tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

59
TUGAS MANAJEMEN MUTU DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN KECEMASAN SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN OLEH : NURHADI ( 131141030 ) SYIDDATUL BUDURY ( 131141035 ) DEWA KADEK ADI SURYA A ( 131141044 ) M. ABDUL ROUF ( 131141047 ) KHAMIDA ( 131141051 )

Upload: atik

Post on 11-Jul-2016

250 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

TUGAS MANAJEMEN MUTU DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN

KECEMASAN SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR

MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

OLEH :

NURHADI ( 131141030 )

SYIDDATUL BUDURY ( 131141035 )

DEWA KADEK ADI SURYA A ( 131141044 )

M. ABDUL ROUF ( 131141047 )

KHAMIDA ( 131141051 )

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2011/2012

Page 2: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbinganNya kami dapat menyelesaikan tugas mata ajar Manajemen mutu dalam

pelayanan keperawatan dengan topik ” Kecemasan sebagai salah satu indikator

mutu pelayanan keperawatan”

Makalah ini merupakan tugas mata ajar manajemen mutu dalam pelayanan

keperawatan Program Magister Keperawatan Universitas Airlangga. Bersama ini

perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Nursalam,M Nurs (Hons). selaku PJMK MA manajemen mutu dalam

pelayanan keperawatan, yang berkenan memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyusunan tugas ini.

2. Rizky Fitriasari, M.Kep,Ns selaku dosen pembimbing manajemen mutu

dalam pelayanan keperawatan, yang berkenan memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyusunan tugas ini.

3. Seluruh rekan Mahasiswa Program Studi S2 Keperawatan Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga Angkatan 4 yang berkenan

memberikan dukungan dalam proses penyusunan tugas ini.

4. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyelesaian Tugas

proposal penelitian ini.

Penulis menyadari, penyusunan makalah ini kurang sempurna. Untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segenap

pembaca. Semoga tugas ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan,

terimakasih.

Page 3: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1.....................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................4

1.2 TUJUAN.......................................................................................................6

BAB 2......................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7

2.1 MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN..................................................7

2.2 INDIKATOR KLINIK KEPERAWATAN..................................................7

2.3 DEFINISI KECEMASAN............................................................................8

2.4 FAKTOR PREDISPOSISI KECEMASAN..................................................9

2.5 FAKTOR PENCETUS KECEMASAN......................................................17

2.6 SUMBER – SUMBER KECEMASAN......................................................18

2.7 TINGKAT KECEMASAN.........................................................................18

2.8 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN.........21

BAB 3....................................................................................................................24

BAB 4....................................................................................................................30

INSTRUMEN KECEMASAN..............................................................................30

4.1 HAMILTON ANXIETY SCALE (HAM-A)..............................................30

4.2 THE CLINICAL ANXIETY SCALE (CAS).............................................32

4.3 ANALISIS KELOMPOK...........................................................................35

KESIMPULAN......................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39

Page 4: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai salah satu layanan penyedia jasa, merupakan suatu

layanan masyarakat yang penting dan dibutuhkan dalam upaya pemenuhan

tuntutan kesehatan. Pada dasarnya masyarakat, rumah sakit wajib memenuhi

standar pelayanan rumah sakit, sedangkan tenaga kesehatan di rumah sakit dalam

melakukan tugasnya berkewajiban mematuhi standar profesi serta memperhatikan

hak pasien. Dengan demikian rumah sakit dituntut untuk bekerja lebih profesional

dan mampu bersaing dengan rumah sakit lain (Depkes, 2004).

Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan

dirumah sakit tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting.

Berdasarkan standar tentang evaluasi dan pengendalian kualitas dijelaskan bahwa

pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang berkualitas

tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas

di rumah sakit. Menurut Sabarguna, S. Boy, H (2005) ciri kualitas atau mutu yang

baik adalah tersedia dan terjangkau, tepat kebutuhan, tepat sumber daya, tepat

standar/etika profesi, wajar dan aman, serta mutu memuaskan bagi pasien yang

dilayani. Nampak jelas bahwa pelayanan keperawatan bermutu merupakan

keinginan dari setiap individu dan masyarakat yang menerima pelayanan

kesehatan, perawat sebagai pemberi pelayanan perlu mengetahui ukuran dari

Page 5: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

5

suatu pelayanan yang dikatakan bermutu (Direktorat Bina Pelayanan

Keperawatan, 2008).

Evaluasi mutu pelayanan keperawatan selama ini dilaksanakan melalui

survey akreditasi rumah sakit. Namun hasil survey tersebut belum dapat

memberikan gambaran pelayanan keperawatan bermutu secara keseluruhan

karena survey hanya berfokus pada evaluasi input dan proses. Maka untuk

meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit

maka perlu disusun pedoman pengukuran indikator klinik mutu pelayanan

keperawatan rumah sakit. Indikator klinik tersebut meliputi keselamatan klien,

(kejadian dekubitus, kejadian kesalahan pemberian obat, kejadian pasien jatuh,

kejadian cidera akibat restrain, kejadian phelebitis), keterbatasan perawatan diri,

kepuasan pasien, kecemasan, kenyamanan (tingkat kenyamanan pasien,

tatalaksana nyeri), pengetahuan (tingkat pengetahuan dan discharge planning).

Kecemasan merupakan salah satu indikator klinik mutu pelayanan

keperawatan. Kecemasan pasien yang menjalani rawat inap di rumah sakit dapat

disebabkan karena proses adaptasi yang kurang mendapat dukungan emosional

dari orang terdekat pasien dalam hal ini adalah keluarga, biaya perawatan yang

harus dibayar, pekerjaan yang ditinggalkan, tindakan medis yang akan diperoleh,

dan cemas akan penyakitnya yang tambah parah atau bahkan tidak bisa

disembuhkan.

Terjadinya kecemasan menyebabkan menurunnya imunitas penderita.

Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan stressor yang

dapat menurunkan sistem imun tubuh. Hal ini terjadi melalui serangkaian aksi

Page 6: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

6

yang diperantarai oleh HPA Axis (hipotalamus, Pituitari, dan Adrenal). Stress

akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan produksi CRF (Corticotropin

Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitari

anterior untuk meningkatkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormone).

Hormon ini akan merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi

kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya menekan sistem imun tubuh (Ader,

1996, dalam Hammad, 2006).

Melihat begitu pentingnya pengaruh kecemasan pasien terhadap

kesembuhan, lama rawat pasien maka kecemasan layak dijadikan salah satu

indikator mutu pelayanna perawatan. Depkes RI tahun 2008 menerbitkan

instrument mengukur angka kejadian kecemasan di pelayanan keperawatan yang

perlu ditelaah apakah sudah aplikatif untuk diterapkan di tempat praktek

perawatan. Sehingga penulis tertarik untuk mengkritisi instrumen dan indikator

tersebut.

1.2 TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Menganalisis dan menyusun kembali instrument kecemasan sebagai salah

satu indikator mutu pelayanan keperawatan

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi konsep teori kecemasan

2. Mengkritisi indikator mutu kecemasan berdasarkan Depkes tahun 2008

3. Menyajikan instrumen untuk mengukur kecemasan

Page 7: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN

Departemen Kesehatan RI mendefinisikan mutu pelayanan RumahSakit

sebagai derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatanyang sesuai dengan standar profesi dan

standar pelayanan denganmenggunakan sumber daya yang tersedia secara wajar,

efisien, efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma

etika,hukum dan sosiobudaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan

pemerintah dan masyarakat.

Mutu pelayanan keperawatan merupakan komponen penting dalam sistem

pelayanan kesehatan yang berorientasi kepada klien. Penilaian terhadap kualitas

praktik keperawatan dimulai sejak era Florence Nightingale (tokoh perawat) yang

mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas pelayanan kesehatan dan

mulai mengukur hasil yang diharapkan pasien (patient out come). Ia

mempergunakan metode statistik untuk mencatat hubungan “patient outcomes”

dengan kondisi lingkungan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan, 2008).

2.2 INDIKATOR KLINIK KEPERAWATAN

Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan

indikator klinik keperawatan. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu

peristiwa atau kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator

Page 8: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

8

status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993). Indikator juga

mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu kecenderungan sistem yang

dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992) dan WHO(1981)

menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik

langsung maupun tidak langsung. Sedangkan indikator klinik adalah ukuran

kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan

pasien dan berdampak terhadap pelayanan.

2.3 DEFINISI KECEMASAN

Kecemasan (Anxiety) adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang

ditandai oleh gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang

masa depan (American Psychiatric Association, 1994, dalam Barlow, 2002). Pada

manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat subyektif,

sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah, resah), atau respon fisiologis

yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut jantung yang

meningkat dan otot yang menekan.

Wiramihardja (2007), mendefinisikan kecemasan adalah suatu perasaan

yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan

kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.

Menurut Asmadi (2008), kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang

yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang

digunakan dalam mengatasi permasalahan.

Kecemasan adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. Keadaan suasana hati

yang ditandai oleh afek negatif dan gejala ketegangan jasmaniah dimana

Page 9: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

9

seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan

dimasa yang akan datang dengan perasaaan kawatir. Kecemasan mungkin

melibatkan perasaan, perilaku, dan respon fisiologis (Eysenck, 1967, dalam

Durand dan Barlow, 2006)

Kecemasan adalah tanggapan dari sebuah ancaman, nyata ataupun khayal.

Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.

Misalnya, seseorang yang menghadapi masalah penting dan belum mendapat

penyelesaian yang pasti. Kecemasan juga bisa berkembang menjadi suatu

gangguan jika menimbulkan ketakutan yang hebat dan menetap pada individu

tersebut (Lubis, 2009).

2.4 FAKTOR PREDISPOSISI KECEMASAN

Berbagai teori dikembangkan untuk menjelaskan tentang faktor

predisposisi kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen (2007) faktor predisposisi

timbulnya kecemasan adalah:

1) Teori Psikoanalitik

Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan merupakan emosional yang

terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super ego. Sedangkan id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang. Super ego mencerminkan hati

nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma. Norma budaya ego seseorang atau

aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan. Sedangkan

fungsi dari kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. Freud

memandang bahwa kecemasan timbul secara otomatis apabila kita menerima

Page 10: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

10

stimulus yang berlebihan sampai melampaui kemampuan kita untuk

menanganinya, dan dapat berasal dari luar ataupun dari dalam.

2) Teori Interpersonal

Menurut Sullivan kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan

untuk berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan. Jadi di sini kecemasan

timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan

interpersonal, juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri

rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.

3) Teori Perilaku

Aliran behavior memandang bahwa kecemasan dihasilkan oleh frustasi

yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Kecemasan merupakan produk frustasi, yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Kecemasan dipandang sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan

keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Seseorang yang terbiasa

dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan

pada kehidupan selanjutnya. Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

4) Teori Keluarga

Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dan merupakan hal yang

umum serta sifatnya heterogen. Menunjukkan bahwa gangguan cemas merupakan

Page 11: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

11

hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam

gangguan cemas dan depresi.

5) Teori Biologi

Dalam otak kita terdapat reseptor spesifik terhadap benzodiazepines yang

dapat mengatur timbulnya kecemasan disertai dengan gangguan fisik. Reseptor

ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam amino bulirik.

Gamma Aminobutyric Acid (GABA) juga memegang peranan utama dalam

mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan. Selain itu telah dibuktikan

bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi

terhadap seseorang. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan

selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk menurunkan stressor. Selain

itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata

sebagai predisposisi terhadap cemas.

