dampak kenaikan muka air laut …sim.nilim.go.jp/ge/semi2/proceedings/makalah 8.doc · web viewkota...

32
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 90

Upload: lyanh

Post on 02-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada

Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 90

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 91

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

INDIKASI KENAIKAN MUKA AIR LAUT PADA KOTA PANTAI DI KOTAMADYA MAKASSAR

Oleh:Siti Zubaidah Kurdi

Wahyu S. YodhakersaVita Marshinta Devi

ABSTRAK

Kotamadya Makassar termasuk salah satu kota pantai yang terdapat di Indonesia. Kota Makassar

memiliki pantai memanjang pada bagian Barat dan Utara kota yang mayoritas digunakan untuk

perumahan.

Sebagai kota pesisir yang keadaan wilayahnya sebagian besar datar, kota Makassar memiliki

ketinggian dari muka air laut berkisar 1-25 meter dari muka air laut dengan kemiringan tanah rata-

rata 0-5º ke arah Barat. Berdasarkan peta geologi, kota Makassar dan sekitarnya ditutupi oleh jenis

batuan tersier dan kuarter yaitu batuan gunung api dan endapan aluvial.

Kawasan yang diidentifikasi adalah Kecamatan Mariso yaitu salah satu dari 11 kecamatan yang

ada di Kotamadya Makassar dan terletak di pinggir pantai. Identifikasi lebih detail dilakukan pada

Kelurahan Lette yaitu daerah yang berbatasan langsung dengan laut. Lahan di Kelurahan Lette

mayoritas digunakan untuk perumahan, yang sebagian besar perumahan kelas menengah

kebawah dengan berbagai macam tipe. Dari tipe rumah yang ada diambil 2 contoh bangunan.

Data yang direkam dari kawasan meliputi karakteristik geomorfologi, kondisi lingkungan, kondisi

sosial ekonomi masyarakat, jenis kerugian fisik dan non fisik, dan adaptasi lingkungan dalam

mengantisipasi banjir. Data ynga direkam dari 2 bangunan contoh meliputi denah, bahan

bangunan yang digunakan, kerusakan yang pernah terjadi akibat banjir, perbaikan yang pernah

dilakukan, perkiraan kerugian akibat banjir, jenis perbaikan yang pernah dilakukan. Data tersebut

akan digunakan untuk dapat menindikasikan jumlah kerusakan bila air laut naik setinggi 1 meter.

I. PENDAHULUAN

Dikatakan oleh para ahli bahwa ada kaitan antara kenaikan muka air laut dengan peningkatan

suhu udara dunia. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara lain adalah garis

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 92

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

pantai yang makin naik, kawasan pantai yang makin berkurang, hilangnya sebagian kawasan

hutan bakau serta terjadinya abrasi dan sedimentasi.

Sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di pantai, maka pada kawasan pantai yang digunakan

untuk tempat tinggal perubahan kondisi fisik pantai ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup

penduduk di kawasan tersebut. Kegiatan lain yang biasanya ada di kawasan pantai yang akan

terganggu antar lain pelabuhan, gudang, tempat pelelangan ikan, tempat rekreasi, terumbu karang

dan budidaya ikan, dsb.

Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan investigasi lapangan ke beberapa kota pantai di

Indonesia untuk memperjelas dampak yang telah terjadi dan memperkirakan dampak yang akan

datang akibat meningkatnya muka air laut pada kawasan perkotaan di pinggir pantai. Data yang

didapat diharapkan dapat memperjelas kemungkinan dampak yang akan datang dari peningkatan

muka air laut terhadap kota-kota pinggir pantai di wilayah Asia Pasifik.

Salah satu kota yang dijadikan lokasi survei adalah Makassar. Makassar dipilih sebagai lokasi

survei karena kota ini merupakan kota pantai dan memiliki garis pantai yang dapat dikatakan

panjang, dengan karakteristik pantai yang landai. Perolehan data meliputi geomorfologi kawasan,

tata guna lahan, ketinggian lahan, tipologi bangunan yang ada dalam kawasan, tinggi muka air

pasang dan banjir, perancangan kota, kecenderungan perkembangan kota dan aspek-aspek yang

berkaitan dengan perkiraan pada masa mendatang akibat peningkatan muka air laut pada daerah

perkotaan.

Untuk dapat mengindisikasikan kerugian yang terjadi pada suatu kawasan akibat kenaikan muka

air laut maka dibuat rancangan penelitian sebagai berikut:

Kawasan perkotaan yang berbatasan dengan pantai

Menentukan batas analisa secara geologis yaitu garis pantai setinggi 1 M

Menentukan unit analisa kawasan yaitu batas administrasi Kecamatan

Menentukan homogenitas/heterogenitas tipe bangunan yang di dalam Kecamatan yang

dikelompokan dalam skala Kelurahan

Menentukan Kelurahan yang akan didata secara rinci

sekunder diperoleh melalui ke instansi terkait seperti Bappeda, Pemda, Dinas Pariwisata, Dinas

Pengawasan Banjir dan Geologi. Data primer didapat dari survei dari wawancara tidak terstruktur

kepada tokoh dan penguasa setempat serta penduduk. Alat survei yang digunakan adalah daftar

yang memuat jenis data yang dibutuhkan, tempat mendapatkan data serta bentuk data.

Wawancara dengan penduduk. Daftar pertanyaan dipakai sebagai acuan mewawancarai

penduduk. Dilakukan juga observasi pada bangunan contoh yang dianggap mempunyai bentuk

bangunan sesuai dengan kondisi setempat. Karakteristik bangunan contoh didata secara lengkap

beserta isi bangunannya. Dari data ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan dasar untuk

menghitung kerugian fisik bangunan.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 93

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Dari hasil survei dan analisa data diharapkan dapat diperoleh daftar jenis dan tingkat masalah

yang terjadi akibat kenaikan muka air laut, kemampuan adaptasi penduduk terhadap peningkatan

muka air laut, identifikasi tipe bangunan dan hubungan antara kenaikan muka air laut terhadap

kehilangan aset.

II. GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR

2.1. Letak GeografisKota Makassar secara geografis terletak pada koordinat 119 24’ 17,38” Bujur Timur dan 5 8’

6,19” Lintang Selatan.

2.2. Keadaan IklimKota Makassar termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya menghampiri garis

khatulistiwa.

Kelembaban udara berkisar antara 67 % - 86 %

Curah hujan tahunan rata-rata 337 mm, dimana curah hujan tertinggi dicapai pada bulan

Januari dengan rata-rata 660 mm/bulan dan terendah pada bulan Agustus berkisar 14,4

mm/bulan dengan jumlah hari hujan berkisar 149 hari hujan pertahun.

Temperatur/suhu udara di Kota Makassar rata-rata sekitar 26C sampai dengan 33 C.

Kecepatan angin rata-rata 2-3 Knot/Jam

Penyinaran matahari rata-rata 49,33

2.3. Administratif- Secara Administratif Kota Makassar terletak di bagian barat pulau Sulawesi dengan

perbatasan sebagai berikut :

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene kepulauan

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros

Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makasar

Kota Makassar secara administratif terdiri dari 11 kecamatan yang meliputi 142 Kelurahan 801 RW

dan 4221 RT dengan luas 17577 Ha yang terdiri dari 17.437 Ha wilayah daratan dan 140 Ha

wilayah pulau-pulau,serta ditambah luas wilayah laut 4 mil dari garis pantai (berdasarkan UU No

22 tahun 1999).

Penduduk Kota Makassar tahun 1999 tercatat sekitar 1.191.456 jiwa yang terdiri dari 581.332 laki-

laki dan 610.124 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 3,24 persen pada periode

1998 – 1999.

Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukan bahwa penduduk

masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 267.138 jiwa atau sekitar

22,42 % dari total penduduk, disusul kecamatan Panakkukang sebanyak 201.625 jiwa (16,92 %),

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 94

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 42.957 jiwa (3,61 %). Namun

ditinjau dari kepadatan penduduk per km persegi, Kecamatan Makassar yang terpadat yaitu

45.623 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mamajang 36.451 jiwa per km persegi, kecamatan

Mariso 37.940 jiwa per km persegi. Sedang kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan

dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 1.209 jiwa per km persegi, kemudian

Panakkukang 4.895 jiwa per km persegi, Ujung Tanah 8.778 jiwa per km persegi dan Tamalate

9.074 jiwa per km persegi. Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut

masih memungkinkan untuk pengembangan daerah permukiman terutama kecamatan

Biringkanaya, Panakkukang dan Tamalate.

Tabel : Persentase luas daerah dirinci menurut KecamatanNo Kecamatan Luas

(Ha)Persentase terhadap luas Kota Makassar

1. Mariso 182 1,042. Mamajang 225 2,283. Tamalate 2944 16,754. Makassar 252 1,435. Ujung Pandang 263 1,506. Wajo 199 1,137. Bontoala 210 1,198. Ujung Tanah 594 3,389. Tallo 583 3,3210. Panakkukang 4119 23,4311. Biringkanaya 8006 45,55

Jumlah 17577 100,00Sumber : Makassar dalam angka 1999.

Tabel : Keadaan Penduduk Kota Makassar Tahun 1998 dan 1999Uraian Tahun

1998 1999Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.154.020 1.191.456a. Laki-laki 563.304 581.332b. Perempuan 590.716 610.124Rasio jenis kelamin (%) 95 95Kepadatan penduduk / Km2 6566 6778a. 1997 – 1998 2,56 1,96b. 1998 – 1999 - 3,24

Sumber : Makassar dalam angka 1999.

Tabel : Jumlah Penduduk dirinci menurut umur dan jenis kelamindi Kota Makassar tahun 1999

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah0 – 4 55.988 58.055 114.0435 – 9 52.693 52.410 105.103

10 – 14 60.668 58.677 119.34515 – 19 70.922 64.373 135.29520 – 24 75.763 87.731 163.49425 – 29 66.650 72.064 138.71430 – 34 45.857 48.707 94.56435 – 39 34.749 36.174 70.92340 – 44 27.059 30.763 57.82245 – 49 32.470 25.066 57.536

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 95

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

50 – 54 17.944 24.781 42.72555 – 59 16.235 17.660 33.89560 – 64 11.678 9.969 21.647

65 + 12.656 23.694 36.350Jumlah 581.332 610.124 1.191.456

Sumber : Makassar dalam angka 1999.

Tabel : Jumlah Penduduk dirinci menurut Kecamatandi Kota makassar tahun 1996 - 1999

No Kecamatan 1996 1997 1998 19991. Mariso 65.252 67.017 67.986 69.0512. Mamajang 77.752 79.880 81.035 82.0153. Tamalate 242.812 249.458 253.064 267.1384. Makassar 109.507 112.504 114.131 114.9695. Ujung Pandang 41.217 42.345 42.538 42.9576. Wajo 47.921 49.233 49.945 50.5407. Bontoala 73.582 75.596 76.689 77.3838. Ujung Tanah 49.676 51.036 51.774 52.1419. Tallo 128.360 131.873 133.873 136.83610. Panakkukang 183.850 188.890 191.947 201.62511. Biringkanaya 87.350 89.741 91.038 96.801

Jumlah 1.107.267 1.137.573 1.154.020 1.191.456Sumber : Makassar dalam angka 1999.

