tugas metodologi penelitian - proposal

39
PENGARUH LATIHAN FISIK PADA PERIODE PENGKADERAN TERHADAP KAPASITAS VITAL PAKSA PARU DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK I ANGGOTA BARU KORPS PECINTA ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN Proposal Penelitian OLEH YUSFINA P1502213413 PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK KONSENTRASI FISIOLOGI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2014

Upload: fina-mona-zite

Post on 30-Dec-2015

186 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

PENGARUH LATIHAN FISIK PADA PERIODE PENGKADERAN

TERHADAP KAPASITAS VITAL PAKSA PARU DAN VOLUME EKSPIRASI

PAKSA DETIK I ANGGOTA BARU KORPS PECINTA ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Proposal Penelitian

OLEH

YUSFINA

P1502213413

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK KONSENTRASI FISIOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

TAHUN 2014

Page 2: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas fisik sebenarnya mempunyai esensi yang sederhana saja. Tidak

diam, bergerak, beraktivitas, dinamis atau berolah-raga. Tidak membiarkan

organ-organ tubuh dalam keadaan pasif, sehingga efeknya terasa pada

peredaran darah, pembakaran kalori dan metabolisme sel tubuh bekerja secara

optimal. Bergerak untuk kehidupan yang lebih aman, nyaman, sehat, bahagia

sehingga berdampak pada perbaikan kualitas kehidupan.

Penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa gaya hidup

duduk terus menerus dalam bekerja menjadi penyebab 1 dari 10 kematian dan

kecacatan dan lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh

kurangnya aktivitas fisik/bergerak. Oleh sebab itu beraktivitas fisik sangat

diperlukan untuk memelihara kesehatan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Matt Hewit dkk, dengan

menggunakan model tikus sebagai percobaan menerangkan bahwa dengan

aktivitas yang berlebihan akan menurunkan inflamasi pada saluran

nafas.Olahraga merupakan salah satu aspek kehidupan yang erat hubungannya

dengan kesehatan dan sangat bermanfaat bagi kesehatan individu maupun

masyarakat. Aktivitas olahraga sejak 20 abad yang lalu telah dianggap sebagai

bagian dari usaha untuk mempertahankan kebugaran. Hipocrates (460-377SM)

menyatakan bahwa apabila individu mendapat makanan dan latihan yang

teratur akan menjadi sehat..

Page 3: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Korps Pecinta Alam Universitas Hasanuddin (Korpala Unhas) merupakan

salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang merupakan bagian dari unit kegiatan

mahasiswa Unhas. Korpala Unhas berfokus pada kegiatan-kegiatan alam

terbuka yang sarat akan nilai-nilai pendidikan, petualangan dan humanisme.

Organisasi ini mengembangkan interaksi hampir di semua aspek penuh

tantangan di alam bebas. Mulai dari kegiatan mendaki gunung, panjat tebing,

susur gua serta penelusuran sungai dan laut. Tidak ketinggalan menguasai

dengan sangat baik bahkan hampir sempurna, semua keterampilan search and

recue yang berhubungan dengan seluruh kegiatan tersebut. Karenanya setiap

anggota Korpala Unhas akan memiliki semua keterampilan alam terbuka,

bagaimana hidup di alam bebas, sampai dengan bagaimana melakukan

pertolongan dan evakuasi pada kasus-kasus kecelakaan kegiatan di alam bebas

dan kasus-kasus bencana alam.

Kegiatan yang dilakukan para anggota Korpala Unhas tidak hanya

membutuhkan kreatifitas dan semangat juang yang tinggi, tetapi juga tingkat

kebugaran sangat menentukan dalam kesuksesan kegiatan yang dilakukan.

Oleh karena itu, untuk menjadi seorang anggota Korpala Unhas, haruslah

melalui berbagai tahapan yang begitu ketat. Salah satu kriteria yang sangat

penting yaitu kesehatan fisik. Para calon anggota harus memiliki kondisi

kesehatan fisik yang baik.Setelah dinyatakan lulus, para anggota diwajibkan

lagi mengikuti training fisik untuk meningkatkan status kesehatan mereka

sehingga para anggota Korpala Unhas berada dalam kondisi yang bugar.

Page 4: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Untuk mencapai tingkat kebugaran yang optimal, seorang anggota Korpala

Unhas harus memiliki performa yang tinggi. Dari beberapa model

pemeriksaan atau tes-tes spesifik untuk mengetahui tingkat kebugaran adalah

tes spirometer. Dengan menggunakan spirometer maka kita dapat memonitor

kebugaran pernafasan kita. Parameter yang sering dijadikan standar untuk

memonitor kesehatan pernafasan adalah Kapasitas Vital Paksa Paru (Forced

Vital Capacity/FVC) dan Volume Ekspirasi Paksa Detik I (Forced Expiratory

Volume Detik 1/FEV1)

Kapasitas Vital Paksa Paru adalah udara maksimum yang dapat

diekspirasikan setelah inspirasi maksimum. Kapasitas Vital paksa paru

mencerminkan perubahan volume maksimum yang dapat terjadi di dalam paru

dan bermanfaat untuk menilai kapasitas fungsional paru.

Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 atau FEV1 adalah persentase kapasitas

vital yang dapat diekspirasikan dalam detik pertama. Lama ekspirasi orang

normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama orang normal dapat

mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai kapasitas vital. Fase

detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya. Adanya

obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama

tersebut

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan pada

periode pengkaderan anggota baru terhadap kapasitas vital paksa paru dan

volume ekspirasi paksa detik I anggota Korps Pecinta Alam Universitas

Hasanuddin tahun 2015.

Page 5: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I sebelum latihan

fisik pada program pengkaderan dan sejauh mana pengaruh program tersebut

terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I

anggota baru Korpala Unhas

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana nilai kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa

detik I sebelum latihan fisik pada periode pengkaderan anggota baru

Korpala Unhas Tahun 2015

2. Bagaimana nilai kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa

detik I sesudah latihan fisik pada periode pengkaderan anggota baru

Korpala Unhas Tahun 2015

3. Bagaimana pengaruh latihan fisik pada periode pengkaderan terhadap

kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I anggota

baru Korpala Unhas Tahun 2015.

Page 6: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik pada periode pengkaderan

terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I

anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui nilai kapasitas vital paksa paru dan volume

ekspirasi paksa detik I sebelum latihan fisik pada periode

pengkaderan anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015

b. Untuk mengetahui nilai kapasitas vital paksa paru dan volume

ekspirasi paksa detik I sesudah latihan fisik pada periode

pengkaderan anggota baru Korpala Unhas Tahun 2015.

c. Untuk mengetahui pengaruh latihan fisik pada periode

pengkaderan terhadap kapasitas vital paksa paru dan volume

ekspirasi paksa detik I anggota baru Korpala Unhas Tahun

2015

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar didalam

mengaplikasikan teknik dan jenis latihan dalam rangka

Page 7: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

memperbaiki performance mahasiswa khususnya para anggota

Korpala Unhas

b. Dapat menjadi acuan untuk penelitian lain khususnya yang

tekait fisiologi olahraga

2. Manfaat Ilmiah

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

ilmiah terkait pengembangan teori-teori dalam pelatihan

mengenai aktivitas fisik dan pengukuran kesegaran jasmani

khususnya pada para anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Unhas

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman

dan edukasi mengenai factor risiko yang muncul terkait

kebugaran fisik

Page 8: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kesehatan Olahraga di Lingkungan Kampus

Salah satu karakteristik makhluk hidup di dunia ini, termasuk manusia adalah

melakukan gerakan. Antara manusia dan aktivitas fisik merupakan dua hal yang

sulit atau tidak dapat dipisahkan. Hal ini dapat dilihat bahwa sejak manusia pada

zaman primitif hingga zaman modern, aktivitas fisik atau gerak selalu melekat

dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, antara manusia dan aktivitas

fisik tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya.

Secara umum, olahraga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas fisik yang

diatur oleh seperangkat aturan atau kebiasaan dan menekankan kemampuan fisikal

serta keterampilan gerak sebagai penentu utama keberhasilannya. Pengertian ini

memang masih sangat terbatas, karena pada kenyataannya olahraga pun

melibatkan kemampuan mental, serta tidak kalah pentingnya ditentukan oleh

kecanggihan peralatan yang digunakan. Tetapi, itulah yang sering mengemuka

secara tegas dalam pemahaman kita sehari-hari. Kalah-menang sering menjadi

ukuran kita ketika berolahraga. Akan tetapi, olahraga adalah sebuah produk

budaya yang unik karena beberapa faktor, seperti daya tarik universal, keterlibatan

emosional, serta kesempatan kebersamaan secara kolektif untuk berada „bersama‟

di dalam sebuah wilayah umum. Karena sifatnya yang demikian itulah pula,

sebagaimana yang telah diketahui, olahraga telah menjadi sesuatu yang amat besar

pengaruhnya dalam dunia yang sudah mengglobal ini.

Page 9: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Olahraga di tingkat universitas atau akademi mewujud dalam bentuk yang

bervariasi, dari mulai sekedar kesempatan rekreasi informal hingga ke kesempatan

kompetisi level elit dan terorganisasi ketat. Olahraga rekreasi meliputi aktivitas

fitness, akuatik, rekreasi, program penjas dan olahraga (intrakurikuler), klub

olahraga, aktivitas luar kelas, hingga pertandingan liga dalam bentuk intramurals

(yang berarti “di dalam dinding”) (Siedentop, 1990; Danylchuk, 2007).

Di kampus-kampus besar di Amerika Serikat, kegiatan olahraga bagi

mahasiswa dipayungi oleh program payung yang disebut “campus recreation”.

Program ini menggambarkan bermacam-ragam aktivitas rekreasi dan penggunaan

waktu luang yang diprogramkan di dalam kampus. Misi dari program tersebut

adalah peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (to promote health and well-

being). Demikian juga kampus-kampus di Kanada, yang sering membungkus

program olahraganya dengan pernyataan-pernyataan yang „mengundang‟ seperti,

“innovative promotion and delivery of recreation programs and services that

inspire our diverse University community to live an active and healthy lifestyle,”

lengkap dengan tagline-nya yang berbunyi “Healthy body, healthy mind”

(Danylchuk, 2007).

