tugas makalah kenaikan bbm.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan Bakar Minyak merupakan komoditas yang sangat vital di Indonesia.
BBM ini punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM
mengambil peran di hampir semua aktivitas ekonomi di Indonesia. Kebutuhan
BBM membubung tinggi seiring pertumbuhan industri, transportasi, juga
kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang beredar. Bahkan pada tahun 2008
Indonesia keluar dari OPEC, organisasi eksportir minyak dunia karena Indonesia
harus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin
meningkat.
Pemerintah memberi subsidi untuk setiap liter BBM jenis Premium dan
Solar yang beredar di pasaran. Karena memberi subsidi, pemerintah menanggung
sebagian harga dari BBM yang beredar. Pada awalnya, memang tidak ada
masalah. Keuangan pemerintah masih mampu membiayai subsidi BBM. Namun,
harga minyak dunia juga terus berfluktuasi dan cenderung naik. Negara- negara di
Timur Tengah, produsen utama minyak dunia, diguncang konflik dalam negeri.
Revolusi dan konflik bersenjata dalam negeri sedang melanda negara- negara di
Timur Tengah hingga mengganggu produksi minyak di negara- negara Timur
Tengah. Ketegangan di Selat Hormuz antara Israel dan AS dengan Iran yang juga
produsen minyak besar juga ikut memberi andil dalam kenaikan harga minyak
dunia.
Dengan harga minyak dunia yang terus naik sementara di sisi lain kebutuhan
konsumsi BBM yang naik, keuangan pemerintah pun tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan subsidi BBM. Pemerintah pun mulai melakukan sejumlah
program yang dinilai bisa menghemat penggunaan BBM subsidi. Pada awalnya,
langkah yang diambil adalah program gerakan pembatasan BBM bersubsidi
dengan beralih dari BBM bersubsidi ke BBM nonsubsidi (pertamax). Gerakan ini
kurang berjalan dengan sukses, mengingat disparitas harga antara BBM bersubsidi
dan non subsidi yang tinggi.
Di sisi lain, harga minyak dunia terus naik. hal ini membuat pemerintah
harus mengambil kebijakan yang tidak populer di mata rakyat, yaitu dengan
1
menaikkan harga BBM bersubsidi. Menurut pemerintah, kebijakan ini harus
diambil mengingat APBN sudah tidak mampu menanggung lebih banyak subsidi
untuk BBM. Pengurangan subsidi diikuti kenaikan harga BBM ini punya efek
domino di dalam perekonomian Indonesia. Hampir semua sektor kehidupan dan
lapisan masyarakat pasti akan merasakan dampak itu, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, di dalam karya tulis ini, kami tertarik untuk menggali
bagaimana pengurangan subsidi BBM terhadap perekonomian Indonesia. Dampak
itu bisa terdiri dari dampak positif ataupun juga dampak negatifnya. Selain itu,
melalui karya tulis ini, kami juga mencoba menawarkan solusi terhadap polemik
di seputar kenaikan harga BBM yang berdampak negatif bagi perekonomian
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi perminyakan di Indonesia dan luar negeri saat
ini?
2. Apa dampak negatif dari pengurangan subsidi BBM?
3. Apa dampak positif dari pengurangan subsidi BBM?
C. Manfaat dan Tujuan
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pengurangan subsidi BBM
terkait dengan etika serta dampak yang ditimbulkan dari adanya pengurangan
subsidi BBM.
Tujuan :
1. Mengetahui kondisi peminyakan di Indonesia dan luar negeri.
2. Mengetahui dampak negatif sebagai akibat penguranagn subsidi BBM.
3. Mengetahui dampak negatif sebagai akibat pengurangan subsidi BBM.
BAB III
2
LANDASAN TEORI
A. Subsidi
Grafik 1: Subsidi
Subsidi merupakan sebuah kebijakan pemerintah. Subsidi pada dasarnya
merupakan kebalikan dari pajak. Pemberian subsidi ditujukan untuk mengurangi
harga produk.
Sebagai contoh adalah subsidi bagi perumahan. Subsidi sebesar s
menurunkan harga dari P menjadi (1-s)P. Akibatnya, kuantitas bergerak
meningkat dari h1 ke h2. Oleh karena itu, subsidi dapat meningkatkan kuantitas
penjualan.
