tugas mpkd

22
 ANALISIS PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS I DENPA SAR TIMUR OLEH : 1. Ni Made Dwi Wulandari (1120025006) 2. Roby Renaldy (112002500) !. Lu" #u$u #u$ri %ayan$"i (112002502!) &. Ni Made 'aun$ala Dewi (112002502&) 5. Ni #u$u ri Wulandari (11200250&5) 6. 'o**a Nare+$ri #radi,$a (11200250&-) . Ni #u$u 'ua Dewi (1120025050)

Upload: luhtu-putri-jayanthi

Post on 04-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Manajemen Pelayanan Kesehatan Dasar

TRANSCRIPT

20

ANALISIS PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR

OLEH :1. Ni Made Dwi Wulandari(1120025006)2. Roby Renaldy(1120025007)3. Luh Putu Putri Jayanthi(1120025023)4. Ni Made Sakuntala Dewi(1120025024)5. Ni Putu Ari Wulandari(1120025045)6. Socca Narestri Pradipta(1120025049)7. Ni Putu Sukma Dewi(1120025050)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS UDAYANA2014

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangKesehatan menjadi sesuatu yang penting yang dibutuhkan oleh masyarakat, karena dengan memiliki kesehatan yang baik akan meningkatkan produktifitas kerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun keluarga. Menurut UU No 36 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, Kesehatan merupakan keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. kesehatan yang baik salah satunya juga didukung oleh pelayanan kesehatan yang baik pula. Tujuan dari pelayanan kesehatan yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri, sehingga pelayanan kesehatan harus dapat dijangkau dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat. Kesehatan setiap masyarakat salah satunya dapat dilihat dari keadaan gizi masyarakat tersebut.Masalah gizi sangat berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia dan merupakan faktor penentu keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Kualitas sumber daya manusia yang potensial ini dapat dicapai salah satunya melalui keadaan gizi yang baik. Sumber daya manusia yang kurang gizi tentunya tidak akan produktif dan menyebabkan Indonesia tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain.. Gizi merupakan nutrisi yang diperlukan oleh manusia setiap harinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gizi didefinisikan sebagai makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. dr. I.K.G. Suandi, SpA., menegaskan bahwa gizi merupakan bagian dari proses kehidupan dan proses tumbuh kembang anak, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara akurat turut menentukan kualitas tumbuh kembang sumber daya manusia di masa yang akan datang (Indah F.). Selain itu, setiap orang juga memerlukan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat menunjang meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat. Sesuai dengan UU No 36 Tahun 2009 pada Bab III pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Salah satu pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau seluruh masyarakat yaitu puskesmas.Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Hingga pada tahun 2013 terdapat 9005 puskesmas yang tersebar di Indonesia (Atmawikata, 2008). Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari Sistem Kesehatan Nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (Depkes RI, 2009). Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang digunakan sebagai tempat untuk pelayanan kesehatan preventif dan pengobatan penyakit-penyakit dengan tingkat keparahan yang masih rendah. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama tentu memiliki berbagai program untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, salah satunya yaitu mengenai program gizi. Salah satu puskesmas di Denpasar yang memiliki program gizi untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat adalah Puskesmas I Denpasar Timur. Dalam pelaksanaan terkait program gizi tersebut tentunya puskesmas tersebut memiliki berbagai kendala sehingga menyebabkan terhambatnya pelaksanaan program. Untuk itulah penulis ingin menganalisis terkait program gizi yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas I Denpasar Timur dan analisis terkait penerapan prinsip Primary Health Care di puskesmas tersebut.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.Apakah masalah gizi yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur?Apa saja kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur?Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip PHC dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur?Bagaimanakah penerapan fungsi manajemen dalam program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur?Apa sajakah faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur?Apa sajakah solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur? Tujuan Penulisan1.3.1 Untuk mengetahui masalah gizi yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur.1.3.2 Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.3.3 Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip PHC dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.3.4 Untuk mengetahui penerapan fungsi manajemen dalam program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.3.5 Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.3.6 Untuk mengetahui solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.