Untuk mampu mengembangkan program-program yang ideal demikian,

kampus-kampus di luar negeri didukung oleh suprastruktur yang kuat, umumnya

dalam bentuk Sport Directorate atau Department of Campus Recreation. Ukuran

dari departmen tersebut bisa berbeda, bergantung pada setting kampusnya, akan

tetapi tujuannya sering amat tipikal dan target utama programnya adalah

mahasiswa, meskipun programnya sangat terbuka bagi dosen, karyawan, serta

Page 10: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

masyarakat sekitar pada umumnya. Di tingkat nasionalnya, program olahraga di

Amerika Serikat melekatkan diri pada asosiasi nasional yang disebut The National

Intramural-Recreational Sport Association (NIRSA) yang turut mengatur dan

memberi pedoman dalam pengorganisasian dan pemanfaatan olahraga intra-

campus. Sedangkan di Kanada, adalah the Canadian Association for Health,

Physical Education, Recreation, and Dance (CAHPERD), yang mengatur

aktivitas Canadian Intramural Recreation Association (CIRA) sejak tahun 2003.

Peluang olahraga rekreasi hadir di berbagai kampus universitas di seluruh dunia.

Akan tetapi, dalam beberapa hal, terdapat perbedaan nuansa, terutama dalam

volume cakupan programnya, termasuk tingkat keseriusan pengelolaannya

(Danylchuk, 2007).

Di Universitas Hasanuddin , kegiatan olahraga mahasiswa dipayungi oleh

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang markas kegiatan berada di Gedung UKM.

Unit Kegiatan Mahasiswa ( UKM ) di Universitas Hasanuddin adalah wadah yang

dibentuk oleh pihak Universitas guna menyalurkan minat dan bakat dari para

mahasiswa. Beberapa UKM ini beraktivitas di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa

( PKM ) yang difasilitasi oleh pihak universitas dimana di dalamnya terselenggara

kegiatan yang berhubungan dengan UKM. Ada sekitar 25 UKM di Unhas yang

setiap tahun akan merekrut anggota dari mahasiswa lintas fakultas. Syarat utama

menjadi anggota UKM adalah terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas

Hasanuddin dan mengikuti diklat dasar atau pengkaderan untuk masuk dalam

salah satu UKM ini.

Page 11: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Salah satu dari UKM tersebut adalah Korps Pecinta Alam Universitas

Hasanuddin (Korpala Unhas). Korpala Unhas merupakan salah satu unit kegiatan

mahasiswa yang didirikan tahun 1985, Korpala Unhas merupakan salah satu

UKM terpandang dan terdepan dalam mengapresiasi bakat dan minat mahasiswa

untuk berkegiatan di alam bebas. Jenis kegiatan Korpala Unhas bermacam-

macam, diantaranya susur gua, mendaki gunung dan tebing, berlayar, dll.

Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Indonesia, namun hingga ke luar Indonesia.

Tujuan dari kegiatan yang dilakukan para anggota pun bermacam-macam, mulai

dari meningkatkan kemampuan survival para anggota hingga tujuan kemanusiaan

berupa menjadi tenaga suka rela dalam tindakan penyelamatan/rescue.

Aktivitas di alam terbuka adalah suatu olahraga yang keras. Olahraga yang

penuh petualangan, serta kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan,

kondisi fisik prima dan daya juang yang tinggi serta bahaya yang kapanpun siap

menghadang. Kegiatan di alam terbuka ini penuh dengan resiko yang

menghadapkan pada berbagai situasi dan kondisi alam yang apabila tidak

diketahui dengan baik dan tanpa persiapan dapat membahayakan jiwa. Collin

Mortlock, seorang pakar pendidikan alam terbuka mengkategorikan kemampuan

yang diperlukan dan harus dilatih oleh para penggiat alam terbuka guna

meminimalisir bahaya dari kegiatan tersebut yaitu :

1. Kemampuan teknis, yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan

gerakan serta efisiensi pengguanaan perlengkapan.

Page 12: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

2. Kemampuan kebugaran mencakup kebugaan spesifik yang dibutuhkan

untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta

kemampuan pengkondisian tubuhnya terhadap tekanan lingkungan alam.

3. Kemampuan kemanusiawian yaitu pengembangan sikap positif kesegala

asfek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakup determinasi,

analisa diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan

dipimpin

4. Kemampuan pemahaman lingkungan, yaitu pengembangan kewaspadaan

terhadap bahaya dari lingkungan yang spesifik.

Dari ke empat aspek tersebut di atas, salah satunya yaitu kondisi fisik. Jadi

jelaslah bahwa kondisi fisik adalah salah satu aspek yang harus pula dilatih

dan dipersiapkan guna untuk mendukung keberhasilan suatu petualangan.

Banyak kejadian kecelakaan dalam kegiatan alam terbuka yang disebabkan

oleh kurangnya persiapan latihan kondisi fisik pelakunya, biasanya mereka

yang awam atau masih amatir berkegiatan di alam terbuka jarang memasukan

latihan fisik di dalam jadwal kegiatannya.

B. Latihan Fisik Pada Periode Pengkaderan

Latihan fisik adalah pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan

terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi

dengan tujuan untuk memperbaiki kebugaran fisik. Pada umumnya, latihan

fisik menggambarkan proses metabolik yang menyediakan energi untuk

Page 13: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

kontraksi otot seperti aerobik (dengan oksigen) ataupun anaerobik (tanpa

oksigen) (Hornsby, 2005).