6) Kecemasan sebagai Intervening Variable.

Dalam hal ini kecemasan diartikan sebagai suatu keadaan yang

mempengaruhi rangkaian stimulus dan respon, kecemasan ini merupakan keadaan

yang ditimbulkan oleh kondisi khusus yang kemudian membawa konsekuensi

atau pengaruh yang khusus pula. Dengan demikian apabila individu mengalami

suatu kecemasan, maka individu tersebut akan berusaha untuk menyusun suatu

bentuk penyesuaian diri atau tingkah laku yang dipergunakan untuk

menghilangkan kecemasan tersebut.

Page 12: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

12

Menurut Durand dan Barlow (2006), penyebab kecemasan adalah:

(1) Kontribusi Biologis

Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa kita mewarisi kecenderungan

untuk tegang dan gelisah (Durand dan Barlow 2006). Seperti sebagian besar

gangguan psikologis lainnya, dan tidak seperti warna rambut atau mata, tidak ada

sebuah gen tunggal pun yang tampaknya menjadi penyebab kecemasan.

Sebaliknya, kontribusi kecil dari banyak gen di wilayah kromosom yang berbeda

secara kolektif membuat kita rentan mengalami kecemasan (Kendler, 1995, dalam

Durand dan Barlow 2006), jika ada faktor psikologis dan sosial tertentu yang

mendukungnya.

Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan sistem

neurotransmiter tertentu. Sebagai contoh, tingkat GABA yang sangat rentan

dengan kecemasan yang meningkat, meskipun hubungannya sendiri tampaknya

tidak selangsung itu. Beberapa tahun terahir ini semakain banyak perhatian yang

difokuskan pada peran sistem corticotropin releasing factor (CRF) (faktor pelepas

kortikotropin) yang sangat penting untuk ekspresi kecemasan (dan depresi)

(Sullivan , 2002, dalam Durand dan Barlow 2006). Ini disebabkan karena CRF

mengaktifkan HPA Axis, yang merupakan bagian sistem CRF, dan sistem CRF

ini memiliki efek yang luas pada wilayah otak yang terimplikasi dalam

kecemasan, termasuk otak emosional (sistem limbik), terutama hipokampus dan

amigdala, lokus sereleus dalam batang otak, korteks prefrontal, dan sistem

neurotransmiter dopaminergik. Sistem CRF juga berhubungan langsung dengan

Page 13: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

13

sistem GABA benzodiazepin dan serotonergik serta sistem neurotransmiter

noradrenergik.

Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan adalah

sistem limbik (Charney dan Drevets, 2002, dalam Durand dan Barlow, 2006),

yang bertindak sebagai mediator antara batang otak dan korteks. Batang otak,

yang lebih primitif, memonitor dan merasakan perubahan dalam fungsi – fungsi

jasmaniah kemudian menyalurkan sinyal bahasa potensial ini ke proses kortikal

yang lebih tinggi melalui sistem limbik. Jeffrey Gray, seorang pakar

neuropsikologis Inggris terkemuka, mengidentifikasi sebuah sirkuit dalam sistem

limbik binatang yang tampaknya sangat terlibat dalam kecemasan (McNoughton

dan Gray, 2000, dalam Durand dan Barlow, 2006) dan mungkin juga relevan pada

manusia. Sirkuit ini bermula dari wilayah septal dan hipokampal dalam sistem

limbik ke korteks frontal (sistem septal hipokampal ini diaktifkan oleh lintasan

yang dimediasi CRF, seretonergik, dan noradrenergik yang berasal dari batang

otak). Sistem yang oleh Gray disebut behavioral inhibition system (BIS) ini

diaktiflkan oleh sinyal yang berasal dari batang otak, dari adanya kejadian yang

tak terduga, seperti terjadinya perubahan besar pada fungsi tubuh yang mungkin

merupakan sinyal adanya bahaya. Sinyal bahaya sebagai respon terhadap sesuatu

yang kita lihat dan mungkin bersifat mengancam itu turun dari korteks ke sistem

septal hipokampal. BIS juga menerima dorongan yang besar dari amigdala

(Davis, 1992 dan LeDoux, 1996, dalam Durand dan Barlow, 2006). Bila BIS

diaktifkan oleh sinyal yang muncul dari batang otak atau turun dari korteks,

kecenderungan kita adalah terdiam ketakutan, mengalami kecemasan, dan

Page 14: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

14

mengevaluasi situasinya secara aprehensif untuk memastikan bahwa bahaya itu

memang ada.

Tampaknya ada kemungkinan bahwa faktor di lingkungan kita dapat

mengubah sensitivitas sirkuit otak ini, yang membuat Anda menjadi lebih atau

kurang rentan untuk mengembangkan gangguan kecemasan.

(2) Kontribusi psikologis

Freud menganggap kecemasan sebagai reaksi psikis terhadap bahaya

diseputar reaktivasi situasi menakutkan masa anak – anak. Para pakar teori

perilaku melihat kecemasan sebagai produk pengkondisian klasik awal, modeling

atau peniruan, dan bentuk belajar lainya (Bandura, 1986, dalam Durand dan

Barlow, 2006). Semakin banyak bukti yang mendukung model integrasi tentang

kecemasan yang melibatkan beraneka macam faktor. Di masa anak – anak

mungkin kita memperoleh kesadaran bahwa tidak semua kejadian dapat kita

kontrol (Chorpita dan Barlow, 1998, dalam Durand dan Barlow, 2006). Kontinum

untuk persepsi ini bisa bervariasi dari keyakinan penuh atas kemampuan untuk

mengntrol semua aspek kehidupan kita sampai ketidakpastian yang mendalam

tentang diri kita sendiri dan kemampuan kita untuk mengatasi berbagai kejadian

yang akan datang. Persepsi bahwa berbagai kejadian mungkin tidak dapat kita

kontrol ini paling tampak nyata dalam bentuk keyakinan yang dipenuhi bahaya.

