bahan jadi print.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan kehidupan dewasa ini sangat amat berkembang pesat, terutama
dalam hal perekonomian. Banyak inovasi-inovasi yang dilakukan manusia demi untuk
memenuhi kebutuhannya. Dikarenakan setiap manusia memerlukan harta untuk
mencukupi segala yang dibutuhkan dalam hidupnya. Salah satunya adalah melalui
kegiatan investasi yang dilakukan dengan memiliki sejumlah saham perusahaan sebagai
portofolio investasinya dipasar modal.
Saham adalah surat berharga keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan saham
patungan sebagai suatu alat untuk meningkatkan modal jangka panjang. Para penbeli saham
membayarkan uang pada perusahaan melalui bursa efek dan mereka menerima sebuah sertifikat
saham sebagai tanda bukti kepemilikan mereka atas saham-saham dan kepemilikan mereka
dicatat dalam daftar saham perusahaan. Para pemegang saham dari sebuah perusahaan
merupakan pemilik-pemilik yang disahkan secara hukum. Adapun investor melakukan
investasi secara umum bertujuan untuk meningkatkan investasinya. Dengan melakukan
pembelian saham, investor mengharapkan akan memperoleh peningkatan nilai investasi
baik dalam bentuk capital gain maupun dalam bentuk dividen.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya pertimbangan tentang prospek
perusahaan di masa yang akan dating lain dengan memperhitungkan laba perusahaan,
pertumbuhan penjualan dan aktiva selama kurun waktu tertentu. Dengan demikian
harapan investor kinerja perusahaan di masa yang akan datang akan mempengaruhi nilai
subyektivitas investasinya.
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pasar Modal & Teori
Portofolio Pra UAS.
2. Untuk membandingkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dengan
implementasinya melakukan praktikum pembelian saham secara online.
3. Untuk menambah pengetahuan, wawasan mengenai jual beli saham di pasar
modal yaitu pada PT Bursa Efek Indonesia (BEI).
1
BAB II
I S I
2.1 PT XL Axiata Tbk (EXCL)
PT XL Axiata Tbk. ( “XL”) didirikan pada tanggal 8 Oktober 1989 dengan nama
PT Grahametropolitan Lestari, bergerak dibidang perdagangan dan jasa umum. Enam
tahun kemudian, XL mengambil suatu langkah penting seiring dengan kerja sama antara
Rajawali Group – pemegang saham PT. Grahametropolitan Lestari dan tiga investor
asing ( NYNEX, AIF, dan Mitsui). Nama XL kemudian berubah menjadi PT.
Excelcomindo Pratama dengan bisnis utama dibidang penyediaan layanan telepon dasar.
Pada tanggal 6 Oktober 1996, XL mulai beroperasi secara komersial dengan fokus
cakupan area di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Hal ini menjadikan XL sebagai
perusahaan tertutup pertama di Indonesia yang menyediakan jasa teleponi dasar
bergerak seluler. Bulan September 2005 merupakan suatu tonggak penting untuk XL.
Dengan mengembangkan seluruh aspek bisnisnya XL menjadi perusahaan publik dan
tercatat di Bursa Efek Jakarta ( sekarang Bursa Efek Indonesia ). Kepemilikan saham
XL saat ini mayoritas dipegang oleh Sdn Bhd ( 66,6%) dan Emirates
Telecommunications Corporation ( Etisalat) melalui Etisalat International Indonesia Ltd
(13,3%).
XL pada saat ini merupakan penyedia layanan telekomunikasi seluler dengan cakupan
jaringan yang luas di seluruh wilayah Indonesia bagi pelanggan ritel dan menyediakan
solusi bisnis bagi pelanggan korporat.Layana XL antara lain layanan suara data, dan
layanan nilai tambah lainnya.
a. Saham yang Dibeli
Nama Perusahaan Lots Share Price
PT Xl Axiata Tbk 500 50.000 lembar Rp 4.400
Catatan : 1 lots = 100 lembar
2
b. Alasan
1) Fundamental
Selama empat tahun terakhir pertumbuhan jumlah pelanggan seluler EXCL
terlihat sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan dua
operator telekomunikasi besar lainnya.
Secara fundamental, Xl Axiata masih bagus kinerjanya. Net Profit margin Xl
Axiata masih besar, yaitu berkisar 16,26%. Dengan ROA dan ROE yang masih
menarik, yaitu berkisar 7,64% dan 19,10%. Dan juga jumlah hutang yang
dimiliki Xl Axiata berkisar 30,01% dari total asetnya. Namun, perlu dicermati
bahwa Price Book Value (PBV) Xl Axiata sudah berkisar 3,85 kali dan PER
yang diperdagangkan berkisar 15,06 kali.