Latihan fisik memegang peranan yang sangat penting dalam aktifitas alam

terbuka guna pencapaian tujuan yang telah di tetapkan bersama. Progam

latihan kondisi fisik tersebut haruslah disusun secara teliti serta dilaksanakan

secara cermat dan dengan penuh disiplin. Harsono seorang pakar dan dosen

mata kuliah kondisi fisik mengatakan bahwa kalau kondisi fisik baik maka

akan ada:

1. Peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung

2. Peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan.

3. Ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan.

4. Pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan

5. Respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu

respon demikian diperlukan.

Dengan adanya persiapan latihan kondisi fisik yang tersusun secara

sistematis, berencana dan progresif akan mengurangi resiko yang disebabkan

oleh lemahnya kondisi fisik seseorang, karena dengan persiapan yang matang

fisik seseorang akan terbiasa menerima beban yang berat dan dengan memiliki

kondisi fisik yang prima seseorang akan cepat pulih normal kembali

kekeadaan semula setelah bekerja berat dan tubuh kita akan cepat siap kembali

untuk menerima tugas berikutnya tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan

hal ini sangat diperlukan oleh para penggiat aktivitas alam terbuka, baik

Page 14: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

pendaki gunung, pemanjat tebing, pengarung jeram, penyusur goa ataupun

kegiatan alam terbuka lainnya.

Sebelum berlatih fisik harus ditentukan program latihannya, namun

sebelum menentukan program latihan harus dilakukan tes awal terlebih dahulu

salah satunya dengan tes Vo2MAX yaitu lari selama 15 menit.

Program latihan yang disusun untuk penggiat alam terbuka ini mempunyai

tujuan utama yaitu untuk meningkatkan kemampuan Vo2max setinggi-

tingginya dan DAM (Denyut Nadi Maksimal) atau MHR (Maximum Heart

Rate). Alasan mengapa sasaran utama dari program latihan terhadap hal-hal

diatas karena untuk mendaki gunung hal tersebut yang paling dibutuhkan yaitu

system energi yang digunakan atau yang dominanya adalah kapasitas aerobic

dan anerobik.

Sebelum membuat pembuatan atau penyusunan program latihan terlebih

dahulu dilakukan tes Vo2max oleh pelatih untuk mengetahui status kesehatan

dan kondisi fisik awal sebagai bahan untuk penyusunan program latihan.

Penyusuanan program latihan untuk anggota Korpala Unhas dibagi-bagi

kedalam beberapa tahapan dengan program latihan dan sasaran atau tujuan

yang spesifik dan berbeda, adapun komponen yang dilatih adalah sebagai

berikut :

1. Daya Tahan Umum

Daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh untuk mampu

berlatih dalam waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang

Page 15: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

berlebih setelah menyelesaikan latihan tersebut. Oleh karena itu maka

latihan-latihan untuk mengembangkan komponen daya tahan haruslah

sesuai dengan batasan tersebut. Jadi latihan-latihan yang dipilih harus

berlangsung untuk waktu yang lama. Bentuk latihan untuk

meningkatkan daya tahan umum diantaranya:

a. Lari jarak jauh

b. Renang jarak jauh

c. Cross-country atau lari lintas alam

d. Fartlek

e. Interval training

f. Continuous training

2. Stamina

Setelah mencapai suatu tingkatan daya tahan atau kemampuan

aerobic yang memadai, latihan daya tahan harus ditingkatkan

intensitasnya. Dengan demikian orang tersebut akan mampu untuk

bertahan terhadap kelelahan yang disebabkan oleh kerja yang berat.

Jadi stamina merupakan tingkatan dari endurance. Beberapa cara

meningkakan endurance menjadi stamina adalah :

a. Memperjauh jarak lari atau renang dengan tetap

memperhatikan tempo yang tinggi.

b. Mempertinggi tempo (kecepatan 90% sampai 100% maksimal)

c. Memperkuat otot-otot yang dibutuhkan untuk kerja tersebut

Page 16: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

3. Kelentukan

Kelentukan adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang gerak

sendi. Kelentukan penting sekali bagi semua orang, karena perbaikan

dalam kelentukan akan dapat:

a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada otot dan

sendi.

b. Membantu dalam pengembangan kecepatan, koordinasi, dan

kelincahan.

c. Membatu memperkembangkan prestasi.

d. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu

melakukan gerakan-gerakan.

e. Membantu memperbaiki sikap tubuh.

Metode latihan untuk mengembangkan kelentukan adalah sebagai

berikut:

a. Peregangan dinamis

b. Peregangan statis

c. Peregangan pasif

d. Peregangan PNF (Proprioceptive Neuromuscular Facilitation)

4. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi

tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa

kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Bentuk

latihan kelincahan adalah sebagai berikut:

Page 17: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

a. Lari bolak balik (shuttle run).

b. Lari belak-belok (zig-zag run).

c. Lari boomerang.

d. Halang rintang.

e. Dot drill

f. Three corner drill

g. Down-the-line dril

h. Heksagon.

Untuk lebih spesifiknya latihan-latihannya adalah sebagai berikut:

1. Interval Training

a. 12000 m = 6 keliling 5 seri X 2 dimana (6 X 200m) dilakukan

sebanyak 5 kali dengan 2 kali ulangan.

b. 10000m = 6 keliling 5 seri (5 X 1200m) dan 4 keliling 5 seri (5 X

800m), dilakukan dalam 1 keliling 50-70 detik

c. 8000m = 5 keliling 5 seri (5 X 1000m) dan 3 keliling 5 seri (5 X

600m) atau 2 keliling 10 seri dengan ulangan 2 kali, didalam 1

keliling 35-40 detik

2. Continues run

a. Lari 45 menit selama 2 kali dalam 1 keliling 52-60 detik

b. Lari 30 keliling dalam 1 keliling 45-50 detik

Page 18: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

3. Fartlek

a. Lari 100 m dengan jogging 100m selama 30 menit kemudian

dilanjutkan dengan lari 200m dengan jogging 100m selama 30

menit kemudian lari 300m dengan jogging 100m selama 30 menit.

b. Lari biasa dengan medan bervariasi (memanjat keseimbangan,

meloncat dll) selama 30-60 menit.