Bila Anda mencemaskan prestasi anak di sekolah, Anda mungkin berfikir bahwa

Anda tidak akan berhasil dalam ujian yang akan datang. Anda juga akan berfikir

bahwa tidak ada cara untuk bisa lulus dalam mata kuliah dimaksud, meskipun

semua nilai Anda selama ini selalu A atau B, tidak pernah kurang dari itu.

Page 15: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

15

“parasaan tidak mampu mengontrol” yang bersifat umum dapat berkembang sejak

usia belia sebagai fungsi dari pola asuh dan faktor lingkungan lainnya.

Manariknya, tindakan orang tua pada masa anak – anak awal tampaknya

banyak berhubungan dengan diperolehnya sense of control atau perasaan mampu

mengontrol (Chorpita dan Barlow, 1998, dalam Durand dan Barlow, 2006).

Secara umum tampaknya orang tua yang berinteraksi dengan anak – anaknya

secara sangat positif dan dapat diprediksi memiliki fungsi penting. Ini dilakuakan

dengan merespon kebutuhan mereka, terutama ketika anaknya mengomunikasikan

kebutuhannya, terutana kebutuhan akan perhatian, makanan, mengatasi rasa sakit,

dan seterusnya. Pada orang tua ini mengajarkan pada anaknya bahwa mereka

memiliki kontrol terhadap lingkungannya dan respon mereka memiliki efek pada

orang tua dan lingkungan mereka. Selain itu, orang tua yang membiarkan anaknya

mengekplorasi dunianya dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan

untuk mengatasi berbagai kejadian yang tidak diharapkan membuat anaknya

mampu mengembangkan sense of control yang sehat. Agaknya, yang penting

adalah bagaimana memberikan “rumah yang aman” bagi anak Anda, di mana

Anda selalu ada ketika anak – anak membutuhkan Anda selama mereka

mengeksplorasi dunianya (Chorpita dan Barlow, 1998, dalam Durand dan Barlow,

2006). Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi, terlalu intrusif, dan selalu

“memuluskan jalan” yang harus dilaui anaknya, dan tidak pernah memberikan

kesempatan kepada mereka untuk mengalami keanekaragaman, berarti juga

menciptakan situasi di mana anaknya tidak pernah belajar tentang cara mengatasi

kesulitan yang dihadapinya. Dengan demikian anak – anak itu juga tidak tahu

bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengontrol lingkungannya. Perasaan

Page 16: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

16

mampu mengontrol yang berkembang dari pengalaman awal ini merupakan faktor

psikologis yang membuat kita sangat rentan terhadap kecemasan di kehidupan

kita selanjutnya.

(3) Kontribusi Sosial

Peristiwa yang menimbulkan stress memicu kerentanan kita terhadap

kecemasan. Sebagian besar bersifat pribadi, perkawinan, perceraian, masalah

ditempat kerja, kematian orang yang dicintai, dan sebagainya. Sebagian lainnya

mungkin bersifat fisik, seperti cedera atau penyakit. Tekanan sosial, seperti

misalnya tekanan untuk menjadi juara di sekolah, dapat juga menimbulkan stress

yang cukup kuat untuk memicu kecemasan.

Stressor yang sama dapat memicu reaksi fisik seperti sakit kepala atau

hipertensi serta reaksi emosional seperti misalnya serangan panik (Barlow, 2002,

dalam Durand dan Barlow, 2006). Cara khas yang kita gunakan untuk

memberikan reaksi terhadap stress tampaknya juga dapat ditemukan dalam

keluarga kita. Kalau Anda memberikan reaksi berupa sakit kepala, misalnya,

maka anggota keluarga Anda mungkin juga memiliki reaksi yang sama. Temuan

ini juga menunjukkan adanya kemungkinan kontribusi genetik, setidaknya untuk

serangan panik yang pertama.

(4) Model Integratif

Dengan mempersatukan faktor secara terintegrasi, Durand dan Barrlow

(2006) mendeskripsikan sebuah teori perkembangan kecemasan dan gangguan

yang terkait dengannya yang disebut triple vulnerability theory (Barlow, 2002,

dalam Durand dan Barlow, 2006). Kerentanan yang pertama adalah generalized

Page 17: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

17

biological vulnerability. Dapat dilihat bahwa kecenderungan untuk gelisah atau

tegang itu tampaknya ditentukan atau diwariskan. Tetapi, kerentanan biologis

menyeluruh untuk mengalami kecemasan bukanlah kecemasan itu sendiri.

Kerentanan yang kedua adalah generalized psychological vulnerability. Artinya,

berdasarkan pengalaman awal Anda, Anda mungkin tumbuh dewasa dengan

disertai keyakinan bahwa dunia ini berbahaya dan diluar kontrol Anda, dan bahwa

Anda tidak akan mampu mengatasi bila ada hal buruk yang menimpa Anda. Bila

persepsi ini kuat, berarti Anda memiliki kerentanan psikologis menyeluruh untuk

mengalami kecemasan. Kerentanan yang ketiga adalah specific biological

vulnerability, dimana Anda belajar dari pengalaman awal misalnya dari apa yang

diajarkan oleh orang tua Anda, bahwa situasi atau objek tertentu berbahaya

(meskipun sebenarnya tidak). Bila Anda sedang mendapat banyak tekanan

terutama tekanan yang bersifat interpersonal, maka stressor tertentu dapat

mengaktifkan kecenderungan biologis Anda untuk mengalami kecemasan dan

kecenderungan psikologis Anda untuk merasa bahwa Anda mungkin tidak akan

mampu mengatasi situasi dan mengontrol stress Anda. Begitu siklus ini berjalan,

maka ia cenderung mengisi dirinya sendiri sehingga mungkin tidak akan pernah

berhenti meskipun stressornya sendiri sudah lama berlalu. Kecemasan dapat

bersifat sangat umum, ditimbulkan oleh banyak aspek dalam kehidupan Anda.

