tugas manajemen kebencanaan

15
TUGAS Mata Kuliah: Manajemen Kebencanaan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL Nama: Galang Arga Arsantaka No. Mhasiswa : 11511125 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Upload: galant-arga

Post on 10-Apr-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Tentang Mitigasi Bencana

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Manajemen Kebencanaan

TUGAS

Mata Kuliah: Manajemen Kebencanaan

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Nama: Galang Arga ArsantakaNo. Mhasiswa : 11511125

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2014

Page 2: Tugas Manajemen Kebencanaan

Tugas 1 A

  Analisis Faktor Pengontrol/ Hazard Parameter

Parameter Hazard adalah mengevaluasi dan mengklasifikasikan potensial bahaya sesuai

tingkatannya dengan frekuensi dan intensitas yang terjadi .

1. Tanah Longsor (Landslide)

merupakan suatu fenomena pergerakantanah yang biasa disebut dengan tanah longsor. Pengertiantanah

longsor itu sendiri adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan,

tanah, ataumaterial campuran tersebut, bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Tanah longsor terjadi

karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. Gangguan kestabilanlereng

tersebut dapat dikontrol oleh kondisi morfologi(terutama kemiringan lereng), kondisi batuan/tanah

penyusunlereng, dan kondisi hidrologi atau tata air pada lereng. Proses pemicu longsoran tersebut

adalah sebagai berikut : penggalian, getaran alat/kendaraanmelampaui daya dukung tanahatau kuat

geser tanah.Faktor penyebab terjadinya tanah longsor ini berasaldari dalam Bumi (Geohazard) dan

juga tergantung pada perubahan iklim (Hydrometeorogical hazard).

Hazard assessment didasarkan pada beberapa asumsi awal, seperti kombinasi tertentu dari durasi dan

kuantitas curah hujan, hasil evaluasi dari seringnya tingkatkejadian tanah longsor disuatu daerah, dan

kesamaan tipologiantara daerah yang satu dengan yang lainnya

Analisis Faktor Pengontrol/ Hazard Parameter 

a) Kemiringan lereng 

Kemiringan lereng mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian tanah longsor. Semakin miring

lerengsuatu tempat maka daerah tersebut semakin berpotensiterhadap terjadinya tanah longsor.

Tabel 2.1 Klasifikasi Kemiringan Lereng

b) Jenis litologi atau tekstur tanah

 Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif 3golongan besar partikel tanah dalam suatu

massa,terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung(

clay), debu (silt) dan pasir (sand ).

Semakin halus tekstur semakin luas permukaan butir tanah, maka semakin banyak kemampuan

menyerap air, sehingga semakin besar peranannya terhadap kejadian tanah longsor.

1

Page 3: Tugas Manajemen Kebencanaan

2. Gempabumi (Earthquake)

Parameter Gempa bumi menurut Boen (2000) dalam Sudibyakto (2000) biasanya digambarkan dengan

tanggal terjadinya, waktu terjadinya, koordinat episenter (dinyatakan dengan koordinat garis lintang

dan garis bujur), kedalaman Hiposenter, Magnitude, dan intensitas gempabumi.

1.) Epicentrum

Epicentrum (epicentre) adalah hasil proyeksi hiposenter ke permukaan bumi, atau dapat disebut juga

sebagai titik di permukaan bumi yang didapat dengan menarik garis melalui fokus tegak lurus pada

permukaan bumi.tempat di permukaan bumi yang letaknya terdekat terhadap hipocentrum.Letak

epicentrum tegak lurus terhadap hipocentrum, dan sekitar daerah ini pada umumnya merupakan

wilayah yang paling besar merasakan getaran gempabumi.Daerah sekitar epicentrum yang terhebat

menderita kerusakan akibat gempabumi dinamakan macroseisme yang dibatasi oleh suatu garis yang

disebut pleistosiste.

2.) Hipocentrum

Hipocentrum (hypocentre) adalah pusat gempabumi, yaitu tempat terjadinya perubahan lapisan batuan

atau dislokasi di dalam bumi sehingga menimbulkan gempabumi. Howell (1969) telah membagi jenis-

jenis gempabumi berdasarkan kedalaman hipocentrumnya, yaitu :

a. Gempabumi dangkal (normal), pusatnya < 70 km.

b. Gempabumi sedang (intermedier), pusatnya 70 – 300 km.

c. Gempabumi dalam, pusatnya 300 – 700 km.

