tugas manajemen sumber daya insani komentar tentang koruptor

14
Nama : Eka Widya Rahmawati NIM : 2013112187 Kelas : MSDI D Makamah Konstitusi “yang” Diterjang Korupsi OPINI | 05 October 2013 | 16:12 – kompasiana.com Entah sudah berapa “Lusin” , “Kodi” , mungkin bahkan “Ton” penjabat masuk bui gara-gara korupsi, akan tetapi sepertinya gak pernah jera para penjabat di negeri ini untuk melakukan korupsi. Dari yang “gaji kecil” sampai yang “gaji gede” tetep aja kesandung kasus korupsi, kini giliran “PASUKAN PENGAWAL KONSTITUSI” alias Makamah Konstitusi” yang kesandung kasus korupsi, padahal seperti kita ketahui bersama para hakim-hakim konstitusi biasanya “mereka” bersuara lantang meneriakan gerakan 1

Upload: stain-pekalongan

Post on 08-Aug-2015

104 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

Nama : Eka Widya Rahmawati

NIM : 2013112187

Kelas : MSDI D

Makamah Konstitusi “yang” Diterjang Korupsi

OPINI | 05 October 2013 | 16:12 – kompasiana.com

Entah sudah berapa “Lusin” , “Kodi” , mungkin bahkan “Ton” penjabat masuk bui

gara-gara korupsi, akan tetapi sepertinya gak pernah jera para penjabat di negeri ini untuk

melakukan korupsi.

Dari yang “gaji kecil” sampai yang “gaji gede” tetep aja kesandung kasus korupsi, 

kini giliran “PASUKAN PENGAWAL KONSTITUSI” alias Makamah Konstitusi” yang

kesandung kasus korupsi, padahal seperti kita ketahui bersama para hakim-hakim konstitusi

biasanya “mereka” bersuara lantang meneriakan gerakan “anti korupsi” dalam hal ini si

“mantan ketua MK yang ditangkap KPK (saya berharap secepatnya di jadikan mantan)”

pernah “berkoar” tentang wancana “hukum potong jari” bagi para “koruptor” .Kalau

pengawal konstitusi saja bisa terlibat korupsi bagai mana dengan penjabat-penjabat

lainnya…??? mungkin pertanyaan seperti itu ada di benak banyak masyarakat di negeri kita

tercinta ini Indonesia, lantas apakah MK perlu dibubarkan ?, tentu saja tidak arif jika kita

melihatnya seperti itu! walaupun seandainya seluruh anggota hakim MK terlibat korupsi tetap

1

Page 2: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

saja tidak perlu membubarkan MK, yang patut di rubah dan dicermati adalah proses

pemilihan anggota hakim dan ketua MK, disitulah kuncinya.

Fungsi MK adalah sebuah lembaga yang penting yang harus ada di negara ini sebagai

penyeimbang dan pengawal dan kontrol “konstitusi yang dibuat penguasa dan wakil rakyat”,

seperti kita ketahui bersama proses pembuatan sebuah konstitusi dipenuhi oleh berbagai

macam intrik-intrik politik dan cenderung berpeluang merugikan masyarakat,dengan begitu 

MK merupakan GARDA TERAKHIR Masyarakat menyelamatkan hak-haknya dari

kediktatoran penguasa negara.

Kuncinya adalah “Proses Perekrutan” dan “penyeleksian” yang dilakukan oleh para

angota Legislatif dan eksekutif, akan tetapi jika melihat proses terjadinya sebuah kebijakan di

DPR/MPR belakangan ini sepertinya akan menjadi sebuah harapan yang sangat sulit di

wujudkan, apalagi pembuatan kebijakan justru “terasa” aroma “Partai beserta ketua Partai”

terasa terlalu kental, karena para legislator dan eksekutif terlalu bertindak berdasarkan

platform partai bukan konstituennya.yang pada akhirnya kerap terjadi “lobi-lobi” di berbagai

hal, untuk meluluskan keinginan “Partai/ketua Partai nya”, padahal saya yakin jika dilakukan

sebuah penelitian “jumlah partisan(Masyarakat Anggota) parpol” dengan jumlah “non

partisan(masyarakat bukan anggota) parpol” pasti lebih banyak jumlah  “non

partisan(masyarakat bukan anggota) parpol” dengan begitu masih pantaskah para angota

legislatif dan eksekutif terlalu mementingkan partai politiknya ketimbang konstituennya.

