tugas makalaha ta

7
Latar Belakang Seiring perkembangan perekonomian di dunia, kebutuhan akan pelaporan keuangan yang handal semakin meningkat, oleh karena itu laporan keuangan dituntut untuk dapat dipahami segala kalangan. Dengan tuntutan untuk mudah dipahami segala kalangan, maka laporan keuangan tersebut perlu adanya kesamaan standar & prinsip. Dalam membentuk kesamaan standar tersebut dibutuhkan pendekatan-pendekatan terkait dengan perumusan standar akuntansi. Hanya saja hingga saat ini, terdapat dua macam pendekatan dalam perumusan standar akuntansi, yaitu principle based & rule based Untuk lebih mudah memahami mengenai perbedaan principle based dengan rule based, berikut perandaian untuk menyederhanakannya. Kita menganalogikan seorang pembuat kue. Pada saat pembuat kue menggunakan principal base, dalam membuat kue tanpa melihat buku resep tentang pembuatan kue, dia telah memahami bahwa bahan-bahan yang diperlukan adalah terigu, kentang, ragi, telur, dan gula. Untuk takarannya, menakarnya sesuai seleranya. cara memasaknya pun juga sesuai selera. Namun, ketika pembuat menggunakan rule base, pembuat kue membuatnya dengan melihat resep yang telah ada, berikut detail proses pembuatan kue tersebut. Dengan kata lain, mulai dari takaran bahan hingga proses pembuatannya sudah ditentukan. Begitu pula dalam akuntansi. dengan rule base, akuntan akan menjalankan keputusan sesuai dengan aturan, sedangkan dengan principal base, akuntan akan diberi kewenangan untuk menentukan suatu proses akuntansi dan disinilah letak profesional judgement

Upload: mutiara

Post on 10-Dec-2015

309 views

Category:

Documents


31 download

DESCRIPTION

ta

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Makalaha TA

Latar Belakang

Seiring perkembangan perekonomian di dunia, kebutuhan akan pelaporan keuangan yang

handal semakin meningkat, oleh karena itu laporan keuangan dituntut untuk dapat dipahami

segala kalangan. Dengan tuntutan untuk mudah dipahami segala kalangan, maka laporan

keuangan tersebut perlu adanya kesamaan standar & prinsip. Dalam membentuk kesamaan

standar tersebut dibutuhkan pendekatan-pendekatan terkait dengan perumusan standar akuntansi.

Hanya saja hingga saat ini, terdapat dua macam pendekatan dalam perumusan standar akuntansi,

yaitu principle based & rule based

Untuk lebih mudah memahami mengenai perbedaan principle based dengan rule based, berikut

perandaian untuk menyederhanakannya. Kita menganalogikan seorang pembuat kue. Pada saat

pembuat kue menggunakan principal base, dalam membuat kue tanpa melihat buku resep tentang

pembuatan kue, dia telah memahami bahwa bahan-bahan yang diperlukan adalah terigu, kentang,

ragi, telur, dan gula. Untuk takarannya, menakarnya sesuai seleranya. cara memasaknya pun juga

sesuai  selera. Namun, ketika pembuat menggunakan rule base, pembuat kue membuatnya

dengan melihat resep yang telah ada, berikut detail proses pembuatan kue tersebut. Dengan kata

lain, mulai dari takaran bahan hingga proses pembuatannya sudah ditentukan. Begitu pula dalam

akuntansi. dengan rule base, akuntan akan menjalankan keputusan sesuai dengan aturan,

sedangkan dengan principal base, akuntan akan diberi kewenangan untuk menentukan suatu

proses akuntansi dan disinilah letak profesional judgement dibutuhkan. Sebagaimana yang

dikatakan oleh Benneth et al. (2006) bahwa principles-based standards mensyaratkan judgment

professional baik pada level transaksi maupun pada level laporan keuangan. Fleksibilitas dalam

standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak pada tipe dan jumlah skill

professional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS

mensyaratkan akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka

konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan

keputusan. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup

mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara fundamental

sebelum membuat judgment.

https://mstakimch.wordpress.com/2012/07/30/principal-base-dan-rule-base-4/

Page 2: Tugas Makalaha TA

Perumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan pendekatan principle based dan rule based

dalam perumusan standar akuntansi?

