tugas klmpk 8 - jual beli salam

Upload: geldaamalia

Post on 08-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jual Beli Salam

TRANSCRIPT

TUGAS KELOMPOKMATA KULIAH PEMBIAYAAN SYARIAHSemester Genap 2015/2016

Judul Tugas:Pembiayaan Salam

Kelas:Agribisnis B

Dosen:Dr.Ir. Hj. Tuti Karyani M.SP.,

Disusun Oleh :Kelompok 4NoNamaNPM

1.Rafika NurAini150610120132

2.Rhandytia S.N150610120133

3.Gelda Amalia 150610120136

UNIVERSITAS PADJADJARANFAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI AGRIBISNISJATINANGOR2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya dan tanpa hambatan yang berarti. Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr.Ir. Hj. Tuti Karyani M.SP yang senantiasa mengajari dan membimbing kami hingga selesainya makalah kami ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat dengan tujuan menyelesaikan tugas pada mata kuliah Pembiayaan Syariah. Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai Pembiayaan Salam dalam islam.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah selalu memberkati apa yang kita kerjakan. Amin.

Jatinangor, 25 Mei 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1BAB II PEMBAHASAN22.1 Pengertian Bai As-Salam22.2 Landasan Syariah22.3 Rukun Bai As-Salam42.4 Syarat Jual Beli Salam42.5 Salam Paralel72.6 Ruang penerapan aqad salam dalam muamalah dari sudut Islam dalam bidang pertanian11BAB III KESIMPULAN13DAFTAR PUSTAKA14

ii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDiantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan. Yang demikian itu, dikarenakan dengan akad ini kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu ataugharar(untung-untungan).Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan.Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan kepada barang tersebut.Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli, diantaranya penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga.Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak cukup lama.Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh Islam guna menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah disebutkannya syari'at jual-beli salam sesuai larangan memakan riba

1.2 Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud denganbai as-Salamdan bagaimana konsep aplikasinya dalam kehidupan bermuamalat.b. Apa yang dimaksud dengan salamparaleldan bagaimana konsep aplikasinya dalam kehidupan bermuamalat.

1.3 Tujuana. Mengetahuibai as-Salamdan konsep aplikasinya dalam kehidupan bermuamalat.b. Mengetahui salamparalel dan konsep aplikasinya dalam kehidupan bermuamalat.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Bai As-SalamSalam secara etimologi berarti memberikan, dan meninggalkan dan mendahulukan. Artinya, mempercepat (penyerahan) modal atau mendahulukannya. Salam biasa disebut juga salaf , Istilah salam dikenal dalam masyarakat Hijaz sedangkan salaf dikenal masyarakat Iraq. Dalam satu pernyataan yang mencoba pula untuk membedakan kedua istilah itu, salaf berarti mendahulukan modal (rasul ml). Sedangkan salam, maknanya lebih terfokus pada penyerahan modalnya di tempat aqad. Oleh karena itu, salam lebih umum daripada salam karena salaf dikaitkan juga dengan pinjaman, sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Rahman al-Jaziri.Sedangkan salam secara terminologi secara umum didefinisikan sebagai suatu upaya mempertukarkan suatu nilai (uang) sekarang dengan suatu barang tertentu yang masih berada dalam perlindungan pemiliknya dan akan diserahkan kemudian. Artinya, bahwa yang diberlakukan adalah prinsip bai (jual beli) suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang di sepakati, dimana waktu penyerahan barang dilakukan di kemudian hari sementara penyerahan uang dibayarkan dimuka (secara tunai).Imam syafii dan Hambali memdefinisikan sebagai suatu akad yang disifatkan dalam tanggungan yang ditangguhkan dengan menentukan harga lebih dahulu. Sedangkan Imam Malik mendefinisikan jual-beli yang mendahulukan harga dan menangguhkan barangnya.

