proposal nikel laterit

34
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Logam nikel yang berwarna abu-abu dan keras, sebenarnya secara nisbi dapat dikategorikan sebagai logam baru, baik ditinjau dari segi pengenalan maupun penggunaannya di dalam usaha industri. Nikel ditemukan pertama kali dalam bentuk persenyawaan dengan tembaga, yang pada saat itu dianggap sebagai “kotoran” (impurity). Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa paduan (alloy) nikel, terutama dengan baja, mempunyai sifat-sifat anti karat dan daya tahan serta keuletan yang sangat diperlukan bagi kehidupan modern. Lebih dari 90 % nikel dunia digunakan sebagai bahan paduan. Selain itu nikel digunakan pula untuk bidang kimia dan pemurnian minyak, peralatan mesin listrik, keperluan industri pesawat terbang termasuk suku cadangnya, industri kendaraan bermotor, konstruksi, peralatan rumah tangga, dan industri lainnya. Perkembangan pasar nikel dunia sampai sekarang, sebagian besar masih dikendalikan oleh negara-negara industri yang merupakan konsumen nikel terbesar. Hal ini 1

Upload: tizhar-t-wijayanto

Post on 11-Dec-2015

376 views

Category:

Documents


84 download

DESCRIPTION

mm,

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Nikel Laterit

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Logam nikel yang berwarna abu-abu dan keras, sebenarnya secara nisbi dapat

dikategorikan sebagai logam baru, baik ditinjau dari segi pengenalan maupun

penggunaannya di dalam usaha industri. Nikel ditemukan pertama kali dalam bentuk

persenyawaan dengan tembaga, yang pada saat itu dianggap sebagai “kotoran”

(impurity). Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa paduan (alloy) nikel,

terutama dengan baja, mempunyai sifat-sifat anti karat dan daya tahan serta keuletan

yang sangat diperlukan bagi kehidupan modern. Lebih dari 90 % nikel dunia

digunakan sebagai bahan paduan. Selain itu nikel digunakan pula untuk bidang kimia

dan pemurnian minyak, peralatan mesin listrik, keperluan industri pesawat terbang

termasuk suku cadangnya, industri kendaraan bermotor, konstruksi, peralatan rumah

tangga, dan industri lainnya.

Perkembangan pasar nikel dunia sampai sekarang, sebagian besar masih

dikendalikan oleh negara-negara industri yang merupakan konsumen nikel terbesar.

Hal ini karena faktor-faktor ekonomis dan teknologis yang dipunyai oleh kelompok

negara yang bersangkutan. Dalam beberapa tahun terakhir, memang peranan negara-

negara berkembang produsen bijih dan nikel menunjukkan kenaikan. Namun

perkembangan ini belum mampu menggeser dominasi negar-negara industri. Resesi

dan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah di negara-negara industri sejak akhir

tahun 1970-an, ternyata masih tetap menentukan perkembangan, pola dan struktur

pasar nikel dunia.

Sehingga keberadaan nikel yang semakin menipis seiring dengan

perkembangan industri yang semakin cepat mrnyebabkan peran eksplorasi dan

eksploitasi bahan galian khususnya nikel semakin ditingkatkan.

1

Page 2: Proposal Nikel Laterit

Atas dasar tersebut di atas, maka kami sebagai salah satu perusahan yang

bergerak dibidang kontraktor dengan nama PT. ALSA Mining Corporation ingin

melakukan kerja sama dengan perusahaan bapak dalam hal eksplorasi bijih nikel di

DaerahSorowako.

I.2. Tujuan

Tujuan dari kerjasama ini yaitu agar kami dapat melakukan proses eksporasi

bijih nikel sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun luar

negeri.

2

Page 3: Proposal Nikel Laterit

BAB II

GEOLOGI REGIONAL

II. 1. Geologi Umum Daerah Sorowako

Ada beberapa penelitian yang menjelaskan mengenai proses tektonik dan

geologi daerah Sorowako, antara lain adalah Sukamto (1975) yang membagi pulau

Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi yaitu :

1. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api

Paleogen ,

2. Intrusi Neogen dan sedimen Mesozoikum. Mandala Geologi Sulawesi Timur,

dicirikan oleh batuan Ofiolit yang berupa batuan ultramafik peridotite, harzburgit,

dunit, piroksenit dan serpentinit yang diperkirakan berumur kapur.

3. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan

metamorf Permo-Karbon, batuan batuan plutonik yang bersifat granitis berumur

Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.

Menurut Hamilton ( 1979 ) dan Simanjuntak ( 1991 ), Mandala Geologi banggai

Sula merupakan mikro kontinen yang merupakan pecahan dari lempeng New Guinea

yang bergerak kearah barat sepanjang sesar sorong.( Gambar 2.1 )

Daerah Soroako dan sekitarnya menurut ( Sukamto,1975,1982 & Simanjuntak,

1986 ) adalah termasuk dalam Mandala Indonesia bagian Timur yang dicirikan

dengan batuan ofiolit dan Malihan yang di beberapa tempat tertindih oleh sedimen

Mesozoikum.

3

Page 4: Proposal Nikel Laterit

Gambar 2.1. Geologi umum dan Tektonik Sulawesi ( Hamilton 1972 )

Sedangkan Golightly ( 1979 ) mengemukakan bagian Timur Sulawesi

tersusun dari 2 zona melange subduksi yang terangkat pada pre – dan post-Miosen

(107 tahun lalu). Melange yang paling tua tersusun dari sekis yang berorientasi

kearah Tenggara dengan disertai beberapa tubuh batuan ultrabasa yang

penyebarannya sempit dengan stadia geomorfik tua. Sementara yang berumur post

Miocene telah mengalami pelapukan yang cukup luas sehingga cukup untuk

membentuk endapan nikel laterite yang ekonomis, seperti yang ada di daerah

Pomalaa.

4

Page 5: Proposal Nikel Laterit

Melange yang berumur Miosen – post Miosen menempati central dan lengan

North-East sulawesi. Uplift terjadi sangat intensif di daerah ini, diduga karena

desakan kerak samudera Banggai Craton. Kerak benua dengan density yang rendah

menyebabkan terexpose-nya batuan-batuan laut dalam dari kerak samudera dan

mantel.Pada bagian Selatan dari zona melange ini terdapat kompleks batuan

ultramafik Soroako-Bahodopi yang pengangkatannya tidak terlalu intensif. Kompleks

ini menempati luas sekitar 11,000 km persegi dengan stadia geomorfik menengah,

diselingi oleh blok-blok sesar dari cretaceous abyssal limestone dan diselingi oleh

chert.

Geologi daerah Soroako dan sekitarnya sudah dideskripsikan sebelumnya

secara umum oleh Brouwer (1934), van Bemmelen (1949), Soeria Atmadja et al

(1974) dan Ahmad (1977). Namun yang secara spesifik membahas tentang geologi

deposit nikel laterit adalah Golightly (1979), dan Golightly membagi geologi daerah

Soroako menjadi tiga bagian, seperti yang terlihat dalam Gambar. 2, yaitu :

- Satuan batuan sedimen yang berumur kapur; terdiri dari batugamping laut dalam

dan rijang. Terdapat di bagian barat Soroako dan dibatasi oleh sesar naik dengan

kemiringan ke arah barat.

- Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier; umumnya terdiri dari jenis

peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang bervariasi dan

umumnya terdapat di bagian timur. Pada satuan ini juga terdapat terdapat intrusi-

intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan terdapat di bagian utara.

- Satuan aluvial dan sedimen danau (lacustrine) yang berumur kuarter, umumnya

terdapat di bagian utara dekat desa Soroako.

5

Page 6: Proposal Nikel Laterit

Gambar 2.2. Geology daerah Soroako ( Golightly 1979 )

Sesar besar disekitar daerah ini menyebabkan relief topografi sampai 600 m dpl dan

sampai sekarang aktif tererosi. Sejarah tektonik dan geomorfik di kompleks ini

sangat penting untuk pembentukan nikel laterite yang bernilai ekonomis. Matano

fault yang membuat topographic liniament yang cukup kuat adalah sesar mendatar

sinistral aktif yang termasuk strike slip fault dan menggeser Matano limestone dan

batuan lainnya sejauh 18 km kearah barat pada sisi Utara. Danau Matano yang

mempunyai kedalaman sekitar 600 m diperkirakan adalah graben yang terbentuk

akibat efek zona dilatasi dari sesar tersebut. Danau Towuti pada sisi selatan dari sesar

diperkirakan merupakan pergeseran dari lembah Tambalako akibat pergerakan sesar

Matano. Pergerakan sesar ini memblok aliran air ke arah utara sepanjang lembah dan

membentuk danau Towuti dan aliran airnya beralih ke barat menuju sungai Larona.