III. GEOMORFOLOGI

3.1. Morfologi Dan Geologi3.1.1. MorfologiKota Makassar terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian Barat dan Utara Kota yang

diantaranya berpotensi untuk perikanan, Kota ini mempunyai peluang untuk pengembangan

pengolahan hasil usaha penangkapan ikan laut, pemeliharaan ikan tambak dan penggaraman.

Sedangkan pada bagian dataran rendah mulai dari tepi pantai sebelah barat dan melebar kearah

timur sejauh kurang lebih 20 kilometer dan memanjang dari selatan ke utara merupakan daerah-

daerah pengembangan permukiman, pertokoan, perkantoran, pendidikan dan bahan

pengembangan kawasan industri.

Kota DT II Ujung Pandang merupakan kota pesisir yang keadaan wilayahnya datar dan hanya

sebagian kecil dataran tinggi yang terdapat di Kecamatan Biringkanaya. Secara keseluruhan

ketinggian dari permukaan laut untuk wilayah ini berkisar antara 1 – 25 meter di atas permukaan

laut dengan kemiringan tanah rata-rata 0 – 5 ke arah barat.

Di Kota DT II Ujung Pandang terdapat 2 (dua) buah sungai, yaitu sungai Jeneberang yang

mengalir melintasi Kabupaten Gowa dan bermuara pada bagian selatan Kota dan sungai Tallo

yang bermuara di bagian Utara Kota.

Ke dua sungai ini mempunyai kemiringan dasar sungai yang relatif sangat landai ( 1/10.000) di

bagian hilir, kecepatan alirannya lambat dengan laju sedimentasi yang cukup tinggi sehingga

mempunyai kecenderungan membentuk meander dan perubahan alur.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 96

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Kota Makassar ditinjau dari proses pembentukan morfologi dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

satuan, yaitu :

1) Satuan Morfologi Pedataran

2) Satuan Morfologi Bergelombang Lemah

3) Satuan Morfologi Bergelombang Kuat.

Pembagian satuan morfologi tersebut didasarkan atas kondisi karakteristik yang teramati

termasuk gejala-gejala alamiah yang berpengaruh.

1) Satuan Morfologi Pedataran

Satuan morfologi pedataran dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 2,0 m dpl sampai 5,0

m dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif datar, dan persentase kemiringan lereng rata-

rata 0 – 2 %.

Satuan morfologi dataran meliputi hampir 85 % dari luas keseluruhan kota Makassar, dan 60

% diantaranya merupakan daerah terbangun (urban area). Proses geomorfologi yang bekerja

berupa erosi lateral dan sedimentasi.

2) Satuan Morfologi Bergelombang Lemah

Satuan morfologi bergelombang lemah dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 0 – 1,75 m

dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif bergelombang lemah, dan presentase kemiringan

lereng rata-rata 2 – 3 %.

Satuan morfologi bergelombang lemah meliputi hampir 10 % dari luas keseluruhan wilayah

kota Makassar, sebagian besar terdapat di darah gundukan pantai, tanggul sungai dan sekitar

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 97

Gb. 1Foto udara Kotamadya Makassar

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

daerah rawa. Penggunaan lahan pada satuan morfologi bergelombang lemah berupa kebun

campuran, padang rumput/semak, tambak dan sebagian permukiman. Proses geomorfologi

yang bekerja berupa erosi lateral dan vertikal, serta sedimentasi. Khususnya pada daerah

pantai mengalami abrasi dan sedimentasi.

3) Satuan Morfologi Bergelombang Kuat.

Satuan morfologi bergelombang kuat dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 6 – 25 m

dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif bergelombang kuat atau berbukit landai, dan

persentase kemiringan lereng rata-rata 3 - 25 %.

Satuan morfologi bergelombang kuat meliputi hampir 5 % dari luas keseluruhan wilayah Kota

Makassar, terdapat setempat-setempat dibagian tengah dan Timur Kota Makassar.

Penggunaan lahan pada satuan morfologi bergelombang kuat ini berupa perkebunan (kebun

campuran), semak belukar dan sebagian permukiman, serta tempat pendidikan tinggi. Proses

geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan fisik, erosi dan sedimentasi.

3.1.2. Geologi.A. Geologi Daratan

Berdasarkan Peta geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai (Rab Sukamto dan Sam

Supriatna, 1982), daerah Kota Makassar dan sekitarnya ditutupi oleh jenis batuan tersier dan

kuarter, yaitu batuan gunung api dan endapan aluvial.

Secara regional terdapat tiga satuan batuan yang terdapat di daerah ini. Urutannya dari yang

tuan ke yang muda adalah sebagai berikut :

1) Formasi Camba

Satuan ini dijumpai di sekitar daerah Pampang, Kampus Unhas dan Kawasan Industri

makassar. Batuannya terdiri dari satuan sedimen laut bersilangan dengan batuan gunung api,

batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan batulempung; bersisipan dengan

napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunung api. Warnanya beraneka yaitu coklat,

merah, kelabu muda sampai kehitaman. Umumnya mengeras kuat, berlapis-lapis dengan

tebal antara 4 cm dan 100 cm. Batuan ini terbentuk pada Kala Miosen Tengah dan dalam

geologi regional disebut sebagai Formasi Camba (Tmc).

2) Batuan Gunungapi Baturape-Cindako

Satuan ini dijumpai di sekitar Sungguminasa. Batuannya terdiri dari lava dan breksi, dengan

sisipan sedikit tufa dan konglomerat bersusun basal, sebagian besar forfir dengan fenokris

piroksen besar sampai 1 cm, warnanya kelabu tua kahijauan hingga hitam. Lava sebagian

berkekar meniang dan sebagian lagi berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen

kasar, dari 15 cm sampai 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, dengan semen tufa

berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen, Batuan ini terbentuk

pada kala Pliosen akhir, dan dalam geologi regional disebut sebagai batuan Gunung api

Baturape-Cindako(Tpbv).