Manfaat Penulisan1.4.1 Dapat mengetahui masalah gizi yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur.1.4.2 Dapat mengetahui kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.4.3 Dapat mengetahui penerapan prinsip-prinsip PHC dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.4.4 Dapat mengetahui penerapan fungsi manajemen dalam program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.4.5 Dapat mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.1.4.6 Dapat mengetahui solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi faktor-faktor penghambat pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur.

BAB IIPEMBAHASAN

Masalah Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar TimurDalam program-program gizi yang telah dilakukan oleh Puskesmas I Denpasar Timur, adapun masalah gizi yang sering dibahas adalah mengenai cakupan pemberian Vitamin A pada bayi dan balita, cakupan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, dan status gizi balita selama 3 bulan terakhir pada tahun 2013. Untuk cakupan pemberian Vitamin A pada bayi (6-11 bulan) dan balita (1-4 tahun) pada Bulan Februari 2013 telah mencapai 100% dan pada Bulan Agustus 2013 cakupannya tetap 100%. Untuk cakupan ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur pada Bulan Februari 2013 mencapai 68,47% untuk 76 bayi dari total 111 bayi yang seharusnya mendapatkan ASI Eksklusif. Sedangkan pada Bulan Agustus 2013 terjadi peningkatan cakupan menjadi 76,64%. Untuk status gizi balita yang dipantau selama 3 bulan terakhir pada tahun 2013 diperoleh bahwa pada Bulan Oktober 2013, jumlah balita gizi lebih sebanyak 36 orang, jumlah balita gizi baik sebanyak 1448 orang, jumlah balita gizi kurang sebanyak 11 orang, dan jumlah balita gizi buruk sebanyak 3 orang. Pada bulan November 2013 terjadi penurunan jumlah balita gizi lebih menjadi 31 orang, jumlah balita gizi baik menjadi 1279, jumlah balita gizi kurang tetap 11 orang, dan jumlah balita gizi buruk berkurang menjadi 2 orang. Sedangkan pada Bulan Desember 2013, jumlah balita gizi lebih sebanyak 31 orang, jumlah balita gizi baik sebanyak 1367 orang, jumlah balita gizi kurang sebanyak 11 orang, dan jumlah balita gizi buruk sebanyak 2 orang.

Kegiatan-Kegiatan dan Program Gizi di Puskesmas I Denpasar TimurPuskesmas I Denpasar Timur memiliki beberapa program yang dilakukan terkait masalah gizi, di antaranya:a. Jumlah bayi mendapat Vitamin Ab. Jumlah anak balita dapat Vitamin Ac. Jumlah bayi (< 1 tahun) ditimbangd. Jumlah anak balita (1-4 tahun) ditimbange. Jumlah bayi dan anak balita dengan BB di bawah garis merah (BGM)f. Jumlah bayi (0-4 bulan) lulus ASI EksklusifDari beberapa program tersebut, penulis mengambil program mengenai penilaian status gizi. Program penilaian status gizi memiliki beberapa kegiatan yang harus dilakukan untuk menunjang program yang telah dibuat. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain :a. Penimbangan bayi dan anak balitab. Pengukuran tinggi badanc. Pola konsumsi makanand. Pola konsumsi yodium pada anak

Penerapan Prinsip-Prinsip PHC Dalam Pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas I Denpasar TimurA. PartisipasiPartisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam segala bidang termasuk kesehatan. Partisipasi dalam garis besarnya terdiri atas empat jenis, yaitu partisipasi terhadap implementasi, dalam pengambilan keputusan, dalam evaluasi dan karena mencari keuntungan atau manfaat. Dalam hal kesehatan melalui pelayanan kesehatan dasar, adanya partisipasi bertujuan agar masyarakat lebih mendukung dan ikut serta dalam layanan kesehatan yang melibatkan mereka, seperti halnya layanan kesehatan yang ada di Puskesmas. Keberadaan masyarakat dalam proses pelayanan di Puskesmas sangatlah penting. Sumber daya masyarakat dapat membantu meningkatkan outcome kesehatan melalui berbagai cara. Orang-orang memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi secara individual dan kolektif dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan mereka. Pelayanan kesehatan dasar yang ada di Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan esensial berdasarkan praktis, ilmiah, dan metode yang dapat diterima secara sosial serta teknologi yang dapat membuat pelayanan diakses secara universal bagi individu dan keluarga di masyarakat melalui partisipasi penuh mereka (Deklarasi Alma Ata, 1978). Yang terjadi pada Puskesmas I Denpasar Timur adalah partisipasi masyarakatnya tidak dilibatkan secara langsung dalam hal perencanaan program Puskesmas maupun evaluasi program tersebut. Melainkan melalui perwakilan dari kader Posyandu, Kepala Dusun, Kepala Desa dan Kepala Lingkungan. Masyarakat secara langsungnya terlibat dalam pelayanan kesehatan yang ada dalam Puskesmas I Denpasar Timur ini, seperti melaporkan kepada pihak Puskesmas atau kader Posyandu apabila terjadi kasus gizi buruk pada lansia yang pernah terjadi 2 tahun lalu. Sehingga mendengar kasus tersebut pihak Puskesmas I Denpasar Timur segera turun ke lapangan dan mengambil tindak lanjut.

