tugas miskinnnn
DESCRIPTION
kemiskinan kemensosTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu
umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kekurangan pangan, tetapi miskin
dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari kehidupan moderen pada masakini
mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kemudahan-
kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman moderen.
Kemiskinan merupakan masalah pembangunan kesejahteraan sosial yang
berkaitan dengan berbagai bidang pembangunan lainnya yang ditandai oleh
pengangguran, keterbelakangan, dan ketidak berdayaan. Oleh karena itu, kemiskinan
merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan
harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.
Pemberdayaan fakir miskin merupakan salah satu upaya strategis nasional dalam
mewujudkan sistem ekonomikerakyatan yang berkeadilan sosial dan melindungi hak asasi
manusia terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alamnya mempunyai
49,5 juta jiwa penduduk yang tergolong miskin (Survai Sosial Ekonpmi Nasional). Jumlah
penduduk miskin tersebut terdiri dari 17,6 juta jiwa di perkotaan dan 31,9 juta jiwa di
pedesaan. Angka tersebut lebih dari dua kali lipat banyaknya disbanding angka tehun
1996 (sebelum krisis ekonomi) yang hanya mencatat jumlah penduduk miskin diperkirakan
makin bertamabah.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan
alamiah dan kerena bantuan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya
alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan
”buatan” terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian
anggota masyarakat tidak mampu menguasai secara ekonomi dan berbagai fasilitas lain
yang tersedia, sehingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi
sering mengkritik kebijakan pembangunan yanterus terfokus pada pertumbuhan
dibandingkan pemerataan.
1
Berbagai persoalan kemiskinan penduduk memang menarik untuk disimak dari
berbagai aspek, baik dari aspek sosial, ekonomi, psikologi, dan politik. Aspek sosial
terutama akibat terbatasnya interaksi sosial dan penguasaan informasi. Aspek ekonomi
akan nampak pada terbatasnya pamilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah,
tabungan nilai, lemah mengantisipasi peluang. Dari aspek psikologi terutama akibat rasa
rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan
dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, posisi lemah dalam
proses pengambilan keputusan.
Kamiskinan dapat disebabkan menjadi tiga yaitu :
a. Kemiskinan absolut, seseorang termasuk golonagan miskin absolut apabila hasil
pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum (pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan).
b. Kemiskinan relativ, seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di
atas garis kemiskinan namun masih berbeda di bawah kemampuan masyarakat
sekitarnya .
c. Kemiskinan kultural, erat dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang
tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha
dari pihak lain yang membantunya.
Dalam penanggulan kemiskinan dimana termuat dalam UUD 1945 khususnya
pasal 34 ayat (1dan 3) mengamanatkan bahwa :
1. ”fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara”
2. Negara berkewajiban menangani fakir miskin melalui pemberdayaan dan bantuan
jaminan sosial”
Selanjutnya komitmen nasional dalam pemberdayaan fakir miskin dituangkan dalam
Keputusan Presiden Nomor 124 tahun 2001, dan Nomor 8 tahun 2002 tentang Komite
Penanggulangan Kemiskinan, dengan tujuan meningkatkan kerja sama, dukungan dan
sinergi semua pihak baik sektor pemerintah daerah. Masyarakat maupun dunia usaha
dalam menanggulangi masalah kemiskinan.
Tugas pokok dan fungsi Departemen Sosial khususnya Direkturat Pemberdayaan Fakir
Miskin berupaya menciptakan sistem kesejahteraan sosial nasional yang dapat
mempercapat untuk peningkatan kesjahteraan sosial bagi penduduk miskin melalui
program pemberdayaan fakir miskin. Agar dapat kesatuan gerak langkah dalam
pemberdayaan fakir miskin, maka diperlukan rencana strategis nasional penanggulangan
2
kemiskinan malalui program pemberdayaan fakir miskin yang dijadikan acuan dalam
pelaksanaan kebijakan dan program di desa secara teratur, terpadu dan berkelanjutan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini disusun dengan sestemmatika penulisan sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Analisis Masalah Sosial.
2. Untuk mengetahui bagai mana tugas dan Analisis Masalah Sosial. Fungsi terhadap
kemiskinan.