Penurunan harga akan meningkatkan surplus konsumen dari mno menjadi
mqu. Meskipun demikian, kos yang harus ditanggung dari peningkatan surplus ini
adalah sebesar nquv, yang diperoleh dari kuantitas yang sekarang sebesar qu
dikalikan subsidi sebesar vu. Oleh karena itu, sebenarnya kos dari penyediaan
subsidi adalah sebesar ovu, yaitu selisih dari kos total dikurangi penambahan
surplus konsumen. Oleh karena itulah, penyediaan subsidi sebenarnya tidaklah
efisien. Hal ini terjadi karena subsidi mendorong orang untuk mengonsumsi lebih
banyak produk yang sekarang justru bernilai di bawah harga seharusnya. Selain
3
itu, subsidi juga meningkatkan anggaran pemerintah sehingga semakin tinggi
subsidi maka semakin tinggi anggaran pemerintah.
Secara teori, sebenarnya pemberian dana tunai seperti BLT adalah lebih
efisien, karena pemerintah dapat memberikan dana sebesar nouq saja, yang
jumlahnya lebih kecil bila dibanding nvuq. Sedangkan surplus yang dinikmati
konsumen tetap sama.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kondisi di Indonesia Saat Ini
Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak bumi. Sempat menjadi
anggota Organisasi Eksportir Minyak Dunia (OPEC), dan keluar pada tahun 2008
karena Indonesia sudah menjadi importir minyak untuk mencukupi kebutuhan
dalam negeri yang terus meningkat dan tidak bisa diimbangi oleh produksi
minyak bumi dalam negeri yang cenderung menurun.
Tabel 1: Cadangan Minyak Indonesia (2204-2011)
Tahun terbukti Potensial Total
2004 4.3 4.31 8.61
2005 4.19 4.44 8.63
2006 4.37 4.56 8.93
2007 3.99 4.41 8.4
2008 3.75 4.47 8.22
2009 4.3 3.7 8
2010 4.23 3.53 7.76
2011 4.04 3.69 7.73
Sumber: Ditjen Migas (2011)
Keterangan:
Dalam miliar barel. Dari tabel Cadangan Minyak Indonesia di atas, bisa dilihat
sebenarnya Indonesia punya cadangan minyak bumi yang besar. Jika melihat tabel
di atas, sebenarnya dari cadangan minyak bumi yang dimiliki, Indonesia mampu
mencukupi kebutuhan dalam negeri. Namun, minyak bumi yang berhasil
dieksploitasi dari cadangan yang ada itu tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri,
sehingga harus mengimpor dari luar negeri. Untuk mengeksploitasi minyak bumi
sendiri, perlu investasi yang besar dan sumber daya yang besar pula. Sehingga
dari sekian banyak cadangan minyak yang ada, produksi minyak yang bisa
dihasilkan tidak sebanding dengan cadangan dan potensi yang ada.
5
Kebutuhan konsumsi BBM meningkat seiring dengan naiknya jumlah kendaraan
bermotor yang ada di Indonesia. Selain itu, meningkatnya konsumsi BBM juga
dipicu oleh pertumbuhan industri di Indonesia. Seperti dilihat dari data di bawah
ini, data mengenai kepemilikan kendaraan bermotor yang terus tumbuh, terutama
sepeda motor yang mencatat pertumbuhan paling signifikan, di tengah penurunan
kepemilikan kendaraan bermotor jenis lain. Selain itu, sepeda motor adalah
pengonsumsi Premium yang besar. Dengan naiknya populasi sepeda motor ini,
otomatis juga meningkatkan konsumsi BBM jenis Premium yang notabene
disubsidi oleh pemerintah.
