tugas metode penelitian tema tugas akhir

Upload: agi-nugroho

Post on 08-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

tema TA

TRANSCRIPT

TUGAS METODE PENELITIAN

NAMA: Satrio Agi NugrahaNRP: 4312100116Kelas: A

Tema: Hidrodinamika Bangunan ApungTopik: Analisa Respon Gerak Bangunan Apung Terhadap Gelombang dan Perubahan Sarat Air

BAB 1: PendahuluanSub-bab: 1.1. Latar Belakang Masalah- Indonesia sebagai negara maritim. - Pertumbuhan industri maritim. - Perkembangan kegiatan di dunia kelautan. - Banyaknya inovasi bentuk, fungsi, dan fasilitas bangunan apung. - Perkembangan teknologi desain bangunan apung. - Pentingnya keberadaan fasilitas bangunan apung di Indonesia. - Pentingnya masalah analisa olah gerak bangunan apung. - Perbedaan tiap-tiap bangunan apung. - Permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia kelautan. - Pentingnya analisa stabilitas bangunan apung.

1.2. Perumusan Masalah- Respon gerakan bangunan apung terhadap tinggi gelombang.- Respon gerakan bangunan apung terhadap perubahan sarat air.

1.3. Tujuan- Mengetahui perbedaan respon di setiap variasi sarat.- Mengetahui perbedaan respon di setiap variasi tinggi gelombang.

1.4. Manfaat- Membangun karakter negara maritim yang inovatif dan kritis.- Menambah wawasan kemaritiman.- Menambah wawasan perkembangan teknologi bangunan apung.

1.5. Batasan Masalah- Batasan-batasan permasalahan analisa bangunan apung.

BAB 2: Tinjauan Pustaka dan Dasar TeoriSub-bab:1. Tinjauan Pustaka- Kebutuhan permintaan bangunan apung yang cukup tinggi.- Analisa teknis teori bangunan apung.

2. Dasar Teori- Penjelasan Teori Gerak Bangunan Apung- Spektrum Gelombang- Respon Gerakan pada Gelombang Irregular- Arah Bangunan Apung terhadap Arah Gelombang

BAB 3: Metodologi PenelitianSub-bab:1. Diagram Alir- Flowchart langkah-langkah pengerjaan Tugas Akhir2. Langkah Pengerjaan- Penjabaran urutan langkah pengerjaan Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Fahmi., 2006, Kajian Kekuatan Struktur Semisubmersible akibat Eksitasi Gelombang Haluan, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Hariroh, Umi., 2008, Analisa Operabilitas Semi Submersible Pipelay akibat Pengaruh Gerakan di Gelombang, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Imanuddin, Fajar., 2003, Analisis Perilaku Gerakan Kapal di Perairan Terbatas, Jurusan Teknik Perkapalan, Tugas Akhir, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Maswandoko, Tri., 2009, Analisis Hidrodinamis Gerakan Kapal Trimaran dengan Variasi Jarak Demihull, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Mulyawan, Adrian., 2011, Analisis Olah Gerak Kapal Perang Crocodile Hydrofoil (KPC-H) Selama Proses Menyelam, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Murtedjo, Mas., 1990, Teori Gerak, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Ramadhan, Afrizal., 2010, Analisa Kekuatan Memanjang Double Hull CPO Barge Pengaruh Heaving-Pitching Couple dan Distribusi Beban, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Sunarto., 1992, Gerakan Swaying, Yawing, dan Rolling Kapal di Gelombang Regular, Jurusan Teknik Perkapalan, Tugas Akhir, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Wardhana, Wisnu., Kajian Numerik dan Eksperimen Hidrodinamika Wahana Laut Maju Hybrid Trimaran Hydrofoil, LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Yudadi R., Taufan., 2005, Analisa Operabilitas pada Floating Storage Offloading (FSO) untuk Kondisi Lingkungan Laut Utara (North Sea), Tugas Akhir, Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