6

Page 7: Proposal Nikel Laterit

Danau-danau yang terbentuk akibat dari “damming effect” dari sesar ini merupakan

bendungan alami yang menahan laju erosi dan membantu mempertahankan deposit

nikel laterit yang terbentuk di daerah Soroako dan sekitar kompleks danau.

Gambar 2.3. Geologi Struktur Danau Matano - Soroako dan sekitarnya

II.2. Variasi Batuan Dasar

Seperti yang dikemukakan oleh Golightly,(1979), daerah Soroako dibagi

menjadi 2 blok berdasarkan batuan dasarnya. West Block hampir seluruhnya dilandasi

oleh “Fine-grained unserpentinized peridotite”, sedangkan East Block didominasi

oleh “Serpentinized coarse-grained peridotit” dengan beberapa derajat serpentinisasi.

Tipe batuan dasar yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :

- Fine grained, unserpentinized harzburgite

- Coarse grained, weakly (<10%) serpentinized peridotite

- Coarse grained, strongly (10 – 100%)serpentinized lherzolite

7

Page 8: Proposal Nikel Laterit

- Serpentinized peridotite mylonite

II.3. Geomorfologi Regional

Tinjauan mengenai geomorfologi regional yang meliputi daerah penelitian

dan sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Malili, Sulawesi

yang disusun oleh Simandjuntak, dkk (1991). Daerah penelitian termasuk dalam

geomorfologi regional Lembar Malili yang merupakan Mandala Sulawesi Timur,

yang dapat dibagi dalam daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah krast dan

daerah pedataran.

Daerah pegunungan menempati bagian barat dan tenggara. Di bagian barat

terdapat dua rangkaian pegunungan yakni Pegunungan Tineba dan Pegunungan

Koroue ( 700 - 3.016 m ) yang memanjang dari baratlaut-tenggara dibentuk oleh

batuan granit dan malihan. Sedang bagian tenggara ditempati Pegunungan Verbeek

dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas permukaan laut disusun oleh batuan

basa, ultrabasa dan batugamping.

Daerah perbukitan menempati bagian tenggara dan timurlaut dengan

ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai yang terletak

diantara daerah pegunungan dan daerah pedataran. Perbukitan ini dibentuk oleh

batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak tertinggi adalah Bukit

Bukila (645m)

Daerah karst menempati bagian timurlaut dengan ketinggian 800 – 1700 m

dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan sungai

bawah permukaan. Puncak tertinggi adalah Bukit Wasopute ( 1.768 m ).

Daerah pedataran menempati daerah selatan dan dibentuk oleh endapan

aluvium seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran

sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai - sungai

besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai Malili yang

mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari utara ke selatan.

Secara umum sungai-sungai yang mengalir di daerah ini bermuara ke Teluk Bone.

8

Page 9: Proposal Nikel Laterit

II.4. Stratigrafi Regional

Berdasarkan himpunan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional

Lembar Malili termasuk Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi

Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang membujur hampir utara - selatan.

Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi ke dalam lajur batuan malihan dan

lajur ofiolit Sulawesi Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan batuan sedimen

pelagis Mesozoikum.

Mandala geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan

Neogen, intrusi neogen dan sedimen flysch Mezosoikum yang diendapkan di

pinggiran benua (Paparan Sunda).

Di Mandala Geologi Sulawesi Timur, batuan tertua adalah batuan ofiolit yang

terdiri dari ultramafik termasuk dunit, harzburgit, lherzolit, piroksenit websterit,

wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basal.

Umurnya belum dapat dipastikan, tetapi dapat diperkirakan sama dengan ofiolit

di Lengan Timur Sulawesi yang berumur Kapur Awal - Tersier (Simandjuntak,

1991).

Pada Mandala ini dijumpai kompleks batuan bancuh (Melange

Wasuponda) terdiri atas bongkahan asing batuan mafik, serpentinit, pikrit,

rijang, batugamping terdaunkan sekis, ampibolit dan eklogit (?) yang tertanam

dalam massa dasar lempung merah bersisik. Batuan tektonika ini tersingkap baik

di daerah Wasuponda serta di daerah Ensa, Koro Mueli, dan Patumbea,

diduga terbentuk sebelum Tersier (Simandjuntak, 1991).Daerah Soroako dan

sekitarnya merupakan bagian Mandala Sulawesi Timur yang tersusun oleh kompleks

ofiolit, batuan metamorf, kompleks melange dan batuan sedimen pelagis.