Tabel 2: Sektor Pengguna BBM Bersubsidi Tahun 2010
Sektor
pengguna
Porsi konsumsi
Premium Solar Premium + Solar
Transportasi
darat
99,40% 88,76% 95,54%
Transportasi
air
0,13% 7,76% 2,90%
Usaha kecil 0,37% 1,75% 0,87%
Perikanan 0,10% 1,73% 0,69%
Sumber: RDP komisi VII DPR RI dengan BPH Migas dan Pertamina dalam
Reforminer Institute (2011)
6
Tabel 3: Konsumsi BBM Bersubsidi dalam Sektor Transportasi Darat 2010
Jenis
transportasi
darat
Porsi Konsumsi (%)
Premium Solar Premium +
Solar
Mobil Pribadi 45,75% 14,20% 34,29%
Kendaraan
Umum
14,91% 0,88% 9,82%
Angkutan
Barang
- 38,16% 13,84%
Sepeda Motor 38,76% - 24,70%
Bus - 35,30% 12,87%
Sumber: RDP komisi VII DPR RI dengan BPH Migas dan Pertamina dalam
Reforminer Institute (2011)
Dari kedua tabel di atas, bisa dilihat mayoritas pengkonsumsi BBM bersubsidi
menurut sektor pengguna adalah transportasi darat yang mengkonsumsi mayoritas
BBM besubsidi. Pertumbuhan alat transportasi darat yang meningkat pesat
membuat proporsi konsumsi BBM bersubsidi oleh transportasi darat menjadi
mayoritas. Dalam transportasi darat sendiri, konsumsi BBM didominasi oleh
kendaraan bermotor jenis mobil pribadi dan sepeda motor yang memang punya
populasi paling besar.
7
Tabel 4: Produksi Minyak Bumi (dalam ribuan barel)
Sumber: Ditjen Migas, diolah Pusdatin (2011)
Keterangan:
MBOPD: Ribu Barel per Day
*data sementara
8
Tahun Minyak
Bumi
Kondensat Jumlah
2004 353.945 46.541 400.456
2005 341.203 46.450 387.654
2006 322.350 44.699 367.050
2007 305.137 43.211 348.348
2008 312.484 45.016 357.500
2009 301.663 44.650 346.313
2010 300.872 43.965 344.836
2011* 289.445 40.150 329.595
Grafik 2: Produksi dan Konsumsi Minyak Harian di Indonesia
Sumber: British Petroleum (2011)
Sementara itu, di sisi lain, seperti dilihat dari tabel dan grafik di atas, produksi
minyak Indonesia cenderung turun. Bahkan, setelah tahun 2002, produksi di
dalam negeri sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Produksi di periode setelah 2002 pun cenderung menurun. Bahkan indikasi
penurunan produksi dalam negeri sudah terjadi sejak tahun 2000, meski saat itu
produksi minyak bumi masih mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sempat
mengalami kenaikan jumlah produksi pada tahun 2008, tetapi tahun- tahun
selanjutnya mengalami penurunan.
Konsumsi yang terus naik tetapi tidak diimbangi dengan kenaikan produksi
mengakibatkan pemerintah harus menutupi kekurangan itu dengan mengimpor
dari negara lain. Padahal, pada periode terdahulu, Indonesia dikenal sebagai salah
satu pengekspor minyak mentah dunia. Oleh karena itu, pada 2008 Indonesia
keluar dari OPEC karena sudah menjadi pengimpor minyak. Dalam setiap liter
Premium, pemerintah memberi subsidi sebesar Rp 4000,00. Sehingga jika rencana
9
kenaikan premium menjadi Rp 6000,00 jadi dilaksanakan, pemerintah masih
menanggung subsidi sebesar Rp 2500,00 untuk setiap liter premium yang terjual.
Untuk menutupi kekurangan dari produksi, pemerintah melakukan impor seperti
yang tercantum dalam tabel di bawah ini:
Tabel 5: Impor BBM (2005-2011)
year Avtur RON88 RON95 RON9
2
DPK HOMC ADO Fuel oil IDO total
2005 654 6202 0 3 2.604 1.076 14.470 1.493 0 26.502
2006 796 5.841 0 69 861 1.088 10.846 1.682 0 21.184
2007 1.176 7.069 27 35 1.080 108 12.367 2.163 8 24.032
2008 769 8.572 17 40 333 0 12.284 2.573 28 24.615
2009 171 10.263 32 120 0 1.148 8.505 1.909 8 22.157
2010 578 12.437 0 214 0 1.767 8.413 408 0 23.633
2011* 733 13.712 0 1.411 0 157 8.681 654 0 25.347
Sumber: Ditjen Migas (2011)
Keterangan:
Dalam Ribu kiloliter
*) Data Sementara
Secara keseluruhan, dari tahun 2005- 2011, impor BBM secar total
cenderung naik turun atau berfluktuasi. Impor BBM tertinggi tercatat pada tahun
2006 sebesar 26. 502.000 kiloliter. Namun, impor BBM Bersubsidi (RON 88)
secara konstan terus naik. hal ini menunjukkan bahwa pemakaian BBM jenis
bersubsidi merupakan yang terbesar di antara BBM jenis yang lain sehingga harus
dilakukan impor untuk mencukupinya.