Kebanyakan gempabumi yang terjadi pusatnya terletak dekat permukaan bumi pada kedalaman rata-

rata 25 kilo meter, dan berangsur ke bawah tidak lebih dari 700 km. Gempabumi dangkal cenderung

lebih kuat dari pada gempabumi dalam, oleh sebab itu gempabumi dangkal lebih banyak menyebabkan

kerusakan. Getaran yang terjadi di hipocentrum merambat ke permukaan bumi dengan dua macam

gelaombang, yaitu :

a. Gelombang longitudinal, atau gelombang primer (P) dengan kecepatan rambat 7,5 – 14 km/detik.

Gerakannya searah dengan sumber getaran.

b. Gelombang transversal, atau gelombang sekunder (S) dengan kecepatan rambat 3,5 – 7  km/detik.

Gerakannya tegak lurus terhadap sumber getaran, bersifat merusak.

Bila hiposentrum terletak di dasar laut maka getaran gempabumi yang terjadi dapat menimbulkan

gelombang air pasang yang sangat besar dengan ketinggian mencapai puluhan meter. Gelombang air

laut yang besar seperti ini dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat memporak-

2

Page 4: Tugas Manajemen Kebencanaan

porandakan segala sesuatu yang diterjangnya di tepi pantai

Apabila hiposentrum terletak didasar laut maka getaran gempabumi yang terjadi dapat menimbulkan

gelombang air pasang yang sangat besar dengan ketinggian mencapai puluhan meter.Gelombang air

laut yang besar seperti ini dinamakan tsunami, bersifat sangat merusak dan dapat memporak-

porandakan segala sesuatu yang diterjangnya di tepi pantai.

Tempat-tempat di permukaan bumi yang berjarak sama terhadap hipocentrum akan merasakan getaran

gempabumi pada saat yang bersamaan. Garis-garis khayal yang menghubungkan tempat-tempat di

permukaan bumi yang merasakan getaran gempabumi pada saat yang sama disebut homoseiste.

Sedangkan garis-garis yang menghubungkan tempat-tempat yang merasakan kekuatan gempanya

sama, dinamakan isoseismik atau isoseisme.

3.)    Intensitas Gempabumi

Intensitas gempabumi adalah cerminan pengaruh goncangan gempabumi terhadap tingkat kerusakan

sarana dan prasarana.Beberapa faktor yang mempengaruhi rusaknya sarana dan prasarana adalah

rekayasa bangunan, jarak dari pusat gempa dan sifat batuan.Besarnya intensitas atau kekuatan

gempabumi diukur dengan suatu alat yang dinamakan seismograf.Data hasil catatan seismograf yang

berupa grafik dinamakan seismogram.Skala Richter atau Richter Magnitude adalah metoda kira-kira

untuk menentukan besarnya energi yang dilepaskan di pusat gempabumi.

3. Tsunami

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak

besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut

secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi

yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau

hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung

dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,

gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan

pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju

gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai,

kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah

meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga

puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa

diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.3

Page 5: Tugas Manajemen Kebencanaan

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,

tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,

pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan

gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat

minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.

geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut

seismik".

Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang

disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut normal.

Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan

tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma

(Myanmar) pada Mei 2008.

Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang

mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling

Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan

berpusat di Indonesia.

Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan

beberapa pulau dapat tenggelam .

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti

letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami

adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh

gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba,

yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan

terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang

mengakibatkan terjadinya tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana

kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya

akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di

tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat

mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa 4

Page 6: Tugas Manajemen Kebencanaan

air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan

jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.

Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di

daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan

gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus

lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang

berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari

atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya

mencapai ratusan meter.

Gempa yang menyebabkan tsunami

• Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)

• Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter

• Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

4. Puting Beliung

Puting beliung atau tornado ialah sebuah tiub angin berpusing yang menyentuh tanah dan awan

kumulonimbus. Angin yang berada di dalam puting beliung berpusing dengan pantas dan menjadikan

puting beliung sangat berbahaya.

Kebanyakan puting beliung mempunyai angin selaju 175 km/j atau kurang, dengan lebar 250 kaki

(75 meter), dan bergerak beberapa kilometer sebelum "lenyap". Walau bagaimanapun, sesetengah

puting beliung mempunyai angin selaju 480 km/j, dengan lebar lebih daripada (1.6 km), dan boleh

bergerak melebihi 100 kilometer.[1][2][3]

Puting beliung seringkali terjadi semasa hujan ribut petir angin kuat dan mendatangkan banyak

kemusnahan kepada apa-apa sahaja yang disentuhnya. Saban tahun, ada nyawa yang terkoban akibat

puting beliung.