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 98

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

3) Endapan Aluvial

Satuan batuan ini terletak tidak selaras di atas batuan yang lebih tua. Satuan ini dilaporkan

terbentuk pada zaman Kuarter dan dalam geologi regional dikenal sebagai endapan aluvial

sungai meliputi daerah bagian timur dan selatan Kota Makassar sampai ke wilayah Kabupaten

Gowa , endapan rawa tersebar di daerah sebelah Utara danSelatan Sungai Jeneberang dan

sebelah Timur dan Barat Sungai Tallo, endapan pantai terdapat dibagian Barat Kota

Makassar.

B. Geologi Pantai/Laut

Wilayah kota Makassar dipengaruhi oleh hidrodinamika pantai/laut yang terdiri dari beberapa

unsur, seperti angin, ombak/gelombang, arus bawah laut, arus pasang surut, pasang surut,

abrasi, akrasi, dan sedimentasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, fisiografi daerah kota Makassar relatif tidak stabil, karena

pada musim kemarau arah sedimentasi dari Utara ke Selatan, sedangkan pada musim hujan

arah sedimentasi dari Selatan ke Utara. Hal ini terlihat pada ujung spit Tanjung Bunga.

Tabel : Data Unsur Geologi Pantai/Laut Makassar, Tahun 1999No Unsur Geologi Pantai/Laut Notasi1. Temperatur air laut - 1 Km dari garis pantai 30 C

- (1-2) Km dari garis pantai (30-31) C- Lebih dari 2 Km dari garis pantai 31 C ke atas- P. Lae-Lae dan Pulau-Pulau lainnya 32 C

2. Derajat Keasaman (pH) - Daerah pantai 7,5- Daerah kepulauan (8 – 8,5)

3. Salinitas Air laut - Daerah Pantai (25-29)- Daerah Kepulauan 27- 1 km dari garis pantai 25- (1-2) km dari garis pantai (25-26)- Lebih dari 2 km dari garis pantai 26 ke atas

4. Arah Ombak/Gelombang - Musim kemarau (Musim Timur) N 270 E – N 360 E- Musim Penghujan (Musim Barat) N 180 E – N 270 E

5. Tinggi Ombak/Gelombang - Daerah pantai (20-40) cm- Daerah lepas pantai (50-150) cm- Kecepatan/interval (3,77 – 11,57) detik

6. Arus Susur Pantai (0,03 – 0,5) m/detik7. Jumlah Angkutan Pasir

(Sedimentasi Pantai)0,2 x 10-6 m 3 /hari sampai 2 x 10 m 3 /hari

8. Pasang surut Type campuranTunggang Pasang Surut 2,08 m

9. Jumlah angkutan pasir(Sedimentasi lepas Pantai)

28.470 m-6 /tahun

10. Sumber Material Sedimen Sungai jeneberang, pecahan karang dan saluran pembuangan

Sumber : Dep. P & E Kanwil Sulsera, 1992 Pt.PPK, 1998 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Perkotaan (RIPPP) Kota Makassar, 1999

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 99

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

3.2. Lingkungan

Berdasarkan data geologi dan pengamatan indikasi di lapangan, Pemerintah Kota Makassar

dalam buku Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Perkotaan (RIPP) Kota Makassar thn

1999/2000, menguraikan bahwa wilayah Kota Makassar mempunyai potensi terhadap terjadi

bencana alam seperti :

1. Banjir/genangan air

Banjir/genangan air disebabkan oleh volume air yang terlalu banyak akibat terjadinya musim

hujan dan pasang naik air laut, dapat terjadi pada daerah Kecamatan Tallo, Panakkukang,

Tamalate serta Manggala.

2. Instrusi air laut

Instrusi air laut disebabkan oleh penyusupan air laut kearah daratan melalui pori-pori

batuan/tanah dimana pada skala besar dapat mengakibatkan terjadinya amblesan (turunnya

permukaan tanah). Hal ini potensil terjadi pada daerah Kecamatan Tamalate, Makassar,

Ujung Pandang, Ujung Tanah, Wajo, Tallo dan Biringkanaya.

3. Abrasi/Erosi

Abrasi/erosi adalah proses pengikisan tanah/batuan oleh air, baik air laut (abrasi) maupun air

sungai (erosi) yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan permukaan lereng/tebing

(pantai/sungai). Hal ini dapat terjadi pada daerah aliran sungai (S. Jeneberang, S. Tallo, S.

Bulurokeng) dan daerah pantai (Kecamatan Tamalate, Tallo, Makassar, Ujungtanah,

Biringkanaya dan daerah Kepulauan).

4. Sedimentasi/Akrasi

Sedimentasi/Akrasi adalah proses penimbunan massa pasir atau lempung pada daerah

sungai (sedimentasi) dan daerah pantai (akrasi). Hal ini potensil terjadi pada daerah Tanjung

Bunga, Tanjung Alang, Tanjung Merdeka, barongbong, daerah Pelabuhan Sukarno Hatta,

Muara sungai Jeneberang, dan Muara Sungai Tallo serta daerah meander (kelokan sungai)

dan daerah cekungan (rawa).

5. Retakan tanah

Retakan tanah yang dapat terjadi di wilayah Kota makassar merupakan retakan yang relatif

kecil (tetapi diperlukan perhatian serius) yaitu berkisar antara 1 – 3 cm. Hal tersebut

disebabkan oleh adanya kandungan mineral lempung “minmirolonite” pada sebagian tanah

penyusun Kota Makassar. Retakan tanah dapat terjadi pada daerah Kecamatan Biringkanaya,

Panakkukang, Tallo, Tamalate dan Ujung Tanah.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 100

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

KAWASAN4.1. Kotamadya MakassarSaat ini Kotamadya Makassarterdiri dari 11 kecamatan, yaitu :

No KECAMATAN LUAS KM2

JUMLAH KELURAHAN

JUMLAH PENDUDUK

RT RW

1 2 3 4 5 6 71.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.