Dengan pemandangan seperti di atas maka “bukan tidak mungkin” proses perekrutan

anggota Hakim Makamah Konstitusi akan tercedrai dengan kepentingan Partai Politik

sehingga pada akhirnya hanya akan melahirkan orang-orang yang “tersandra dan terafiliasi

dengan kepentingan Parpol pendukungnya” yang pada kahirnya membuka celah yang begitu

besar terhadap tindakan korupsi.

dalam hal ini, sang mantan Ketua MK yang di Tangkap KPK berafiliasi dengan seorang

penghubung yang berasal dari “EKS Partai Politik beliau(mantan ketua MK yang di Tangkap)

, “jangan Bubarkan MK” tapi setuju “perombakan sistem pemilihan calon hakim MK”

dengan begitu kita bisa mulai berharap Indonesia yang lebih baik.(kompasiana.com).

2

Page 3: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

Komentar Penulis :

Dari artikel di atas, penulis sependapat dengan apa yang dikatakan yaitu perlunya

“perombakan sistem calon hakim MK”. Penulis beranggapan bahwa proses perekrutan hakim

yang terjadi di tubuh MK cenderung didasari oleh kepentingan pribadi (parpol). Selain itu

proses pemilihan hakim yang tidak transparan akan menimbulkan tanda tanya besar dalam

masyarakat. Ditambah lagi dengan tertangkapnya hakim MK (non aktif) Akil Mochtar, oleh

KPK ini semakin menimbulkan pemikiran-pemikiran negatif dalam masyarakat. Rasa

kepercayaan rakyat pada konstitusi hukum semakin berkurang dengan tertangkapnya Akil

Mochtar.

Kasus korupsi yang melibatkan ketua MK ini seakan menambah daftar panjang

pejabat yang terlibat kasus korupsi. Korupsi bukan hanya tindakan yang dilarang hukum

konstitusi kita, namun juga sudah pasti dilarang oleh agama. Baik agama Islam ataupun

agama lainnya tidak membolehkan tindakan ini. Dari sudut manajemen sumber daya insani,

kasus korupsi di institusi tertinggi di Indonesia ini menunjukkan adanya proses yang salah

dalam penarikan atau perekrutan sumber daya manusia (hakim).

Mereka yang terlibat kasus korupsi yang notabene adalah pejabat publik, tentu bisa

berkelit dan mencari pembenaran atas dirinya sendiri. Penulis beranggapan bahwa sebenarnya

yang salah adalah proses perekrutan dan moral serta kepribadian yang dimiliki para pemimpin

(hakim).

Terkait dengan proses perekrutan hakim konstitusi dan kasus korupsi yang melibatkan

ketua MK , sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin (hakim), serta supremasi hukum di

Indonesia, penulis bermaksud menguraikan alasan dan bukti yang menguatkan pendapat

penulis baik dari perspektif agama, hukum dan dalam perspektif manajemen sumber daya

insani.

Sebelum pembahasan yang lebih jauh tentu perlu diketahui definisi dari “korupsi” itu

sendiri. Fockema Andreae menulis bahwa korupsi berasal dari bahasa latin Corruptio atau

corruptus. Selanjutnya, disebutkan bahwa corruption itu berasal pula dari kata asal

corrumpere, suatu kata Latin yang lebih tua. Istilah korupsi telah diterima dalam

perbendaharaan kata Indonesia oleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia:

Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan

sebagainya (T. Gayus Lumbuun, 2011: 173).

3

Page 4: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

Menurut kamus lengkap Webster’s third new international dictionary, korupsi

didefinisikan sebagai ajakan dari (seorang pejabat politik dengan pertimbangan-pertimbangan

yang tidak semestinya, misalnya suap) untuk melakukan pelanggaran tugas (Robert Klitgaard,

2001: 29).Banyak ayat dan hadist yang melarang korupsi.

ن� م� ا ر�يق� ف ك�ل�وال�تأ� ك�ام� ال�ح� إ�لى ا ب�ه ت�د�ل�وا و ب�ال�باط�ل� بي�نك�م� الك�م� و م�

أ تأ�ك�ل�وا وال

( تع�لم�ون ن�ت�م� أ و ب�اإلث�م� الن�اس� وال� م�

(١٨٨أ

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu

dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan

berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui (Al-Baqarah: 188)

Dalam ayat tersebut suap dikategorikan dalam korupsi. Karena sama-sama mengambil

hak orang lain dengan cara yang bathil. Ayat itu sekaligus menjelaskan bahwa haram

hukumnya meneri hadiah bagi seorang pejabat.