Dalam APBN 2012, pemerintah mematok harga minyak mentah sebesar $
90 per barrel, namun pada kenyataannya, harga minyak mentah dunia sendiri di
bulan Februari 2012 berkisar $ 122,17 per barrel. Sementara, untuk anggarannya,
pemerintah menganggarkan Rp 123,6 Trilyun untuk subsidi BBM tahun 2012. Itu
untuk asumsi harga minyak mentah per barrelnya $ 122,7. Namun pada
10
kenyataannya harga minyak mentah sendiri sudah mencapai $122,17 per barrel
dan diperkirakan akan terus meningkat. Mau tidak mau, pemerintah harus
merevisi anggaran subsidi BBM itu dalam APBN Perubahan 2012.
APBN-Perubahan 2012 pemerintah menganggarkan Rp 137,4 Trilyun untuk
subsidi BBM. Di luar itu, pemerintah masih mencadangkan sebesar Rp 23 Trilyun
untuk cadangan apabila subsidi perlu di tambah. Sementara, Pertamina sendiri
mematok kuota BBM bersubsidi sebesar 40 juta kiloliter untuk tahun 2012.
Namun, konsumsi untuk bulan Januari sampai Maret saja sudah mencapai 10,7
juta kiloliter. Padahal, selama 3 bulan itu adalah bulan normal. Dalam artian, di 3
bulan awal itu tidak ada peristiwa yang mengakibatkan lonjakan konsumsi BBM
seperti momen hari raya keagamaan atau momen libur nasional.
Konsumsi BBM diperkirakan akan meningkat pada kuartal kedua dan
semester ke dua, dimana pada bulan Agustus jatuh hari raya Lebaran yang tentu
mengakibatkan lonjakan konsumsi BBM. Namun, patut dilihat juga bahwa harga
minyak dunia masih mingkin terus naik. Mengingat, konflik yang melanda
negara- negara di Timur Tengah dan Teluk Arab sebagai penghasil utama minyak
dunia diperkirakan masih akan terus berlangsung lama dan tentunya mengganggu
produksi dan pasokan minyak mentah dunia.
Perkiraan Pertamina, apabila kondisi konsumsi BBM dibiarkan tanpa ada
tindakan untuk mengerem, kemungkinan konsumsi BBM di tahun 2012 akan
meningkat menjadi 47 juta kiloliter. Bahkan, jika kondisi laju konsumsi BBM
dibiarkan tanpa kendali, pada bulan Agustus 2012 persediaan BBM bersubsidi
akan habis.
B. Kondisi di Luar Indonesia
Negara penghasil minyak bumi yang bertujuan untuk diekspor berhimpun
dalam organisasi eksportir minyak dunia yaitu OPEC. Produksi minyak dunia
sebagian besar dikendalikan oleh OPEC, karena negara anggota OPEC merupakan
produsen minyakbumi yang mencukupi kebutuhan seluruh dunia. OPEC punya
otoritas untuk menentukan jumlah produksi minyak oleh setiap negara
anggotanya, sehingga dapat mengontrol produksi minyak bumi dalam anggota
organisasi dan harga minyak bumi di pasaran internasional. Dengan demikian,
11
OPEC juga bisa mengontrol penawaran terhadap minyak bumi dalam pasar
internasional.
Tabel 5: Perbandingan Harga BBM di Indonesia dengan Beberapa negara Asia
Tenggara
Negara Harga eceran
bensin dalam mata
uang lokal
Harga eceran
bensin dalam
rupiah
Harga tersebut
disubsidi/tidak
disubsidi
Indonesia (RON
88)
Rp 4.500, Rp 4.500 Disubsidi
Malaysia (RON
95)
RM 1.90 Rp 5.733 Disubsidi
Thailand (Blue
Gasoline 91)
Baht 41,51 Rp 12.453 Tidak disubsidi
Filipina
(unleaded)
P 56,50 Rp 12.147 Tidak disubsidi
Singapore (Grade
95)
S$ 2.150 Rp 15.695 Tidak disubsidi
Sumber: Sekretariat Wakil Presiden (2011)
Keterangan:
Harga bensin per 12 Maret 2012,konversi kurs memakai kurs tengah BI
Dari data di atas, jika dibanding beberapa negara di ASEAN, harga bahan
bakar minyak di Indonesia termasuk rendah. Parameter pembandingnya adalah
harga dari Bahan Bakar Minyak dengan kualitas terendah. Harga BBM yang lebih
rendah inilah yang bisa memicu penyelundupan Bahan Bakar Minyak ke luar
Indonesia. Penyeludupan BBM ini yang berpotensi merugikan masyarakat
Indonesia karena merekalah yang berhak atas subsidi terhadap BBM.