BAB 4: Analisa dan PembahasanSub-bab:1. Data Struktur2. Data Lingkungan3. Permodelan4. Analisa Gerak pada Tinggi Gelombang n1 Meter- Pada Sarat Air n1 Meter- Pada Sarat Air n2 Meter- Pada Sarat Air n3 Meter5. Analisa Gerak pada Tinggi Gelombang n2 Meter- Pada Sarat Air n1 Meter- Pada Sarat Air n2 Meter- Pada Sarat Air n3 Meter6. Analisa Gerak pada Tinggi Gelombang n3 Meter- Pada Sarat Air n1 Meter- Pada Sarat Air n2 Meter- Pada Sarat Air n3 MeterBAB 5: Kesimpulan dan SaranSub-bab:1. Kesimpulan2. Saran

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan industri bangunan apung di Indonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan juga kebutuhan akan transportasi laut yang meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kelautan yang berdiri, dimana setiap perusahaan memiliki bidang keahliannya masing-masing (Mulyawan, 2011).Inovasi bentuk, fungsi, dan fasilitas dari kapal semakin dikembangkan dari tahun ke tahun seiring dengan tuntutan dari customer. Berbagai bentuk mulai dari bangunan apung dengan bentuk kayu hingga ke bentuk plat-plat baja. Dengan berbagai fungsi yang di setiap fungsi bangunan apung juga selalu ditingkatkan fasilitas yang ada dalam bangunan apung tersebut (Imanuddin, 2003).Bangunan apung mengalami inovasi yang begitu cepat. Mulai dari bentuk yang konvensional ke bentuk yang modern dengan tambahan berbagai variasi pada bangunan apung. Hal tersebut bertujuan untuk membuat bangunan apung tersebut mempunyai kecepatan yang tinggi, mempunyai daya jelajah yang tinggi, dan dapat memuat beban dengan jumlah besar (Yudadi, 2005)Indonesia sebagai salah satu negara maritim dan juga negara yang memiliki gugusan pulau yang banyak, masih jauh tertinggal dengan negara-negara lain dalam inovasi transportasi laut. Keamanan pulau-pulau terluar batas negara perlu dijaga. Dengan hal tersebut munculah inovasi untuk membuat bangunan apung yang mempunyai mobilitas tinggi yang dapat menjangkau pulau-pulau di Indonesia (Sunarto, 2002).Semi-submersible adalah merupakan salah satu jenis bangunan laut terapung yang banyak dioperasikan dalam aktifitas eksplorasi dan eksploitasi migas, khususnya di perairan dalam. Konfigurasi semi-submersible yang khas menyebabkan pengurangan yang cukup signifikan pada gaya gelombang yang bekerja, sehingga gerakannya pada saat berada dalam medan gelombang akan relatif kecil (Arifin, 2006).Perkembangan alur transportasi air semakin luas dan merambah ke daerah-daerah pelosok, seperti daerah-daerah yang sulit dijangkau lewat jalur darat tapi bisa dijangkau melalaui jalur sungai atau juga di daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil. Untuk menjangkau daerah-daerah tersebut diperlukan alat transportasi air yang memiliki draught yang kecil. Umumnya, untuk kapal dengan draught yang kecil memiliki daya angkut yang kecil karena luasan deck yang sempit atau memiliki draught yang kecil dengan dek yang luas tapi melaju dengan kecepatan yang rendah. Untuk daerah kepulauan atau pulau-pulau kecil, transportasi dengan kapal besar bisa saja dilakukan tetapi, tidak semua daerah memiliki area labuh yang cukup untuk kapal besar dengan draught yang besar. Oleh karena itu, perlu diwujudkan suatu alat transportasi air yang memiliki draught kecil, tetapi memiliki daya angkut yang besar dan bisa melaju dengan cepat untuk menghemat waktu perjalanan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, trimaran bisa dijadikan sebagai salah satu solusi untuk alat transportasi air yang cepat, dengan daya angkut yang banyak, dan memiliki draught yang kecil (Maswandoko, 2009).Operabilitas adalah kemampuan untuk bekerja di suatu lingkungan dengan membandingkan rasio waktu kerja dengan total waktu dan merupakan peluang diselesaikannya suatu pekerjaan dengan mengetahui kondisi batas (limited condition). Pengukuran operabilitas merupakan pengukuran dari pekerjaan sistem offshore dengan hanya melihat cuaca. Analisa operabilitas ini digunakan untuk membandingkan sistem yang berbeda (Hariroh, 2008).Kebutuhan terhadap transportasi laut merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilaksanakan. Kebutuhan ini dapat dilihat mulai dari kebutuhan angkut untuk logistik hingga sumber daya alam. Keunggulan menggunakan transportasi laut adalah dapat menampung jumlah muatan yang sangat besar. Oleh karena itu kebutuhan akan ukuran kapal menjadi perlu untuk dipertimbangkan (Ramadhan, 2010).Indonesia sebagai negara maritim dengan lebih dari 17.000, Sebagai negara kepulauan dimana sebagian wilayah Indonesia adalah perairan dan terdiri dari ribuan pulau maka moda transportasi laut yaitu kapal masih merupakan moda wahana laut yang paling baik dibandingkan moda transportasi udara ataupun moda transportasi darat. Untuk menghubungkan antar pulau serta mengamankan pulau-pulau terluar NKRI tersebut moda transportasi laut mempunyai kelebihan dibandingkan dengan moda transportasi udara maupun darat baik ditinjau dari faktor teknis maupun ekonomisnya. (Wardhana, 2010).Kajian menyangkut gerakan bangunan apung di atas gelombang telah banyak dilakukan, namun pembahasan efek gerakan terhadap respons strukturnya masih relatif terbatas. Tugas akhir dilakukan dalam rangka melengkapi keterbatasan tersebut, yakni mengembangkan suatu kajian tentang pengaruh beban gelombang dan gerakan terhadap respons struktur. Mempertimbangkan keterbatasan referensi dan penjadwalan, maka dalam kesempatan ini studi baru dikonsentrasikan pada efek-efek gelombang haluan (Arifin, 2006).Dari data yang ada yang didapatkan peneliti terlihat kebutuhan kapal yang handal masih sangat perlu ditambah lagi untuk tahun-tahun kedepan. Karena begitu pesatnya teknologi perkapalan dunia, terutama teknologi Negara tetangga dan juga banyaknya pulau-pulau yang masih belum dapat dijangkau oleh kapal angkatan laut Indonesia maka perlu bagi kita untuk membuat suatu inovasi mengenai transportasi laut yang handal demi untuk memecahkan masalah tersebut. Dari alasan yang telah disebutkan diatas perlunya dibuatkan alternatif kapal yang handal, yaitu kapal yang lebih baik ditinjau dari segi teknis dan ekonomisnya.