Kompleks ofiolit tersebut memanjang dari utara Pegunungan Balantak ke

arah tenggara Pegunungan Verbeek, tersusun oleh dunit, harzburgit, lerzolit,

serpentinit, werlit, gabro dan diabas, basal dan diorit (Simandjuntak, 1991). Sekuen

ini tersingkap dengan baik di bagian utara , sedangkan dibagian tengah dan selatan,

9

Page 10: Proposal Nikel Laterit

komplek ofiolit ini umumnya tidak lengkap lagi dan telah terombakkan /

terdeformasi.

Batuan yang merupakan anggota Lajur Ofiolit Sulawesi Timur berupa batuan

ultrabasa (MTosu) yang terdapat disekitar danau Matano terdiri dari dunit, harzburgit,

lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit dan. Dunit berwarna hijau pekat kehitaman,

padu dan pejal, bertekstur faneritik, mineral penyusunnya adalah olivin, piroksen,

plagioklas, sedikit serpentin dan magnetit, berbutir halus sampai sedang. Mineral

utama olivin berjumlah sekitar 90%. Tampak adanya penyimpangan dan

pelengkungan kembaran yang dijumpai pada piroksen, mencirikan adanya gejala

deformasi yang dialami oleh batuan ini. Dibeberapa tempat dunit terserpentinkan kuat

yang ditunjukkan oleh struktur seperti jaring dan barik-barik mineral olivin dan

piroksen, serpentin dan talkum sebagai mineral pengganti. Harzburgit

memperlihatkan kenampakan fisik berwarna hijau sampai kehitaman, holokristalin,

padu dan pejal. Mineralnya halus sampai kasar terdiri atas olivin, (60%), dan piroksen

(40%). Pada beberapa tempat menunjukkan struktur perdaunan. Hasil penghabluran

ulang pada mineral piroksin dan olivin mencirikan batas masing-masing kristal

bergerigi.

Lherzolit berwarna hijau kehitaman, holokristalin, padu dan pejal. Mineral

penyusunnya ialah olivin (45%), piroksin (25%) dan sisanya epidot, yakut, dan bijih

dengan mineral berukuran halus sampai kasar.

Serpentinit berwarna biru tua, tekstur lepidoblastik, struktur “schistosity”,

bentuk mineral hypidioblastik. Mineral utama yang menyusun batuan ini adalah

mineral serpentin , sedikit olivin dan piroksin. Umumnya memperlihatkan

persekisan yang setempat terlipat, dan dapat dilihat dengan mata telanjang.

Batuan serpentinit merupakan hasil ubahan batuan ultramafik. Ketebalan sulit

diperkirakan, berdasarkan penampang ketebalan sekitar 1000 m. Hubungan

sekitarnya berupa persentuhan tektonik.

Diatas ofiolit diendapkan tidak selaras Formasi Matano yang terbagi bagian

atas berupa batugamping kalsilutit, rijang, argilit dan batulempung napalan,

10

Page 11: Proposal Nikel Laterit

sedangkan bagian bawah dicirikan oleh rijang radiolaria dengan sisipan kalsilutit

yang semakin banyak ke bagian atas. Berdasarkan kandungan fosil formasi ini

menunjukan umur Kapur. Endapan termuda di daerah Lengan Timur Sulawesi

adalah endapan danau yang terdiri atas lempung, pasir, kerikil dan sebagian

berupa konglomerat yang terdapat di daerah sekitar Danau Matano, Danau

Towuti dan Danau Mahalona. Sedang endapan-endapan aluvial dapat ditemui di

sekitar daerah aliran sungai (Simandjuntak, 1981dalam Simandjuntak, 1991).

II.5. Struktur Geologi Regional

Struktur geologi Lembar Malili memperlihatkan ciri kompleks tumbrukan dari

pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan struktur, himpunan batuan, biostratigrafi dan

umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok yang sangat berbeda, yakni :

Alohton yang terdiri dari Ofiolit dan malihan, sedangkan Autohton terdiri dari :

Batuan gunungapi dan pluton Tersier dari pinggiran Sunda land, serta kelompok

Molasa Sulawesi.