Sementara itu, konflik yang melanda negara- negara Timur Tengah juga
mengganggu produksi minyak mentah dunia. Negara- negara Timur Tengah
punya peran strategis, karena di situlah mayoritas minyak mentah diproduksi dan
dipasok. Revolusi yang melanda Libya, Tunisia dan Mesir serta ketegangan di
12
sekitar Selat Hormuz antara Iran dengan AS dan Israel mengganggu pasokan
minyak dunia. Padahal, konflik di negara- negara Timur Tengah masih berpotensi
untuk berlanjut dalam jangka waktu lama. Ini artinya, produksi minyak masih
akan terus terganggu dan akibatnya harga minyak dunia masih tinggi dan punya
kemungkinan akan terus naik.
C. Dampak Negatif
Harga BBM yang naik akan menjadi pemacu dari kenaikan harga
komoditas lain, mengingat peran vital BBM mulai dari proses produksi hingga
pengangkutan. Dampak dari kenaikan harga BBM tidak hanya dirasakan oleh
pemilik kendaraan bermotor saja. Masyarakat yang tidak memiliki kendaraan
bermotor juga turut terdampak dengan adanya kenaikan BBM ini.
Naiknya harga BBM, akan mengakibatkan biaya operasional bagi moda-
moda transportasi dan kendaraan- kendaraan yang memakai BBM bersubsidi.
Dengan demikian harus ada penyesuaian tarif untuk menghindari kerugian.
Penyesuaian tarif ini berupa naiknya tarif angkutan umum atau juga naiknya biaya
pengangkutan barang hasil produksi dan komoditas yang diperdagangkan. Dengan
naiknya tarif, akan membuat harga dari komoditas itu naik, karena biaya untuk
pengangkutan juga naik. Masyarakatlah yang sebenarnya menanggung
penyesuaian tarif itu. Masyarakat harus membayar lebih untuk mendapatkan
barang hasil produksi atau komoditas yang diperdagangkan. Masyarakat juga
harus membayar lebih untuk moda transportasi umum yang mereka pakai.
Naiknya berbagai komoditas dan kebutuhan pokok tentu membuat
pengeluaran masyarakat juga naik. Sebenarnya, tidak menjadi masalah apabila
pengeluaran yang lebih dari biasanya itu bisa diimbangi dengan pemasukan yang
lebih besar. Tetapi, untuk mencapai pemasukan yang kebih besar tentu butuh
waktu yang tidak singkat, sementara, pembelian kebutuhan pokok itu tidak bisa
ditunda.
Mau tidak mau mereka menuntut kenaikan upah (jika bekerja di suatu
instansi atau perusahaan) atau menghemat pengeluaran. Dengan melakukan
penghematan pengeluaran, masyarakat menjadi selektif dalam penggunaan
pengeluarannya. Pengeluaran yang kurang penting dipangkas atau tidak dilakukan
13
sama sekali. Penghematan pengeluaran membuat daya beli masyarakat menjadi
turun.
Perusahaan juga akan kena imbas dari kenaikan harga BBM yang berakibat
turunnya daya beli masyarakat. Produsen komoditas yang tidak menjadi prioritas
masyarakat akan mengalami penurunan penjualan, padahal di sisi lain biaya
operasional perusahaan meningkat akibat naiknya BBM bersubsidi. Penurunan
penjualan dan naiknya biaya operasional membuat perusahaan berpotensi
mengalami kerugian. Kerugian yang dialami bisa berimbas kepada karyawan yang
dipekerjakan. Untuk mengurangi kerugian, produsen bisa saja mengurangi jumlah
karyawan, atau bahkan menutup usahanya. Padahal, karyawan itu di sisi lain juga
mengalami kesulitan akibat meningkatnya kebutuhan hidup sehari- hari.