Tinjauan Pustaka

Pada saat ini kebutuhan akan bangunan apung dengan kemampuan kecepatan yang tinggi dan mampu beroperasi secara fleksibel sangat dibutuhkan oleh industri kelautan di negara kita yang terdiri dari pulau-pulau. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada gerakan bangunan apung ketika dihadapkan dengan gaya gelombang. Pada saat bangunan apung terhantam gelombang akan mengakibatkan gerakan-gerakan bangunan apung seperti rolling, pitching, heaving, dan lain-lainnya, serta gelombang itu sendiri akan menimbulkan tahanan maupun gaya-gaya yang bekerja pada bangunan apung (Murtedjo, 1990).Kapal jenis trimaran mempunyai kelebihan dari segi tahanan, stabilitas, olah gerak kapal, (sea keeping dan manouverring) dan lebih efisien dari segi ekonomisnya dibandingkan dengan lambung tunggal. Kapal jenis trimaran mampu bersandar pada kedalaman pantai atau pelabuhan yang terbatas khususnya untuk daerah-daerah terpencil, yang mana sarana dan prasarananya kurang memadai, misalnya dermaga yang mempunyai kedalaman terbatas. Secara teknis kapal trimaran mudah dalam pembuatannya serta mempunyai tahanan kecil, lebih cepat, mempunyai sarat lebih rendah, mempunyai stabilitas yang baik, dan mudah dalam penempatan senjatanya apabila dibandingkan dengan kapal dengan lambung tunggal dengan jumlah displacement yang sama. (Wardhana, 2010).