Analisis Faktor Pengontrol/ Hazard Parameter 

a) Kecepatan Angin

b) Suhu Udara

5

Page 7: Tugas Manajemen Kebencanaan

Tugas 1 B

Parameter Vurlnerability

Kerentanan: Material Fisik dan Sumber Daya

• Lokasi dan tipe material rumah (location and type of housing materials)

• Kegiatan ekonomi: matapencaharian, usaha produksi dan keterampilan yang lain, lahan,

sumber daya air, hewan/ternak, modal, dan usaha produktif lain - akses dan kontrol (economic

activities: means of livelihood, productive and other skills, land, water, animals, capital, other

means of production - access and control)

• Infranstuktur dan layanan: jalan, fasilitas kesehatan, sekolah, listrik, komunikasi, transportasi,

perumahan, dan lain-lain (infrastructure and services: roads, health facilities, schools,

electricity, communications, transport, housing, etc.)

• Modal SDM: kematian, penyakit, status gizi, jumlah penduduk yang bisa membaca-menulis,

kemampuan berhitung, tingkat kemiskinan (human capital: mortality, diseases, nutritional

status, population literacy, numeracy, poverty levels)

Kerentanan: Sosial dan Organisasi

• Struktur keluarga: kuat atau lemah (family structures: strong/weak)

• Tingkat partisipasi: oleh siapa? (participation levels: by whom?)

• Organisasi masyarakat: formal/informal, tradisional, atau kepemerintahan (community

organizations: formal/informal, traditional or governmental)

• Keterisolasian atau tidak ada hubungan dengan dunia luar (isolation or connectedness)

Kerentanan: Lingkungan

• Faktor lingkungan: daerah berhutan, kualitas tanah, erosi, dan lain-lain (environment factors:

forestation, soil quality, erosion, etc.)

Kerentanan: Motivasi/Sikap

• Sikap menuju perubahan (attitude towards change)

• Rasa mampu untuk mempengaruhi dunia mereka, lingkungan, mendapatkan sesuatu terjadi

(sense of ability to affect their world, environment, get things done)

• Ada atau tidaknya inisiatif (initiative or lack)

6

Page 8: Tugas Manajemen Kebencanaan

• Keyakinan, tekad, semangat juang (faith, determination, fighting spirit)

• Agama, kepercayaan (religious, beliefs)

• Ideologi, paham (ideology)

• Kebanggaan (pride)

• Fatalisme (nasiblah yang menentukan), tidak ada harapan, keputusasaan, rasa tidak bisa berbuat

apa-apa (fatalism, hopelessness, despondency, discouragement)

• Tergantung atau tidak tergantung, percaya pada diri sendiri (dependent/independent, self-

reliant)

• Kesadaran (consciousness/awareness)

• Kekompakan, persatuan, solidaritas, kerja sama (cohesiveness, unity, solidarity, cooperation)

• Orientasi akan masa lalu, saat ini, dan masa depan (orientation towards: past, present, future)

Kerentanan: Kultur

• Perpecahan/konflik: etnis, kelas, kasta, agama, ideologi, kelompok politik, kelompok sebahasa,

dan struktur untuk menengahi konflik (divisions/conflicts: ethnic, class, caste, religion,

ideology, political group, language group, and structures for mediating conflicts)

Kerentanan: Hukum dan Politik

• Struktur bantuan masyarakat

• Struktur administrasi dan peraturan perudang-undangan (legislation and administrative

structures)

• keputusan/pengambil kebijakan: siapa terlibat, efektifitas (decision-making structures: who left

in, out effectiveness)

• Derajat keadilan/ketidakadilan, kesetaraan, akses terhadap proses politik (degree of

justice/injustice, equality, access to political process)

• Hubungan dengan pemerintah (relationship to government)

7

Page 9: Tugas Manajemen Kebencanaan

Tugas 1 C

Program Peningkatan Kapasitas Berbasis Masyarakat untuk Pengurangan

Risiko bencana

Indonesia dilalui tiga lempeng tektonik yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia.

Sebagai akibatnya, berbagai wilayah di Indonesia rawan bencana alam, seperti gempa bumi, gunung

meletus, dan tsunami.