2.2 Landasan SyariahLandasan syariah transaksibai as-Salamterdapat dalam al-Quran dan al-Hadist.a. Al-Quran

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (QS Al-Baqarah 282).Dan utang secara umum meliputi utang-piutang dalam jual beli salam,dan utang-piutang dalam jual beli lainnya. Ibnu Abbas telah menafsirkan tentang utang-piutang dalam jual beli salam. Dalam kaitan ayat di atas Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayat tersebut dengan transaksibai as-Salam,hal ini tampak jelas dari ungkapan beliau: Saya bersaksi bahwa salam (salaf) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalkan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya.Ia lalu membaca ayat tersebut.

b. Al-Hadist

- - : , , : ( , , ) . : Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke Madinah dan penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan dua tahun. Lalu beliau bersabda: "Barangsiapa meminjamkan buah maka hendaknya ia meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan masa tertentu." Muttafaq Alaihi. Menurut riwayat Bukhari: "Barangsiapa meminjamkan sesuatu." - - :( , - : - . : ? : ) Abdurrahman Ibnu Abza dan Abdullah Ibnu Aufa Radliyallaahu 'anhu berkata: Kami menerima harta rampasan bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam Dan datanglah beberapa petani dari Syam, lalu kami beri pinjaman kepada mereka berupa gandum, sya'ir, dan anggur kering -dalam suatu riwayat- dan minyak untuk suatu masa tertentu.Ada orang bertanya: Apakah mereka mempunyai tanaman? Kedua perawi menjawab: Kami tidak menanyakan hal itu kepada mereka. (HR. Bukhari). Abdullah bin Abu Mujalid r.a. berkata, Abdullah bin Syadad bin Haad pernah berbeda pendapat dengan Abu Burdah tentang salaf. Lalu mereka utus saya kepada Ibnu Abi Aufa.Lantas saya tanyakan kepadabya perihal iti.Jawabnya.Sesungguhnya pada masa Rasulullah Saw., pada masa Abu Bakar, pada masa Umar, kami pernah mensalafkan gandum, syair, buah anggur, dan kurma. Dan saya pernah pula bertanya kepada Ibnu Abza, jawabnya pun seperti itu juga.(Bukhari). Dari berbagai landasan di atas, jelaslah bahwa akadsalam diperbolehkan sebagai kegiatan bemuamalah sesama manusia.

2.3 Rukun Bai As-SalamPelaksanaanbai as-Salamharus memenuhi sejumlah rukun sebagai berikut:

1. Muslam(pembeli) adalah pihak yang membutuhkan dan memesan barang.2. Muslam ilaih(penjual) adalah pihak yang memasok barang pesanan.3. Modal atau uang.Ada pula yang menyebut harga (tsaman).4. Muslan fiihadalah barang yang dijual belikan.5. Shigatadalah ijab dan qabul.Sedangkan ulama Hanafi berpendapat bahwa hanya ijab dan qabul masuk dalam kategori rukun salam, sedangkan 2 orang yang bertransaksi dan obyeknya (barang) termasuk kategori syarat.

2.4 Syarat Jual Beli SalamSyarat-syarat sahnya jual beli salam adalah sebagai berikut: 1. Pihak-pihak yang berakad disyaratkan dewasa, berakal, dan baligh.2. Barang yang dijadikan obyek akad disyaratkan jelas jenis, ciri-ciri, dan ukurannya.3. Modal atau uang disyaratkan harus jelas dan terukur serta dibayarkan seluruhnya ketika berlangsungnya akad. Menurut kebanyakan fuqaha, pembayaran tersebut harus dilakukan di tempat akad supaya tidak menjadi piutang penjual. Untuk menghindari praktek riba melalui mekanisme Salam.pembayarannya tidak bisa dalam bentuk pembebasan utang penjual.4. Ijab dan qabul harus diungkapkan dengan jelas, sejalan, dan tidak terpisah oleh hal-hal yang dapat memalingkan keduanya dari maksud akad.

Para imam mazhab telah bersepakat bahwasanya jual beli salam adalah benar dengan enam syarat yaitu jenis barangnya diketahui, sifat barangnya diketahui, banyaknya barang diketahui, waktunya diketahui oleh kedua belah pihak, mengetahui kadar uangnya, jelas tempat penyerahannya.Namun Imam Syafii menambahkan bahwa akad salam yang sah harus memenuisyarat iniqad, syarat sah, dan syarat muslam fiih.

1) Syarat-syaratIniqada. Pertama, menyatakan shigat ijab dan qabul, dengan sighat yang telah disebutkan.b. Kedua, pihak yang mengadakan akad cakap dalam membelanjakan harta. Artinya dia telah baligh dan berakal karena jual beli salammerupakan transaksi harta benda, yang hanya sah dilakukan oleh orang yang cakap membelanjakan harta, sepertihalnya akad jual beli.