Yang paling rawan terkena dampaknya adalah Usaha Kecil dan Menengah
(UKM). UKM inilah yang punya struktur modal paling kecil juga susah untuk
mengakses pinjaman dari dunia perbankan. Sehingga, jika tejadi penurunan daya
beli masyarakat, UKM menjadi titik yang paling rawan mengalami kesulitan
keuangan. Padahal, UKM menjadi salah satu sokoguru perekonomian Indonesia,
dimana lebih dari 90% pelaku industri di Indonesia tergolong sebagai UKM.
Tabel 6: Dampak Kebijakan Penaikan Harga BBM 2012
Sumber: Reforminer Institute (2011)
*)tidak termasuk dampak yang tidak dapat dikuantifikasikan
Kenaikan BBM bisa memicu meningkatnya inflasi. Inflasi sendiri
merupakan indikator perekonomian suatu negara. Inflasi memang wajar, tetapi
dalam besaran yang terkendali. Kenaikan harga hampir semua komoditas
14
Jenis
BBM
Kenaikan
harga
(Rp/liter)
Nilai
penghematan
(Rp Triliun)
Dampak
Inflasi*
(%)
Premium
dan Solar
1.000 38,70 1,07
1.500 57,45 1,58
2.000 76,60 2,14
membuat angka inflasi menjadi naik. Dalam tabel di atas yang merupakan hasil
simulasi oleh Reforminer Institute yang mengungkapkan dampak dari besaran
kenaikan BBM terhadap angka inflasi. Semakin tinggi besaran kenaikan harga
BBM, akan semakin banyak keuangan negara yang bisa di hemat, akan tetapi
dampak inflasi yang ditimbulkan akan semakin tinggi. Jika pemerintah menaikkan
harga BBM sebesar Rp 2000,00 atau kenaikan maksimal sesuai yang dicanangkan
pemerintah, keuangan pemerintah yang bisa dihemat sebesar 76,60 Trilyun.
Besaran inflasi diprediksi akan mencapai 2,14% sebagai dampak kenaikan BBM
bersubsidi sebesar Rp 2.000,00 per liter.
Padahal, target inlasi tahunan pemerintah adalahsebesar 5,3 % untuk tahun
2012. Dalam data yang dirilis BPS, untuk tahun 2012 inflasi sampai bulan Maret
32012 sudah mencapai 0.88%. belum lagi perkiraan inflasi akibat kenaikan BBM
yang diprediksi mencapai 2,14%. Rencana pemerintah yang akan menaikkan tarif
dasar listrik di tahun 2012 juga akan berdampak terhadap angka inflasi yang tentu
akan naik. Patut dilihat pula, tren inflasi di Indonesia yang meningkat di bulan-
bulan tertentu di saat ada hari raya keagamaan atau juga di akhir tahun yang
bertepatan dengan periode tutup buku instansi pemerintahan atau perusahaan yang
tentu akan berdampak bagi inflasi secara keseluruhan. Dengan demikian, target
inflasi tahunan pemerintah yang sebesar 5,3 % akan sulit tercapai. Bahkan dari
data di bawah ini jika dilihat di tahun 2005 ketika pemerintah menaikkan harga
BBM subsidi, inflasi tahunannya mencapai 17,11%. Bukan tidak mungkin hal
yang sama akan terjadi di tahun 2012.
D. Dampak Positif
Kebijakan pengurangan subsidi BBM akan punya dampak positif, disamping
juga dampak negatif. Dampak positif yang pertama adalah penghematan terhadap
keuangan pemerintah. Seperti dalam tabel Dampak Kebijakan Penaikan Harga
BBM 2012, akan ada penghematan keuangan pemerintah. Dengan mengurangi
subsidi, maka akan ada dana yang bisa dihemat dan dipergunakan mendanai
program dan kebijakan lain yang lebih efektif dan berguna bagi masyarakat. Dana
itu bisa dipakai untuk tambahan anggaran pendidikan, program pengentasan
kemiskinan, menciptakan lapangan kerja baru dan pembangunan infrastruktur dan
15
program- program lainnya yang lebih berguna bagi masyarakat ketimbang subsidi
BBM yang jelas- jelas tidak banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
miskin.
