jual beli murabahah, salam dan istishna

83
Jual beli dalam bahasa Arab disebut al- Bay’, yang secara etimology berarti memiliki, membeli (arti sebaliknya), ada juga yang mengatakan bahwa ia merupakan sebuah ungkapan tentang ijab qobul ketika terjadi pertukaran antara barang dengan barang atau barang dengan nilai tukarnya. [al-Mathla’ hal. 255] Ada juga yang mengartikan : “Pertukaran harta dengan harta.” [Maqoyisul lughoh 1/327, Lisanul ‘Arob 8/23, al-Mishbah 1/27] Pengertian Jual Beli

Upload: quinta-nursabrina

Post on 17-Aug-2015

142 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Jual beli dalam bahasa Arab disebut al-Bay’, yang secara etimology berarti memiliki, membeli (arti sebaliknya), ada juga yang mengatakan bahwa ia merupakan sebuah ungkapan tentang ijab qobul ketika terjadi pertukaran antara barang dengan barang atau barang dengan nilai tukarnya. [al-Mathla’ hal. 255]Ada juga yang mengartikan : “Pertukaran harta dengan harta.” [Maqoyisul lughoh 1/327, Lisanul ‘Arob 8/23, al-Mishbah 1/27]

Pengertian Jual Beli

Page 2: Jual beli murabahah, salam dan istishna

وفي االصطالح :عق@د معاوض@ة; مالي@Gة; تفي@د مل@ك عين; أو منفع@@@@ة; على التأبي@@@@د ال على وج@@@@ه

القربة

وبعض الفقه@@اء يزي@@د بعض القي@@ود ، فمن ذل@@ك تعري@@ف الحج@@اوي بأن@@ه : مبادل@ة م@ال ول@و في الذم@ة أو منفع@ة مباح@ة بمث@ل أح@دهما على التأبي@د غ@ير

)2/5اإلقناع (ربا وقرض

Page 3: Jual beli murabahah, salam dan istishna

DEFINISI LAIN YANG SERUPA”Menukar barang dengan barang atau barang  dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan”; (Idris Ahmad, Fiqih Al-Syafi’iyah).

DASAR HUKUM

الربا مثل البيع انما قالوا بأنهم الربا ذالك حرم و البيع الله وأحل

“Mereka mengatakan bahwa Jual Beli sama dengan Riba. Padahal Allah menghalalkan Jual Beli dan mengharamkan Riba..” (Al Baqarah: 275)

Berdasarkan nash yang ada, para Ulama Fiqh mengatakan bahwa hukum asal dari jual beli itu adalah mubah. Namun pada situasi tertentu, hukum tersebut dapat berubah dengan memperhatikan maqashid syariah untuk mewujudkan kemashlahatan umat.

Page 4: Jual beli murabahah, salam dan istishna

RUKUN JUAL BELI:1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli);2. Shighat (lafal ijab dan qabul);3. Barang yang dibeli;4. Nilai tukar pengganti barang.

SYARAT JUAL BELI:Bagi yang berakad:1. Saling ridha antara Penjual & Pembeli;2. Orang yang diperkenankan secara syariat;3. Memiliki hak penuh atas barang yang diakadkan.

Bagi barang yang diakadi:4. Dapat diambil manfaatnya secara mutlak;5. Dapat dikuasai; 6. Diketahui oleh yang berakad.

Rukun & Syarat Jual Beli

Page 5: Jual beli murabahah, salam dan istishna

DEFINISIMemilih yang terbaik dari dua perkara untuk melangsungkan atau membatalkan akad

jual beli.

KLASIFIKASI1. Khiyar Majlis (pilihan majelis), bagi yang berjual beli mempunyai hak selama masih

di majelis;2. Khiyar Syarat (pilihan bersyarat), masing-masing mensyaratkan adanya khiyar pada

saat akad atau sesudahnya dalam waktu tertentu;3. Khiyar Ghabn (penipuan), pilihan melenjutkan transaksi atau tidak bagi orang yang

merasa tertipu karena diluar kebiasaan;4. Khiyar Tadlis (barang cacat), pilihan yang disebabkan pada saat terjadi akad

kecacatan barang tidak dijelaskan bahkan cenderung ditutupi;5. Khiyar Aib (tercela), pilihan yang disebabkan pada saat terjadi akad aib barang tidak

disampaikan;6. Khiyar Takbir bitsaman (melebihkan kadar), menyampaikan khabar tidak sesuai

dengan hakikat barang baik jumlah, harga, atau kualitas;7. Khiyar bisababi takhaluf (sebab berselisih), pilihan karena terjadi perselisihan dalam

hakikat barang baik jumlah, harga, atau kualitas;8. Khiyar Ru’yah (pandangan), pilihan karena terjadi perubahan sifat barang dibanding

penglihatan sebelumnya.