Jika melihat aksi korporasi yang sudah dilakukan manajemen untuk
membesarkan bisnis anak usaha, bukan tidak mungkin jika kedepannya, Xl
Axiata yang kini sudah menjadi perusahaan besar dapat lebih besar lagi.
2) Teknikal
3
2.2 Bank Mega, Tbk (MEGA)
Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT. Bank Karman yang
didirikan pada tahun 1969 dan berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992
berubah nama menjadi PT. Mega Bank dan melakukan relokasi kantor Pusat ke Jakarta.
Seiring dengan perkembangannya PT. Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh
PARA GROUP ( PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama ) sebuah
holding company milik pengusaha nasional – Chairul Tanjung. Selanjutnya PARA
GROUP berubah nama menjadi CT Corpora.
Untuk lebih meningkatkan citra PT. Mega Bank pada bulan Juni 1997melakukan
perubahan logo Bank Mega berupa tulisan huruf M warna biru kuning dengan tujuan
bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal
melalui logo perusahaan yang baru tersebut. Dan pada tahun 2000 dilakukan perubahan
nama dari PT. Mega Bank menjadi PT. Bank Mega.
Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada tahun yang sama PT.
Bank Mega melaksanakan Initial Public Offering dan listed di BEJ maupun BES.
Dengan demikian sebagian saham PT. Bank Mega dimiliki oleh publik dan berubah
namanya menjadi PT. Bank Mega, Tbk. Pada saat krisis ekonomi, Bank Mega mencuat
sebagai salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa
bantuan pemerintah bersama sama dengan Citybank, Deutche Bank dan HSBC.
PT. Bank Mega Tbk. Dengan semboyan “ Mega Tujuan Anda “ tumbuh dengan pesat
dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternama yang mampu disejajarkan
dengan bank- bank terkemuka di Asia Pasifik dan telah mendapatkan berbagai
penghargaan dan prestasi baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya , PT. Bank
Mega Tbk. Berpegang pada azas profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian dengan
struktur permodalan yang kuat serta produk dan fasilitas perbankan terkini.
a. Saham yang Dibeli
Nama Perusahaan Lots Share Price
Bank Mega, Tbk (MEGA) 2000 200.000lembar Rp 2.000
Catatan : 1 lots = 100 lembar
4
b. Alasan
1) Fundamental
Secara fundamental, Bank Mega masih bagus kinerjanya. Net Profit margin Bank Mega masih besar, yaitu berkisar 14,48%. Dengan ROA dan ROE yaitu berkisar 0,79% dan 8,58%. Dan juga jumlah hutang yang dimiliki Bank Mega berkisar 30,18% dari total asetnya. Namun, perlu dicermati bahwa Price Book Value (PBV) Bank Mega sudah berkisar 2,06 kali dan PER yang diperdagangkan berkisar 13,87 kali.
2) Teknikal
GRAFIK SAHAM MEGA
2.3 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dengan Akta No. 33 yang dibuat oleh Tn. A.H. van
Ophuijsen, Notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van
Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di
Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan
diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh Notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22
Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan Akta No.
5
92 yang dibuat oleh Notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama
perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri
Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari
1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No.
39. Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para
pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal
saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di
hadapan Notaris dengan Akta No. 46 yang dibuat oleh Notaris Singgih Susilo, S.H.
tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak
sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan
produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13
Juni 2000, yang dituangkan dalam Akta Notaris No. 82 yang dibuat oleh Notaris
Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai
distributor utama dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh
Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik
Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai
operasi komersialnya pada tahun 1933.
a. Saham yang Dibeli
Nama Perusahaan Lots Share Price
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 100 10.000 lembar Rp 33.100
Catatan : 1 lots = 100 lembar
b. Alasan
1) Fundamental
6
Kinerja perdagangan saham UNVR pun cukup memberikan keuntungan bagi
pemegang sahamnya. Karena, jika dilihat dari tahun 2008, rata-rata kenaikan saham
UNVR mencapai 32% tiap tahun. Kenaikkan sebesar itu wajar saja, mengingat
perseroan mampu menjaga kestabilan pertumbuhannya.