3. Untuk mengetahui bagaimana Analisis Masalah Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
I.1 Definisi Kemiskinan
Pengertian kemiskinan menurut versi pemerinah sangat beragam, antara lain menurt :
(1). Menurut Menko kesra (2000), kemiskinan adalah suatu keadaan kekurangn yang
dialami oleh seorang atau sekolompok orang di luar keinginan yang bersangkutan
3
sebagai kejadian yang tidak dapat dihindari dengan kesatuan dan kemampuan yang
dimilikinya yang disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat komleks yang
berinteraksi satu sama lain.
(2). Menurut BKKBN (KPK, 2002), kemiskinan adalah sejumlah keluarga miskin
prasejahtera yang tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya; tidak
mampu makan 2 kali sehari; tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja
dan berpergian, bagian tertentu dari rumah berlantai tanah, dan tidak mampu
membawah anggota keluarga ke sarana kesehatan.
(3). Menurut BPS (1994) kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang yang dapat
memenuhi kebutuhan makannya kurang dari 2. 100 kalori perkapita perhari.
(4). Menurut Bappenas (2002), kemiskinan mencakup unsur-unsur :
a). Ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar (papan, kesehatan,
pendidikan, perumahan, air bersih, transportasi, dan sanitasi).
b). Kerentanaan
c). Ketidak Berdayaan
d). Ketik mampuan menyalurkan aspirasinya
(5). Menurut KPK (2003) mendefenisikan ciri-ciri masyarakat miskin, yaitu;
1). Tidak mempunyai daya/kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan (basic
need deprivation).
2). Tidak mempunyai daya/kemampuan untuk melakukan kegiatan usaha
produksi.
3). Tidak mempunyai daya/kemampuan untuk menjangkau akses sumber daya
sosial dan ekonomi (inaccessibility).
4). Tidak mempunyai daya/kemampuan untuk membantu nasibnya sendiri serta
senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan
dan kecurugaan, serta sikap apatis dan fatalistik (vulnerability).
5). Tidak mempunyai daya/kemampuan untuk membebaskan diri dari mental dan
daya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri
yang rendah.
Kemiskinan adalah sebuah fenomena multifaset, multidimensional, dan terpadu.
Hidup miskin bukan berti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang, pangan dan papan.
4
Hidup dalam kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai
regam sumberdaya dan asset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh
sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar. (Nasikun : 1995).
Manurut Edi Suharto, kemiskinan merupakan kondisi yang berbeda di bawah garis
nilai standar kebutuhan manimum, baik untuk makan merupakan kondisi yang berbeda di
bawah garis kamiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk
dapat membayar kebutuhan makan serta 2100 kilo kalori per orang perhari dan kebutuhan
non makan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transpotrasi srta
aneka barang dan jasa lainnya.
Dan menurut M. Jauhari Wira Karta Kusuma, ”kemiskinan adalah tentang adanya
perubahan kesejahteraan penduduk di kota yang meningkat, sementara penduduk yang
berbeda di daerah perkotaan.
Menurut Fiedmann (1979;101) mendefenisikan kemiskinan sebagai
ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis
kekuasaan sosial meliputi (tidak terbatas); modal yang produktif atau assat misalnya
tanah, perumahan, peralatan kesehatan, dan lain-lain, sumber-sumber keuangan
pendapatan dan kredit yang memadahi.organisasi sosial dan polotik yang dpat digunakan
untuk mencapai kepentingan bersama (partai polotik sindikat, koperasi dan lain-lain).
Dari pengertian diatas dapat disebutkan bahwa kemiskinan tersebut secara global
dapat disebutkan : ”Kemiskinan adalah rendahnya nilai tatanan kehidupan di suatu
daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, baik yang menyangkut masalah moral,
material maupu sprituil”
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian tidak mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan. (Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
1981).
Saha Kesejahteraan Sosial (UKS) adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mengatasi masalah sosial atau kerawanan sosial ekonomi dari anggota masyarakat
melalui pengertian kemampuan sember daya manusia dan peningkatan akses terhadap
pelayan sosial dasar dengan mendayagunakan sumber-sumber sosial yang ada di
masyarakat.
5
Jaminan Kesejahteraan Sosial adalah sistem perlindungan sosial dalam bentuk
bantuan dan asumsi kesejahteraan sosial kepada individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas yang dikategorikan sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Bantuan sosial adalah bantuan yang sifatnya sementara yang diberikan kepada
fakir miskin, dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan kehidupan secara wajar.