Struktur – struktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar, lipatan dan

kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar

sungkup, sesar geser, dan sesar turun, yang diperkirakan sudah mulai terbentuk sejak

Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano dan

Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut - tenggara dan

menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai sekarang,

keduanya bersatu di bagian baratlaut. Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk

sejak Oligosen dan bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga merupakan suatu

sistem sesar transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama dan

atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar utama tersebut.

Pada Kala Oligosen, Sesar Sorong yang menerus ke Sesar Matano dan Palu

Koro mulai aktif dalam bentuk sesar transcurrent. Akibatnya mikro kontinen Banggai

Sula bergerak ke arah barat dan terpisah dari benua Australia (gambar 3). Lipatan

yang terdapat di daerah ini dapat digolongkan ke dalam lipatan lemah, lipatan tertutup

11

Page 12: Proposal Nikel Laterit

dan lipatan tumpang-tindih, sedangkan kekar terdapat dalam hampir semua jenis

batuan dan tampaknya terjadi dalam beberapa periode.

Pada Kala Miosen Tengah, bagian timur kerak samudera di Mandala Sulawesi

Timur yakni Lempeng Banggai Sula yang bergerak ke arah barat tersorong naik

(terobduksi). Di bagian barat lajur penunjaman dan busur luar tersesarsungkupkan di

atas busur gunungapi, mengakibatkan ketiga Mandala tersebut saling berhimpit.

Kelurusan Matano sepanjang 170 km dinamakan berdasarkan nama danau

yang dilaluinya yakni danau Matano. Analog dengan sesar Palu Koro sesar Matano

ini merupakan sesar mendatar sinistral, membentang membelah timur Sulawesi dan

bertemu kira-kira disebelah utara Bone, pada kelurusan Palu-Koro. Sesar-sesar sistem

Riedel berkembang dan membentuk sistem rekahan umum.

Sepanjang sesar mendatar ini terdapat juga cekungan tipe “pull apart”. Yang

paling nyata adalah Danau Matano dengan batimetri sekitar 600 m dan

dikontrol oleh sesar - sesar normal yang menyudut terhadap kelurusan Matano.

Medan gaya yang diamati di lapangan memperlihatkan bahwa tekanan

umumnya horizontal dan berarah tenggara - baratlaut didampingi tarikan

timurlaut-baratdaya (gambar 4). Sesar Matano bermuara di Laut Banda pada

cekungan dan teluk Losoni sebagai “pull apart basin” dan menerus ke laut sampai ke

utara anjakan bawah laut Tolo (Magetsari, 1987)

12

Page 13: Proposal Nikel Laterit

Gambar 2. 4. Struktur Geologi Regional Pulau Sulawesi

13

T E L U K G O R O N T A L O

TELUK TOLO

KEP. SULA

BANGGAI

SULAWESI

MA

KA

SS

AR

T E LU

K

B O N E

LAUT FLORES

118º

120º

122º

124º

0

Page 14: Proposal Nikel Laterit

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. Definisi

Pada umumnya endapan nikel terdapat dalam dua bentuk yang berlainan,

yaitu berupa nikel sulfida dan nikel laterit. Endapan nikel laterit merupakan bijih

yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan

bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari bahasa Latin “later” yang berarti batubata

merah, yang dikemukakann oleh M. F. Buchanan (1807), yang digunakan sebagai

bahan bangunan di Mysore, Canara dan Malabr yang merupakan wilayah India

bagian selatan. Material tersebut sangat rapuh dan mudah dipotong, tetapi apabila

terlalu lama terekspos, maka akan cepat sekali mengeras dan sangat kuat (resisten)

Smith (1992) mengemukakan bahwa laterit merupakan regolith atau tubuh batuan

yang mempunyai kandungan Fe yang tinggi dan telah mengalami pelapukan,

termasuk di dalamnya profil endapan material hasil transportasi yang masih tampak

batuan asalnya.

Sebagian besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan dapat

bernilai ekonomis tinggi, sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan dan bauksit.

Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu

material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses

pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi.

Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau proses yang diakibatkan

oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.

III.2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Nikel Laterit

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah:

1. Batuan asal.

Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan

nikel laterit, macam batuan asalnya adalah batuan ultra basa. Dalam hal ini pada

14

Page 15: Proposal Nikel Laterit

batuan ultra basa tersebut: - terdapat elemen Ni yang paling banyak diantara batuan

lainnya - mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil,

seperti olivin dan piroksin - mempunyai komponen-komponen yang mudah larut dan

memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel.