Performa Aset Unilever Indonesia (UNVR) Hingga Kuartal III 2014
Hingga akhir kuartal tiga tahun 2014, aset perseroan tercatat mencapai 15 triliun
atau naik sebesar 14% dari tahun 2013 sebesar 13,3 triliun. Selain aset yang tumbuh,
hutang perseroan juga ikut tumbuh. Pertumbuhan hutang perseroan juga masih
dibawah pertumbuhan aset, yaitu 7%. Senada dengan pertumbuhan aset dan hutang
perseroan, ekuitas perseroan pun ikut berkembang dengan persentase lebih tinggi
dibandingkan hutang maupun aset perseroan, yaitu ekuitas tumbuh 29%.
Melihat bagaimana UNVR tetap mencatatkan pertumbuhan pada tahun 2014,
semakin menegaskan bahwa UNVR adalah perusahaan yang secara konsisten
menjaga kestabilan pertumbuhan. Karena, jika menilik dari laporan beberapa tahun
sebelumnya, perseroan selalu mencatatkan pertumbuhan berkelanjutan. Dari 2008,
rata rata pertumbuhan aset perseroan mencapai 15%, dengan pertumbuhan rata-rata
hutang 20% tiap tahunnya dan pertumbuhan ekuitas 11% tiap tahunnya.
7
Rasio Operasional UNVR Hingga Kuartal III 2014
Selain kestabilan pertumbuhan perusahaan, hal menarik lainnya dari UNVR
adalah rasio operasionalnya stabil selama beberapa tahun sebelumnya. Seperti gross
profit perseroan dan operating income marginyang berturut-turut tercatat dengan
rata rata sebesar 50% dan 23% tiap tahun. Demikian pula, net profit margin UNVR
juga tumbuh stabil, yaitu dengan rata-rata berkisar 17%.
Performa Keuangan UNVR Hingga Kuartal III 2014
Hingga akhir kuartal tiga tahun 2014, porsi hutang UNVR tercatat sebesar 64%
dari total aset, atau 1,77 kali dari ekuitas. Dengan angka hutang sebesar itu, hutang
8
perseroan dinilai masih wajar. Sedangkan ROA UNVR tercatat sebesar 36% dengan
ROE tercatat sebesar 99%. Karena perlambatan kinerja operasional UNVR yang
terjadi ditahun ini, besarnya ROA dan ROE perseroan ikut turun. Namun
menariknya, baik ROA ataupun ROE UNVR masih besar persentasenya. Sejak
tahun 2008, tiap tahun perseroan selalu mencatatkan rata-rata ROA hingga 39% dan
rata-rata ROE sebesar 100%. Melihat ROA dan ROE stabil sebesar itu setiap
tahunnya, semakin menjadikan UNVR sebagi perusahaan yang menarik, mengingat
jarang ada perusahaan mampu mencatatkan rasio sebaik itu.
Dari beberapa hal menarik yang sudah disebutkan diatas, maka wajar saja jika
dalam beberapa tahun sebelumnya, banyak investor menjadikan UNVR sebagai
barang investasinya. Apalagi ketika kinerja perseroan tidak banyak terpengaruh
ketika krisis yang terjadi di tahun 2008, semakin membuat investor memburu saham
UNVR. Sehingga membuat PBV perseroan nilainya sangat besar hingga 40 kali, dan
PER perseroan yang tercatat hingga 41 kali.
Dalam kondisi demikian, penulis menganggap pantas jika perusahaan sekelas
UNVR dihargai dengan PER dan PBV sebesar itu. Produk-produk UNVR, terutama
produk Home And Personal Care sudah menjadi kebutuhan pokok sehari-hari.
Misalnya saja, kita tidak mungkin mencuci baju tanpa menggunakan detergent, atau
kita tidak mungkin mengganti pasta gigi dengan bahan lain untuk membersihkan
gigi kita. Karena sudah menjadi kebutuhan pokok, seberapa pun harga produk
tersebut dan seberapa lemah daya beli kita, kita pasti membelinya. Karena itulah,
walaupun ekonomi domestik melambat, diyakini tidak akan berpengaruh banyak
terhadap kinerja operasional UNVR.
2) Teknikal
Kinerja Unilever Di Kuartal Tiga 2014
Revenue Performance Unilever Hingga Kuartal III 2014 Per Bidang
9
Pendapatan Unilever Indonesia ditopang baik oleh bisnis home and personal
care ataupun foods and refreshment. Lebih dari itu, pendapatan dari bisnis keduanya
terus mengalami pertumbuhan. Hingga kuartal ketiga 2014, bisnis HPC mencatatkan
pendapatan sebanyak 18 trilyun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di
tahun sebelumnya, pendapatan bisnis HPC tersebut mengalami pertumbuhan 11%.