Tetapi, ia biasanya difokuskan pada salah satu bidang saja, misalnya prestasi

akademis (Barlow, 2002, dalam Durand dan Barlow, 2006).

2.5 FAKTOR PENCETUS KECEMASAN

Menurut Asmadi (2008), faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang

merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar

Page 18: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

18

dirinya (faktor eksternal). Namun demikian faktor pencetus kecemasan dapat

dikelompokkan ke dalam dua ketegori, yaitu:

Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau

gangguan dalam melakukan aktivitas harian guna pemenuhan terhadap

kebutuhan dasarnya.

Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam

terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status atau peran diri, dan

hubungan interpersonal.

2.6 SUMBER – SUMBER KECEMASAN

Menurut Priest (1994), dalam Lubis (2009), sumber umum dari kecemasan

yaitu:; Pergaulan; Kesehatan; Anak – anak; Kehamilan; Menuju usia tua;

Kegoncangan rumah tangga; Pekerjaan; Kenaikan pangkat; Kesulitan keuangan;

Problem; dan Ujian

2.7 TINGKAT KECEMASAN

Kemampuan individu untuk merespon terhadap suatu ancaman berbeda

satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi terhadap perbedaan

tingkat kecemasan yang dialaminya. Respon individu terhadap kecemasan

beragam dari ringan sampai panik.

Rentang Respon Ansietas atau cemas

Respon Adaptif Respon Maldaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Page 19: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

19

Gambar 2. 1 Rentang Respons Ansietas

Sumber: Stuart dan Sundeen (1998), dalam Asmadi (2008)

Asmadi (2008), menyatakan bahwa tiap tingkat ansietas mempunyai karakteristik

atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi ansietas yang terjadi

bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan,

harga diri, dan mekanisme koping yang digunakannya.

Berikut adalah tingkat kecemasan dan karakteristiknya menurut Asmadi (2008):

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan

seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan

dapat memotivasi belajar dan pertumbuhan serta meningkatkan kreativitas.

Respon fisiologis: nafas pendek atau sesak, gemetar, tidak dapat istirahat dengan

tenang, suara tidak stabil, kerut kening, bibir bergetar, nadi dan tekanan darah

meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung.

Respon kognitif: Mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada

masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan

tindakan.

Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan ,

dan suara kadang meninggi.

Page 20: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

20

2) Kecemasan sedang

Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah

meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, sering

berkemih, dan letih.

Respon kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari

luar tidak mampu diterima.

Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak

dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

3) Kecemasan berat

Individual cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang

lain.

Respon fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan

sakit kepala, penglihatan berkabut, serta tampak tegang.

Respon kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak

pengarahan atau tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.

Respon perilaku dan emosi: perasaan mengancam meningkat dan komunikasi

menjadi terganggu (Verbalisasi cepat).

4) Panic (panik )

Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,

hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

Page 21: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

21

Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi terhadap

lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi.

Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak –

teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktivitas motorik tak tentu), perasaan

terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan atau

orang lain.

2.8 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN

Menurut Long (1996) kecemasan yang terjadi akan direspon secara spesifik dan

berbeda oleh setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu:

1) Perkembangan Kepribadian (Personality Development)

Perkembangan kepribadian seseorang dimulai sejak usia bayi hingga 18 tahun dan

tergantung dari pendidikan orang tua (psiko-eduktif) di rumah, pendidikan di

sekolah dan pengaruh sosialnya serta pengalaman-pengalaman dalam

kehidupannya. Seseorang menjadi pencemas terutama akibat proses kata lain

"Parental example" daripada "Parental genes”.

2) Maturasional

Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat kecemasan. Pada bayi

tingkat kecemasan lebih disebabkan oleh perpisahan, lingkungan atau orang yang

tidak kenal dan perubahan hubungan dalam kelompok sebaya. Kecemasan pada

kelompok remaja lebih banyak disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada

dewasa berhubungan dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada lansia

kecemasan berhubungan dengan kehilangan fungsi.

Page 22: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

22

3) Tingkat Pengetahuan

Individu yang tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan mempunyai koping yang

lebih adaptif terhadap kecemasan daripada individu yang tingkat pengetahuannya

lebih rendah.

4) Karakteristik Stimulus

Karakteristik yang terdiri dari:

(1) Intensitas Strossor

Intensitas stimulus yang semakin besar maka semakin besar pula kemungkinan

respon yang nyata akan terjadi. Stimuluis hebat akan menimbulkan lebih banyak

respon yang nyata daripada stimulus yang timbul secara perlahan. Stimulus yang

timbulnya perlahan selalu memberi waktu bagi seseorang untuk mengembangkan

koping.

(2) Lama Stressor

Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi seseorang dan akhirnya, akan

melemahkan sumber koping yang ada.

(3) Jumlah Stressor

Stressor yang ada akan lebih meningkatkan kecemasan pada individu daripada

stimulus yang lebih kecil.

Page 23: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

23

(4) Karakteristik Individu

Karakteristik individu terdiri dari :

a. Makna Stressor Bagi Individu

Makna, stressor bagi individu merupakan suatu faktor utama, yang mempengaruhi

respon stress. Stressor yang dipandang secara negative mempunyai kemungkinan

besar untuk meningkatkan cemas.

b. Sumber yang dapat dimanfaatkan dan respon koping

Seseorang yang telah mempunyai ketrampilan dalam menggunakan koping dapat

memilih tindakan yang akan memudahkan adaptasi stressor dimasa lampau akan

mempunyai ketrampilan koping yang lebih baik dan dapat menangani secara

efektif bila krisis terjadi.

c. Status kesehatan Indidvidu

Jika status kesehatan buruk, energi yang digunakan untuk menangani stimulus

lingkungan kurang, akan dapat mempengaruhi respon terhadap stressor.