2) Syarat SahSalama. Pertama, pembayaran dilakukan di majelis akad sebelum akad disepakati, mengingat kesepakatan dua pihak sama dengan perpisahan. Alasannya, andaikan pembayaran salam ditangguhkan,terjadilah transaksi yang mirip dengan jual beli utang dan piutang, jikaharga berada dalam tanggungan. Disamping itu akad salam mengandung gharar.b. Kedua, pihak pemesan secara khusus berhak menentukan tempat penyerahan barang pesanan, jika dia membayar ongkos kirim barang. Jika tidak maka pemesan tidak berhak menentukan tempat penyerahan. Apabila penerima pesanan harus menyerahkan barang itu di suatu tempat yang tidak layak dijadikan sebagai tempat penyerahan. misalnya gurun sahara,, ataulayak dijadikan tempat penyerahan barang tetapi perlu biaya pengangkutan, akad salam hukumnya tidak sah.

3) SyaratMuslam Fiih(barang pesanan)Ada empat syarat yang harus dipenuhi dalam barang pesanan, yaitu sebagai berikut:a. Pertama, barang pesanan harus jelas jenis, bentuk, kadar, dan sifatnya. Ia dapat diukur dengan karakteristik tertentu yang membedakannya dengan barang lain dan tentumempunyai fungsi yang berbeda pula seperti beras tipe 101, gandum,jagung putih, jagung kuning dan jenis barang lainnya. Barang seperti lukisan berharga dan barang-barang langka tidak dapat dijadikan barang jual beli salam.Penyebutan karakteristik tersebut sangat perlu dilakukan untuk menghindari ketidakjelasan barang pesanan.b. Kedua, barang pesanan dapat diketahui kadarnya baik berdasarkan takaran, timbangan, hitungan perbiji, atau ukuran panjang dengan satuan yang dapat diketahui. Disyaratkan menggunakan timbangan dalam pemesanan buah-buahan yang tidak dapat diukur dengan takaran.Abdullah ibn Masud melarang adanya kontrak salam pada binatang. Tetapi Abdullah ibn Umar membolehkannya jikapembayaran ditentukan pada waktu yang telah disepakati.Hal ini menunjukkan bahwa para sahabat terus mengizinkan praktek penjualan di muka. c. Ketiga, barang pesanan harus berupa utang (sesuatu yang menjadi tanggungan).d. Keempat, barang pesanan dapat diserahkan begitu jatuh tempo penyerahan. Barang yang sulit diserahkan tidak boleh diperjual belikan, karena itu dilarang alam akad salam. Hal-hal lain yang terkait dengan transaksi salam dapat diuraikan sebagai berikut:Ketentuan PembiayaanBai as-Salamsesuai dengan Fatwa No.05/1 DSN-MUI/IV/2000 Tanggal 1 April 2000.a) Ketentuan Pembayaran Uang Kas:i. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupauang, barang, atau manfaat;ii. Dilakukan saat kontrak disepakati (inadvance); daniii. Pembayaran tidak boleh dalam bentukibra (pembebasan utang). contoh pembeli mengatakan kepada petani (penjual) Saya beli padi Anda sebanyak 1 ton dengan harga Rp 10 juta yang pembayarannya/uangnya adalah Anda saya bebaskan membayar utang Anda yang dahulu (sebesar Rp 2 juta). Pada kasus ini petani memang memiliki utang yang belum terbayar kepada pembeli, sebelum terjadinya akad salam tersebut.

b) Ketentuan Barang:i. Harus jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai utang;ii. Penyerahan dilakukan kemudian;iii. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan;iv. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut diterimanya (qabadh). Ini prinsip dasar jual beli; danv. Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan.

c) Penyerahan Barang sebelum Tepat Waktu:i. Penjual wajib menyerahkan barang tepat waktu dengan kualitas dan kuantitas yang disepakati;ii. Bila penjual menyerahkan barang, dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga;iii. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga (diskon); daniv. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat: kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan dan tidak boleh menuntut tambahan harga.