Khiyar dalam Jual Beli

Page 6: Jual beli murabahah, salam dan istishna

JUAl BELI

MURABAHAH SALAM ISTISHNA

Page 7: Jual beli murabahah, salam dan istishna

MURABAHAH

Page 8: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SKEMA

MURABAHAH

Akad Penyediaan Barang berdasarkan prinsip jual beli, dimana bank membelikan kebutuhan

barang nasabah (investasi/modal kerja) dan bank menjual kembali kepada nasabah ditambah

dengan keuntungan yang disepakati

PRODUK

Page 9: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Bank MembeliMobil ke ShowRoom/Dealer

Bank menjual mobil tsb kepadaNasabah

2

3

4Nasabah membayarSecara cicilan

Harga Mobil :Harga Beli Bank+labanya

Skema Murabahah1

BANKSyari’ah

1Nasabah ingin mobil

Negosiasi dgn bank

Agustianto 03

Page 10: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Skema Murabahah

2. Bank MembeliMobil ke Dealer

1. Negosiasi

Bank Menjual Mobil dgnHarga Beli + Keuntungan

3

4. Nasabah membayar dengan cara cicilan

BankSyari’ah

Agustianto 03

Page 11: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Skema Murabahah

1.Negosiasi&Persyaratan

3. Bank Jual kembaliRumah : Harga Beli+Untung

2. Beli rumah

4. Bayar Cicilan

BankSyari’ah

Agustianto 03

Page 12: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Berdasarkan ketentuan dan skema tsb, akad murabahah (pengikatan) dilaksanakan setelah barang secara prinsip dimiliki oleh bank

• Bank tidak boleh melakukan pengikatan (menjual barang kepada nasabah), sementara barang tersebut velum dimiliki bank

Page 13: Jual beli murabahah, salam dan istishna

BUNGA/RIBA JUAL-BELI MURABAHAH No

Uang sbg objek, nasabah berhutang uang

Barang sbg objek, nasabah berhu tang karena membeli barang.

1

Sektor moneter dan riil terpisah, tidak ada keharusan mengaitkan sektor moneter dan riil

Sektor moneter terkait dengan sektor riil, sehingga menyeNtuh langsung sektor riil

2

Tidak mendorong percepatan arus barang, karena tidak mewajibkan adanya barang, tidak mendorong produktifitas yang pada akhirnya menciptakan unemployment

Mendorong percepatan arus barang, mendorong produktifitas dan entrepreneurship, yang pada gilirannya meningkatkan employment

3

Pertukaran uang dengan uang

Pertukaran barang dengan uang

4

Bunga berubah sesuai tingkat bunga

Margin tidak berubah 5

Tidak ada akad jual beli, tetapi uang langsung sbg komoditas

Akad jual beli dan memenuhi rukun jual beli

6

Terjadi compound interest Bila macet, tidak ada bunga berbunga

7

Page 14: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Landasan syariah

Al-Qur’an: “Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba”. (Al-Baqarah:275)Al-Hadis,

Dari Suhaib, bahwa Rasulullah SAW berdabda:

“Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan, jual beli secara tangguh, Muqaradah (mudarabah)

dan memcampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (Riwayat Ibnu

Majah)

Page 15: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Bank Islam

البركة : فيهن ثالثةوالبيع اجل الى المقارضة

ال للبيت باالشعير وخلطالبر( ماجه( ابن :Sabda Rasulullah Saw :”Tiga macam mendapat barakah للبيع

muqaradhah/ mudharabah, jual beli secara tangguh, mencampur gandum dgn tepung untuk keperluan rumah

bukan untuk dijual (H.R.Ibnu Majah)

Agustianto 03

Page 16: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Rukun Murabahah• 1. Pihak yang berakad: a. Penjual b. Pembeli• 2. Objek yang diakadkan: a. Barang yang diperjual belikan b. Harga• 3. Akad/sighot: a. Serah (ijab) b. Terima (qabul)

Page 17: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• 1. Pihak yang berakad : a. Cakap hukum, b. Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa/dibawah tekanan• 2. Obyek yang diperjualbelikan:

a. Tidak termasuk yang diharamkan/ dilarang b. Bermanfaat c. Penyerahannya dari penjual ke pembeli dapat dilakukan, d. Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad e. Sesuai spesifikasinya yang diterima pembeli dan diserahkan penjual

SYARAT-SYARATMURABAHAH

Page 18: Jual beli murabahah, salam dan istishna

3. Akad /sighot: a. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad b. Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati c. Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal / kejadian yang akan datang. d. Tidak membatasi waktu, misal:saya jual ini kepada anda untuk jangka waktu 12 bulan setelah itu jadi milik saya kembali.