Dampak positif yang kedua adalah mengurangi defisit anggaran. Dengan
melakukan pengurangan subsidi BBM, defisit anggaran akan turun menjadi Rp
109,8 Triliun atau 2,23% dari Produk Domestik Bruto. Jika tidak melakukan
kebijakan untuk mengurangi subsidi BBM, defisit anggaran dapat melonjak
menjadi Rp 299 Triliun atau 3,59% dari Produk Domestik Bruto. Defisit anggaran
yang terlalu tinggi tentu tidak baik bagi keuangan suatu negara. Krisis di Eropa
juga salah satunya dipicu oleh defisit anggaran yang terlalu tinggi.
Dampak postif ketiga adalah kontrol terhadap konsumsi BBM. Dengan
adanya kenaikan harga BBM bersubsidi karena pengurangan subsidi, tentu akan
membuat pemilik kendaraan bermotor akan lebih selektif dalam aktivitasnya
untuk menggunakan kendaraan bermotor karena harga dari BBM yang lebih
mahal. Dengan demikian, konsumsi atas BBM bersubsidi bisa terkontrol dan tidak
berlebihan dan membebani keuangan pemerintah.
Dampak positif keempat adalah penghematan terhadap pemakaian minyak
bumi. Minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak terbarukan. Suatu saat,
cadangan minyak bumi akan habis, dan butuh waktu jutaan tahun untuk
menghasilkan minyak bumi lagi. Terkontrolnya pemakaian BBM seperti dampak
positif ketiga, berdampak pula terhadap eksploitasi minyak bumi yang bisa
dikurangi. Dengan demikian, cadangan minyak bumi bisa lebih lestari lagi.
Dampak positif kelima adalah pengembangan energi alternatif yang lebih
murah daripada BBM. Harga BBM bersubsidi yang lebih mahal akan memacu
pihak- pihak tertentu untuk berpikir kreatif untuk mencari dan mengembangkan
energi- energi alternatif selain BBM. Dengan energi alternatif, masyarakat tidak
bergantung terhadap keberadaan BBM. Selain itu, energi alternatif akan lebih
ramah lingkungan daripada BBM.
Dampak positif keenam, adalah kelestarian lingkungan. Residu hasil
pembakaran BBM yang dilepas ke udara punya potensi membahayakan bagi
kesehatan manusia dalam jangka panjang dan terakumulasi dalam jumlah besar.
Pengurangan subsidi BBM mencegah konsumsi BBM secara berlebihan.
16
Sehingga, pencemaran lingkungan dan udara bisa dikurangi. Lebih jauh lagi,
dengan lingkungan hidup yang lebih sehat, memperkecil peluang masyarakat
untuk mengalami gangguan kesehatan sebagai akibat lingkungan hidup dan
kondisi udara yang tidak baik bagi kesehatan. Dengan demikian, biaya yang
timbul, seperti biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akibat gangguan kesehatan
karena lingkungan dan udara yang tercemar bisa berkurang.
Dampak postitif ketujuh, mengurangi tindak kejahatan penyelundupan
BBM. Dengan naiknya harga BBM bersubsidi, disparitas harga BBM di Indonesia
dan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura bisa dipangkas. Perbedaan
harga yang semakin kecil itu membuat penyelundup tidak tertarik
menyelundupkan BBM bersubsidi karena keuntungan menjadi lebih kecil
sementara resiko yang harus dihadapi besar. Sehingga, BBM bisa dinikmati oleh
masyarakat Indonesia yang memang berhak terhadap penggunaan BBM
bersubsidi itu.
Dampak positif ke delapan, Pengurangan subsidi BBM menyebabkan harga
BBM naik sehingga permintaan akan kendaraan bermotor (barang komplementer)
menurun dan industri kendaraan bermotor akan mengalami penurunan. Penurunan
jumlah permintaan kendaraan bermotor dapat mengerem laju pertambahan jumlah
kendaraan bermotor yang terus meningkat yang pada akhirnya akan mencegah
pencemaran udara yang lebih parah dan mengurangi potensi terjadinya
kemacetan, terutama di kota- kota besar sebagai akibat dari total panjang jalan
yang sudah tidak proporsional dengan jumlah kendaraan bermotor yang beredar di
jalan.
17
BAB IV
KESIMPULAN
Pengurangan BBM Bersubsidi sudah seharusnya dilakukan pemerintah.