Jika semua/sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu penyerahan atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka pembeli memiliki dua pilihan:1. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang.2. Menunggu sampai barang tersedia.

Pembatalan kontrak boleh dilakukan selama tidak merugikan kedua belah pihak, dan jika terjadi di antara kedua belah pihak, maka persoalannya diselesaikan melalui pengadilan agama sesuai dengan UU No. 3/2006 setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Para pihak dapat juga memilih BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional)dalam penyelesaian sengketa.Tetapi jika lembaga ini yang dipilih dan disepakati sejak awal, maka tertutuplah peranan pengadilan agama.Menentukan Waktu Penyerahan BarangTentang periode minimum pengiriman, parafuqahamemiliki pendapat berikut:a. Hanafi menetapkan periode penyerahan barang pada satu bulan. Untuk beberapa penundaan,selambat-lambatnya adalah tiga hari. Tapi, jika penjual meninggal dunia sebelum penundaan berlalu, salam mencapai kematangan. Dalam Ketentuan Umum tentang Akad, pasal 89 menyebutkan Jika penjual meninggal dan jatuh pailit setelah menerima pembayaran tetapibelum menyerahkan barang yang dijual kepada pembeli,barang tersebut dianggap barang titipan kepunyaan pembeli yang ada di tangan penjual.b. Menurut Syafii salam dapat segera dan tertunda.c. Menurut Malik, penundaan tidak boleh kurang dari 15 hari.

2.5 Salam ParalelSalam paralel yaitu melaksanakan dua transaksibai as-Salamantara bank dengan nasabah, dan antara bank dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya secara simultan.Dewan Pengawas Syariah Rajhi Banking & Investment Corporation telah menetapkan fatwa yang membolehkan prakteksalam paraleldengan syarat pelaksanaan transaksi salam kedua tidak tergantung pelaksanaan akad salam yang pertama.Beberapa ulama kontemporer melarang transaksisalam paralelterutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus. Hal demikian diduga akan menjurus kepada riba.

Ketentuan Umuma. Pembatalan kontrakPembatalan kontrak dengan pengembalian uang pembelian, menurut jumhur ulama, dimungkinkan dalam kontraksalam.Pembatalan penuh pengirimanmuslam fihidapat dilakukan sebagai ganti pembayaran kembali seluruh modalsalamyang telah dibayarkan. Demikian juga pembatalan sebagian penyerahan barang dapat dilakukan dengan mengembalikan sebagian modal.b. Penverahanmuslam fihisebelum atau pada waktunva.Muslam ilaihharus menyerahkanmuslam fihitepat pada waktunya dengan kualitas dan kuantitas sesuai kesepakatan. Jikamuslam ilaihmenyerahkanmuslam fihidengan kualitas yang lebih tinggi,muslamharus menerimanya dengan syarat bahwamuslam ilaihtidak meminta harga yang lebih tinggi sebagai ganti kualitas yang lebih baik tersebut.Jikamuslam ilaihmengantarmuslam fihidengan kualitas lebih rendah, pembeli mempunyai pilihan untuk menolak atau menerimanya.Para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya muslam ilaihmenyerahkanmuslam fihiyang berbeda dari yang telah disepakati.Muslam ilaihdapat menyerahkanmuslam fihilebih cepat dari yang telah disepakati, dengan beberapa syarat:a) Kualitas dan kuantitasmuslam fihitelah disepakati.b) Kualitas dan kuantitasmuslam fihitidak lebih tinggi dari kesepakatan.c) Kualitas dan kuantitasmuslam fihitidak lebih rendah dari kesepakatan.d) Jika semua atau sebagianmuslam fihitidak tersedia pada waktu penyerahan,muslammempunyai dua pilihan. Pertama, membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya. Kedua, menunggu sampaimuslam fihitersedia.