(PP.No. 42 tahun 1981).
1.2. Karakteristik atau Ciri-Ciri Kemiskinan
Menurut SMERU (2001), kemiskinan memiliki berbagi dimensi :
-). Penghasilan kurang dari 500 ribu s/d 1 juata perubahan
-). Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan
papan).
-). Tidak adanya aske terghadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih dan transportasi).
-). Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga).
-). Keretanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.
-). Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.
-). Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.
-). Tidak adanya askes terhadap lapangan kerja danmata pencaharian yang
berkesinambungan.
-). Ketidak mampuan dan ketidakberuntungan social (anak terlantar, Wanita sorban
tindak kekerasan dalam rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
terpencil) (Suharto, dkk, 2004;7-4).
Untuk mencegah dengan adanya estándar ganda tenteng masalah kemiskinan tersebut
maka terdapat beberapa indikator untuk menentukan kriteria orang miskin yaitu :
1. Penghasilan rendah atau menurut garis kemiskinan yang ditentukan oleh tingkat
penghasilan oleh per orang per bulan menurut estándar BPS pada propinsi dan
kabupaten/kota.
2. Tergantung pada bantuan bahan makanan.
3. Pemilikan baju terbatas untuk setiap anggota keluarga per tahun (hanya mempunyai 1
potong baju per orang per tahun).
6
4. Tidak dapat membayar biaya perawatan kesehatan jira ada anggota keluarga yang
sakit.
5. Tidak dapat membanyar biaya pendidikan dasar (9 tahun) untuk anak mereka.
6. Tidak punya kepemilikan aset yang dapat digunakan atau dijual untuk memenuhi
kebutuhan selama tiga bulan atau sebanyak dua kali di atas garis kemiskinan.
7. Tinggal di rumah yang tidak sehat (tidak layak untuk tinggal).
8. Sulit untuk mendapatkan air bersih.
1.3. Faktor – Faktor Penyebab Kemiskinan.
Menurut Tansey Zigley (1991) kemiskinan mempunyai tiga penyebab yaitu :
a). Humam Capital deficiencies, defenisi modal manusia berarti rendahnya kualitas
sumberdaya manusia, seperti rendahnya pengetahuan dan ketrampilan
sehinggamenyebabkan mendapatkan pekerjaan yang rendah pendapatannya dan
rendahnya daya beli.
b). Insufficient demand for labor, yakni rendahnya permintaan akan tenaga kerja sehingga
meningkatkan pengangguran, tidak memiliki pendapatan, daya bili rendah, dan
akhirnya tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar.
c). Diskrimination, adanya perlakuan yang berbeda terhadap golongan tertentu terutama
dalam aksebilitas terhadap sumberdaya-sumberdaya dan adanya dominasi pihak
tertentu terhadap sumberdaya tersebut.
1. Faktor-faktor Internal
Faktor-faktor internal adalah faktor yang berada pada diri individu atau keluarga
fakir miskin itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain
berupa kekurangmampuan dalam hak :
1. Fisik (misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan)
2. Mental emosional (minyak lemas, mudah menyerah, putus asa, temperamental).
3. Intelektual (misalnya kurangnya pengetahuan, kebodohan, kekurangan informasi)
4. Spritual (misalnya tidak jujur, penipu, serakah, tidak disiplin)
5. Sosial pisikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi/stress,
kurang relasi, kurang mampu mencari dukungan)
6. Ketrampulan (misalnya tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan
permintaan lapangan kerja)
7
7. Asset (misalnya tidakmemiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah,
tabungan, kendaraan dan modal kerja)
2. Faktor Eksternal
Faktor-fakotr eksternal adalah faktor yang berada di luar diri individu atau keluarga
yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain :
Terbatsnya pelanyanan sosial.
Tidak dilindungi hak atas kepemilikan tanah
Terbatasnya lapangan kerja formal dan kurang terlindungnya adanya usaha-
usaha dalam sektor informal
Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak
mendukung sektor usaha mikro.
Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil
masyarakat banyak.
Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum
optimal (seperti zkat)
Dampak sosial negatif dari program penyesuaian struktural (Structural Adjusment
Program/SAP).
Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan
Kondisi geografis yang silit, tandus, terpencil, atau daerah bencana
Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material
Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.
Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
1.4. Sumber Masalah Kemiskinan
Hal utama yang menyebabkan adanya kemiskinan di kalangan mesyarakat miskin ini
bukan berarti kekurangan sumber daya yang dibutuhkan untuk berpartisipasi secara
signifikan dalam masyarakat.
Menurut PBB, yang diuraikan dalam Human Development Report 2000, Kemiskinan
terdiri dari dua macam yaitu ;
-). Human Poverty (kamiskinan sosial)
8
Human poverty adalah kemiskinan secara multidimensi, meliputi kehilangan
(deprivation) kesempatan untuk menikmati hidup yang panjang dan sehat, kekurangan
dalam pengetahuan, kekurangan tergadap standard kehidupan yang layak, dan
kekurangan dalam partisipasi di masyarakat.
-). Income Poverty (kemiskinan ekonomi)
Income Poverty adalah kemiskinan yang terjadi dalam suatu dimensi saja, (Nancy
Krieger, 2002)
Untuk mencari sumber kemiskinan bukanlah yang mudah. Waupun ilmu
pengetahuan dewasa ini bagitu maju, tetapi konsep kemiskinan telah ada, tetap saja
sumber dan akar kemiskinan belum diketahui secara jelas. Oleh sebab itu masalah
kemiskinan tetap saja menjadi topik pembicaraan khususnya di Indonesia. Banyak para
ahli yang mengemukakan tentang penyebab kemiskinan, namun bila ditarik satu
kesimpulan maka penyebab kemiskinan yang paling mendasar adalah rendahnya tingkat
pendidikan dan ketrampilan, baik sera teknis maupun material.
Seringkali kita kita mellihat sumber kemiskinan hanya pada pendidikan rendah,
akses kesumberdaya ekonomi terbatas, kurang modal, dan ”mental iskin” biasanya
diartikan sebagai suatu cara hidup dan cara pandang sekelompok orang yang gampang
puas dan tidak mempunyai cita-cita untuk meraih masa depan yang lebih baik dan banyak
malas. Semua ini memeng menjadi sumber kemiskinan. Tetapi yang haris kita ingat,
kemiskinan juga ditentukanoleh nilai-nilaidan struktur sosial yang ada. Kemiskinan yang
ada pada seseorang manusia tidak terpisahkan dari sistem sosial di mana ia berada.
Sumber kemiskinan bisa sangat dinamis, sebagai gejala ketrangan ekonomi (economoc
insecurity), kemiskinan dapat timbul dari :
a). Resiko-resiko akibat guncangan ekonomi seperti naiknya harga-harga barang,
penyakit, kecelakaan, dan bencana alam.
b). Kamampuan waarga atau kelompok warga yang terbatas untuk memulihkan diri
sesudah guncangan ekonomi (Guy Standing, 2007).
Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan pun seharusnya dinamis,
sesuai dengan penyebab timbulnya kemiskinan tersebut. Dalam hal ini, cukup relevan jika
dikakatan bahwa kemiskinan, selain dapat merupakan pengalaman yang bersifat
sementara dan kronis, dapat pula menjadi takdir hidup yang bersifat permanen bagii
seseorang.
9
1.5. Dampak Masalah Kemiskinan
Rendahnya pengetahuan serta lingkungan yang kurang sehat sendiri merupakan
dari kamiskinan. Kondisi ini menjadikan satu daerah tertentu sebagai daerah rawan akan
semakin rendahnya kwalitas sumberdaya manusia, rendahnya pengetahuan, ketrampilan,
mendapat penghasilan yang rendah, yang dapat mengakibatkan daya beli menurun (tidak
dapat memenuhi kebutuhan dasar).
Menurut Oscar Lewis, kemiskinan yang bersangkut paut dengan keterbatasan
pemilikan dan penguasaan sumber-sumber dasar material akan merefleksikan suatu cara
hidup tertentu atau budaya kemiskinan yang ciri-cirinya antara lain,fatalistic, meminta-
minta, mengharapkan bantuan, cenderung suka berjudi dan mabuk-mabukan. Jaringan –
jaringan sosial yang terbentuk pada masyarakat miskin bukannya mendorong pada status
ekonomi tetapi menjerat mereka untuk tetap berada pada lingkaran kemiskinan.