Page 19: Jual beli murabahah, salam dan istishna

POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH

• Sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah No. 23/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002

• Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati. Lembaga keuangan syariah boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad.

• Besarnya potongan sebagaimana dimaksud diatas diserahkan kepada kebijakan dan pertimbangan Lembaga keuangan syariah (LKS).

Page 20: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI telah menetapkan syarat untuk akad murabahah yang

diterapkan dalam perbankan syariah, di antaranya:

(1) Harus ada akad antara bank dan nasabah,(2) Komoditas yang diperjualbelikan bukan barang haram(3) Bank membeli barang untuk nasabah atas nama bank sendiri, kemudian menjual kembali kepada nasabah sesuai harga beli ditambah margin. (4).Apabila bank mendapat potongan dari pemasok, maka harga beli yang diperhitungkan adalah setelah adanya potongan tersebut, (4)Bank dapat meminta uang muka kepada nasabahyang dapat diperhitungkan sebagai pembayaran cicilan utang nasabah kepada bank.

Page 21: Jual beli murabahah, salam dan istishna

UANG MUKA DALAM MURABAHAH

• Sesuai fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000• Dalam akad pembiayaan murabahah, LKS dibolehkan untuk meminta uang

muka apabila kedua belah pihak sepakat.• Besarnya jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan. • Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan

ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut. • Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta

tambahan kepada nasabah.• Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus

mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.

Page 22: Jual beli murabahah, salam dan istishna

DISKON DALAM MURABAHAH

• Sesuai fatwa DSN No. 16/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000.• Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh

kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah.

• Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai kesepakatan.

• Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari suplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon, karena itu, diskon adalah hak nasabah.

• Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.

• Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjian dan ditandatangani.

Page 23: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SANKSI NASABAH MAMPU YANG MENUNDA-NUNDA PEMBAYARAN

• Sesuai fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000.• Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada

nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dengan disengaja.

• Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

• Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

• Sanksi didasarkan pada prinsip ta’sir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

• Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

• Dana yang berasal dari denda diperuntukan sebagai dana sosial.

Page 24: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• PBI no 7/46/PBI/2005.tentang standarisasi akad. “Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank”.

• Akad Wakalah harus dibuat terpisah dengan murabahah

• Yang dimaksud secara prinsip barang milik bank dalam wakalah, adalah adanya aliran dana yang ditujukan kepada pemasok barang atau dibuktikan dengan kuitansi

Page 25: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Selama ini, bank syariah mencairkan dana setelah akad murabahah ditandatangani

• Sekarang bank syariah harus mencairkan dana untuk membeli barang sebelum akad murabahah ditandatangani.

Page 26: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SALAM(IN-FRONT PAYMENT SALE)

Page 27: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Pengertian Etimologis :

• Secara etimologi, salam adalah salaf (pen-dahulu-an) = sesuatu yang didahulukan.

• Dalam konteks ini, jual beli salam/salaf ; di mana harga/uangnya didahulukan, sedangkan barangnya diserahkan kemudian.

Page 28: Jual beli murabahah, salam dan istishna

S A L A MAkad salam adalah Akad pembelian suatu hasil

produksi (komoditi) untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan pembayaran segera

sesuai dengan persyaratan tertentu atau

“Penjualan suatu komoditi untuk pengiriman yang ditangguhkan dengan pembayaran segera/di

muka”

Pesan barangBayar dimuka

Barang dikirim kemudian

SKEMAPRODUK

Page 29: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Dalil Syariah Jual Beli Salam

• Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 282:م�س�م�ى �ج�ل; أ �ل�ى إ �ن� �د�ي ب �م� �ت �ن �د�اي ت �ذ�ا إ �و�ا آم�ن �ن� �ذ�ي ال �ه�ا ي

� أ �آ ي�و�ه� �ب �ت ...ف�اك

• "Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis...".