B. EquityEquity merupakan prinsp yang mengharuskan sebuah pelayanan kesehatan primer tidak membeda-bedakan dalam memberi layanan kesehatan kepada masyarakat terlepas dari ras, suku, agama, daerah pedesaan, daerah perkotaan atau pembedaan lainnya. Masyarakat harus mendapatkan layanan yang sama satu dengan yag lain dan disesuaikan dengan kebutuhannya. Pelayanan kesehatan yang dinaungi oleh Puskesmas I Denpasar Timur nampak telah merata ke seluruh wilayah cakupannya. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasnya masyarakat wilayah cakupan puskesmas ini dalam melakukan kunjungan ke Puskesmas I Denpasar Timur. Selain itu untuk membuktikan bahwa pelayanan di puskesmas ini memiliki kualitas yang baik, maka Puskesmas I Denpasar Timur beroperasi selama 24 jam terutama untuk Unit Gawat Daruratnya. Pegawai puskesmas juga bekerja dalam shiftnya masing-masing sehingga mempermudah pelayanan kepada pasien yang berkunjung.khusus untuk program gizi pihak puskesmas berusaha untuk menjangkau masyarakat semaksimal mungkin. Upaya yang dilakukannya seperti mengadakan posyandu yang aktif di semua banjar yang menjadi wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur.

C. IntegrasiIntegrasi merupakan prinsip yang mensyaratkan adanya kesatuan antara berbagai bidang yang masih dalam konteks kesehatan, mampu memberikan suatu pelayanan kesehatan yang menyeluruh untuk masyarakat. Menurut salah satu petugas di Puskesmas I Denpasar Timur, dalam hal-hal tertentu puskesmas ini melakukan kerjasama dengan puskesmas-puskesmas lain dan Dinas Kesehatan seperti dalam hal pembuatan laporan bulanan puskesmas yang turun dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar. Karena laporan yang turun dari Dinas Kesehatan harus sama dengan hasil yang diperoleh puskesmas terkait. Serta melakukan perbandingan dengan puskesmas-puskesmas tersebut dalam hal pelayanan kesehatannya dan kasus-kasus penyakit yang beredar. Misalnya di Puskesmas I Denpasar Timur terjadi peningkatan kasus gizi buruk, dilihatlah apa penyebab terjadinya kasus tersebut, kenapa di Puskesmas I Denpasar Timur saja yang mengalami peningkatan kasus sedangkan di puskesmas lain tidak terjadi.

Kerjasama antara bidang gizi dan bidang lainnya dalam puskesmas banyak terjadi pada tingkat posyandu. Melalui peran serta kader-kader Posyandu pekerjaan Puskesmas jadi dipermudah. Seperti halnya kegiatan penyuluhan, pemberian Vitamin A, dan menimbang serta semua yang berkaitan dengan pemantauan status gizi yang biasanya dilakukan tiap bulan Februari dan Agustus, pihak Puskesmas hanya memantau bagaimana kinerja kader-kader tersebut namun tetap turun serta dalam kegiatan. Saat itu masyarakat bisa berkonsultasi terlebih dahulu dengan kader Posyandu sehingga apabila terjadi suatu gejala penyakit masyarakat diharapkan mengerti bagaimana penanganan awalnya dan pencegahannya serta tidak terburu-buru mencari Puskesmas maupun praktik dokter di wilayah setempat.