Allah juga melarang untuk memakan harta orang lain dalam surat An-Nisa’:29

اض1 تر عن� ة� ار ت�ج تك�ون ن�أ إ�ال ب�ال�باط�ل� بي�نك�م� الك�م� و م�

أ تأ�ك�ل�وا ال ن�وا آم ال�ذ�ين ا ي9ه أ يا

ا يم� ح� ر ب�ك�م� كان الل�ه إ�ن� ك�م� س ن�ف� أ ت�ل�وا تق� وال ن�ك�م� م�

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu.(An- Nisaa’:29)

Selain itu dalam surat yang sama Allah menyuruh untuk menyampaikan amanat

karena para pejabat publik merupakan pemegang amanat rakyat.

ك�م�وا تح� ن�أ الن�اس� بي�ن ت�م� كم� ح إ�ذا و ا ل�ه ه�

أ إ�لى انات� األم د9وا ت�ؤ ن�أ ك�م� ر� م�

يأ� الل�ه إ�ن�

ا ) ير� بص� يع�ا م� س كان الل�ه إ�ن� ب�ه� يع�ظ�ك�م� ا ن�ع�م� الل�ه إ�ن� (٥٨ب�ال�عد�ل�

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya

kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-

baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.(An-

Nisaa’: 58)4

Page 5: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

Ayat di atas memerintahkan untuk menunaikan amanat, yang ditekankan bahwa

amanat tersebut harus ditunaikan kepada pemiliknya, dan memerintahkan untuk menetapkan

hukum dengan adil Seorang hakim merupakan orang yang diamanati dalam penegakan

hukum. Seorang hakim merupakan orang yang diamanati dalam penegakan hukum (M.

Quraish Shihab, 2000: 458). Inilah yang seharusnya yang dipraktikkan oleh para pemimpin

kita.

Pada hadist-hadist Nabi , korupsi sering dikaitkan dengan istilah ghulul. Istilah ini

biasa digunakan khusus bagi penggelapan harta rampasan perang sebelum dibagikan secara

transparan. Meski demikian, istilah ini juga dapat digunakan pada pejabat yang mengambil

sesuatu diluar haknya (suap ataupun hadiah). Beberapa hadist tersebut antara lain:

به)) يأت�ي غ�ل�وال� كان ، ه� ق و� ف ا م ف يطا� م�خ� نا كتم ف ، عمل على ن�ك�م� م� ل�ناه� تع�م اس� من�

ة� (( يام الق� يوم

Barangsiapa di antaramu kami minta mengerjakan sesuatu untuk kami, kemudian ia

menyembunyikan satu alat jahit (jarum) atau lebih dari itu, maka perbuatan itu ghulul

(korupsi) harus dipertanggung jawabkan nanti pada Hari Kiamat. (HR. Muslim)

« - - ن�د ع� ال�غ�ل�ول� ع�ظم�أ ال ق وسلم عليه الله صلى Rالن�ب�ى عن� Rع�ى ج ش�

األ ال�ك1 م ب�ىأ عن�

الد�ار� ف�ى و�أ ض� ر�

األ ف�ى ي�ن� ار ج لي�ن� ج� Rالر د�ون تج� ض� ر�األ م�ن Vاع ذ�ر ل� وج عز� الل�ه�

إ�لى ين ض� رأ ب�ع� س م�ن� ه� ق Rط�و تطعه� اق� إ�ذا ف اعا� ذ�ر ب�ه� اح� ص Rظح م�ن� ا د�ه�م ح

أ تط�ع� يق� ف

ة� «. يام ال�ق� يو�م�

Dari Abi Malik Al-Asyja’i dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Ghulul

(pengkhianatan/ korupsi) yang paling besar di sisi Allah adalah korupsi sehasta tanah, kalian

temukan dua lelaki bertetangga dalam hal tanah atau rumah, lalu salah seorang dari

keduanya mengambil sehasta tanah dari bagian pemiliknya. Jika ia mengambilnya maka

akan dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi pada hari Qiyamat. (HR Ahmad,

dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihut Targhiib wt Tarhiib II/ 380 nomor 1869).