Bentuk kerjasama dan solidaritas yang tumbuh pada masyarakat miskin selalu
berputar-putar didalam dan menjebak untuk tetap hidup dalam batas-batas subtensi
ekonomi bukan suatu pergerakan yang evolutif yang berkembang. Kemiskinan telah
membatasi hak warga untuk: Memperoleh pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan,
memperoleh perlindungan hukum, memperoleh rasa aman, memperoleh akses atau
kebutuhan hidup yang terjangkau, memperoleh akses pendidikan, memperoleh akses
kesehatan, memperoleh keadilan, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan public dan
pemerintah, untuk berinovasi,menjalankan hubungan spiritual dengan Tuhan,
berpartisipasi dalam penataan dan pengolahan pemerintahan dengan baik.
1.6. Upaya Pemecahan yang Telah Dilakukan Pemerintah
Sistem usaha kesejahretaan sosial untuk orang miskin selanjutnya adalah berupai
bantuan sosial. Bantuan sosial (social assisstance) merupakan suatu program bantuan
yang diberikan kepada orang miskin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Progam
bantuan ini diberikan hanya untuk memenuhi aspek dasar kebutuhan hidupnya. Program
bantuan ini diberikan hanya untuk memenuhi aspek dasar kebutuhan manusia seperti
makan, kesehatan dan pendidikan.
Bantuan ini terbagi dalam beberapa macam program yaitu bantuan langsung tunai
(BLT), Program kelurga harapan (PHK), Asuransi kesehatan miskin (ASKESKIN), Jaminan
kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS), Beras untuk rakyat miskin (RASKIN), dan bantuan
operasional sekolah Dana BOS).
10
Program yang pertama yaitu program bantuan langsun tunai. Program ini
direncanakan diberikan kepada warga miskin sebagai kompensasi dari kenaikan harga
bahan bakar minyak. BLT ini diberikan dalam bentuk uang tuani sebesar Rp. 100.000 per
bulan dan diberikan satu kali dalam tiga bulan. Kriteria penerima program ini adalah warga
yang memang masuk golongan miskin.
Program yang kedua yaitu Program keluarga harapan (PKH). Program ini
biasanya dikatakan sebagai kelanjutan dari BLT. Program ini lebih ditujukan kepada warga
miskin yang mempunyai anggota keluarga yang hamil atau mempunyai anak belita atau
anak yang masih sekolah. Besaran dana yang diberikan dalam PKH ini tergantung pada
kondisi keluarga miskin tersebut, adalah wanita hamil, jumlah belita atau anak yang masih
sekolah.
Program yang ketiga yaitu program Asuransi Kesehtan masyarakat miskin
(ASKESKIN) Program ini dijalankan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan
kesehatan gratis kepada warga miskin. Askeskin ini memberikan pelayanan pengobatan
dari pemerintahan kesehatan dasar di pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS),
Perwatan di puskesmas, pemeriksaan kesehatan lanjut kerumah sakit. Progaram askeskin
ini dijalankan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerja sama dengan PT.
ASKES.
Program selanjutnya adalah Jaminan kesehatan masyarakat (JAMKESMAS)
Jamkesmas ini merupakan program kelanjutan dari askeskin, dimana jemkesmas ini
melakukan perbaikan –perbaikan pada kekurangan yang dimiliki oleh program askeskin.
Halini di picu oleh adanya kemacetan dana dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia ke PT. ASKES sehingga program askeskin tidak berjalan dengan lancar.
Selanjudnya adalah program Beras Untuk Rakyat Miskin (RASKIN). Program
raskin ini dilakukan dengan tujuan untuk menyediakanbahan pangan yang murah bagi
penduduk miskin. Program ini dijalankan oleh Badan Usaha Logistik (BULOG). Pada
program raskin ini beras dijual pada penduduk miskin dihargai sebesar Rp. 1000 per kg.
Kemiudian menyesuaikan dengan kondisi ekonomi maka beras beras untuk program
raskin dihargai sebesar Rp. 1500 per kg.