MarisoUjung TanahMamajangUjung PandangMakassarBontoalaWajoTalloTamalatePanokkukangBiringkanaya

1,825,942,252,632,522,101,995,83

29,4441,1980,06

91213101412

815201712

67.01751.03679.88042.345

112.50475.59649.233

131.873249.458188.890

89.741

4550574469564466

175133108

216219302

48431257181659917688375

JUMLAH 175,77 142 1.137.573 831 4423Sumber:Buku Analisa Data Pokok Pembangunan TA 1997/1998, Bappeda KMUP, Makassar

Rencananya kecamatan yang ada di kota Makassar akan ditambah menjadi 14 kecamatan. Dari

11 kecamatan yang ada, kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut atau memiliki pantai

adalah :

- Kecamatan Mariso

- Kecamatan Ujung Pandang

- Kecamatan Bontoala

- Kecamatan Ujung Tanah

- Kecamatan Tallo

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Pemda setempat (dalam hal ini Bappeda Tk.II

Makassar), kecamatan Mariso adalah kecamatan yang memiliki permasalahan yang sangat

komplek, terutama dalam hal permukiman. Karena selain sebagian besar lahan yang ada

dikecamatan ini digunakan untuk perumahan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah,

rencananya pada daerah ini akan dijadikan Kawasan Wisata Tanjung Bunga (dikelola oleh

GMTDC, Gowa Makassar Tourism Development Coorperation).

4.2. Kecamatan Mariso 4.2.1. Kondisi Eksisting

- Lingkungan

Kecamatan Mariso terletak 1,5m dari permukaan laut dengan suhu maksimum 30C dan

minimum 23C. Banyaknya curah hujan adalah 307mm/tahun dan jumlah hari dengan

curah hujan terbanya adalah 15 hari. Kawasan ini memiliki bentuk wilayah datar sampai

berombak.

Dengan luas kawasan 1,82km2, kecamtan Mariso terdiri dari 176,18ha tanah kering,

55ha tanah basah, 8ha tambak, 10ha rawa/pasang surut, 6ha untuk fasum dan tanah

tandus/pasir 172,23ha.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 101

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Walaupun berbatasan langsung dengan laut, kecamatan Mariso termasuk daerah yang

terkecil atau kurang rawan banjir. Hal ini disebabkan oleh karena aliran sungai Jeneberang

sudah dialirkan ke wilayah Barombong dan berfungsinya kanal yang ada.

- Fisik (kualitas, kuantitas dan kapasitas)

Di Kota Makassar penggunaan tanah sebagian besar masih bersifat non-urban dan urban

dikawasan terbangun dan diwilayah perluasan. Kawasan terbangun terletak disepanjang

pantai dibatasi oleh sungai Tallo disebelah Utara dan sungai Jeneberang disebelah

Selatan. Penggunaan tanah dikawasan terbangun terdiri dari permukiman,

perusahaan(perdagangan), industri, jasa dan tanah kosong yang sudah diperuntukan

antara lain :

a. Daerah permukiman : kecamatan Ujung Tanah, Ununjg Pandang, Makassar, Mariso,

Bontoala, Mamajang dan Tallo.

b. Perusahaan (perdagangan) : Kecamatan Wajo, sebagian Ujung Tanah dan Ujung

Pandang.

c. Kawasan Industri : kecamatan Tallo, Makassar dan Biringkanaya.

d. Sektor jasa : diseluruh kecamat, termasuk wilayah kota lama.

e. Tanah kosong yang sudah diperuntukan : kecamatan Tallo, Panakkukang dan

Biringkanaya.

Sedangkan penggunaan tanah diwilayah perluasan yang terdiri dari persawahan, kebun

campuran, hutan dan rawa-rawa antara lain :

a. Persawahan : kecamatan Biringkanaya, Tamalate dan Panakkukang.

b. Kebun campuran : Biringkanaya, Panakkukang dan Tamalate.

c. Hutan : Panakkukang, Biringkanaya dan Tamalate.

d. Tanah rawa dan kolam ikan : kecamatan Biringkanaya, Tamalate dan Panakkukang.

Fasilitas sosial dan umum yang terdapat pada kecamatan Mariso adalah :

a. Pendidikan :1. Taman Kanak-kanak : 62. Sekolah Dasar : SD Negeri

SD InpresSD Swasta UmumSD Swasta Islam

16431

3. Sekolah Luar Biasa : 14. Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri

SMP Swasta UmumSMP Swasta Katholik

231

5. Sekolah Menengah Umum : SMU NegeriSMU Swasta UmumSMU Swasta KatholikSMU Kejuruan Swasta

1411

6. Perguruan Tinggi : PT. Swasta 17. Kursus Ketrampilan : 2

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 102

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

b. Tempat Ibadah :1. Masjid : 29

2. Surau/Mushola : 5

3. Gereja : 3

4. Kuil/Pura : 1

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

c. Kesehatan : sarana kesehatan yang terdapat pada kacamatan ini adalah 3

puskesmas, 1 rumah sakit bersalin, 1 BKIA dan 43 posyandu.

d. Lain-lain : sarana lain yang terdapat pada kecamatan Mariso adalah 1. Sarana Olah Raga : Komplek Olah Raga

Lapangan TenisLapangan Sepak BolaLapangan Bulu TangkisLapangan BasketLapangan VolleyKolam Renang