Perbedaan Bai as Salam dengan IjonBanyak orang yang menyamakanbai as salamdengan ijon Padahal, terdapat perbedaan besar di antara keduanya. Dalamijon, barang yang dibeli tidak diukur atau ditimbang secara jelasdan spesifik.Demikian juga penetapan harga beli, sangat tergantung kepada keputusan sepihak si tengkulak yang sering kali sangat dominan dan menekan petani yang posisinya lebih lemah. Sedangkan transaksibai 'as salammengharuskan adanya 2 hal:a. Pengukuran dan spesifikasi barang yang jelas. Hal ini tercermin dari hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. "Barangsiapa melakukan transaksi salaf (salam), maka hendaklah ia melakukan dengan takaran yang jelas, timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang jelas pula."b. Adanya keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Hal ini terutama dalam penyepakati harga. Allah berfirman:"Kecuali denganjalanperniagaanyang berlaku dengan suka sama suka di antara kalian."(Q.S. An Nisa: 29).Untuk memastikan adanya harga yang fair ini pemerintah diwajibkan melakukan pengawasan dan pembinaan.Contoh Ijon:Pembeli membeli beras yang saat itu masih belum dipanen sebanyak satu hektar, dan diantar pada saat panen.

Contoh Bai as Salam:Pembeli membeli padi sebanyak satu ton padi dari petani yang diantar pada waktu panen.

Pada contoh ijon terdapat spekulasi yang akan merugikan salah satu pihak. Jika pembeli memperkirakan hasil panen sebanyak lima ton dan membayar seharga itu, sedangkan kenyataannya menghasilkan tujuh ton, maka petani merugi. Ia tidak bisa menikmati duaton kelebihannya. Tetapi sebaliknya, jika hasilnya hanya tiga ton maka pembeli yang merugi karena telah membayar seharga lima ton.Pada contohbai' as salam, petani hanya menjual sebagian dari produknya. Kalau terjadi gagal panen, ia hanya wajib menyediakan padi sebanyak yang dapat dipenuhinya.

Aplikasi dalam PerbankanBaias salambiasanya dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Karena yang dibeli oleh bank adalah barang seperti padi, jagung, dan cabai dan bank tidak bemiat untuk menjadikan barang-barang tersebut sebagai simpanan atauinventory, maka dilakukan akadbaias salamkepada pembeli kedua, misalnya kepada Bulog, pedagang pasar induk, dan grosir. Inilah yang dalam perbankan Islam dikenal sebagaisalam paralel.Bai as salamjuga dapat diaplikasikan pada pembiayaan barang industri, misalnya produk garmen (pakaian jadi) yang ukuran barang tersebut sudah dikenal umum. Caranya, saat nasabah mengajukan pembiayaan untuk pembuatan garmen, bank mereferensikan penggunaan produk tersebut.Hal itu berarti bahwa bank memesan dari pembuat garmen tersebut dan membayamya pada waktu pengikatan kontrak.Bank kemudian mencari pembeli kedua.Pembeli tersebut bisa saja rekanan yang telah direkomendasikan oleh produsen garmen tersebut Bila garmen itu telah selesai diproduksi, produk tersebut diantarkan kepada rekanan tersebut.Rekanan kemudian membayar kepada bank, baik secara mengangsur maupun tunai.

Risiko dan ManfaatBerdasarkan sifatnya yang paralel,bai'as salammengandung risiko berdasarkan sifatnya yang simultan,salam paralelmemiliki beberapa manfaat dan risiko yang harus diantisipasi oleh bank syariah, di antaranya:a. Default.Jika pemasok tidak bisa mendatangkan barang yang dipesan karena lalai atau menipu. Maka, bank tidak bias memenuhi barang yang diminta olehpembeli. b. Tak terjual, bank tidak bisa mencari pembeli dari barangsalam. Hal terjadi jikapemasokmengantarkan barang yang tidak sesuai dengan kesepakatan saat kontrak.c. Harga, harga barang ketika diantar lebih rendah dari harga yang disepakati dengan penjual saat kontrak.Manfaatbaias salamadalah selisih harga yang didapat dari nasabah dengan harga jual kepada pembeli.