Dalam bahasa yang singkat dan lugas, Rasulullah shalallahu alaihi

wassalam  menegaskan: Ishaq ibn Isa telah menceritakan hadis kepada kami, Isma’il

ibn Ayyasy telah menceritakan hadis kepada kami, dari Yahya ibn Sa’id, dari Urwah

ibn al-Zubair, dari Abi Humaid al-Sa’idi, ia berkata bahwa Rasulullah saw…

Bersabda: “Hadiah yang diterima para pejabat atau pemegang kebijakan

adalahghulul (korupsi).”( Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad, no. hadis 22495)

5

Page 6: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

Selain itu korupsi juga sering dikaitkan dengan risywah (suap menyuap),berikut ini

hadist Nabi :

Utsman bin Affan telah menceritakan hadis kepada kami, Abu Awanah telah menceritakan

hadis kepada kami, ia berkata Umar ibn Abi Salamah telah menceritakan hadis kepada kami,

dari bapaknya, dari Abi Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi

wassalam bersabda: “Allah melaknat orang yang menyuap dan orang yang disuap terkait

masalah hukum/kebijakan.” (Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad, no. Hadis 8670)

Dalam perspektif yuridis normatif, rumusan korupsi dituangkan dalam Pasal Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU PTPK).

Pasal 2 UU PTPK merumuskannya sebagai berikut (T. Gayus Lumbuun, 2011: 176) :

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan

negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup

atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)

tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan

paling banyak Rp 1. 000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) dilakukan

dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Pada pasal 2 ayat 1 dimungkinkan terdakwa koruptor dijatuhi hukuman mati dalam

‘keadaan tertentu’. Keadaan tertentu disinilah yang sering menjadi pertanyaan. Sejauh ini para

koruptor hanya dijatuhi hukuman penjara dan denda yang dijatuhkan sangat lebih sedikit dari

apa yang mereka ambil. Hukuman ‘dimiskinkan’ juga belum efektif dijalankan. Dari data-data

yang ada, selama ini hukuman para koruptor masih sangat ringan dibandingkan nilai uang

yang dikorupsi. Mereka rata-rata hanya divonis 3,5 tahun penjara. Jadi tidak heran jika

mereka tidak pernah jera, karena memang hukuman yang mereka terima masih belum

memerikan efek jera bagi pelakunya.

Masalah korupsi telah melibatkan para pemegang kekuasaan atau kekuatan, baik

pemegang kekuasaan politik, pemegang kekuasaan atau kekuatan ekonomi, pemegang

kekuasaan administrasi pemerintahan. Ditinjau dari kualitas pribadi para pemegang kekuasaan

atau kekuatan tersebut menunjukkan bahwa para pelaku korupsi adalah mereka yang

mempunyai intelektual tinggi. Sebagai pribadi yang memiliki intelektual, pada umumnya

6

Page 7: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

mereka juga mengetahui bagaimana cara-cara menghindar dari jerat hukum, mereka semua

mencari celah-celah untuk menghindari tuntutan hukum (T.Gayus Lumbuun,2011:188-189).

Dari sudut manajemen sumber daya insani dapat dikatakan adanya kesalahan dalam

proses penarikan (perekrutan) sumber daya insani (hakim). Sehingga perlu adanya

pembenahan. Secara umum dalam penarikan sumber daya insani ada hal-hal yang perlu

diperhatikan, antara lain (Robert Klitgaard,2001: 124) :

1. Meneliti catatan masa lalu (untuk menyingkirkan mereka yang tidak jujur).

2. Memanfaatkan jaminan kejujuran dari luar (jaringan kerjauntuk mencari

pegawai handal dan menjamin mereka tetap handal).

Jika kita kaitkan dengan kasus Akil Mochtar yang berstatus sebagai hakim konstitusi,

maka yang perlu diperhatikan adalah adanya rekrutmen yang  fair, terbuka, dan berpedoman

kepada integritas dan rekam jejak calon hakim Selain itu, perekrutan hakim sebaiknya

ditujukan bukan pada seorang politisi dari partai tertentu. Ini agar tidak ada kepentingan

politik dibalik pencalonan hakim tersebut.

Kemudian mengutip dari buku Perilaku Keorganisasian, beberapa kriteria yang harus dimiliki seorang pemimpin antara lain (Manahan P. Tampubolon,2008: 118-119).

1. Integritas. Sifat integritas ini sangat penting dan harus melekat pada diri

seorang pemimpin. Karena pemimpin yang memiliki integritas akan

melaksanakan tugasnya dengan menyiapkan segala kapasitasnya untuk

menghadapi segala resiko yang ada dengan tetap menjaga prinsipnya.

2. Kecerdasan dan Pengetahuan. Pemimpin harus tahu akan bidangnya agar dapat

membuat keputusan yang tepat. Pengetahuannya harus ditopang dengan

kecerdasan agar menguasai dan menerapkannya pada setiap

keadaan.Pengetahuan diperlukan juga agar seorang pemimpin dapat

mengarahkan orang lain atas apa yang ingin dilakukannya.