Khususnya nutrisi yang kurang akan menjadikan seseorang mempunyai resiko

yang tinggi berespon secara maladaptive.

Page 24: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

24

BAB 3

ANALISIS KESESUAIAN DAN KETIDAKSESUAIAN INSTRUMEN

KECEMASAN SEBAGAI INDIKATOR MUTU PELAYANAN

KEPERAWATAN

Kecemasan menurut Dirjen Bina Yanmed Depkes RI, 2008

Topik indikator Identifikasi kecemasan pasien

Rasional Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien

karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya

hari rawat dan pasien dapat mencederai diri , orang lain dan

lingkungan

Analisa :

Kesesuaian : Kecemasan yang dialami pasien dapat

berpengaruh pada status kesehatan , dalam hal ini kondisi

sakit pasien bisa makin memburuk yang akan berdampak pada

lama perawatan (Length of stay) selain itu cemas pasien yang

tidak segera di atasi pasien dapat menjadi panik dan

mengakibatkan pasien dapat mencederai diri , orang lain dan

lingkungan

Kelemahan :

Page 25: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

25

Pada topik indikator rasional didapatkan kalimat

“ketidaknyamanan” dimana konsep dan penjelasannya masih

abstrak dan perlu pembahasan tersendiri. Sehingga perawat

mampu mengindentifikasi kecemasan secara jelas dari

parameter ketidaknyamanan.

Formula Angka kejadina cemas pada ruang rawat umum :

Jumlah pasien cemas x 100 %

Jumlah pasien yang dirawat

Angka kejadian cemas pada ruang rawat psikiatri :

Jumlah pasien cemas 3x24 jam

Jumlah pasien yang dirawat dalam 3x24 jam

Analisa :

Rumus diatas masih merupakan gambaran secara umum,

karena tidak ada perbedaan tingkat cemas,hal ini akan

menyebabkan angka kejadian cemas menjadi tinggi.

Asumsi kelompok setiap pasien yang menjalani perawatan di

rumah sakit akan mengalami kecemasan walaupun tingkatnya

ringan. Untuk itu perawat dan pengendali mutu sangat

berperan dalam mengendalikan atau mengurangi kecemasan

pasien

Page 26: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

26

Kesesuaian : angka kejadian cemas pada ruang psikiatri

Kelemahan :

Penghitungan angka kejaidan kecemasan pada pasien tidak

membedakan tingkatan cemas yang memiliki tanda dan gejala

serta intervensi berbeda berdasarkan tingkatan tersebut,

sehingga angka yang ditunjukkan kurang valid karena :

- Penanganan pasien cemas sesuai tingkatannya berbeda-

beda

- Angka kejadian cemas sesuai tingkatan dapat digunakan

sebagai indikator keadaan kejiwaan seseorang di suatu

tempat/wilayah

- Untuk di rumah sakit dapat dijadikan masukan pembuatan

SPO penanganan pasien cemas sesuai kebijakan masing-

masing RS.

- Jika angka kejadian cemas berat tinggi maka dapat segera

diambil rencana tindak lanjut untuk penanganannya,

namun kalau angka kejadian cemas dibuat global akan

mempersulit deteksi awalnya.

- Angka kejadian cemas pada pasien juga bisa menjadi

indikator mutu RS dalam memberikan pelayanan pada

pasien karena cemas juga bisa ditimbulkan oleh SDM,

lingkungan dan peraturan yang diterapkan di RS

Page 27: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

27

Definisi

operasional

Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman

seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman.

Angka kejadian pasien cemas adalah presentasi jumlah

prevalensi pasien cemas (dari rata-rata identifikasi aspek :

materi pendidikan, atau penyuluhan kepada pasien yang

diberikan diulang atau review oleh pasien, materi pendidikan

atau penyuluhan direview kembali oleh perawat dan dilakukan

Tanya jawab, infromais yang cukup diberikan untuk

mengurangi cemas) yang dirawat disarana kesehatan selama

periode waktu tertentu setiap bulan .

Analisa :

Kelemahan :

Jika melihat identifikasi dari aspek penilaian kecemasan

pada definisi operasional hanya menitikberatkan bahwa

kecemasan terjadi karena faktor pengetahuan.padahal

kecemasan pasien dapat disebabkan karena berbagai faktor

antara lain:

Adanya Ancaman terhadap integritas diri, meliputi

ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam

melakukan aktivitas harian guna pemenuhan terhadap

Page 28: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

28

kebutuhan dasarnya.

Adanya Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya

sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri,

harga diri, kehilangan status atau peran diri, dan

hubungan interpersonal.

Numerator /

pembilang

Jumlah pasien cemas adalah total / jumlah pasien cemas

berdasarkan hasil identifikasi pasien cemas (dari rata-rata

identifikasi aspek : materi pendidikan / penyuluhan kepada

pasien yang diberikan diulang/ direview kembali oleh perawat

dan dilakukan Tanya jawab , infromasi yang cukup diberikan

untuk mengurangi cemas) yang dirawat di sarana kesehatan

selama waktu tertentu setiap bulan

Analisa

Kesesuaian : jumlah pasien cemas berdasarkan hasl

identifikasi

Kelemahan :

Jumlah numerator tidak membedakan tingkat kecemasan

Denumerator Jumlah pasien yang dirawat adalah total atau jumlah pasien

dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu

setiap bulan

Analisa :

Page 29: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

29

Kesesuaian :