Subsidi BBM sudah membebani keuangan dan berpotensi terus memberi beban
yang lebih berat terhadap keuangan negara di masa- masa mendatang apabila
pemerintah tidak mengambil keputusan untuk mengurangi subsidi BBM. Apalagi,
subsidi BBM sekarang ini sudah tidak efektif dan tidak banyak dirasakan
masyarakat yang tergolong miskin. Melihat dari kondisi perminyakan di Indonesia
dan dunia, pengurangan subsidi BBM tepat dilakukan oleh pemerintah. Jika tidak
dilakukan pengurangan subsidi BBM, keuangan pemerintah akan semakin
terbebani oleh besaran anggaran untuk subsidi BBM yang terus naik karena harga
minyak dunia yang cenderung naik.
Ditinjau dari etika, keputusan untuk mengurangi subsidi BBM sudah tepat
menurut prinsip etika di dunia bisnis dan perekonomian. Menurut prinsip
utilitarianisme, pengurangan subsidi BBM sudah tepat karena memberi
keuntungan yang paling besar bagi masyarakat. Menurut prinsip hak, walaupun
pengurangan subsidi BBM mengurangi hak masyarakat Indonesia untuk
menikmati subsidi BBM, tetapi pengurangan subsidi BBM juga memberi hak bagi
masyarakat untuk mencapai kesejahteraan melalui program- program yang lebih
tepat sasaran yang didanai dengan anggaran yang bisa dihemat karena
pengurangan subsidi BBM.
Dampak negatif yang dirasakan adalah:
1. Naiknya harga BBM bersubsidi.
2. Naiknya harga komoditas yang diperdagangkan dan komoditas-
komoditas yang tergolong kebutuhan pokok.
3. Turunnya daya beli masyarakat.
4. Potensi kerugian karena penurunan penjualan dan naiknya biaya
operasional pada produsen- produsen komoditas yang bukan
merupakan prioritas masyarakat, kemudian diikuti oleh potensi
terjadinya pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan akibat
kerugian perusahaan.
18
5. Usaha Kecil Menengah yang terancam kerugian karena turunnya daya
beli masyarakat.
6. Naiknya angka inflasi serta kemungkinan tidak tercapainya target
inflasi yang dicanangkan pemerintah di tahun 2012.
Adapun dampak positif yang bisa diraih akibat pengurangan subsidi BBM
adalah:
1. Penghematan terhadap keuangan pemerintah sehingga bisa dialihkan
untuk mendanai program lain yang lebih tepat guna dan tepat sasaran.
2. Mengurangi defisit anggaran.
3. Kontrol terhadap konsumsi BBM sehingga tidak terjadi pemakaian
BBM secara berlebihan.
4. Penghematan terhadap pemakaian minyak bumi yang merupakan
sumber daya alam tidak terbarukan.
5. Pengembangan energi alternatif yang lebih murah daripada BBM.
6. Kelestarian lingkungan yang berdampak pada berkurangnya biaya
kesehatan yang harus dikeluarkan akibat lingkungan hidup dan udara
yang tercemar residu pembakaran BBM.
7. Mengurangi tindak kejahatan penyelundupan BBM bersubsidi ke luar
negeri.
8. Permintaan akan kendaraan bermotor (barang komplementer)
menurun.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Rosen, Harvey S. dan Ted Gayer. 2010. Public Finance. 9th ed. New York :
McGraw-Hill.
2. Velazquez, Manuel G. 2002. Business Ethics: Concepts and Case 5th Ed.
New Jersey: PearsonEducation Inc.
3. Kementerian Sekretariat Negara RI, Sekretariat Wakil Presiden. 2012.
Subsidi BBM Buat (Si) Apa?.
4. Ditjen Migas. 2011. Statistik Minyak Bumi.
5. Majalah detik edisi 19. Artikel “Potong Gaji Demi Subsidi” dan “Agar Si
Kaya Tak Curi Subsidi.
6. prokum.esdm.go.id/Publikasi/Statistik/Statistik%20Minyak%20Bumi.pdf
diakses tanggal 7 desember 2014.
7. oil-price.net/en/articles/iran-oil-strait-or-hormuz.php diakses tanggal 7
desember 2014.
8. bicaraenergi.com/2011/09/bp-statistical-review-2011-minyak-bumi/ diakses
tanggal 8 desember 2014.
9. www.reforminer.com/media-coverage/tahun-2012/1196-antisipasi-dampak-
penaikan-harga-bbm. diakses tanggal 8 desember 2014.
10. www.indonesiafinancetoday.com/read/13694/Pemerintah-Optimistis-Target-
Inflasi-2012-Tercapai- diakses tanggal 9 desember 2014.
20