha organisasi pada pokoknya ditujuan untuk menyesuaikan perundang-undangan dan praktek setiap negara dengan konsepsi-konsepsi modern yang lebih jelas mengenai perlakuan terhadap buruh dan dengan perubahan-perubahan kondisi ekonomi dan sosial masing-masing negara yang bersangkutan. [21: Henkin, Pugh, Schachter and Smit, International Law: Cases and Materials (2nd edn, 1987) 1402]

Ketiga organ utama Organisasi tersebut adalah: (1) Konferensi Buruh Internasional (International Labour Conference); (2) Badan Pelaksana (Governing Body); (3) Kantor Buruh Internasional (International Labour Office).Konferensi Buruh Internasional merupakan badan pembuat keputusan dan badan legislatif, yang dalam kenyataannya merupakan suatu Parlemen Industri Dunia.Ciri penting lainnya dari perangkat kerja Organisasi adalah ketentuan-ketentuan dalam Pasal 24-25 Konstitusi yang memberikan hak kepada asosiasi-asosiasi pengusaha perindustrian dan serikat-serikat buruh untuk mengajukan kemajuan kepada Badan Pelaksana bahwa suatu negara anggota telah lalai mematuhi secara efektif suatu konvensi yang mengikatnya; beberapa pengaduan demikian telah diajukan.Organ ketiga dari ILO, yaitu Kantor Perburuhan Internasional merupakan staf administrasi atau dinas sipil Organisasi tersebut.

Badan-badan Khusus dan Badan-badan yang BerkaitanDi samping Organisasi Buruh Internasional, terdapat berbagai macam badan khusus (spesialised agencies) dan badan yang berkaitan (related agencies), yaitu FAO, UNESCO, ICAO, International Finance Corporation, UPU, IAEA, ITU, WHO, WMO, WIPO, UNIDO, IFAD, WTA.Mengenai badan-badan tersebut, sebagai kesimpulan dapat dikatakan bahwa mereka sejauh ini telah memenuhi dua tujuan, yang tersirat dalam pembentukannya:1. Yaitu, badan-badan ini bukan saja harus menunjang dan memberi vitalitas kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, melainkan juga harus mengambil kekuatan dari penggabungannya dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa.2. Keterlibatan otoritas-otoritas nasional dari berbagai negara dalam asosiasi yang lebih langsung dan berkesinambungan dengan tugas pekerjaan lembaga-lembaga internasional.

TUGAS ORGANISASI INTERNASIONALDosen Pengasuh : Tjondro Tirtamulia, S.H.,C.N., M.H

Nama : Astrid Felicia ChandraNrp : 2120005Kelas Pararel : A

Fakultas Hukum Universitas SurabayaSemester Genap Tahun Ajaran 2014 201532