Bisnis HPC masih menjadi andalan utama pendapatan Unilever, yaitu sebanyak
71% dari total pendapatan disumbangkan dari bisnis ini.
Sedangkan melalui bisnis foods and refreshment, Unilever mendapatkan
tambahan pendapatan sebesar 7 trilyun. Jika dibandingkan dengan bisnis home and
personal care, bisnis foods and refreshment mengalami kenaikan lebih besar, yaitu
19% dari periode yang sama pada tahun lalu.
Revenue Performance Unilever Hingga Kuartal III 2014 Di Pasar Domestik dan
Luar Negeri
Dilihat dari segi wilayah pasarnya, Unilever Indonesia nampaknya masih
mengandalkan pasar dalam negeri dalam mendapatkan pundi-pundi pemasukannya.
Tercatat, dari pasar domestik, Unilever mampu menyerap 24 trilyun atau persentase
pendapatan dari pasar domestik sebesar 95% dari total pendapatan. Meski
persentasenya masih besar, pendapatan dari pasar domestik nampaknya mengalami
pertumbuhan, yaitu tumbuh 12% dari pendapatan di periode yang sama tahun
sebelumnya. Sedangkan pendapatan dari pasar ekspor, UNVR hanya mencatatkan
penjualan sebesar 1,4 triliun. Meski pendapatan ekspor memiliki kontribusi lebih
sedikit terhadap pendapatan total UNVR, pendapatan dari pasar ekspor ini
mengalami kenaikan cukup signifikan, yaitu sebesar 32% dari periode yang sama di
tahun sebelumnya.
Unilever terus berupaya memasarkan produk home and personal care ataupun
foods and refreshment ke daerah-daerah yang belum pernah dipasarkan sebelumnya.
10
Selain itu, Unilever pun tengah berupaya untuk memperbesar porsi pendapatan hasil
ekspor untuk beberapa tahun kedepan. Demi mendukung upaya tersebut, Unilever
kini tengah menyelesaikan pembangunan pabrik oleochemical baru dengan
kapasitas 143.000 ton per tahun. Beberapa produk buatan pabrik tersebut seperti
fatty acid, surfactant, soap noodles dan glycerine.
Untuk meningkatkan pendapatan dari foods and refreshment, Unilever tengah
mendongkrak kapasitas produksi dan memperbaiki mesin, terutama mesin produksi
es krim. Selain itu, perusahaan juga telah menambahkan kabinet es krim setelah
pada 2011 memperluas pabrik es krim Wall's di Cikarang. Saat ini Unilever
memiliki enam pabrik di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang dan dua pabrik di
Kawasan Industri Rungkut, Surabaya.
Secara keseluruhan, penjualan Unilever sampai kuartal ketiga tahun 2014 masih
tumbuh seperi biasanya. Pendapatan perusahaan hingga kini mencapai 26 triliun
atau naik 13% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Tahun 2013 yang lalu,
Unilever juga mampu mencatatkan pendapatan hingga 23 triliun pada kuartal ketiga,
atau naik 13% dari tahun 2012 yang mencatatkan pendapatan sebesar 20 triliun.
Namun, beban operasional pada 2014 ini melonjak cukup signifikan, sebesar 19%.
Sedangkan di tahun lalu, beban tersebut hanya naik 12%. Dengan kenaikan beban
operasional yang cukup besar tersebut, laba bersih yang dapat dikonversikan
Unilever pun ikut tergerus. Laba bersih Unilever tercatat 4 triliun atau melambat 1%
dari tahun sebelumnya.
Jika mengingat kembali histori kinerja Unilever, masalah kenaikan signifikan
beban biaya operasional sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun. Hal ini dapat
dilihat dari pendapatan Unilever yang naik 15%, namun laba bersih melambat
hingga 5%. Beban operasional meningkat 22%, sehingga margin laba bersihnya pun
tergerus menjadi 16%.
Upaya UNVR untuk mengatasi perlambatan kinerja di kuartal pertama berjalan
lancar. Pendapatan UNVR hingga akhir semester satu tercatat 17 triliun, atau naik
14% dari tahun sebelumnya dengan periode yang sama yaitu 15 triliun. Laba bersih
semester pertama pun tercatat tumbuh 1% menjadi 2,8 triliun. Meski tumbuh tipis,
paling tidak masalah perlambatan yang terjadi di kuartal sebelumnya dapat
diselesaikan.
11
Tren Revenue Unilever Hingga Kuartal III 2014
Masalah perlambatan kinerja di kuartal awal nampaknya kembali dihadapi
UNVR. Hal ini nampak dari laba bersih yang perseroan dapatkan hingga akhir
kuartal ketiga melambat 1%. Meskipun melambat tipis, pendapatan perseroan masih
mampu tumbuh hingga 13%. Jika melihat pendapatan UNVR di kuartal ketiga
beberapa tahun sebelumnya, pendapatan perseroan selalu tumbuh, yaitu 17% di
tahun 2012 dan 13% di 2013.
Laba bersih perseroan pun beberapa tahun sebelumnya dapat tumbuh, yaitu 21%
di tahun 2012 dan 12% di 2013. Namun sayangnya, laba bersih hingga kuartal 3
tahun ini mengalami penurunan 1%. Dengan penurunan laba bersih tersebut, net
profit margin UNVR yang biasanya di kisaran 18% turun menjadi 16%.
12
Tren Net Income Unilever Hingga Kuartal III 2014
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Nilai Portofolio per 13 Januari 2015 (saat pembelian)
No Nama Perusahaan Share Price Total 1 PT Xl Axiata, Tbk (EXCL) 50.000 lbr Rp 4.400 Rp 220.000.0002 Bank Mega, Tbk (MEGA) 200.000 lbr Rp 2.000 Rp 200.000.000 3 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 10.000 lbr Rp 33.100 Rp 331.000.000
Jumlah Rp 751.000.000 Modal Rp 1.000.000.000 Sisa Kas Rp 349.000.000
3.2 Nilai Portofolio per 27 Januari 2015
No Nama Perusahaan Share Price Total 1 PT Xl Axiata, Tbk (EXCL) 50.000 lbr Rp 4.900 Rp 245.000.000 2 Bank Mega, Tbk (MEGA) 200.000 lbr Rp 2.000 Rp 200.000.000 3 PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 10.000 lbr Rp 35.500 Rp 355.000.000
Jumlah Rp 800.000.000 Sisa Kas Rp 349.000.000 Kenaikan Modal Rp 1.149.000.000
Return = Rp 1.149.000.000 – Rp 1.000.000.000
Rp 1.000.000.000
= 0,149 x 100 %
= 14,9 %
Keuntungan Nominal :
PT Xl Axiata, Tbk (EXCL)
( Rp 4.900 x 50.000 lbr ) – ( Rp 4.400 x 50.000 lbr ) = Rp 25.000.000
Bank Mega, Tbk ( MEGA )
( Rp 2.000 x 200.000 lbr ) – ( Rp 2.000 x 2000.000 lbr ) = Rp 0
PT Unilever Indonesia Tbk
( Rp 35.500 x 10.000 lbr ) – ( Rp 33.100 x 10.000 lbr ) = Rp 24.000.000
BAB IV
14
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil analisis teknikal dan fundamental terhadap pembelian
sejumlah saham dari PT XL Axiata Tbk (50.000 lembar saham), PT Unilever Indonesia
Tbk (10.000 lembar saham), dan PT Bank Mega Tbk. (200.000 lembar saham) yang
dilakukan pembelian secara online pada PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan modal
yang diberikan sebesar Rp 1.000.000.000 ternyata mengalami kenaikan modal menjadi
sebesar Rp 1.149.000.000.
Kemudian, setelah dilakukan penghitungan Return, keuntungan yang diperoleh
secara keseluruhan sebesar 14,9% dengan keuntungan nominal masing-masing
perusahaaan sebesar:
PT Xl Axiata, Tbk (EXCL)
( Rp 4.900 x 50.000 lbr ) – ( Rp 4.400 x 50.000 lbr ) = Rp 25.000.000
Bank Mega, Tbk ( MEGA )
( Rp 2.000 x 200.000 lbr ) – ( Rp 2.000 x 2000.000 lbr ) = Rp 0
PT Unilever Indonesia Tbk
( Rp 35.500 x 10.000 lbr ) – ( Rp 33.100 x 10.000 lbr ) = Rp 24.000.000
DAFTAR PUSTAKA
15
www.idx.co.id
www. xlaxiata .com
www.unilever.com
www.unilever.co.id
www. bankmega .co.id
www.duniainvestasi.com
http://profil-sejarah.blogspot.com/2013/07/pt- xlaxiatatbk .html
http://www.seputarforex.com/saham/grafik/harga.php?kode=ICBP
16