Skema Aplikasi Jual Beli Salam di Perbankan SyariahSkema jual beli salam yang dapat diaplikasikan dalam perbankan syariah adalah seperti pada Gambar berikut:

Gambar 1. Pembiayaan Salam Oleh Bank Syariah

Keterangan:Koperasi petani mangga harum manis memerlukan bantuan dana untuk mensukseskan panen anggota-anggotanya tahun depan terhitung dari sekarang. Untuk itu, koperasi petani tersebut mendatangi bank syariah dan menawarkan skema jual beli salam agar bank syariah tidak rugi dan petanipun dapat panen dengan baik. Maka prosesnya adalah sebagai berikut:1. Bank syariah membeli 10 ton mangga harum manis dari koperasi petani buah mangga harum manis dengan harga Rp. 50.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli salam untuk 1 tahun kedepan.2. Bank syariah membayar tunai kepada koperasi tersebut sebesar: Rp.50.000,- x 1000 x 10 = Rp. 500.000.000,- .3. Bank syariah menjual kepada pemborong buah mangga harum manis dengan harga Rp.55.000,- per kilogram menggunakan akad jual beli salam untuk 1 tahun kedepan.4. Pemborong membayar tunai kepada bank syariah sebesar: Rp.55.000,- x 1000 x 10 = Rp.550.000.000,-5. Setelah satu tahun berlalu, koperasi petani mengirimkan mangga harum manis dengan jumlah dan kualitas sesuai pesanan kepada bank syariah.6. Bank syariah kemudian mengirimkan buah-buah tersebut kepada pemborong.7. Pemborong menjual mangga harum manis di pasar buah dengan harga Rp.100.000,- per kilogram.8. Pemborong mendapatkan keuntungan dari penjualan mangga di pasar buah.Dari penjelasan dalam skema di atas, terlihat bahwa semua yang terlibat dalam jual beli salam mendapatkan keuntungan mereka masing-masing. Para petani mendapatkan keuntungan berupa panen yang baik dengan hasil yang memuaskan disebabkan keperluan-keperluan mereka dalam mengelola perkebunan tersebut dapat terpenuhi dengan uang tunai yang dibayarkan di muka oleh pihak bank syariah. Sedangkan pihak bank syariah mendapatkan keuntungan sebesar lima puluh juta rupiah yang merupakan selisih harga jual kepada pemborong dengan harga beli dari petani mangga. Dan pihak pemborong mendapatkan keuntungan dari selisih harga beli dari bank syariah dengan harga jual di pasar buah.Memang resiko yang ditanggung oleh pihak bank dan pemborong cukup besar, utamanya ketika prospek harga barang tersebut ke depannya tidak terlalu positif.Oleh karena itu, sikap kehati-hatian bank dalam model jual beli ini sangatlah tinggi, dan skema ini pada akhirnya memang tidak dapat diterapkan untuk semua jenis produk atau hasil pertanian, hanya pada jenis-jenis hasil pertanian yang dapat diramalkan bagus.

2.6 Ruang penerapan aqad salam dalam muamalah dari sudut Islam dalam bidang pertanianBidang pertanian dengan berbagai hasil-hasilnya bagi orang yang berkecimpun di dalamnya tidak lepas pula dari penggunaan transaksi dalam bentuk salam. Sebabnya adalah luasnya wilayah pergerakan dari bidang pertanian yang diikuti dengan tuntutan dari masyarakat supaya berjalan secara efesien dan mudah. Disamping itu, menentukan bentuk pengukuran apa yang yang dipakai agar secara tepat sesuai dengan ukuran ataupun bentuk dan jenis yang disepakati.Ini pula yang mendasari perbedaan ulama dalam berpendapat. Misalnya minimnya alat pengukuran serta kemampuan yang kurang profesional ketika akan memastikan secara pasti sifat-sifat yang akan diukur. Contoh, perhitungan dan timbangan buah-buahan, semangka, jeruk dan lain-lain. Dalam kasus ini, ada ulama yang berpendapat tidak boleh. Sebabnya, adalah tak dapat diukur maupun ditimbang secara pasti karena beda ukuran besar dan kecil. Bagi yang mengatakan boleh, alasannya adalah ukuran besar kecil dapat dikelompokkan dalam satu ukuran tertentu. Sedangkan, ukuran yang menampakkan perbedaan mencolok dapat ditempuh dengan jalan menimbang. Contoh lain, transaksi dalam jenis binatang, ulama hanafiah berpendapat tidak boleh. Alasannya adalah tidak mungkin menentukan sifat-sifat binatang tersebut secara pasti. Padahal transaksi salam, sifat maupun ciri-ciri yang telah disepakati musti sejalan dengan bendanya. Namun, apa yang dikhawatirkan pada praktek masa dahulu, dimana alat ukuran masih amat sederhana, sekarang ini sejalan dengan perkembangan manusia yang diikuti dengan kemajuan perangkat alat teknologi, sedikit-demi sedikit dapat menepis. Sehingga, kalaupun ada perbedaan dalam menggambarkan sifat-sifat barangyang dimaksud, tidak akan terlalu jauh. Disamping itu, ada batas dan ukuran jeda yang dapat diterima sebagai konsesus di masyarakat.Dari sisi lain, transaksi dengan bai salam pada tanaman yang didapatkan ditempatnya. Oleh ulama SyafiI, Hanafi dan Hambali membolehkan transaksi salam pada tanaman produksi pertanian dan perkebunan. Namun, Imam Malik hanya membolehkannya pada tanaman tertentu.