153

212

161

2. Sarana Keamanan : KoramilPolsektaPoskamling

11

273. Sarana Kebersihan Lingkungan : TPS

Gundukan SampahTPA

2135

14. Sarana Hiburan/Pariwisata : Penginapan/Hotel/Losmen

Tempat Hiburan61

5. Sarana Industri : Industri ringanIndustri sedang

91

6. Sarana Perdagangan : Toko/SwalayanPasarPasar KagetPelelangan IkanPompa Bensin

2111411

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

Utilitas yang terdapat pada kawasan ini adalah 1. Jaringan Listrik : Jumlah Pelanggan 7.0722. Jaringan Telepon : Telepon rumah

WartelTelepon UmumKiospon

1.9628

321

3. Jaringan Air Minum : Jumlah PelangganKeran Umum

2.64120

4. Drainase : Sekunder (m)TersierKuarter

1.5008.1802990

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

- Sosial Budaya Ekonomi

Dengan luas wilayah 1,82km2, kecamatan Mariso berpenduduk 81.126 jiwa dengan

kepadatan 368,22 jiwa/km2. Jumlah KK yang ada 9716 KK. Penduduk memeluk berbagai

macam agama dengan mayoritas penduduk beragama Islam ( 75%).

Selain penduduk asli Makassar, penduduk pendatang (terutama dari Jawa) terdapat juga

didaerah ini ( 10%).

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 103

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Mata pencarian penduduk beragam dan terbagi menjadi :1. Pengusaha Sedang/Besar : 2.630

2. Buruh Industri : 176

3. Buruh Bangunan : 97

4. Pedagang : 1.607

5. Pengangkutan : 78

6. Pegawai Negeri Sipil : 6.140

7. ABRI : 1.670

8. Pensiunan (PNS/ABRI) : 865

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

- Kesehatan Lingkungan

Fasilitas kesehatan yang terdapat pada kecamatan Mariso dapat dikatakan memadai,

seperti Puskesmas, Posyandu, BKIA dan Rumah Sakit Bersalin.

Secara umum penyakit yang sering terjadi pada kawasan ini adalah sakit diare dan

muntaber. Hal ini disebabkan karena banyaknya tumpukan sampah yang terbawa oleh

arus/gelombang laut.

Lingkungan yang letaknya agak jauh dari pantai dapat dikatakan bersih karena pada

kecamatan ini sampah diangkat tiap hari dan dikumpulkan pada 2 TPS yang ada. Karena

banyaknya tumpukan sampah pada lokasi yang berbatasan dengan pantai maka daerah

ini terlihat tidak bersih dan kumuh.

4.2.2. Adaptasi4.2.2.1. Kemampuan Adaptasi Fisik

Dengan sering terjadinya banjir di Kecamatan Mariso, salah satu upaya yang dilakukan

masyarakat adalah dengan meninggikan jalan. Dengan demikian letak jalan

kebanyakan lebih tinggi daripada bangunan.

Adanya kecenderungan bertambahnya rumah kearah laut maka Pemda membuat jalan

lingkungan selebar 4 meter yang letaknya menlintang dengan tujuan untuk

menghalangi pertambahan rumah kearah pantai tersebut.

4.2.2.2. Kemampuan Adaptasi non Fisik Seringnya terjadi banjir pada kawasan ini (baik banjir akibat pasang ataupun pasang

dan hujan) menyebabkan penduduk terbiasa dengan keadaan adanya air yang masuk

ke dalam rumah mereka. Dalam menghadapi banjir ini, penduduk biasanya hanya naik

ke lantai atas rumahnya (untuk banjir pkarena pasang, biasanya air surut dalam 2-3

jam) atau mengungsi ke tetangga dan sanak famili (untuk banjir campuran, biasanya

air surut dalam 1-2 hari).

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 104

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Bila ada rumah yang mengalami kerusakan karena banjir, penduduk melakukan

gotong royong dalam memperbaikinya.

Walaupun terletak di kawasan yang banyak timbunan sampah dan genangan air, tapi

penduduk tidak mengalami sakit kulit. Mereka berpendapat bahwa sakit kulit yang

terjadi dapat diobati dengan berendam di air laut.

4.3. PariwisataSebagai salah satu kota yang merupakan pintu gerbang di kawasan Indonesia Timur, Pemda

berusaha meningkatkan fasilitas yang menunjang pembangunan pada kawasan ini. Salah

satunya pada sektor pariwisata.

Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pembangunan kawasan Tanjung Bunga dan

dikelola oleh PT. Gowa Makassar Tourism Development Corporation (PT. GMTDC). Kegiatan

ini akan memanfaatkan pesisir pantai Makassar dan Gowa yang belum termanfaatkan secara

optimal. Rencananya kegiatan ini akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap:

Tahap I tahun 1997-2006 yang meliputi luas 770ha dengan fasilitas berupa jalan akses laut

dan darat, hotel, perkantoran/jasa komersial, sekolah, rumah sakit, perumahan tipe

menengah dan sederhana, fasilitas umum dan sosial, tempat rekreasi, ruang terbuka,

lapangan golf, serta jaringan utilitas.

Tahap II tahun 2007-2016 yang meliputi luas 230ha dengan fasilitas berupa hotel,

perumahan tipe menegah dan perkantoran/jasa komersial.

Selain fasilitas yang telah disebutkan tadi, pada Kawasan ini terdapat kawasan wisata berupa

miniatur Sulawesi Selatan serta waduk Jeneberang (long storage) yang berfungsi sebagai

sumber air baku,tempat wisata dan olahraga air.

Rencana pembangunan Kawasan Tanjung Bunga, yang terletak di kawasan pesisir pantai

Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa, terbentuk dari proses sedimentasi sungai

Jeneberang yang berlangsung sejak lama. Kawasan Tanjung Bunga ini meliputi kecamatan

Tamalate, Mariso dan Palangga. Untuk kecamatan Mariso, kawasan Tanjung Bunga ini

meliputi kelurahan Lette, Mattoangin, Mariso, Panambungan dan Bontorannu.

Selain dikembangkannya Kawasan Tanjung Bunga juga akan dikembangkan Kawasan

Tanjung Merdeka dan Pulau Lae-lae.

V. TIPE BANGUNAN PERKOTAAN5.1. Kecamatan MarisoKecamatan Mariso terdiri dari 9 kelurahan, yaitu Kelurahan Bontorannu, Mattoangin, Mariso, Lette,

Panambungan, Kunjung Mae, Kampung Buyang, Mariso Baru dan Tamarunang. Dari 9 kelurahan

ini, kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut adalah kelurahan Mariso, Lette,

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 105

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Panambungan dan Kampung Buyang. Dengan peruntukan lahan yang mayoritas perumahan, dari

keempat kelurahan ini kelurahan Lette yang memiliki tipe bangunan beragam, mulai dari rumah

panggung sampai rumah susun.

Berdasarkan harga tanah, pada kawasan ini harga dasar tanah termasuk rendah. Karena tanah

digunakan untuk usaha pelayanan sosial, permukiman, perdagangan, pendidikan tinggi pertokoan

dan perindustrian. Besarnya harga tanah rata-rata Rp. 5.000 – 350.000.

5.2. Kelurahan LetteKelurahan Lette memiliki luas wilayah 15ha, dengan batas wilayah :

-sebelah utara : Kelurahan Panambungan

-sebelah selatan : Kelurahan Mariso

-sebelah barat : Pantai

-sebelah timur : Kelurahan Mariso

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 106

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 2Peta Kelurahan Lette

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 107

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Dengan ketinggian tanah dari permukaan air laut 0,3m dan suhu rata-rata 31C. Kelurahan

Lette terdiri dari 5 (lima) RW dengan perincian :RW Luas Wilayah

(ha)RT KK WNI Jumlah

Pria WanitaI 3,5 8 499 1710 1701 3411II 3,5 3 137 755 636 1391III 2,7 4 148 872 792 1664IV 2,7 5 191 827 753 1580V 3,5 8 464 1520 1518 3038Jumlah 15 28 1439 5684 5400 11084

Sumber : Data Monografi Kelurahan Lette tahun 2000

5.3. Pola Pengelompokan BangunanSebagian besar bengunan yang terdapat pada kawasan ini adalah rumah tinggal. Secara umum

bangunan yang ada dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Tempat TinggalLokasi Bentuk Struktur Bangunan Konstruksi Bangunan

Da rat

air mengapung

panggung bertingkat Be ton

baja kayu

permanen

Semi permanen

Non permanen

1. R.tunggal

ya ya ya tdk ya tdk ya ya ya ya ya

2. R.susun ya tdk ya ya ya3. R.deret ya ya ya ya ya

Sumber : Hasil Survei Lapangan

Keterangan :

a. Berdasarkan tipe bangunan yang ada, rumah tinggal dikecamatan Mariso sebagian terdiri dari

rumah panggung dan rumah darat. Selain itu karena berbatasan langsung dengan laut,

sebagian rumah (terutama rumah panggung) berada diatas air.

b. Pada kawasan ini juga terdapat rumah susun Lette yang terdiri dari 4 blok dan 3 lantai.

c. Sebagian besar rumah panggung yang berada di darat telah mengalami perubahan. Pada

bagian kolong bangunan, digunakan untuk ruangan atau untuk menyimpan barang-barang.

Bahan bangunan yang digunakan untuk dinding biasanya bata, seng atau papan.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 108

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

d. Konstruksi bangunan, untuk rumah panggung adalah kayu dengan dinding papan atau seng

dan atap seng atau daun nipah. Untuk bangunan darat, konstruksi kayu atau beton, dengan

dinding bata atau papan dan atap seng atau genting.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 109

Gb. 3Salah satu kolong bangunan rumah panggung yang dimanfaatkan sebagai tempat menyimpang barang-barang.

Gb. 4Kolong bangunan rumah panggung yang telah mengalami pengembangan

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb.5DENAH RUMAH CONTOH I

KETERANGAN (Rumah Contoh I) :1. Luas Bangunan : 6X12 M2 9. Perabotan :2. Bahan Bangunan a. Tangki air (PAM)

a. Kolom : Kayu b. Tanggul (setinggi 50cm)b. Dinding lt.1 : Bata c. Kursi Busac. Dinding lt.2 : Seng d. Meja kayud. Pondasi : Batu gunung e. Meja dan telepone. Lantai 1 : Keramik f. Karpetf. Lantai 2 : Papan Samarinda g. Lemari kayug. Atap : Seng h. Meja dan TV 21"h. Plafon : Triplek i. Meja makan dan kursi kayu

3. Listrik : PLN j. Kursi kayu4. Air Bersih : PDAM k. Lemari es5. Telepon : TELKOM l. Meja dapur dan kompor gas6. Kompor : Gas (tabung) m. Tempat cuci7. Jalan Lingkungan : Paving Block n. Tangga kayu8. Rumah semula menghadap ke belakang,

namun sejak dibuat jalan lingkungan (tahun 1987), orientasi rumah menghadap ke jalan lingkungan.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 110