Page 30: Jual beli murabahah, salam dan istishna

2.     Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1: �ع�ق�و�د� �ال و�ف�و�ا ب

� �و�ا أ �ن� آم�ن �ذ�ي �ه�ا ال ي� �اأ … ي

• “Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”

Page 31: Jual beli murabahah, salam dan istishna

3. Hadits Nabi Muhammad Saw

و�ل� س� �ن� ر� �ه� أ ض�ي� الله� ع�ن �خ�د�ر�ي� ر� �د; ال ع�ي �ي� س� ب� ع�ن� أ

�ع� �ي �ب �م�ا ال �ن : إ �م� ق�ال� ل �ه� و�س� �ه� و�آل �ي الله� ص�ل�ى الله� ع�لاض;، (رواه البيهقي وابن ماجه وصححه �ر� ع�ن� ت

)ابن حبان• “Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah

SAW bersabda, ‘Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.’” (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

Page 32: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Hadis riwayat Bukhari dari Ibn 'Abbas, Nabi bersabda:

ن; ; و�و�ز� �وم �ل; م�ع�ل �ي ي�ء; ف�ف�ي� ك ل�ف� ف�ي ش� س�� م�ن� أ

; �ج�ل; م�ع�ل�وم �ل�ى أ ; إ �وم .م�ع�ل• "Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia

melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang diketahui" (HR. Bukhari, Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr, 1955], jilid 2, h. 36).

Page 33: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Hadis Nabi riwayat jama’ah:• …م�طل� الغ�ن�ي� ظ�لم�

• “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman…”

     

Hadis Nabi riwayat Nasa’i, Abu Dawud, Ibu Majah, dan Ahmad:

• �ه� �ت ض�ه� و�ع�ق�و�ب �ح�ل� ع�ر� �و�اج�د� ي �ي� ال .ل• “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh

orang mampu menghalalkan harga diri dan pemberian sanksi kepadanya.”

Page 34: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Rukunsalam

Page 35: Jual beli murabahah, salam dan istishna
Page 36: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Bank(Pembeli)

Petani(Penjual)

HasilProduksi Kontrak

Page 37: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Salam

Konsep Dasar Ba’i Salam

Bank membeli secara tunai

Barang diserahkan kemudian/secara tangguh

Petani

Bank Islam membeli 5 ton padi, seharga Rp 5 juta secara tunai/cash,Sedangkan padinya diserahkan 4 bulan yang akan datang

Contoh :

السلم بيع

BankMuamalat

Transaksi Jual beli di mana barang belum diserahkan (belum ada), Sedangkan pembayaran dilakukan di muka (secara tunai). Ini disebut juga jual-beli pesanan

Page 38: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Salam Paralel

Bank menjual beras kepada Bulog

Rekanan nasabah (bulog/grosir) serahkan dana cashsetelah ada berasnya

BankMuamalat

Bank Membeli beras secara tunai kepada petani,Sedangkan padi diserahkan 4 bulan depan

Bulog atauGrosir

Bank Islam membeli beras 10 ton, Rp 20 juta, lalu menjualnyakepada Bulog atau grosir seharga Rp 21 juta.

Rekanan ini bisa direkomenkendasi Petani

12

3

Page 39: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Dalam Ba’i Salam Harus Jelas : 1. Kualitas (Jenis) 2. Kuantitas 2. Harga, 3. Waktu Penyerahan

Beda Salam dan Ijon

No ASPEK IJON SALAM

1 Jenis, Macam Tidak Jelas Jelas

2 Ukuran Tidak Jelas Jelas

3 Mutu Tidak Jelas Jelas

4 Jumlah Tidak Jelas Jelas

5 Harga Tidak Jelas Jelas

6 Waktu Delivery

Tidak Jelas Jelas

Page 40: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Bank Islam membeli beras R36 sebanyak 5 ton dengan harga Rp 10 Juta. Maka kewajiban petani adalah memberikan beras sebanyak 5 ton pada 4 bulan depan

Jika terjadi kelebihan produksi sampai 7 ton, maka sisa yang 2 tonItu mnjadi hak petani, bukan milik bank Islam.Begitu pula sebaliknya, jika produksi hanya 4 ton saja, makaPetani wajib mencarikan 1 ton lagi.

Di dalam Ijon, hasil produksi yang 7 ton di atas,semua menjadi milik Tengkulak. Dan seringkali

para tengkulak melakukan penekanan kepada petani, khususnya dalam masalah penentuan harga

Page 41: Jual beli murabahah, salam dan istishna

KETENTUAN PEMBIAYAAN BAI AS-SALAM

SESUAI FATWA DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000 TGL. 1 April 2000

KETENTUAN PEMBAYARAN UANG CASH:1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik

berupa uang, barang atau manfaat.2. Dilakukan saat kontrak disepakati (in advance)3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk ibra’ (pembebasan

hutang)

Contoh No 3 : Pembeli mengatakan kepada Petani (Penjual),”Saya beli padi anda sebanyak 5 ton dengan harga Rp 10 juta.