Pengetahuan, pemahaman, kapasitas dan ketrampilan untuk mengantisipasi ancaman bencana alam

tersebut sangat dibutuhkan untuk meminimalisir kerugian harta benda dan kehilangan nyawa.

Antisipasi dan penanganan bencana bukan tanggung jawab pemerintah seutuhnya, tetapi menjadi

tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Sejak tahun 2007, Bina Swadaya dengan dukungan Cordaid menyelenggarakan Program Pengurangan

Risiko Bencana Berbasis Masyarakat (PRB BM). PRB BM adalah sebuah proses pemberdayaan

masyarakat yang partisipatif dalam mengelola sebelum, saat, dan sesudah terjadi bencana.

Masyarakat diajak melakukan kajian bencana, membuat perencanaan mengelola bencana, dan

melaksanakannya melalui kelompok swadaya masyarakat yang melibatkan berbagai pemangku

kepentingan.

Contoh Program :

LOKASI PROGRAM

• Dusun Pucung, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY dengan ancaman

gempa dan kekeringan

• Dusun Gajihan, Desa Pandes, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan ancaman

gempa.

• Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan ancaman gunung

meletus.

KEGIATAN DAN HASIL

Mitigasi

• Kegiatan mitigasi dilakukan langsung pada sumber ancaman untuk mencegah terjadinya bencana. •

Membangun tanggul untuk mencegah lereng longsor.

8

Page 10: Tugas Manajemen Kebencanaan

• Membangun jaringan saluran air bersih untuk mengatasi kekeringan.

• Melakukan konservasi hutan untuk menghambat laju awan panas dan debu vulkanik dari gunung

meletus.

Kesiapsiagaan

• Kegiatan kesiapsiagaan dilakukan untuk mengantisipasi bencana.

• Melakukan sosialisasi pemahaman kesiapsiagaan menghadapi bencana.

• Membangun Forum Pengurangan Risiko Bencana dan melakukan pelatihan-pelatihan manajemen

serta pengembangan organisasi.

• Melakukan pemutakhiran data penduduk secara rutin.

• Menyusun standar prosedur penanganan bencana.

• Membuat peta desa, menentukan jalur evakuasi, lokasi pengungsian, dan sarana pendukung situasi

tanggap darurat (emergency).

• Membangun / memperbaiki jalan untuk jalur evakuasi dan barak pengungsian.

• Melakukan simulasi evakuasi dan P3K.

• Memfungsikan transportasi masyarakat menjadi sarana evakuasi penduduk (ambulance).

• Mengadakan sarana komunikasi publik untuk peringatan dini bencana.

• Melakukan perekrutan dan pelatihan kader siaga bencana.

Pengembangan Ekonomi dan Kegiatan Mata Pencaharian

Kegiatan pengembangan ekonomi sebagai salah satu bentuk kesiapsiagaan dan mendorong

ketersediaan dana masyarakat dalam mengelola PRB BM .

• Koperasi masyarakat, tabungan bersama, dan asuransi.

• Pengolahan sampah. Selain bernilai ekonomi, juga untuk mencegah ancaman penyakit.

• Pariwisata desa, yaitu ekowisata, outbound, live in, promosi tradisi dan kesenian desa seperti tarian,

tembang, perayaan alam dan desa, produksi wayang kulit, dsb.

Lobby dan Advokasi

Kegiatan lobby dan advokasi ke pemerintah local (desa) untuk mendorong pengintegrasian

penanganan bencana ke dalam program pembangunan desa.

• Disahkannya Peraturan Desa yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan

pengurangan risiko bencana. Yaitu, Peraturan Desa (Perdes) Penanganan Bencana dan Perdes Tata 9

Page 11: Tugas Manajemen Kebencanaan

Kelola Lingkungan.

• Dialokasikannya dana desa untuk program pengurangan risiko bencana.

• Dirancangnya pembangunan desa secara fisik dan non fisik yang mengacu kepada pengurangan

risiko bencana.

Jejaring Pemerintah desa dan Forum berjejaring dengan berbagai pemangku kepentingan untuk

mendorong penyebaran isu, membangun komunikasi dan kerjasama, serta berbagi pengalaman.

• Pemerintah dari tingkat desa hingga propinsi.

• Kelompok masyarakat / paguyuban dari tingkat desa hingga propinsi Organisasi lokal dan

internasional.

• Dunia pendidikan, perusahaan, media massa, dll.

10