2. Iklim

Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi

kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya

proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup

besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-

rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada

batuan.

3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi

Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan

senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang

mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia.

Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan.

Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi

akan mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan

mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih banyak • humus

akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada

lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar

yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan

terhadap erosi mekanis.

4. Struktur

Struktur yang sangat dominan yang terdapat didaerah Polamaa ini adalah

struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui,

batuan beku mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga

penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih

memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif.

15

Page 16: Proposal Nikel Laterit

5. Topografi

Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta

reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan

sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam

melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya

terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini

menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah

yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada

air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif.

6. Waktu

Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif

karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.

III.3. Proses Pembentukan nikel Laterit

Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov batuan

ultra basa rata-rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut

terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin, sebgai hasil substitusi

terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat

diterangkan karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara unsur-

unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat

pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit menjadi batuan

serpentinit atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari

udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan

disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.

Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari

udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak

stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang

larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus.

Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya

16

Page 17: Proposal Nikel Laterit

membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan.

Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.

Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama

larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral

akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk

membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau

hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap

pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan

krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut

saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan

Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan

dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau

rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas

petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar

pelapukan (root of weathering).

Penyelidikan di daerah Soroako menunjukkan, penampang laterit dapat

digambarkan sebagai empat lapisan yang berubah secara berangsur-angsur. Karena

kedaaan setempat, yaitu batuan dasar maupun tingkat kikisan, mungkin saja ada

sebuah lapisan atau lebih yang tidak ditemukan. Keempat lapisan itu adalah tudung

besi, lapisan limonit, perkotakan silika (silica boxworks), dan lajur saprolit. Tudung

besi yang berwarna merah terdiri dari goethit dan limonit yang menyerupai spon,

berkadar besi tinggi, tetapi kadar nikelnya sangat rendah. Lapisan limonit warnanya

coklat merah atau kuning. Lapisan yang berbutir ini merupakan selimut pada

sebagian daerah. Pada lereng, selimut itu hanya tipis saja atau bahkan telah terkikis

habis. Perkotakan silika terdapat pada dasar lapisan limonit. Sampai batas tertentu, di

sini masih dikenali struktur dan tekstur batuan aslinya. Endapan garnierit supergen di

dalam perkotakan silika ini mengakibatkan terjadinya bijih nikel silika yang tinggi

kadar nikelnya. Jalur saprolit merupakan peralihan dari limonit ke batuan dasar yang

keras dan belum lapuk. Jalur inilah yang merupakan tempat bijih dengan kadar nikel

17

Page 18: Proposal Nikel Laterit

tertinggi, akibat proses pengkayaan supergen. Perkembangan jalur saprolit tergantung

pertama-tama, pada sifat fisika dan mineralogi batuan dasar.

Proses Lateralisasi

1. Proses pelapukan batuan peridotit, yang tersusun oleh group olivine →

Magnesium Silikat (forsterite) Mg2SiO4, besi Silikat (Fayalit) Fe2SiO4.

2. beraksi dengan air tanah yang kaya akan CO2, yang menguraikan olivib

menjadi larutan MG, Fe dan Ni serta Koloidal Si, dengan reaksi

3. Dalam larutan besi akan teroksidasi dan membentuk ferrihidroksida

(ferro→ferri/Fe2+ - Fe3+) dan mengalami hidrasi (penyerapan molekul air)

membentuk geothit (FeO(OH)2) dan Hematit (Fe2O3) dan membentuk kerak.

4. Sedangkan MG, Ni, dengan SiO tetap dalam larutan akan tetapi jika larutan

yang asam ini dinetralisasikan oleh tanah dan batuan, maka zat tersebut

mengendap sebagaim mineral hidrosilikat (salah satunya garnierit).

Proses Serpentinisasi

Pelapukan serpentinisasi → proses oleh adanya reaksi antara batuan dan larutan

encer yang kaya CO2 (unsure organik) pada P&T >>> sehingga mengakibatkan

pengurangan kadar MgO pada batuan karena adanya pengikatan oleh air dan CO2 dan

membentuk mineral brucite dan magnesit.

Misalnya pada batuan dunit yang kaya akan olivine : (menurut Charles F. Parks,1964.