2. Pendekatan mana yang sebaiknya digunakan dalam perumusan standar akuntansi di

Indonesia?

Page 3: Tugas Makalaha TA

BAB II

PEMBAHASAN

Pada dasarnya, principle based merupakan pendekatan yang memberikan arahan dalam

merumuskan standar-standar akuntansi yang mana aturan tersebut harus dipatuhi oleh

penggunanya tanpa memperhatikan kebutuhan pengguna itu sendiri, sedangkan rule based

merupakan pendekatan yang memberikan aturan-aturan dalam merumuskan standar-standar

akuntansi akan tetapi aturan tersebut memberikan kebebasan bagi penggunanya untuk memilih

dari aturan yang disediakan. Perbedaan signifikan antara rules-based dan principal base adalah

pada rules-based akuntan dapat memperoleh petunjuk implementasi secara detail sehingga

mengurangi ketidakpastian dan menghasilkan aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar

secara mekanis. Sementara principles-based system, akuntan akan membuat sejumlah estimasi

yang harus dia pertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak judgment professional

(Schipper, 2003).

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa keunggulan dan

kelemahan dari rules-based dan principles-based standard. Untuk rule based yang detail

memiliki beberapa manfaat. Schipper (2003) mengidentifikasi manfaatnya sebagai berikut,

(1) meningkatkan komparabilitas,

(2) meningkatkan verifiabilitas (konsensus antar pengukur),

(3) mengurangi kemungkinan perselisihan mengenai suatu perlakuan akuntansi, dan

(4) mengurangi risiko litigasi.

Namun, rule base sendiri juga memiliki kelemahan. Standar yang detail tidak dapat

memenuhi tantangan perubahan kondisi keuangan yang kompleks dan cepat dan sering

menyediakan benchmark untuk menentukan kesesuaian dengan aturan  tapi tidak merefleksi

kejadian ekonomi yang mendasarinya secara substansial (Finnerty 1988, dalam AAA Financial

Accounting Standard Committee, 2003).

Page 4: Tugas Makalaha TA

Standar berbasis prinsip memiliki keunggulan dalam hal memungkinkan manajer memilih

perlakuan akuntansi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang mendasarinya,

meskipun hal sebaliknya dapat terjadi. Standar berbasis prinsip memungkinkan manajer, anggota

komite audit, dan auditor menerapkan judgment profesionalnya untuk lebih fokus pada

merefleksi kejadian atau transaksi ekonomi secara substansial, tidak sekedar melaporkan

transaksi atau kejadian ekonomi sesuai dengan standar.

Implikasinya, IFRS memang lebih fleksibel dan memberikan keleluasaan yang lebih besar

terhadap akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional (professional judgment).

Implikasi inilah yang dijadikan alasan, IFRS justru akan mempersulit komparabilitas laporan

keuangan dan menyuburkan manipulasi laporan keuangan. Bandingkan misalnya dengan US

GAAP yang sangat ketat. Pertimbangan profesional telah tereduksi menjadi pohon keputusan

(decision tree), dalam kondisi apa harus melakukan apa.

Dalam penerapannya Indonesia telah mengadopsi principle based. Hal ini dibuktikan

pada tahun 2008 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah berusaha untuk mengkonvergensi IFRS

(International Financial Reporting Standard) yang berbasis principle ke dalam PSAK

(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan).

Indonesia menerapkan principle based dikarenakan Indonesia merupakan bagian dari IFAC

(International Federation of Accountant) yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership

Obligation), salah satunya adalah dengan menggunakan IFRS sebagai accounting

standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai

anggota G20 forum.

Berikut hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC, 15 November

2008, prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah:

1. Strengthening Transparency and Accountability

2. Enhancing Sound Regulation

Page 5: Tugas Makalaha TA

3. Promoting Integrity in Financial Markets

4. Reinforcing International Cooperation

5. Reforming International Financial Institutions

Selanjutnya, pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan kesepakatan

untuk Strengthening Financial Supervision and Regulation:

“to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and regulators to

improve standards on valuation and provisioning and achieve a single set of high-quality global

accounting standards.”

Berdasarkan pernyataan kesepakatan untuk Strengthening Financial Supervision and

Regulation pada pertemuan G20 di London. Indonesia diharuskan untuk mengikuti standar

akuntansi global yaitu IFRS