Jumlah pasien yang dirawat adalah total atau jumlah pasien

dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu

Kelemahan : batasan waktu bisa saja setiap minggu untuk

evaluasi mutu pelayanan dan dasar perencanaan intervensi,

untuk waktu bisa dilakukan tiap minggu atau bulan sesuai

kondisi ruang pelayanna perawatan

Page 30: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

30

BAB 4

INSTRUMEN KECEMASAN

4.1 HAMILTON ANXIETY SCALE (HAM-A)

The Hamilton Anxiety Scale (HAM-A) merupakan instrumen penilaian

dikembangkan untuk mengukur tingkat kecemasan, yang terdiri dari 14 item,

masing-masing didefinisikan oleh serangkaian gejala. Setiap item dinilai pada

skala 5-titik, mulai dari 0 (tidak ada gejala/keluhan) sampai 4 (gejala berat sekali)

No Parameter Score

1 ANXIOUS MOOD

Worries Anticipates worst Chest Pain Sensation of feeling faint

2 TENSION

Startles Cries easily Restless Trembling

3 FEARS

Fear of the darkFear of strangersFear of being aloneFear of animal

4 INSOMNIA

Difficulty falling asleep or staying asleep Difficulty with Nightmares

Page 31: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

31

5 INTELLECTUAL

Poor concentration Memory Impairment

6 DEPRESSED MOOD

Decreased interest in activities Anhedoni Insomnia

7 SOMATIC COMPLAINTS: MUSCULAR

Muscle aches or pains Bruxism

8 SOMATIC COMPLAINTS: SENSORY

Tinnitus Blurred vision

9 CARDIOVASCULAR SYMPTOMS

Tachycardia Palpitations Chest Pain Sensation of feeling faint

10 RESPIRATORY SYMPTOMS

Chest pressure Choking sensation Shortness of Breath

11 GASTROINTESTINAL SYMPTOMS

Dysphagia Nausea or Vomiting Constipation Weight loss Abdominal fullness

12 GENITOURINARY SYMPTOMS

Urinary frequency or urgency Dysmenorrhea Impotence

13 AUTONOMIC SYMPTOMS

Dry Mouth Flushing Pallor Sweating

14 BEHAVIOR AT INTERVIEW

Fidgets

Page 32: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

32

Tremor Paces

HAMILTON ANXIETY RATING SCALE (HAM-A)

Nilai utama dari HAM-A adalah untuk menilai respon pasien terhadap

pengobatan, bukan sebagai alat diagnostik atau skrining. Dikembangkan tahun

1959 oleh Dr M. Hamilton, skala telah terbukti berguna tidak hanya dalam

mengikuti pasien individu tetapi juga dalam penelitian yang melibatkan banyak

pasien. Derajat/tingkatan kecemasan menurut HAM-A :

14 – 17 = Kecemasan ringan

18 – 24 = Kecemasan sedang

25 – 30 = Kecemasan berat

4.2 THE CLINICAL ANXIETY SCALE (CAS)

The Clinical Anxiety Scale (CAS) of Snaith et al merupakan instrumen

mengukur tingkat kecemasan pasien. Instrumen ini merupakan hasil

pengembangan dari Skala Hamilton Anxiety. Penulis dari University of Leeds.

Parameters - based on how the patient has felt during the past 2 days:

(1) psychic tension

(2) ability to relax (muscular tension)

(3) startle response (hyperarousability)

(4) worrying

(5) apprehension, with groundless anticipation of disaster

(6) restlessness

Parameter Finding Points

psychic within population norms 0

Page 33: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

33

tensiona slight feeling of being tense without distress

a definite experience of being tense which is sufficient to cause some although not severe distress

marked feelings of being tense that fluctuate during the course of the day

very marked and distressing, with little change throughout the waking hours

1

2

3

4

ability to relax (muscular tension)

no subjective muscular tension, or tension that can be easily controlled at will

slight recurrent muscular tension but which does not cause distress

muscular tension in some part of the body to cause some but not severe distress

severe tension limited to certain muscles and which may fluctuate in severity throughout the day

severe tension throughout much of the body's skeletal muscles most of the waking day, with no ability to relax the muscles at will

0

1

2

3

4

startle response (hyperarousability)

within population norms

slightly "jumpy" but not distressed

unexpected noises may cause definite but not severe distressunexpected noise causes severe distress that is either psychic or somatic but not both

unexpected noise causes severe distress that has both psychic and somatic components

0

1

2

3

4worrying within population norms

worries a little more than necessary about minor matters but does not cause much distress

painful thoughts out of proportion to the patient's situation keep intruding into consciousness but the patient is able to dispel or dismiss them

painful thoughts that fluctuate in intensity throughout the waking hours, and the distressing thoughts may cease for an hour or two, especially if the patient is distracted by an

0

1

2

3

Page 34: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

34

activity requiring attention

continuous preoccupation with painful thoughts which cannot be stopped voluntarily and the distress is out of proportion to the subject matter of the thoughts

4

apprehension, with groundless anticipation of disaster

none

slight but does not cause distress

sensation that is not severe but which causes some distress

feels on the brink of disaster but no more than once a day

feels on the brink of some disaster that cannot be explained; the experience need not be continuous and may occur in short bursts several times a day

0

1

2

3

4

restlessness none

slight, does not cause distress

feeling a "need to be on the move" which causes some, but not severe, distress

restless, but able to keep still for an hour or so at a time

unable to keep still for more than a few minutes and engages in restless pacing or other purposeless activities

0

1

2

3

4

Additional parameter (scored separately):

(1) panic attacks: sudden experience of groundless terror accompanied by marked

autonomic symptoms, feelings of imminent collapse or loss of control over reason

and self-integrity

Parameter Finding Points

panic attack no episodic sudden increase in the level of anxiety

episodic slight increases in the level of anxiety which are only precipitated by definite events or activities

episodes occurring once or twice a week; generally less severe but can still cause distress

0

1

2

Page 35: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

35

episodes occurring no more than once a day

episodes occurring several times a day, very severe

3

4clinical anxiety scale =

= SUM(points for all 6 parameters)

Interpretation: • minimum score: 0

• maximum score: 24

• maximum points for panic attacks: 4

The higher the score, the greater the degree of anxiety.