BAB IIIKESIMPULANBai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka.Prinsip yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang, dan hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.Dalam transaksi Bai as Salam harus memenuhi 5 (lima) rukun yang mensyaratkan harus ada pembeli, penjual, modal (uang), barang, dan ucapan (sighat).Sebagaimana dapat dipahami dari namanya, yaitu as salam yang berarti penyerahan, atau as salaf, yang artinya mendahulukan, maka para ulama' telah menyepakati bahwa pembayaran pada akad as-salam harus dilakukan di muka atau kontan, tanpa ada sedikitpun yang terhutang atau ditunda.Telah diketahui bahwa akad salam ialah akad penjualan barang dengan kriteria tertentu dan pembayaran di muka. Maka menjadi suatu keharusan apabila barang yang dipesan adalah barang yang dapat ditentukan melalui penyebutan kriteria.Penyebutan kriteria ini bertujuan untuk menentukan barang yang diinginkan oleh kedua belah pihak, seakan-akan barang yang dimaksud ada dihadapan mereka berdua.Dengan demikian, ketika jatuh tempo, diharapkan tidak terjadi percekcokan kedua belah pihak seputar barang yang dimaksud.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu al-Walid M ibnu, 2004.Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid,Beirut: Darul Fikri.Al-Atsqolany, Ibnu Hajar, 2011.Bulughul Maram min Adillatil ahkam, Surabaya:Mutiara Ilmu.Al-Jaziry, Abdurrahman,2004.Kitab Al-fiqh, Beirut: Darul fikri. Al-Zahily, Wahbah. 2007.Al-fiqhu Al-Islam wa Adillatuhu, Damaskus: Darul Fikri.Antonio, Muhammad Syafii, 2006.Bank Syariah Wacana Ulama & Cendekiawan,Jakarta.Ascarya, 2011.Akad dan Produk Bank Syariah,Jakarta: Raja Grafindo Persada.Fatih,Ibrahim bin,2006.Uang Haram,Jakarta: Amzah.Fahmi, Abu,Jual Beli Salam. http://sanggelombang.wordpress.com/2010/12/02/jual-beli-salam/, di akses tanggal 27 Mei 2015, pukul 9:18 WIB.Hassan,Abdullah Alwi Haji,2006.Sales And Contracts Early Islamic Commercial Law,New Delhi: Kitab Bhavan.Huda, Nurul dan Muhammad Haekal, 2010.Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis,Jakarta: Kencana.Khan,M. Fahin,1995.Essays in Islamic Economics, Nigeria: The IslamicFoundation.Lisanul Arab,madah 'Gharar'.Mansuri, Muhammad Tahir,2006.IslamicLawof ContractsandBusinessTransactions, New Delhi:Adam Publishers & Distributors.Muhza, Habiburrahman,Akad Salam, http://penabanten.blogspot.com/2011/06/akad-salam.html, di akses tanggal 27 Mei 2015, pukul 8:48 WIB.Rivai, Veithzal. dkk,2012.Islamic Bussiness and Economic Ethics: Mengacu pada Al-Quran dan Mengikuti Jejak Rasulullah SAW dalam Bisnis, Keuangan, dan Ekonomi,Jakarta: Bumi Aksara.SyafeI, Rahmat,2004.Fiqih Muamalah,Bandung: Pustaka Setia.Zuhaili, Wahbah,2008.Al-fiqhu Asy-syafiiyyah Al-Muyassar, Beirut: Darul Fikr.Zuhaili, Wahbah. 2008.Fiqih Imam Syafii,Jakarta Timur: Almahira.

1