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 6DENAH RUMAH CONTOH II

KETERANGAN (Rumah Contoh II) :1. Luas bangunan : 6 X 6 M2 5. Kompor : Minyak tanah2. Bahan Bangunan 6. Perabotan :

a. Kolom : Bambu a. Kursi kayub. Dinding : Triplek dan papan b. Meja kayuc. Pondasi : Bambu c. Tikar plastikd. Lantai : Papan d. Lemari kayue. Atap : Daun Nipah e. Kompor miyak

tanahf. Plafon : Plastik f.Tempat piring

3. Listrik : PLN g. KM/WC (bambu)4. Air : PDAM h. Jalan bambu

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 111

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

SaranaLokasi Bentuk Struktur Bangunan Konstruksi Bangunan

darat air mengapung

panggung Bertingkat

beton

baja kayu

permanen

Semi permanen

Non permanen

1. Warung ya ya tdk tdk ya ya ya ya

2. Puskes

mas

ya tdk tdk ya ya

3. TPI ya tdk tdk ya ya

4. T.ibadah ya tdk tdk ya ya

5. Sekolah ya tdk ya tdk ya ya ya

Sumber : Hasil Survei Lapangan

Keterangan :

a. Sarana yang ada dikecamatan Mariso dapat dikatakan lengkap. Mulai dari sarana pendidikan

hingga ibadah.

b. Warung yang ada biasanya menyatu dengan rumah tinggal dan sebagian besar berada

didarat. Untuk Puskesmas, pelayanannya menjadi satu dengan kecamatan Panambungan dan

sekolah (SD negeri) bergabung dengan kecamatan Mariso.

c. Tempat Pelelangan ikan sudah termasuk kelurahan Kunjung Mae, dan rencananya akan

dipindahkan karena sudah tidak memenuhi syarat.

d. Pada kawasan ini terdapat 2 TPS, yang berupa kontainer.

Prasaranano prasarana ada tdk sumber kapasitas keterangan1. Listrik V PLN Meteran ditiap rumah2. Telepon V TELKOM3. Gas V Menggunakan tabung gas4. Air bersih V PDAM5. Drainase V Sistem terbuka,

bercampur antara air hujan, laut dan air kotor.

6. Jalan lingkungan V Lebar 6m7. Jalan setapak V Lebar 2m

Sumber : Hasil Survei LapanganIndikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 112

Gb. 7Salah satu sarana Pendidikan yang ada di Kel. Lette, (Madrasah)

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

5.4. Tipe-Tipe Adaptasi Terhadap Kenaikan Muka Air Laut Letak jalan yang lebih tinggi dari bangunan mengakibatkan penduduk meninggikan lantai

bangunannya. Karena tipe rumah tinggal yang ada kebanyakan rumah panggung yang

telah dirubah menjadi rumah non panggung, dengan memanfaatkan kolong bangunan

sebagai ruang, maka jarak lantai dengan langit-langit menjadi semakin dekat.

Untuk mengurangi masuknya masuknya air ke dalam bangunan maka pada pintu depan

dibuat tanggul setinggi kira-kira 50cm.

Dengan bertambah majunya tingkat ekonomi masyarakat maka banyak rumah panggung

yang berubah bentuk menjadi rumah non panggung. Perubahan ini adalah selain untuk

penambahan ruang juga menunjukan kemapanan pemilik dengan bentuk rumah non

panggung yang lebih permanen.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 113

Gb. 8Sumber air bersih umum (PDAM)

Gb. 9Jalan lingkungan, batas antar kel Lette dan kel. Mariso

Gb. 10Jalan lingkungan yang juga digunakan untuk kegitan lain (seperti perdagangan)

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

5.5. Kondisi Dan Kerusakan Yang TerjadiPada kawasan ini terjadi kecenderungan adanya penambahan/perluasan lahan ke arah laut. Hal ini

disebabkan adanya endapan yang dibawa oleh gelombang laut, baik berupa pasir atau sampah.

Endapan yang terjadi ini dimanfaatkan penduduk untuk membangun rumah tinggal mereka. Untuk

mengantisipasi terjadinya perluasan rumah kelaut, maka oleh Pemda setempat dibuat jalan

lingkungan (selebar 4m). Dengan makin banyaknya rumah yang dibangun dan semakin mengarah

ke laut, memungkinkan daerah ini untuk terkena banjir, baik dari pasang laut atau pertemuan

antara hujan dan pasang laut.

Namun pada kenyataannya hingga saat ini setiap terjadi banjir, daerah Lette termasuk daerah

dengan genangan yang rendah. Sebagai contoh, pada saat air pasang (terutama pada saat bulan

purnama) air yang menggenang hanya setinggi 10cm dan akan surut dalam 2-3 jam. Sedangkan

untuk banjir campuran (pasang dan hujan) genangan yang terjadi setinggi 30cm dan surut dalam

2-3 hari.

Sampai saat ini, penduduk tidak merasakan banjir yang terjadi sebagai suatu yang mengganggu.

Biasanya saat banjir, penduduk hanya memindahkan barang-barangnya ke lantai 2. Dan kegiatan

sehari-hari tetap berlangsung.

Untuk kerusakan yang terjadi akibat banjir dapat dikatakan kecil. Saat ditanyakan pada salah

seorang responden mengenai berapa besar biaya yang diperlukan untuk perbaikan akibat banjir

yang terjadi, responden tidak dapat menyebutkan angka yang pasti. Biasanya bagian bangunan

yang mengalami perbaikan/perubahan akibat banjir adalah dengan membuat tanggul pada bagian

depan rumah (pintu rumah) pada rumah tanah. Sedangkan dengan bentuk rumah panggung, banjir

yang terjadi tidaklah berpengaruh.

Hal lain yang perlu disoroti dalam kaitannya dengan banjir yang terjadi adalahdengan dibangunnya

jalan arteri menyebabkan sampah yang dibawa air pasang tertinggal di daratan saat air surut. Hal

ini menyebabkan bertumpuknya sampah ditepi pantai.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 114

Gb. 13Salah satu jenis adaptasi masyarakat (MCK)

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 115

Gb. 14Tumpukan sampah/endapan yang terjadi karena terbawa oleh air saat pasang.

Gb. 15Contoh rangka rumah panggung dari bambu, yang akan dibangun.

Gb. 16Salah satu kerusakan yang terjadi pada dinding bangunan (bahan seng)