4.3 ANALISIS KELOMPOK

Hasil analisis kelompok dari kedua instrument (HAM-A dan CAS) diatas

dapat dipergunakan sebagai mengukur skala kecemasan pasien. Kedua instrument

tersebut sesuai dengan indikator kecemasan yang diterbitkan oleh Depkes tahun

2008.

Berdasarkan indikator Depkes tahun 2008 cemas di bagi dalam tingkatan

sedang, ringan, berat dan panik yang dimanifestasikan dengan:

1. Penyesalan, dan gerakan lambat

2. Bingung, bertanya berulang-ulang

3. Merasa tidak mampu

4. Takut akan konsekuansi yang tidak spesifik

5. Khawatir akan terjadi perubahan hidup

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Peningkatan ketegangan

Page 36: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

36

8. Pernafasan meningkat

9. Takut, gemetar dan tremor

10. Ketakutan dan merasa tidak berdaya

11. Stimulasi syaraf simpatik (kardiovaskuler meningkat)

12. Tidak bisa tidur

13. Sering berkemih

14. Persepsi menyempit

15. Murung, gugup dan tertekan

16. Diare

17. Emosional

18. Pupil melebar.

Instrumen CAS merupakan pengembangan dari instrumen HAM-S pada

CAS sudah lebih spesifik clinical anxiety, sehingga lebih mudah diterapkan pada

pengukuran cemas pasien.

Namun pada penggunaan instrumen HAM-S dan CAS di rumah sakit masih

perlu dimodifikasi atau disesuaikan dengan kondisi pasien, misalnya disesuaikan

dengan kasus,karakteristik pasien.

Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perawat akan memepengaruhi

kecemasan pasien, sehingga pengukuran tingkat kecemasan pasien sebaiknya

mempertimbangkan aspek waktu lama perawatan. Maka dalam hal ini pengukuran

Page 37: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

37

cemas lebih cocok dengan menggunakan instrumen CAS, karena CAS

memperhatikan aspek waktu, sedangkan indikator yang dikeluarkan oleh depkes

tidak memperhatikan waktu, padahal terkait dengan mutu suatu pelayanan

seharuskan memperhatikan aspek waktu. Namun pada instrumen CAS tidak bisa

mengklasifikasikan tingkat kecemasan secara spesifik,hanya mengklasifikasikan

berdasarkan skor minimum dan skor maksimum.

Page 38: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

38

BAB 5

KESIMPULAN

Cemas merupakan kondisi psikologis yang dialami pasien, dimana bisa

berdampak pada kondisi fisiologis, yang juga bisa memberi implikasi pada status

kesehatan pasien. Kondisi cemas bisa terjadi karena banyak hal, salah satunya

adalah kurangnya pengetahuan, ancaman integritas fisik dan atau ancaman sistem

diri, kondisi cemas jika tidak diberi intervensi yang tepat akan bisa menambah

lama perawatan.

Cemas menjadi salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan di sarana

kesehatan (Depkes, 2008) sehingga bisa diambil hubungan bahwa angka kejadian

cemas pasien di rumah sakit, bisa berpengaruh terhadap mutu pelayanan. Peran

perawat dalam hal ini adalah bekerja sama dengan tim pengendali mutu untuk

melakukan intervensi yang dapat mengurangi cemas pasien dengan cara

melakukan penyuluhan (health education) ataupun penerapan discharge planning

yang baik. Sehingga diharapkan kecemasan pasien berkurang dan bahkan tidak

merasa cemas lagi. Namun tidak hanya pada perihal cemas saja, karena

penerapan atau implementasi dari semua indikator mutu harus dilaksanakan secara

komprehensif, holistik guna mendapat mutu pelayanan yang baik.

Indikator mutu kecemasan yang telah diterbitkan oleh Depkes (2008),

masih perlu ditelaah dan dimodifikasi untuk menyempurnakan draft yang sudah

ada. Supaya lebih bisa di aplikasikan pada pelayanan keperawatan. Kemungkinan

yang perlu dipertimbangkan adalah angka kejadian cemas harus diklasifikasikan

menurut tingkatannya dan lama rawat pasien.

Page 39: tugas mutu (kecemasan) 2 - print.doc

39

DAFTAR PUSTAKA

AL Assaf, A.F, 2009: Mutu Pelayanan Kesehatan: Perspektif Internasional, Penerbit Buku Kedokteran: EGC, Jakarta

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan (2008). Pedoman Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan Klinik Di Sarana Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI : Jakarta

Dossey. (2005). Holistic Nursing: A hanbook for Practice. massachusetts: Jones and bartlett Publisher.

Govier. (2007). Diakses April 17, 2012, dari http://www.nursing-standard.co.uk

Haskel, C. (2009, maret 4). Diakses April 17, 2012, dari http://proquest.umi.com/pqdweb

Kozier, e. a. (2004). Fundamentals of nursing: Concepts, proses, and practice (7 th ed ed.). New Jersey: Person Prentice Hall.

Pohan, Imbalo S, 2007: Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-dasar Pengertian dan Penerapan, Jakarta : EGC

Pudjirahardjo, W. J. (2011). Manajemen Keperawatan. New York: University Press.

Rahmat, R. S. (2011). Perkembangan Ilmu Keperawatan. Ilmu Keperawatan , IV (II), 24.

Seaward, B. (2006). Managing Stress (5th ed ed.). Sudbury: Jones&bartlett.

Stuart, gail W. : 2006, buku saku keperawatan jiwa. Jakarta : EGC

Subekti Heru, 2008: Indikator Kinerja, diakses dari http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/indikator-kinerja.html, tanggal 17 April 2012, jam 19.00

Yampolsky, M. (2008, Februari 2). Diakses April 19, 2012, dari http://proquest.umi.com/pqdweb