D. Lintas SektoralPrinsip lintas sektoral mensyaratkan adanya kerjasama antara instansi yang bergerak di sektor kesehatan dengan instansi lainnya diluar sektor kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada. Hal ini dikarenakan adanya pengakuan bahwa masalah kesehatan yang ada bukan saja merupakan tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga sektor-sektor lainnya yang terkait. Kinerja dari Kepala Desa, Kepala Dusun, serta Kepala Lingkungan dalam perencanaan dan evaluasi Puskesmas I Denpasar Timur sangat penting. Karena melalui peran serta dari mereka pihak puskesmas mengetahui secara langsung mengenai pemantauan status gizi dari masyarakat cakupan Puskesmas I Denpasar Timur. Hal tersebut dikarenakan Kepala Desa, Kepala Dusun, serta Kepala Lingkungan adalah kader pertama yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Merekalah yang paling pertama mengetahui apa yang terjadi di masyarakat serta melaporkannya kepada pihak puskesmas.

Penerapan Fungsi Manajemen Dalam Program Gizi di Puskesmas I Denpasar TimurBerdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, sebagai pelaksana program atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan, dalam melakukan tugasnya puskesmas memiliki beberapa fungsi manajemen untuk perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban, dimana semua fungsi manajemen tersebut harus dilaksanakan secara terkait dan berkesinambungan. 1. PerencanaanPenilaian status gizi merupakan salah satu kegiatan dalam program gizi yang merupakan upaya kesehatan wajib puskesmas. Dalam peraturan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 dikatakan bahwa, langkah-langkah yang harus dilakukan oleh puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan, mengajukan usulan kegiatan serta menyusun rencana pelaksanaan kegiatan. Namun pada puskesmas 1 Denpasar Timur, tidak memenuhi fungsi perencanaan sesuai dengan keputusan menteri kesehatan tersebut karena pada puskesmas 1 Denpasar Timur perencanaan tingkat puskesmas dalam menjalankan program gizi tidak dilakukan dengan membuat Rancangan Usulan Kegiatan (RUK) dan Rancangan Kerja Operasional (RKO). Masyarakat sendiri tidak diikutkan dalam pembuatan program-program gizi yang ada di puskesmas karena Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota telah memberikan beberapa program dalam bidang gizi kepada Puskesmas I Denpasar Timur, dimana puskesmas sebagai pelaksana dari program-program gizi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan tersebut untuk mencapai target yang telah disesuaikan oleh Dinas Kesehatan. Perencanaan pada puskesmas khususnya pada kegiatan pemantauan status gizi adalah dengan menentukan strategi bagaimana mencapai target yang ditentukan oleh Dinas Kesehatan, bagaimana agar masyarakat datang sangat banyak untuk menghadiri posyandu.2. Pelaksanaan dan Pengendalian a. PengorganisasianDalam melaksanakan kegiatan pemantauan status gizi, perlu dibuat bagaimana pengorganisasian dari kegiatan tersebut. Yang pertama adalah menentukan penanggungjawab dan pelaksana kegiatan, dimana penanggungjawab kegiatan tersebut adalah kepala puskesmas 1 Denpasar Timur, sedangkan pelaksana dari kegiatan tersebut adalah dilaksanakan oleh para kader-kader posyandu yang dipilih oleh masyarakat, dimana satu posyandu terdiri dari lima kader. Kegiatan pemantauan status gizi dilaksanakan pada posyandu dari setiap banjar yang menjadi wilayah kerja dari puskesmas 1 Denpasar Timur. Apabila ada masyarakat yang tidak membawa balita datang ke posyandu, kader posyandu akan mengunjungi rumah masyarakat yang tidak datang ke posyandu tersebut. Kedua, pengorganisasian yang berupa kerjasama tim secara lintas sektor. Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan status gizi, puskesmas 1 Denpasar Timur bekerjasama dengan para kader-kader posyandu yang berasal dari masyarakat dari masing-masing wilayah kerja puskesmas. Puskesmas juga bekerjasama dengan perangkat desa yang terdiri dari camat, kepala desa, serta kepala dusun. Untuk melaksanakan kegiatan pemantauan status gizi di posyandu, biasanya tidak dilakukan sosialisasi lagi dari puskesmas kepada masyarakat karena masyarakat sudah tahu jadwal dari posyandu di masing-masing banjar. Sosialisasi jadwal posyandu biasanya dilakukan oleh para kader-kader posyandu kepada masyarakat, biasanya bentuk sosialisasi tersebut adalah untuk lebih mengingatkan masyarakat mengenai jadwal posyandu yang telah ditetapkan. Sosialisasi para kader terhadap masyarakat tidak perlu dilakukan secara formal dalam bentuk rapat antara kader dengan masyarakat, sosialisasi lebih kepada kehidupan sehari-hari kader yang bertemu dengan masyarakat untuk mengingatkan jadwal posyandu. Apabila dalam kegiatan pemantauan status gizi, ada kegiatan baru yang tidak rutin dilakukan baru kemudian kegiatan tersebut bersurat ke kecamatan yang bertembusan ke kepala desa dan kepala dusun. b. PenyelenggaraanDalam melaksanan program-program gizi khususnya kegiatan pemantauan status gizi yang terdapat pada puskesmas 1 Denpasar Timur, program tersebut merupakan program yang diberikan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh puskesmas untuk mecapai target yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan. Dalam pelaksanaannya kegiatan pemantauan status gizi tersebut merupakan bentuk kegiatan yang diselenggarakan dalam posyandu yang dilakukan oleh para kader yang berasal dari masyarakat yang telah diberikan pembekalan materi terkait sebelumnnya. Dalam penyelenggaraan kegiatan pemantauan status gizi tersebut, kegiatan diselenggarakan pada posyandu yang terdapat pada masing-masing wilayah kerja dari puskesmas 1 Denpasar Timur. Dalam pelaksanaan kegiatan posyandu tersebut telah disusun jawdal posyandu yang telah disepakati sebelumnya oleh para kader dan puskesmas, dimana target pencapaian dari kegiatan telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan. Kegiatan pemantauan status gizi tersebut dilaksanakan oleh para kader-kader posyandu yang di dalam satu posyandu terdiri dari lima orang kader. Kader-kader tersebut sebelum melaksanakan kegiatan untuk pertama kalinya, telah mendapat pelatihan dan pembekalan kader dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Selain kader, puskesmas juga ikut serta dalam kegiatan posyandu dengan memberikan penyuluhan tentang materi terkait dan dilakukan pemantauan terhadap kegiatan posyandu tersebut. Biasanya yang menemukan masalah gizi di masyarakat itu adalah kadernya, kemudian kader melaporkan masalah gizi yang ditemukan tersebut ke puskesmas, dimana tindak lanjut dari puskesmas adalah dengan melakukan obeservasi kepada masyarakat yang terkena masalah gizi tersebut dengan kepala bidangnya sendiri sebagai pemegang program yang turun ke lapangan. Namun apabila ditemukan kasus gizi kurang dan gizi buruk yang baru dalam wilayah kerja puskesmas 1 Denpasar Timur, kepala puskesmas akan ikut observasi sendiri ke lapangan melihat dan menindaklanjuti dari permasalahan tersebut. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut dilakukan kerjasama dengan kepala desa serta perangkat-perangkat desa. Untuk itulah diperlukan kader-kader posyandu yang aktif. Namun pada kenyataannya kesadaran kader dan partisipasi masyarakat dalam posyandu masih kurang.