3. Rasa Simpati Insani. Pemimpin harus memiliki keseimbangan tekanan atas

orang dan atas hasil. Ini karena orang bukan satu-satunya unsur yang harus

diurus.

4. Kesungguhan. Ini penting karena setiap keputusan yang diambil akan

menimbulkan konsekuensi baik itu buruk ataupun baik. Jadi diperlukan

perhatian yang lebih untuk mengambil keputusan itu.

7

Page 8: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

5. Kesadaran Akan Diri. Seorang pemimpin harus tahu peran, dan posisinya agar

apa yang dilakukan sesuai dengan apa yang sesuai dengan peran dan posisi

mereka.

Menurut Keputusan Bersama Ketua Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi

Yudisial RI Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku

Hakim, di sana dikatakan bahwa pada dasarnya ada 10 (sepuluh) prinsip dasar kode etik dan

pedoman perilaku hakim,yaitu : (1) Berperilaku Adil, (2) Berperilaku Jujur, (3) Berperilaku

Arif dan Bijaksana, (4) Bersikap Mandiri, (5) Berintegritas Tinggi, (6) Bertanggung Jawab,

(7) Menjunjung Tinggi Harga Diri, (8) Berdisplin Tinggi, (9) Berperilaku Rendah Hati,

(10) Bersikap Profesional. Dari prinsip-prinsip ini diharapkan tidak hanya sebatas konsep

saja, namun hendaknya benar-benar dijadikan pertimbangan dalam perekrutan hakim.

Menurut hemat penulis, sistem birokrasi di Indonesia harus dibenahi. Pembenahan

itu bisa dimulai dari proses perekrutan sumber daya insani. Sitem perekrutan hakim harus

lebih ketat dan harus sesuai dengan yang tercantum dalam Keputusan Bersama Ketua

Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor 047/KMA/SKB/IV/2009,

Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Pembenahan harus segera dilakukan agar

tidak terjadi kasus-kasus serupa. Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’du: 11.

م� ..... ه� س� ن�ف�ب�أ ا م وا ي�غيRر� ت�ى ح و�م1 ب�ق ا م ي�غيRر� ال الل�ه إ�ن�

Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu kaumsehingga mereka

mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar-Ra’du : 11).

8

Page 9: Tugas manajemen sumber daya insani  komentar tentang koruptor

Daftar Pustaka

Buku :

Klitgaard, Robert, 2001, Controlling Coruption, diterjemahkan oleh Hermoyo dengan

judul : Membasmi Korupsi, Ed.2, Cet.2, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia).

Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI,2009, “Keputusan Bersama Ketua

Mahkamah Agung RI dan Ketua Komisi Yudisial RI Nomor

047/KMA/SKB/IV/2009, Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim”,

(Jakarta : Tanpa Penerbit).

Notoatmodjo, Soekidjo, 1998, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Ed.2, (Jakarta:

PT Rineke Cipta).

Shihab, M. Quraish, 2000, Tafsir Al Misbah,Vol.2, (Tangerang: Lentera Hati).

Tampubolon, Manahan P., 2008, Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior)

Perspektif Organisasi Bisnis, Ed.2, Cet.1, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia).

Jurnal :

T. Gayus Lumbuun, “Mekanisme Penindakan Terhadap Anggota DPR Yang

Melakukan Tindak Pidana Korupsi”, dalam jurnal Legislasi Indonesia, Vol.8,

No.2, Juni 2011.

Internet :

Aditya Nugroho, “Ancaman Neraka Atas Orang Yang Korupsi”, http://

www.eramuslim.com//, (diunduh pada 5 Oktober 2013).

Dinarfirst, “Nabi Muhammad Tidak Bersedia Shalatkan Jenazah Koruptor”, di http://

Nabi%20Muhammad%20Tidak%20Bersedia%20Shalatkan%20Jenasah

%20Koruptor%20_%20Dinarfirst%20_%20Main%20Resources%20•%20Dinar

%20Dirham%20Worldwide%20User.htm (diunduh pada 5 Oktober 2013).

Icha Rastika, “Rata-rata Vonis Untuk Koruptor Hanya 3,5 Tahun Penjara”, di http://

www.kompas.com//, (diunduh pada 13 Oktober 2013).

Isharyanto, “Bagaimana RekrutmenHakim Konstitusi?”, di http://

www.kompasiana.com//, (diunduh pada 4 Oktober 2013).

9