4. Weigth Training

Bentuk gerakan-gerakan weigth training adalah Full down,

Rowing, Biceps curl, triceps curl, good morning, squat, leg press,

bench press, leg curl, sit-up, back up, helrise dan military press.

Dari gerakan tersebut dilatih dengan berbagai variasi bentuk latihan

diantaranya yaitu:

a. Circuit training dengan melakukan gerakan di setiap pos

selama 30 detik sampai 2 menit.

b. Sistem jumlah angkatan pyramid (10-8-6-4-2) dengan beban

mulai dari 25 -90% dari beban maksimal

c. 4 repetisi dengan angkatan 75-80 % dari beban maksimal

dengan 3 seri.

5. Circuit Training

Melakukan gerakan di setiap pos selama 30 detik, gerakannya

berupa: Push-up, sit-up, pull-up, squat jump, back up, squat thrust,

angkat kaki dan step-up.

Page 19: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

6. Polyometric

Melakukan gerakan step-up cepat dan lambat, lompat bangku atau

pembatas dua kaki, lompat bangku atau pembatas satu kaki, lompat

dua kaki dan berdiri diatas bangku (keadaan diam), dan lompat satu

kaki dan berdiri satu kaki di atas bangku (keadaan diam). Gerakan

tersebut dilakukan dengan varisi bentuk latihan diantaranya yaitu:

a. Masing-masing gerakan dilakukan selama 2-5 menit dengan

lima kali ulangan.

b. Masing-masing gerakan dilakukan dua menit dengan tiga kali

ulangan.

c. Masing-masing gerakan dilakukan selama dua menit setelah itu

lari lima keliling.

7. Cross country

Melakukan lari jogging atau jalan dengan langkah panjang dan

cepat dengan beban 5-7 Kg selama 1-3 jam dengan medan menanjak

ataupun berbukit.

Program latihan fisik ini dilakukan dengan bervariasi supaya tidak jenuh,

contohnya seperti Interval training dilakukan pada hari selasa dan kamis,

weigth training atau circuit training dilakukan setiap hari rabu, cross country

atau fartlek dilaksanakan setiap hari jumat dan variasi latihan lainnya.

Page 20: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

C. Kapasitas Vital Paru

Volume paru dan kapasitas fungsi paru merupakan gambaran fungsi

ventilasi system pernapasan. Dengan mengetahui besarnya volume dan

kapasitas fungsi paru dapat diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada

tidaknya kelainan fungsi ventilisator paru. Selama pernapasan berlangsung,

volume selalu berubah-ubah. Dimana mengembang sewaktu inspirasi dan

mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam keadaan normal, pernapasan terjadi

secara pasif dan berlangsung hampir tanpa disadari. Beberapa parameter yang

menggambarkan volume paru adalah:

1. Volume Tidal (Tidal Volume = TV), adalah volume udara masuk dan

keluar pada pernapasan. Besarnya TV orang dewasa sebanyak 500 ml

2. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume=IRV),

volume udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi

biasa, besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.

3. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume=ERV),

volume udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah

ekspirasi biasa, besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.

4. Volume Residu (Residual Volume=RV), udara yang masih tersisa

didalam paru sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat

diukur dengan spirometer, sedangkan RV=TLC-VC.

Kapasitas fungsi paru merupakan penjumlahan dari dua volume paru atau

lebih. Yang termasuk pemeriksaan kapasitas fungsi paru-paru adalah:

Page 21: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

1. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity=IC) adalah volume udara

yang masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume

cadangan inspirasi ditambah volume tidal (IC=IRV+TV).

2. Kapasitas Vital (Vital Capacity), volume udara yang dikeluarkan

melalui ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi

maksimal. Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi

cadangan ditambah volume tidal (VC=IRV+ERV+TV).

3. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity=TLC) adalah kapasitas

vital ditambah volume sisa (TLC=VC+RV atau TLC=IC+ERV+RV)

4. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity=FRC)

adalah volume ekspirasi cadangan ditambah volume sisa

(FRC=ERV+RV)

Kapasitas vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah

volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara

maksimum yang dapat dikeluarkan seorang dari paru, setelah terlebih dahulu

mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-

kira 4600 mL) (Guyton & Hall, 2008).

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang

berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan

inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan

menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian

menghembuskan sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur

(Elizabeth J. Corwin, 2000:403).