c. PemantauanSetelah menyelenggarakan kegiatan pemantauan program status gizi yang dilakukan di posyandu, maka puskesmas melakukan telaah bulanan terhadap hasil penyelengggaraan kegiatan tersebut dan hasil yang telah dicapai oleh puskesmas, dimana telaah bulanan tersebut dilakukan dalam bentuk Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas. Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas merupakan lokakarya mini lintas program yang dihadiri oleh seluruh staff di puskesmas yang dipimpin oleh kepala puskesmas. Lokakarya mini lintas program tersebut merupakan lokakarya untuk semua program-program yang ada di puskesmas 1 Denpasar Timur dan tidak mengkhusus pada satu program saja. Tujuan dilakukannya lokakarya mini tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi dari hambatan-hanmabatn yang ditemukan dalam penyelenggaraan kegiatan pada pasing-masing program. Untuk program gizi sendiri, tidak ditemukannya masalah yang terlalu urgent karena target dari kegiatan-kegiatan program gizi hampir mendekati target yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sedangkan untuk lokakarya mini lintas sektor dilakukan setiap setahun sekali, dimana peserta dari lokakarya mini lintas sektor tersebut adalah bekerjasama dengan masyarakat, kecamatan, bidan-bidan, PKK kecamatan, kader serta sektor lain yang terkait. Sama halnya seperti lokakarya mini lintas program, pada lokakarya mini lintas sektor diadakan untuk semua program dan tidak mengkhusus pada satu program saja.

d. PenilaianPenilaian terhadap kegiatan pemantauan status gizi dilakukan dengan melihat laporan akhir tahun. Penilaian tersebut berupa penilaian dari penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai apakah sudah memenuhi target yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau belum. Penilaian dapat berupa data yang berasal dari laporan-laporan yang dibuat setiap bulannya, karena setiap pemegang program harus membuat laporan untuk semua kegiatan yang telah diselenggarakan. Setelah pembuatan laporan bulanan dari kegiatan yang telah diselenggarakan, maka selanjutnya laporan tersebut diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota pada tanggal 10, dimana untuk kegiatan pemantauan status gizi karena merupakan salah satu kegiatan pada program gizi maka laporan diserahkan kepada Dinas Kesehatan bagian gizi. Monitoring kegiatan pemantauan status gizi dilakukan oleh pemegang program dan kepala puskesmas. Setelah selesai melakukan kegiatan pemantauan status gizi tersebut, maka dilakukan evaluasi kegiatan untuk melaporkan hasil dari kegiatan tersebut. Evaluasi program dilakukan secara internal oleh pihak puskesmas di bidang gizi.3. Pengawasan dan Pertanggungjawabana. PengawasanDalam melaksanakan kegiatan pemantauan status gizi, dilakukan pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan langsung, dimana dalam hal ini dilakukan oleh pemegang program dan kepala puskesmas sebagai penanggungjawab kegiatan. Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta institusi pemerintah terkait seperti institusi pada wilayah kerja dari Puskesmas 1 Denpasar Timur. Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan. Aspek administratif yaitu aspek yang mecakup administrasi atau kegiatan surat-menyurat dari kegiatan pemantauan status gizi yang diadakan di posyandu pada masing-masing wilayah kerja puskesmas 1 Denpasar Timur. Aspek keuangan yaitu aspek yang mencakup pembiayaan dari kegiatan posyandu tersebut, dimana kegiatan pemantauan status gizi merupakan kegiatan yang tidak dipungut biaya. Teknis pelayanan yaitu aspek yang mencakup pelayanan yang diberikan dalam kegiatan pemantauan status gizi tersebut. Apabila dalam pengawasan kegiatan tersebut, ditemukan adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap ketiga aspek yaitu administrasi, keuangan dan teknis pelayanan serta peraturan perundang-undangan maupun berbagai kewajiban yang berlaku, maka perlu dilakukan pembinaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.b. PertanggungjawabanPelaksanaan program di puskesmas 1 Dentim disesuaikan dengan program yang telah diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Setelah melaksanakan kegiatan tersebut, puskesmas akan membuat laporan yang diserahkan kepada Dinas Kesehatan. Puskesmas merevisi laporan sampai dengan dua atau tiga kali, dimana revisi dilakukan karena ketidaksesuain masalah pada satu puskesmas dengan puskesmas lainnya. Setelah revisi oleh puskesmas maka laporan program-program tersebut diserahkan kembali kepada Dinas Kesehatan. Setiap program-program yang dilakukan oleh puskesmas, target program ditentukan oleh Dinas Kesehatan. Bentuk pertanggungjawaban dari kegiatan pemantauan status gizi yang termasuk ke dalam salah satu program gizi yang dilakukan di posyandu pada masing-masing wilayah kerja puskesmas 1 Denpasar Timur, adalah dengan pembuatan laporan tahuanan yang mencakup pelaksanaan kegiatan serta perolehan dan penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan. Laporan tersebut kemudian diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, namun tidak ada penyampaian laporan dari kegiatan tersebut kepada masyarakat, dimana masyarakat seharusnya mengetahui laporan hasil kegiatan khususnya kegiatan pemantauan status gizi melalui Badan Penyantun Puskesmas. Laporan tahunan hasil kegiatan yang diserahkan ke Dinas Kesehatan, dicocokkan dengan hasil laporan tahunan dengan puskesmas yang lainnya. Apabila ditemukan perbedaan hasil dengan puskesmas yang lainnya, maka puskesmas harus melakukan revisi terhadap data kegiatan yang dilaporkan tersebut. Apabila data yang direvisi sudah mendekati data di Dinas Kesehatan, barulah kemudian puskesmas berani mengatakan bahwa data kegiatan tersebut merupakan hasil kinerja puskesmas.

Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas I Denpasar TimurAdapun faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur adalah sebagai berikut. a) Partisipasi Masyarakat Rendah Secara sederhana partisipasi bisa diartikan sebagai keikutsertaan seseorang, kelompok atau masyarakat dalam suatu kegiatan yang dapat menunjang keberhasilan dari sebuah program. Partisipasi masyarakat dalam program dapat meningkatkan kemandirian yang dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat dapat berpartisipasi dalam tahapan perencanaan, implementasi, dan evaluasi program.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat karena masyarakat akan terlibat secara langsung dan lebih bertanggung jawab terhadap upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat.

Partisipasi masyarakat yang tercakup dalam wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur terhadap implementasi kegiatan puskesmas khususnya program gizi yang salah satu kegiatannya adalah penilaian status gizi (PSG) yang melihat pertumbuhan antropometri bayi dan balita masih rendah. Hal tersebut terlihat dari sedikitnya kunjungan ibu yang membawa bayi dan balitanya ditimbang di posyandu.

b) Keaktifan Kader Posyandu Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan kesehatan. Tugas kader salah satunya adalah mengundang dan menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu.

Bedasarkan wawancara kepada kepala bidang gizi di Puskesmas I Denpasar Timur mengatakan bahwa keaktifan kader posyandu masih rendah. Kader masih belum melaksanakan tugasnya yaitu mengundang masyarakat untuk datang ke posyandu sehingga partisipasi masyarakat menjadi rendah.

Padahal menurut penelitian Elizabeth tahun 2010 tentang Hubungan Peran Serta Kader Dalam Memotivasi Keaktifan Ibu Membawa Balita Ke Posyandu Terhadap Status Kesehatan Balita Di Cibiru Kabupaten Bandung mendapatkan hasil bahwa dari 28 responden ibu yang membawa anak balitanya datang ke Posyandu hasil menunjukkan adanya hubungan positif antara performance kader, kegiatan kader dan hasil dari kegiatan kader dalam memotivasi ibu membawa balita ke Posyandu terhadap status kesehatan balita.

c) Ketiadaan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) Badan Penyantun Puskesmas (BPP) adalah suatu organisasi yang menghimpun tokoh-tokoh masyarakat peduli kesehatan yang berperan sebagai mitra kerja Puskesmas dalam menyelenggarakan upaya pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Fungsi BPP adalah untuk melayani masyarakat (to serve), untuk melakukan advokasi (to advocate), dan untuk melakukan pengaawasan terhadap kinerja puskesmas (to watch).

Pada Puskesmas I Denpasar Timur tidak terdapat BPP yang merencanakan pelaksanaan kegiatan sehingga tidak ada lembaga yang mengawasi dan melakukan advokasi untuk menyukseskan pelaksanaan kegiatan.

Solusi Terkait Hambatan Pelaksanaan Program Gizi di Puskesmas I Denpasar TimurSolusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan pelaksanaan program gizi di Puskesmas I Denpasar Timur sebagai berikut. a) Hambatan mengenai partisipasi masyarakat yang masih rendahKoordinasi dari ketua PKK untuk membentuk peer education bagi ibu yag mempunyai bayi dan balita dan memilih ketua sebagai peer educater yang akan memberikan informasi mengenai kegiatan posyandu.