Program yang lain yaitu Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Program
ini dilaksanakan oleh Departem Pendidikan nasional dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan pendidikan murah bahkan gratis kepada anak-anak penduduk miskin. Dana
program ini memberikan pendidikan murah bahkan gratis kepada anak-anak penduduk
11
miskin . Dana Bos ini membantu mengurangi atau menghilangkan beban biaya
operasional pada setiap sekolah yang sangat memberikan bagi penduduk miskin.
1.7. Upaya Pemerintah Dalam Pemecahan Masalah
Setelah melihat data jumlah penduduk miskin di indonesia yang jumlahnya begitu
banyak atau cukup besar, maka dilakukan suatu langkah-langkah untuk mengatasi
masalah kemiskinan. Di Indonesi di kenal dengan adanya sistem usaha kesejahteraan
sosial yaitu suatu sistem yang berusaha untuk menyembuhkan, mengobati,mengatasi dan
mencegah suatu masalah sosial termasuk kemiskinan. Pada sistem kesejahteraan sosial
ini dekenal dengan tiga jenis tindakan untuk masalah-masalah sosial yaitu : Pada
Lembaga pelayanan, Program Bantuan, dan Bantuan sosial.
Untuk mengatasi masalah kemiskinan maka perlu dilakukan satu langkah-langkah
terpadu sehingga kemiskinan dapat ditanggulangi. Kamiskinan sebagai satu masalag
sosial jika dilihat pada jenis masalahnya maka tindakan yang bisa dilakukan oleh sistem
usaha kesejahteraan sosial adalah berupa program bantuan dan bantuan sosial.
Dalam menjalankan dua jeni tindakan ini perlu dilakukan pemilihan-pemilihan
terhadap penduduk miskin. Pemilahan ini agar dapat diidentifikasikasi dengan jelas
kelompok penduduk miskin mana yang mendapat program bantuan program bantuan dan
kelompok penduduk mana yang mendapat bantuan sosial. Hal ini perlu dilakukan agar
tidak semua penduduk digolongkan dalam satu program saja dan agar tindakan yang
dilakukan tepat pada sasarannya.
Dalam pembagian kelompok penduduk miskin yang mendapat program bantuan
adalah kelompok penduduk miskin yang masih bisa berusaha, bekerja dan masih
potensial dalam menjalankan bantuan yang diberikan. Kelompok ini meliputi penduduk
miskin yang disebabkan oleh kurangnya ketrampilan, kurangnya lapangan pekerjaan,
kurangnya aset, keadaan geografi tempat tinggal yang tidak mendukung, dan kebijakan
publik yang tidak berpihak.
Sedangkan kelompok penduduk miskin yang mendapat bantuan sosial adalah
kelompok penduduk miskin yang sudah tidak mampu untuk bekerja dan berusaha karena
faktor usia, penyakit yang cukup parah, dan faktor lainnya.
12
BAB III
P E N U T U P
Kesimpulan dan Saran
2.1 Kesimpulan
Sistem usaha kesejahteraan sosial dalam menangani masalah kemiskinan sangat
bisa memberdayakan masyarakat untuk menambah wawasan yang cukup luas, untuk
dapat menutupi keterbelakangan zaman moderen, dan dapat meningkatkan sistem
kesejaheraan sosial, dalam meningkatnya produktifitas, dapat mengurangi beban usa
kesejahteraan sosial dan mempunyai progaram pemberdayaan fakir miskin oleh instansi
terkait dan masyarakat, baik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Dalam
program ini yang pada dasarnya bagi para penyelenggara di lapangan untuk melakukan
inovási harus dapat di sesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat, sepanjang tidak
menyimpang dari kebijakan yang digariskan.
Berhasilnya pelaksanaa dalam program pengentasan kemiskinan di lapangan
akan Sangay tergantung pada semangat dan koalitas verja para penyelenggara di daerah
serta derajat jeringan verja yang berhasil di bangun.
2.2. S a r a n
Dari pembahasan di atas maka dapat diberikan beberapa saran yaitu :
1. Dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan hendaknya di lakukan dengan
program yang tepat.
2. Dalam pelaksanaan program pengentasan kemiskinan hendaknya dilakukan dengan
program yang tepat dan perlu dilakukan dengan kebijakan-kebijakan yang pro
pada rakyat sehingga dapat diminimalisir efek-efek yang buruk bagi
masyarakat.
13