Page 22: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Table 2.1 Nilai Standar Kapasitas Vital Paru

Umur laki-laki perempuan

4 700 600

5 850 800

6 1070 980

7 1300 1150

8 1500 1350

9 1700 1550

10 1950 1740

11 2200 1950

12 2540 2150

13 2900 2350

14 3250 2480

15 3600 2700

16 3900 2700

17 4100 2750

18 4200 2800

19 4300 2800

20 4320 2800

21 4320 2800

22 4300 2800

23 4280 2790

24 4250 2780

25 4220 2770

26 4200 2760

27 4180 2740

28 4150 2720

29 4120 2710

30 4100 2700

31-35 3990 2640

36-40 3800 2520

41-45 3600 2390

46-50 3410 2250

51-55 3240 2160

56-60 3100 2060

61-65 2970 1960

Sumber : Herry Koesyanto & Eram TP, 2005

Page 23: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Table 2.2 Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut ATS (American Thoracic

Society)

KVP (%) Kategori

≥ 80% Normal

60 – 79%

Restriksi

ringan

51 – 59%

Restriksi

sedang

≤ 50% Restriksi berat

Sumber : Mukhtar Ikhsan, 2002

D. Volume Ekspirasi Paksa Detik I

Adalah besarnya volume udara yang dikeluarkan dalam satu detik pertama.

Lama ekspirasi orang normal berkisar antara 4-5 detik dan pada detik pertama

orang normal dapat mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai

VC. Fase detik pertama ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya.

Adanya obstruksi pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik

pertama tersebut. Interpretasi tidak didasarkan nilai absolutnya tetapi pada

perbandingan dengan FVC-nya. Bila FEV/FVC kurang dari 75% berarti

normal.

Penyakit obstruktif seperti bronchitis kronik atau emfisema terjadi

pengurangan FEV lebih besar dibandingkan kapasitas vital (kapasitas vital

mungkin normal) sehingga rasio FEV/FVC kurang 80%.

Page 24: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

E. Pengaruh Latihan Terhadap Kapasitas Vital Paksa Paru dan Volume Ekspirasi

Paksa detik I

Selama latihan fisik, jumlah oksigen yang masuk ke aliran darah pada paru

meningkat karena jumlah oksigen yang ditambahkan pada tiap unit darah dan

aliran darah paru per menit meningkat (Ganong, 2003 ; Shepherd, 1963). Pada

permulaan latihan fisik, terdapat kenaikan ventilasi yang tiba-tiba, selanjutnya

diikuti oleh kenaikan yang perlahan. Pada latihan fisik sedang, peningkatan

ventilasi terutama disebabkan dalamnya pernapasan, kemudian diikuti oleh

peningkatan kecepatan pernapasan pada latihan fisik berat. Peningkatan yang

mendadak pada permulaan latihan fisik diduga disebabkan karena rangsangan

psikis dan impuls aferen propioreseptor dalam otot, tendon dan sendi.

Peningkatan ventilasi sebanding dengan peningkatan konsumsi oksigen, tetapi

mekanisme yang bertanggung jawab untuk perangsangan pernapasan ini tetap

merupakan masalah yang masih banyak dipertentangkan. Peningkatan suhu

tubuh mungkin berperan. Mungkin sensitivitas pusat pernapasan terhadap

CO2 meningkat sehingga walaupun PCO2 rata-rata tidak meningkat, CO2

inilah yang bertanggung jawab untuk peningkatan ventilasi. Oksigen juga

berperan sebagian walaupun kekurangan oksigen menurunkan PO2 arteri

(Shepherd, 1963 ; Hargeaves, 2003 ; Mcllroy, 1963).

Pada saat latihan fisik berat, pendaparan (buffer) karena peningkatan

jumlah asam laktat yang dihasilkan mengeluarkan lebih banyak CO2 dan lebih

lanjut hal ini meningkatkan vemtilasi. Dengan meningkatnya pembentukan

asam, ventilasi meningkat dan pembentukan CO2 tetap sebanding. Jadi, CO2

Page 25: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

alveolar dan CO2 arteri relatif hanya sedikit berubah dan PO2 alveolar juga

turun, demikian juga PCO arteri (Ganong, 2003).

Jika seseorang melakukan latihan fisik tentu akan mempengaruhi fungsi

paru selama latihan oleh karena peningkatan penggunaan oksigen dalam

darah. Karbondioksida dalam darah yang meningkat tersebut perlu

dikeluarkan melalui paru-paru. Penilaian fungsi paru setelah latihan fisik

sering memberikan arti klinis (Goubalt et al, 2001 ; Sabapathy et al, 2004).

Perubahan yang terjadi dalam paru- paru ini dapat diukur. Spirometer

digunakan untuk mengukur kapasitas vital dan subdivisinya serta kecepatan

aliran ekspirasi atau inspirasi. Ada banyak penilaian yang biasa dilakukan

salah satunya adalah volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1) dan

kapasitas vital paksa (KVP) (Haddad, 2003).

F. Pengukuran Fungsi Paru

Volume ekspirasi paksa pada detik pertama dan KVP adalah pemeriksaan

uji fungsi paru yang sederhana dan relatif murah dimana KVP merupakan

jumlah udara yang dapat dikeluarkan pada suatu ekspirasi paksa sesudah suatu

inspirasi maksimal, sedangkan VEP1 adalah jumlah udara yang dapat

dikeluarkan pada satu detik pertama suatu ekspirasi paksa sesudah suatu

inspirasi maksimal. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk konfirmasi diagnosis,

menentukan faktor pencetus serta menilai beratnya kelainan dan respons

pengobatan (Anderson, 2002; Panditi dan Silverman, 2003).