Peer education (pendidikan sebaya) adalah suatu proses komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu kelompok, ini dapat berarti kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan profesi, jenis kelamin (Harahap, 2004)

Pendekatan pendidikan sebaya mempunyai sejumlah keuntungan yaitu dapat mendukung peran serta masyarakat dalam program dan melengkapi program lain yang berkaitan dengan strategi masyarakat lainnya. Kelompok target lebih merasa nyaman berdiskusi dengan teman sebaya sehingga penyebaran informasi akan berjalan lebih cepat. Selain itu pendidikan sebaya memberikan pelayanan besar yang efektif dengan biaya sedikit (Harahap, 2004).

b) Hambatan mengenai keaktifan kader posyandu Ketua PKK mengawasi kinerja kader posyandu dan mengkoordinasi kader posyandu untuk tetap aktif dalam melaksanakan kegiatan Refreshment pelatihan kader posyandu setiap 3 bulan sekali Perekruan kader baru (mengganti yang tidak aktif) Pemberian insentif bagi kader di luar gaji pokok

c) Hambatan mengenai ketiadaan badan penyantun puskesmas (BPP) Membuat tim indepnden yang melibatkan bidang gizi di puskesmas dan beberapa tokoh masyarakat (ibu PKK) yang mempunyai fungsi sama dengan BPP sehingga ada yang mengawasi setiap pelaksanaan posyandu.

BAB IIIPENUTUP

SimpulanSebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama puskesmas memiliki berbagai program untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, salah satunya yaitu program gizi. Dalam menjalankan prinsip phc, prinsip equity, intergritas serta lintas sektor sudah di lakukan oleh Puskesmas 1 Denpasar Timur sedangkan prinsip partisipasi baru sampai pada keterlibatan masyarakat terhadap program-program yang dibuat oleh puskesmas. Dalam pelaksanaan fungsi manajemen di Puskesmas 1 Denpasar Timur, perencanaan program gizi tidak dilakukan dengan membuat Rancangan Usulan Kegiatan (RUK) dan Rancangan Kerja Operasional (RKO), pelaksanaan dan pengendalian program gizi biasanya dilakukan pada saat kegiatan posyandu dan dilaksanakan oleh para kader-kader terlatih yang dipilih oleh masyarakat, proses pemantauan program biasanya di lakukan pada saat Loka Karya Mini Bulanan Puskesmas. Penilaian capaian program gizi juga bisa di lihat pada laporan akhir tahun yang dibuat oleh puskesmas. Dalam pelaksanaan program di Puskesmas 1 Denpasar Timur proses pengawasan dilakukan secara internal dan eksternal yang kemudian akan dipertanggungjawabkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Saran Seharusnya pada prinsip PHC, partisipasi masyarakat tidak hanya dalam melaksanakan kegiatan yang di buat oleh puskesmas tapi juga ikut berpartisipasi langsung dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh puskesmas dan juga dalam mengevaluasi program. Pada saat perencanaan program tingkat puskesmas sebaiknya dilakukan dengan dengan membuat Rancangan Usulan Kegiatan (RUK) dan Rancangan Kerja Operasional (RKO) serta melibatkan partisipasi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Atmawikata, Arum. 2008. Pembangunan Kesehatan dan Gizi di Indonesia : Overview dan Arah ke Depan. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional : Jakarta.Departemen Kesehatan RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.Elizabeth, Ari. 2010. Hubungan Peran Serta Kader Dalam Memotivasi Keaktifan Ibu Membawa Balita Ke Posyandu Terhadap Status Kesehatan Balita Di Cibiru Kabupaten Bandung. http://jurnal.unpad.ac.id/jkp/article/view/15. Sitasi 3 Juni 2014. F, Indah. Pengertian dan Definisi Gizi. Tersedia di http://carapedia.com/pengertian_definisi_gizi_info2106.html dikutip pada 26 Mei 2014 pukul 22.00 Wita.Harahap, Juliandi, dkk. 2004. Pengaruh Peer Education Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Dalam Menanggulangi HIV/AIDS Di Universitas Sumatera Utara. Tersedia pada http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-juliandi.pdf . Sitasi 3 Juni 2014. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan MasyarakatUU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan