tugas laterit kelompok 4
DESCRIPTION
workmeTRANSCRIPT
GEOLOGI ENDAPAN NIKEL LATERIT
TEKNIK PENAMBANGAN NIKEL
AHMAD RIFAI FACHRUDDIN
KARTINI
ALPANSAH
SUDARMAN DASRI
ARIFANDI
KELOMPOK EMPAT
ANDRIANI
EKA WIDYA WISUDA MOITA PRADITYA
PENDAHULUAN
Bijih nikel pada umumnyan terbentuk sebagai endapan nikel laterit dan nikel sulfide. Endapan laterit biasanya tersebar cukup dangkal pada kedalaman 15 sampai dengan 20 meter. Cadangan nikel laterit umumnya besar namun kadarnya rendah dan memiliki ketebalan batuan penutup yang tidak terlalu tebal. Metode penambangan yang digunaan dalam menambang yang banyak digunakan dalam menambang endapan ini adalah metode tambang kupas (open cast).
Endaan nikel sulfide umumnya ditemukan ratusan meter dibawah permukaan sehingga sistem penambangan yang banyak digunakan adlah metode tambang bawah tanah tetapi di beberapa tempat, endapan nikel sulfide ditemukan dekat dengan permukaan sehingga digunakan metode tambang cekung (open pit)Keterdapatan cadangan nikel terbesar dunia berasal dari nikel laterit. Data USGS pada 2012 menyebutkan bahwa jumlah sumber daya nikel laterit adalah 60% dan sisanya berasal dari nikel sulfide. Sumber daya nikel laterit terbesar terdapat di Kaledonia Baru selain itu, Negara yang memiliki cadangan nikel laterit yang cukup besar antara lain Filipina, Indonesia dan Australia.
Bijih nikel Indonesia banyak ditemukan di bagian timur terutama di Sulawesi. Sejarah pertambangan nikel di Indonesia telah dimulai sejak zaman Hindia Belanda yang menemukan deposit nikel Pomalaa dan Soroako. Pemerintah Hindia Belanda kemudian melakukan kegitan eksploitasi dan mulai mengekspor hasil tambang tersebut yang dimulai pada 1938, antara lain jepang. Kegiatan penambangan nikel di Indonesia kemudian diambil alih oleh jepang yang juga mealukan kegiatan penyelidikan untuk bahan galian baru dan membangun kilang pengolahan nikel di pomalaa
Setelah era kemerdekaan pemerintah mulai mengambil alih kegiatan pertambangan nikel, dengan melakukan survey geologi secara menyeluruh pada 1966. Setelah itu, pemerintah mulai memgusahakan kegiatan penambangan nikel dengan mendirikan PT (Negara) Pertambangan Nikel Indonesia di Pomalaa yang selanjutnya dilebur menjadi perusahaan Negara (PN) ANTAM yang sampa sekarang berkembang menjadi PT. Aneka Tambang. Indonesia juga mulai mengumumkan tender internasional untuk penambangan dan pengolahan nikel di Malili, Soroako yang dimenangkan oleh Inco, Canada pada 1967. Pada 2006, Inco Ltd. Diakuisisi oleh Vale (www.vale.com, 2013). Hingga saat ini kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia yang memiliki kontrak karya jangka panjang dan masih melakukan pengembangan-ppengembangan dalam kegiatan penambangannya.
Sebelum melakukan kegiatan penambangan perlu diketahui tahapan kegiatan uasah pertambangan nikel seperti yang terlihat pada Gambar 1. Tahap awal dimulai dengan kegiatan eksplorasi yang sangat diperlukan karena sifat endapan nikel laterit yang bervariasi. Hal ini menjadi dasar dalam melakukan perencanaan dalam menentukan rancangan penambangan agar sumber daya yang diperoleh dari kegiatan eksplorasi dapat ditambang secara efektif dan efisien dengan menerapkan metode penambangan yang baik dan benar (good mining practice). Tujuan perencanaan tambang adalah membuat suatu rencana produksi tambang untuk suatu cebakan bijih sehingga dihasilkan tonase bijih pada tingkat produksi tertentu dengan biaya yang seminimal mungkin.
•
PENAMBANGAN NIKEL LATERIT
Tahap selanjutnya adalah penambangan yang dimulai dari kegiatan pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah penutup, pembongkaran dan penggalian serta penimbunan tanah penutup ke lokasi yang telah ditambang atau ke tempat penimbunan. Kegiatan selanjutnya adalah pemisahan bijih di stasiun penyaring (screening station) dan penyimpanan bijih untuk kemudian dilakukan pengolahan bijih.Selama kegiatan penambangan hal penting yang harus disimpan dan ditempatkan pada lokasi khusus yang tidak boleh terganggu untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan rehabilitasu lahan pasca tambang.
Gambar 1. Tahapan kegiatan usaha penambangan nikel (Inco,2008)
Proses pembentukan nikel laterit pada daeran dengan iklim yang berbeda menyebabkan terbentuknya profil endi, 2004)apan khusus (gambar 2). Pada daerah beriklim kering kandungan nikel pada zona limonit berkisar 0,6-1,4% selain itu terdapat lapisan notronit dengan kadar nikel 1,2 % sedangkan pada daerah dengan iklim tropis kandungan nikel pada zona limonit berkisar antara 1,2 – 1,7%. Kandungan nikel pada zona saprolit pada daerah dengan iklim tropis berkisar antara 1,5 – 3% sedangkan pada daerah beriklim kering hanya sebesar 0,4% (dalvi,2004).
Gambar 2. Profil nikel laterit (dalvi, A D.2004)
Kegiatan penambangan dilakukan secara bertahap terhadap setiap lapisan profil nikel seperti terlihat pada gambar 3 menggunakan metode tambang kupas pada kedalaman bijih dangkal. Teknik penambangan ini dilakukan untuk daerah berlereng atau berbukit. Penambangan dilakukan dengan cara memotong bagian sisi bukit dari puncak menuju kebawah sesuai dengan garis konturnya. Peralatan yang digunakan dalam penambangan nikel laterit cukup menggunakan peralatan konvesional yaitu backhoe untuk panggilan dan truk untuk pengangkutan.
1. Pembersihan lahan (land clearing)
Pada proses ini, vegetasi yang terdapat di area yang akan ditambang dibersihkan terlebih dahulu untuk memisahkan pepohonan dari tanah tempat pohon tersebut tumbuh (tanah pucuk). Kegiatan pembersihan lahan ini baru dilaksanakan pada lahan yang segera akan ditambang; untuk lahan yang belum akan ditambang diharuskan untuk tetap mempertahankan pepohonannya agar tetap tumbuh. Hal ini sebagai wujud bahwa perusahaan tambang tetap memperhatikan aspek pengelolaan atau lindungan lingkungan tambang. Gambar 4 menunjukkan kondisi awal lahan sebelum dilakukan kegiatan penambangan.
Gambar 3. Metode penambangan nikel laterit(sumber.http://www.om/akelassia.com/html)
Gambar 4. Lahan yang akan ditambang.
2.Pengupasan dan penyimpanan tanah pucuk (top solling)
Pada tahap ini, lapisan tanah pucuk yang mengandung humus dan unsur hara yang penting untuk kesuburan tanah dikupas,diangkut lalu ditimbun pada suatu lokasi khusus yang telah dipersiapkan untuk menimbun tanah pucuk (top soil bank) dan dipisahkan dari material tanah penutup. Hal ini dilakukan dengan harapan kondisi dan komposisi tanah pucuk tersebut tidak berubah dan dapat digunakan kembali ketika proses reklamasi dan revegetasi dilakukan setelah operasi penambangan pada suatu lokasi selesai dilakukan.
3. Pengupasan lapisan tanah penutup (Stipping) Pada tahapn ini dilakukan pengupasan terhadap
lapisan tanah yang tidak mengandung atau memiliki kadar nikel yang rendah yang menutupi badan bijih (ore body ). Ketebalan lapisan tanah penutup berkisar antara 15-20 meter, kemudian ditimbun pada area penimbunan (disposal area) atau digunakan langsung untuk menutupi area bekas penambangan (mine out area) yang sudah tidak ada aktifitas penambangan lagi. Proses ini menggunakan kombinasi peralatan tambang yang sederhana berupa alat muat (loader) berupa backhoe atau shovel dan dump truck.
4. Penimbunan (disposal)
Penimbunan lapisan tanah penutup pada lokasi penimbunan dilakukan secara bertahap yang dimulai dengan membuat lapisan tanah penutup dasar seluas area penimbunan yang telah ditentukan. Kegiatan penimbunan yang telah ditentukan. Kegiatan penimbunan lapisan tanah penutup selanjunya dilakukan kearah atas secara bertahap atau berjenjang dengan luasan yang semakin mengecil, hingga membentuk sebuah bukit atau gunung berjenjang. Permukaan jenjang kemudian diberi lapisan tanah pucuk (diambil dari top soil bank) setebal 50-100 cm. Permukaan akhir dibentuk kontur landai membentuk kontur landai membentuk bukit yang rata (tidak berjenjang). Derajat kemiringan kontur bukit dibuat sekitar 14°. Hal tersebut untuk menghindari terkumpulnya air limpasan di area penimbunan yang dapat menimbulkan erosi. Luas daerah yang perlu disiapkan sebagai tempat penimbunan adalah 2-3 kali luas daerah penambangan (bukaan). Hal tersebut disebabkan oleh mineral yang telah dibongkar (loose material) akan mengembang sebesar 30-45% dibandingkan material asal/insitu.
` Kegiatan penambangan bijih nikel (run off mine/ROM) dilakukan setelah lapisan tanah penutup dikupas dan lapisan yang mengandung bijih telah tersingkap. Persiapan penambangan dilakukan dengan membuat jalan menuju level yang telah direncanakan, kemudian dilakukan penggalian bijih nikel menggunakan alat gali muat backhoe dan power shovel serta alat angkut dump truck. Bijih nikel dengan kadar menengah (medium grade limonite) yang telah ditambang kemudian diangkut ke lokasi stockpille untuk di timbun sementara dilokasi tambang selanjutnya dilakukan penggalian lapisan tanah berkadar nikel tinggi (Saprolite ore) untuk diangkut menuju stasiun penyaringan
5. Kegiatan penambangan bijih nikel
Gambar 5. Kegiatan gali dan muat endapan nikel laterit
6. Penyaringan bijihPenyaringan ini dilakukan untuk menapatkan bijih dengan ukuran -8 cm. Bijih yang telah tersaring disimpan sementara di tempat penimbunan bijih (ore stockpile) yang kemudian akan diproses di pabrik pengolahan.Batuan yang tertahan dengan ukuran -30 +8 cm mendapatkan proses tambahan di unit peremukan (crushing) hingga ukuran -1,25 cm. Buangan tersebut digunakan sebagai material sipil (civil material) untuk pembuatan kontruksi jalan, timbunan tanah penutup (waste dump) dan pembuatan landasan peralatan berat pada muka tambang. Batuan dengan ukuran lebih dari 30 cm dibuang ke area pembuangan (disposal area).
3. PENAMBANGAN NIKEL SULFIDA Bijih sulfide terbentuk dari kegiatan vulkanik
atau hidrotermal. Nikel dalam bijih ini biasanya terbentuk bersama dengan tembaga dan/atau kobalt dan kadang-kadang berasosisi dengan logam mulia seperti emas,palladium, dan platina (Mudd, 2009). Jenis nikel sulfida memiliki kemudahan dalam proses pengolahannya,tetapi memerlukan biaya yang lebih tinggi dalam kegiatan penambangannya karena keterdapatannya yang cukup. dalam dari permukaan. Urutan proses penambangan bijih Sulfida terdiri atas eksplorasi, persiapan lokal, penambangan bijih, benefisiasi, penimbunan dan reklamasi.Sebelum melakukan kegiatan penambangan terlebih dahulu dilakukan beberapa persiapan pendukung kegiatan penambangan, antara lain persiapan infrastruktur. (Paulu, 2008).
3.1 Metode Tambang Terbuka
Langkah pertama dalam kegatan tambang terbuka adalah melakukan penggalian terhadap batuan penutup. Batuan penutup kemudian disimpan dan ditimbun ditempat penimbunan yang telah disiapkan dengan luas area yang cukup besar. Tahapan ini dapat menghasilkan timbunan batuan sisa dalam jumlah yang sangat besar. Bentuk bukaan tambang sangat tergantung pada keberadaan bijih dengan bentuk jenjang dan jalan tambang (ramp) yang dibuat sedemikian rupa agar memungkinan peralatan dapat mencapai dasar tambang. Skema dimensi lereng pada metode tambang terbuka dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Skema dimensi lereng pada tambang terbuka.
Endapan nikel sulfida merupakan endapan primer yang berasosiasi dengan batuan beku. Dalam kegiatan penggalian bijihnya diperlukan aktifitas peledakan.Langkah pertama kegiatan penambangan adalah membuat lubang ledak dengan diameter 15 – 30 cm terlebih dahulu, kemudian dilakukan kegiatan peledakan sehingga batuan yang mengndung bijih tersebut terberai. Kegiatan pemuatan mengguankan shovel, kemudian bjih nikel diangkut ke area pemrosesan dengan dump truck.(Gambar 7 ).
Gambar 7. Aktifitas penambangan bijih sulfida (sumber:
http://www.talvivaara.com/media-en/picture-gallery/picture_bank)
Jenjang tunggal dirancang sesuai dengan peralatan mekanis yang digunakan. Tinggi jenjang dibatasi oleh jankauan excavator/shovel, sedangkan lebar jenjang harus cukup luas bagi peralatan gali-muat dan truk untuk bermauver. Kemiringan lereng ditentukan berdasarkan perhitungan kemantapan lereng dengan memasukan data sifat fisik dan kuat geser material pembentuk lereng tersebut.
Salah satu tambang nikel sulfida terbuka adalah tambang Aguablanca yang terletak di Spanyol (gambar 8). Metode penambangan yang dilakukan adalah tambang cekung menggunakan metode konvensional berupa pengeboran, peledakan dan kegiatan muat – angkut dengan shovel dan dump truck. Selain itu juga terdapat tambang terbuka Talvivaara yang terletak di Finlandia.
Gambar 8. Lubang buka pada tambang ceku aguablance di spanyol
(Sumber.htt://www.golder.com/fren/modules.php.?
name=newsletters&op=viewarticle&sp_id=117&page,,id=1148&article_id=164)
3.2 Metode Tambang Bawah Tanah
Tambang bawa tanah digunakan untuk lokasi dfengan keterdapatan bijih yang jauh dari permukaan. Keuntungan metode ini adalah dampak lingkungan dipermukaan akan lebih kecil bila dibandingan dengan metode tamvbang terbuka. Metode ini sangat tergantung kep[ada bentuk dan arah bijih. Salah satu tambang nikel bawah tanah yerbesar adalah tambang Creighton yang berada di kanada.
Tambang bawah tanah ini sudah mulai pada tahun 1901 dengan Kedalaman tambang pada 2008 telah mencapai 2.400 meter sehingga merupakan salah satu tambang bawah tanah terdalam di kanada. Jalan masuyk utama tambang merupakan lubang vertical dengan lubang-lubang horizontal pada setiap level dengan keadaan
Gambar 9. Profil badan bijih ditambang nikel bawah tanah
(sumber.http://www.sno.phy.queensu.ca/ca/sno/
sno2.html)
Selain di kanada, tambang nikel sulfida terbesar dunia adalah Norilsk-talnakh di rusia. Keberadaan bijih yang ditambang pada lokasi ini berada di kedalaman 1.200 meter di permukaan. Metofe tambang bawah tanah yang digunakan adalah sub-level caving. lumbung yang telah di tambang berukuran panjang 120 meter dan diisi kembali sebagai pemyangga. Proses penambangan menggunakan alat bor mekanis antara lain jumbo drill, raise borers dan mesin gali-muat angkut (www.mining-technology.com)’
Menurut paulu 2008, terdapat tiga metode tambang bawah tanah yang banyak digunakan dalam menambang mineral sulfide yaitu gali timbun (cut and fill stopping), ruang dan pilar (room and pillar) dan ambrukan bongkah (block caving).
Menurut paulu 2008, terdapat tiga metode tambang bawah tanah yang banyak digunakan
dalam menambang mineral sulfide
Gali timbun (cut and fill stopping)
Ambrukan bongkah (block caving).
Ruang dan pilar (room and pillar)
1. Metode gali timbum (cut and fill stopping)
Pada metode ini akses menuju bijih terdiri atas terowongan vertical dan horizontal kemajuan penambangan mengikuti urat bijih (vein). Bijih kemudian dipisahkan diangkut kepermukaan . metode ini menggunakan system penyanggan dengan material pengisi (filling material) dan peyanggaan buatan. Bijih ditambang dalam arah horizontal untuk tiap bloknya, dimulai dari bagian bawah lombong danbergerak ke atas. Bijih yang sudah diledakkan lalu dimuat dan ditransportasikan keluar lombong. Ketika satu blok sudah ditambang habis, volume blok yang kosong kemudian diisi oleh waste material.
Gambar 10. Metode tambang bawah tanah gali timbun sumber
Pada kebanyakan gali timbun, kemajuan penambangan dilakukan naik sepanjang badan bijih. Kemajuan pemanbangan dilakukan di dalam suatu siklus yang meliputi tahapan aktivitas sebagai berikut :
a. Pemboran dan peledakan untuk batuan berlapis dengan ketebalan 3 m dilakukan pada atap lombong (stope);
b. Pengerakan (scalling) dan penyanggaan meliputi pemindahan material lepas dari atap dan dinding lombong serta cara penempatan penyanggaan;
c. Pemuatan dan pengangkutan bijih. Bijih secara mekanis dipindahkan dari dalam lombong ke lorong bijih (ore pass), kemudian jatuh ke jalan pengangkutan oleh gravitasi;
d. Pengisian kembali (back filling) lombong yang telah kosong diisi kembali dengan material pengisi
4. METODE PENAMBANGAN RUANG DAN PILAR
Pada metode penambangan ini pembuatan lubang bukaan tambang diawali dengan pengendalian horizontal membentuk ruangan (rooms) yang sejajar satu sama lain. Lalu dibuat lorong (drift) bukaan yang lebih kecil yang tegak lurus terhadap ruangan. Sebagai penyangga antar ruang dibuat pilar yang dibuat dari batuan itu sendiri. Pilar tersebut masih mengandung 30 – 60 % bijih. Ukuran pilar(rasio antara lebar pilar dengan lebar penggalian) harus diperhitungkan secara cermat.
Lebar pilar ditentukan berdasarkan beban atap atau berat overburden di atas penggalian, lebar penggalian dan kekuatan bantuan di sekitar penggalian. Setelah ruang ditambang, lalu dilakukan penambangan bijih pada pilar dan penyanggaannya diganti dengan kayu. Proses penggalian dilakukan dari belakang ke depan. Pada akhir penambangan, terkadang dilakukan ekstraksi pilar, yaitu mengambil endapan yang semula sebahai pilar, dengan maksud untuk meningkatkan perolehan tambang (recovery).
Pada metode ini,pengambilan endapan dilakukan denganmeningggalkan pilar pilar yang letak dan ukurannya beraturan. Fungsi pilar disini adalah menjamin agar rongga penambangan tidak runtuh. Sebagai alat gali dapat digunakan system nonmekanis (garpu, sekop) dan mekanis penuh (continuous miner, road header). Ukuran pilar atau rasio antara lebar pilar dengan lebar penggalian harus diperhitungkan secara cermat.
Gambar 11. Metode penamangan ruang dan pilar(sumber:http://www.ilo.org/safework_bookshelf/English?content&nd=857170921)
5. METODE PENAMBANGAN AMBRUKAN BONGKAH
Ambrukan bongkah merupakan suatu metode penambangan yang dimulai dengan membuat suatu undercut (potong bawah) terhadap suatu blok endapan bijih. Tinggi undercut dibuat antara 2,5 – 6,0 meter agar pengembangan blok baru berjalan lancer. Sebelum undercut diruntuhkan, blok akan runtuh secara perlahan. Corongan bijih (ore chutr) harus banyak agar pengambilan pecahan bijih (broken ore) dapat merata dan batas antara bijih dan lapisan penutup teratur, sehingga kemungkinan terjadinya pengotoran (dilution) karena bercampurnya bijih dengan lapisan penutup dapat dibatasi atau dikurangi.
Gambar 12. Metode penambangan ambrukan bongkah(Sumber:http://egeology.blogfa.com/post-40.aspx)
Corongan bijih pada bagian bawah tiap blok dibuat terlebih dahulu untuk kemudian diledakkan dan menimbulkan efek ambrukkan terhadap material diatasnya. Setelah peledakan terjadi, batuan samping akan pecah membentuk bongkah dan ukurannya lebih besar dari pada bijih yang ikut hancur. Oleh karena itu, bijih akan mengalir kelubang penarikan (drawpoint), sedangkan batuan samping akan tertahan diatas sebagai penyangga.
KESIMPULAN
Kegiatan penambangan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan perencanaan yang efektif dan efesien dengan tujuan untuk menghasilkan bijih dengan biaya produksi seminimal mungkin yang menerapkan metode penambangan yang baik dan benar (goog mining practice). Metode penambangan nikel akan selalu mengikuti arah penyebaran bijih nikel baik itu pada nikel laterit maupun nikel sulfida, semakin berkurangnya cadangan nikel sulfida yang merupakan nikel dengan kadar yang tinggi saat ini menyebabkan berkembangnya ekslorasi dan penambangan nikel laterit.
DAFTAR PUSTAKA Caterpillar Inc, 2008, Vale Inco’s Creighton Mine, Viewpoint; perfectifes on modern
mining, a pubication of caterpillar global mining; issue 4, https:// mining,cat .com/cda/files/2785508/7/creinghton_ENG.pdf, diunduh tanggal 12 Agustus 2013.
Dalvi, A.D., Bacon, W.G., Osborne, R, C., 2004, The past and the future of Nickel Laterites,
PDAC 2004 international convention, trade Show & Investor Exchange, Marcs, 7-10, 2004 Inco Limited ,ontario, canada.
Golder Associates, stabilizing the slippery slopes of Spain’s Aguablanca mine, Strong
Foundations(Issue),htpp://www.golder.com/fr/en/modules,php?namviewarticle&sp_id =117&page_id=1148&article_id=164, diunduh tanggal 23 Oktober 2013
Mudd, G M., 2009 Nikel Sulfide versus laterite: The Hard Sustainabillity Challengge
Remains.Proc.”48th Annual Converence of Metallurgists”, Canadian Metalullurgical Society, Sudbury, Ontario, Canada.
Nikel Asia Corp., 2013, Opertaion – Min http://www.nickelasia.com/operations,htmling Method, diunduh tanggal 12 juli 2013.