Page 26: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Nilai VEP1 < 80% atau VEP1/KVP < 80% menunjukkan indikasi

obstruksi jalan napas. Perbandingan VEP1 dan KVP > 80% mengindikasikan

fungsi jalan napas yang normal. Dikatakan asma episodik jarang jika nilai

VEP1/KVP > 80%, episodik sering jika nilai VEP1/KVP 60 - 80% dan asma

persisten jika VEP1/KVP < 60% (Rahajoe, 2004).

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur

sebagian besar volume dan kapasitas paru-paru dengan menggunakan alat

spirometer (American Thoracic Society, 1987). Spirometer elektronik dapat

mengukur berbagai macam parameter fungsi paru, misalnya VEP1, KVP, dan

lain sebagainya. Pada pemeriksaan ini diperlukan latihan fisik smapai

submaksimal selama 6-8 menit. Biasanya bronkokonstriksi muncul segera

setelah latihan fisik dihentikan, maksimal sesudah 3-5 menit dan kembali ke

keadaan sebelumnya dalam 1-2 jam. Keadaan bronkokonstriksi setelah latihan

ini biasanya didahului bronkokonstriksi sebentar selama 1-2 menit pertama

latihan.

G. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Faal Paru

Factor normal yang ikut mempengaruhi besarnya parameter ventilasi pada

individu normal adalah sebagai berikut :

1. Usia . Semakin tua usia, maka terjadi juga penurunan kapasitas vital

paru.

2. Jenis kelamin. Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-

kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dibandingkan pria

Page 27: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

3. Tinggi badan dan berat badan. Bentuk tubuh, tingkat kegemukan juga

dapat mempengaruhi besarnya nilaifaal paru, orang yang bertubuh

besar dan atletis mempunyai nilai volume dan kapasitas paru yang

lebih besar disbanding yang bertubuh kecil dan astenis

4. Tinggi tempat pengukuran faal paru di atas permukaan laut

5. Suhu tubuh saat pemeriksaan

6. Olahraga dan latihan fisik. Olahraga dan latihan fisik memegang

peranan besar dalam perubahan system sirkulasi dan pernafasan.

Kedua hal tersebut berlangsung terpadu sebagai akibat dari respon

homeostasis. Latihan fisik yang teratur akan meningkatkan performa

tubuh termasuk peningkatan kekuatan otot tubuh dan peningkatan

kekuatan otot pernafasan sehingga daya tahan otot pernafasan pada

orang yang terlatih akan lebih besar dari orang yang tidak terlatih

7. Posisi tubuh saat pemeriksaan

Selain factor normal tersebut, terdapat pula factor lain yang memengaruhi

besarnya nilai faal paru. Factor tersebut adalah kebiasaan merokok dan

penyakit yang diderita oleh seorang individu. Merokok akan menyebabkan

penurunan faal paru oleh karena rokok menyebabkan perubahan struktur dan

fungsi dari system pernafasan

Page 28: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

H. Kerangka Teori

Factor yang berpengaruh pada

latihan fisik :

- Jenis latihan fisik

- Lingkungan

- Usia

- IMT

-

Sistem Respirasi

Fungsi paru :

- FVC

- FEV I - Usia

- Jenis

Kelamin

- IMT

- Suhu tubuh

- Riwayat

Penyakit

- Kebiasaan

Merokok

Frekuensi Napas

Kebutuhan O2

VO2Max

Sistem

Kardiovaskular

Tekanan

Darah

Denyut

Jantung

Curah Jantung

System Otot

Skeletal

Energy

Page 29: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

I. Kerangka Konseptual

Keterangan :

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :

J. Hipotesis

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat

hubungan antara latihan fisik pada periode pengkaderan terhadap kapasitas

vital paksa paru dan volume ekspirasi detik I anggota Korpala Unhas

Latihan Fisik

Faal Paru Kapasitas Vital Paksa

Paru & Volume

Ekspirasi Paksa Detik I

1.Latihan Fisik

2. Usia

3. Jenis Kelamin

4. IMT

5. Suhu Tubuh

6.Kebiasaan

Merokok

7. Riwayat

Penyakit

Kardiorespirasi

Page 30: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

K. Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Variable penelitian terdiri atas dua bagian yaitu variable

independen berupa latihan fisik dan variable dependen berupa

kapasitas vital paksa paru dan volume ekspirasi paksa detik I.

2. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.

a. Latihan fisik

Bentuk aktivitas fisik yang sifatnya formal, terencana dan

terstruktur yang melibatkan gerakan tubuh yang berulang-ulang

dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

b. Periode pengkaderan

Masa orientasi yang dilakukan oleh anggota Korpala Unhas

berupa kegiatan pendidikan alam terbuka, diksar, dan latihan fisik

yang berlangsung selama 3 bulan.

c. Kapasitas vital paksa paru

Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang

dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimum

yang akan diukur dengan spirometri dengan criteria sebagai

berikut:

1) Normal>80%

2) Restriksi ringan 60 -79%

3) Restriksi sedang 51 –59%

4) Restriksiberat < 50%

Page 31: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

d. Volume ekspirasi detik I

Volume ekspirasi Paksa detik 1 adalah sejumlah udara yang

dihembuskan dengan paksa pada detik pertama yang mana volume

udara yang keluar akan diukur menggunakan spirometri.

e. Anggota Korpala Unhas

Mahasiswa yang telah lulus dari serangkaian tes masuk

penerimaan anggota korpala Unhas yang dibuktikan dengan kartu

keanggotaan Korpala Unhas.