Ore deposit)

atau

Atau pada Harzburgit yang kaya akan orthopiroxen

18

Garnierit

Olivin Serpentin Brucite

Olivin Serpentin Magnesit

Page 19: Proposal Nikel Laterit

Menurut Golithtly (1979) dalam Suratman (2000) zonasi profit laterit dibagi

menjadi 4, yaitu :

o Zona limonite overburden (LO)

Zona ini terletak paling atas dari profil dan sangat dipengaruhi oleh aktivitas

permukaan yang kuat. Tersusun oleh humus dan limonit. Mineral – mineral

penyusunnya geothit, hematite, tremolit dan mineral – mineral lainnya yang

terbentuk pada kondisi asam dekat permukaan dengan relief relative datar.

Secara umum material-material penyusun zona ini berukuran halus (lempung -

lanau), sering dijumpai mineral stabil seperti spinel, magnetit, dan kromit.

o Zona medium grade limonite (MGL)

Zona ini mempunyai sifat fisik tidak jauh dari zona limonite. Teksture sisa batuan

induk mulai dapat dikenal dengan hadirnya fragmen batuan induk, yaitu peridotit

atau serpentinit. Rata – rata berukuran antara 1-2 cm dalam jumlah sedikit.

Ukuran material penyusun berkisar antara lempung – pasir halus. Ketebalan zona

ini berkisar antara 0-6 meter. Umumnya singkapan zona ini terdapat pada lereng

bukit yang ralatif datar. Mineralisasi sama dengan zona limonit dan zona saprolit,

yang membedakan adalah hadirnya kuarsa, lithiopirit, dan opal.

o Zona Saprolit

Zona ini merupakan zona bijih, tersusun atas fragmen – fragmen batuan induk

yang teralterasi, sehingga penyusunan, tekstur dan struktur batuan dapat dikenali.

Zona ini dibagi lagi menjadi 3 bagian :

Mineral –mineral supergen urat

Terdiri dari mineral – mineral garnierite, kuarsa, asbolit, magnesit.

Mineral – mineral primer terlapukan

19

Olivin Orthopiroxen Serpentin

Page 20: Proposal Nikel Laterit

Adalah serpentin mengandung nikel – besi sepertin, magnetit,

nickelliferous chlorite (schuscardite)

Produk pelapukan tahap awal

Limonit nicklleferous + mineral residu batuan induk tidak teralterasi.

o Zona bedrock

Berada paling bawah dari profil laterit. Batuan induk ini merupakan batuan yang

masih segar dengan pengaruh proses – proses pelapukan sangat kecil. Batuan

induk umumnya berupa peridotit, serpentinit atau peridotit terserpentinisasi.

20

Page 21: Proposal Nikel Laterit

BAB VI

KEGIATAN PELAKSANAAN

Kegiatan yang akan dilakukan terkait dengan program kerja sama ini adalah

kegiatan penambangan yang meliputi meliputi :

- Pembersihan daerah penambangan dari tumbuh-tumbuhan,

- Pembuatan jalan-jalan,

- Pengupasan lapisan penutup dan lapisan limonit,

- Perhitungan cadangan

- Pemodelan tambang

- Penambangan.

Kegiatan di atas dilakukan sesuai dengan jadwal/waktu yang telah ditetapkan

bersama

21

Page 22: Proposal Nikel Laterit

BAB V

PENUTUP

Dari kerja sama ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan keuntungan

baik untuk perusahaan yang memberikan kewenangan selaku pemilik tambang

ataupun bagi kami selaku perusahaan yang akan melakukan eksplorasi di daerah

tambang tersebut.

22

Page 23: Proposal Nikel Laterit

DAFTAR PUSTAKA

Bateman, A. M., 1956, “The Formation of Mineral Deposits” John Wiley & Sons Inc, Third Edition.

Edwards, R., and Atkinson, K., 1986, “Ore Deposits Geology”, Chapman and Hall Lmt, New York.

Lindgreen, W., 1933, Mineral Deposits, McGraw – Hill Book Company, New York.

Mottana, A., Crespi, R. And Liborto, G., 1995, “ Guide Rocks and Minerals”, Published by Simon & Schuster Inc, New York.

Tim Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek Pengembangan Pusat Informasi Mineral, 1985, Kajian Nikel, Pusat Pengembagan Teknologi Mineral Dirjen Pertambangan Umum – DEPTAMBEN, Bandung.

23