Page 32: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan

pendekatan studi prospektif yaitu dengan mengukur kapasitas vital paksa paru

(FVC) dan volume ekspirasi paksa detik I (FEV1) anggota baru Korpala

Unhas sebelum dan sesudah latihan fisik pada periode pengkaderan dengan

metode analitik komparatif numeric berpasangan dua kelompok dengan pola

design penelitian sebagai berikut :

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Gedung Unit Kegiatan Mahasiswa Unhas

selama 3 bulan.

Latihan Fisik

pada Periode

Pengkaderan

Selama 3

Bulan

Pre Test Post Test

Page 33: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan pada bulan Maret 2015 sebelum

pelaksanaan latihan fisik anggota baru Korpala Unhas pada periode

pengkaderan sampai pada bulan Mei 2015 setelah program tersebut

berakhir yang dilaksanakan selama 3 bulan

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota Korpala Unhas

yang mengikuti latihan fisik pada periode pengkaderan.

2. Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, semua populasi adalah sampel penelitian

dengan syarat memenuhi kriteria seleksi.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non random

sampling dengan mengambil sampel jenuh.

D. Kriteria Seleksi

1. Kriteria Inklusi

a. Bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani

informed consent

b. Responden berada ditempat saat penelitian dilakukan

Page 34: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

c. Menyelesaikan masa pengkaderan selama 3 bulan

2. Kriteria Eksklusi

a. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian

b. Responden tidak berada di tempat saat penelitian dilakukan

c. Responden tidak menyelesaikan masa pengkaderan selama 3

bulan

3. Kriteria Drop Out

Responden tidak mengikuti salah satu pemeriksaan pre test maupun

post test ataupun keduanya

Page 35: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

E. Alur Penelitian

Persiapan Penelitian

Identifikasi Subjek Penelitian

Informed Consent

Bersedia

Tidak Bersedia

Pengukuran FVC dan FEV1 + kuesioner (Pre Test)

Observasi Latihan Fisik

Pengukuran FVC dan FEV1 (Post Test)

Pengolahan Data

Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

syarat

Penyajian Data

Page 36: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

F. Instrument Penelitian

1. Blanko Pemeriksaan

2. Spirometri

3. Alat Tulis

G. Manajemen dan Analisa Data

1. Jenis Data

a. Data primer yaitu peneliti mengambil data melalui pemeriksaan

langsung terhadap responden dengan menggunakan spirometri

b. Data sekunder yaitu peneliti mengambil beberapa data yang

menunjang data primer

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh dari

hasil pemeriksaan langsung kapasitas vital paksa paru dan volume

ekspirasi paksa detik I terhadap responden dengan menggunakan

spirometri.

3. Pengolahan Data

a. Analisis Multivariat

b. Uji Wilcoxon

H. Etika

1. Menyertakan surat pengantar yang diajukan kepada pihak instansi

setempat sebagai permohonan izin melakukan penelitian

Page 37: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

2. Menyertakan surat persetujuan yang ditujukan kepada subjek

penelitian

3. Menjaga kerahasiaan identitas subjek penelitian yang terdapat pada

hasil kuesioner.

Page 38: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaf H dr, Mangunegoro.2004. Nilai Normal Faal paru orang Indonesia

pada Usia Sekolah dan Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American

Anderson, S.D.,2002. Exercise-induced asthma in children: a marker of

airway inflammation.

Byllain. 2011. Kondisi Fisik bagi Penggiat Alam Terbuka.

children and their parents. Arch Dis Child.

Ganong, W.F.,2003. Review Of Medical Physiology 21st Edition. Lange

Medical book: New York.

Goubault, et al. 2001. Effects of inhaled salbutamol in exercising non-

asthmatic athletes.

Haddad, G.G., Fontan, J.J.P. 2004. Development and function of the

respiratory system. Philadelphia: Nelson textbook of pediatrics 17th edition.

Hargeaves, M.2003. Physiological Bases Of Sports Performance. Australia:

McGraw Hill.

Herry Koesyanto dan Eram Tunggul Pawenang.2005.Panduan Praktikum

Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang: UPT UNNES

Press.

Hornsby, W.G. 2005. Management Of Competitive Athletes With Diabetes.

J.M. Harrington, F.S. Gill, 2003.Buku Saku Kesehatan Kerja.Jakarta : EGC.

Jakarta: UKK Pulmonologi.

Mcllroy, M.B.1963. The respiratory response to exercise. Pediatrics 2.

Page 39: Tugas Metodologi Penelitian - Proposal

Mukhtar Ikhsan. 2002. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta:

UI

Panditi, S. & Silverman M.2003. Perception of exercise-induced asthma by

Rahajoe, N, Supriyatno B, Setyanto BD. 2004. Pedoman nasional asma anak.

Rawa, Elang. 2010. Pentingnya Latihan Fisik Sebelum Pendakian Gunung.

Bandung : Buletin Wanadri.

Sabapathy, S ,et al .2004. Continuous and intermittent responses in

individuals with chronic obstructive pulmonary disease. Thorax..

Shepherd, J.T.1963. Circulatory changes in the lungs during exercise.

Pediatrics.

Suma‟mur, P.K. 1998. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :

CV Haji Mas Agung.

Thoracic Society (ATS) 1987. Surabaya : Indonesia Preumobil Project,

Airlangga University Press.

Press.