Pembayarannya/ uangnya adalah anda saya bebaskan membayar hutang andayang dulu (sebesar Rp 10 juta).

(Pada kasus ini petani memang memiliki hutang yang belum terbayar kepada pembeli, sebelum terjadinya akad salam tersebut)

Page 42: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• KETENTUAN BARANG :1. Harus Jelas ciri-cirinya/spesifikasi dan dapat diakui sebagai hutang2. Penyerahan dilakukan kemudian 3. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan

kesepakatan.4. Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum barang tersebut

diterimanya (qabadh). Ini prinsip dasar jual beli5. Tidak boleh menukar barang, kecualai dengan barang sejenis sesuai

kesepakatan.

Page 43: Jual beli murabahah, salam dan istishna

KETENTUAN PEMBIAYAAN BAI AS-SALAM

SESUAI FATWA DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000 TGL. 1 April 2000

• PENYERAHAN BARANG SEBELUM ATAU TEPAT WAKTU :– Penjual wajib menyerahkan barang tepat waktu dgn kualitas &

kuantitas yang disepakati.– Bila penjual menyerahkan barang, dengan kualitas yang lebih tinggi,

penjual tidak boleh meminta tambahan harga– Jika penjual menyerahkan barang dgn kualitas lebih rendah, dan

pembeli rela menerimanya, maka pembeli tidak boleh meminta pengurangan harga (diskon).

– Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat : kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesekapatan dan tidak boleh menuntut tambahan harga.

Page 44: Jual beli murabahah, salam dan istishna

-Jika semua/sebagian barang tidak tersedia tepat pada waktu penyerahan atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka pembeli memiliki 2 pilihan :

1. Membatalkan kontrak dan meminta kembali uang.2. Menunggu sampai barang tersedia.

• PEMBATALAN KONTRAK : Pembatalan boleh dilakukan selama tidak merugikan kedua belah pihak. Perselisihan : Jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka persoalannya

diselesaikan melalui pengadilan Agama sesuai dengan UU No 3/2006 setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Para pihak dapat juga memilih BASYARNAS dalam penyelesaian sengketa.Tetapi jika lembaga ini yang dipilih dan disepakatyi sejak awal, maka tertutup lah peranan PA.

Page 45: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SALAM PARALELDibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat

• Akad kedua terpisah dari akad pertama• Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.

Page 46: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SKEMA PEMBIAYAAN BAI’AS-SALAM PARALEL

di Bank Syariah (Model 1)

1 3

Pemesanan Barang (beras)Oleh Bank dgnBayaran tunai(Terjadi akadSalam 1)

PRODUSEN (Petani

2 Bayar cash di awalPada waktu akad Dilakukan akad

Salam kedua

Bolug orGrosir

4Bayarcash

5Serahkan barang

Bank Islam

Kasus ini sulit terjadi secara realita, karena Bulog/Grosir tidak akan mau Mendahulukan uangnya ke bank selama 4 bulan, setelah itu baru mendapatkan barang

Page 47: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SKEMA PEMBIAYAAN BAI’AS-SALAM PARALEL

di Bank Syariah (Model 1)

1 3

Pemesanan Barang (beras)Oleh Bank dgnBayaran tunai(Terjadi akadSalam 1)

PRODUSEN (Petani

2 Bayar cash di awalPada waktu akad Dilakukan akad

Salam kedua

Bolug orGrosir

4Bayarcash

5Serahkan barang

Bank Islam

Dalam Kasus ini Bank Islam menjual suatu barang yang belum qabadh/belum diterimanya, sedangkan penyerahan uang secara cash.

Page 48: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Salam dan qabath dalam 3 hari

Page 49: Jual beli murabahah, salam dan istishna
Page 50: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Bolehkah Kali bi Kali dalam salam paralel?

Page 51: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Pertanynaannya, “Bagaimana jika bulog (nasabah 2), melakukan akad salam dgn bank, di mana uang bayarannya diserahkan belakangan, yakni pada saat barang (beras) itu diterimanya? sehingga pada akad tersebut penyerahan barang dilakukan belakanga dan uangnya juga dilakukan belakangan?. Bolehkah?

Menurut hadits saw, hal tersebut dilarang karena ia praktek jual beli kali bi kali.Namun dalam kasus ini dibenarkan, karena alasan istihsan. Tujuan Bulog dalam jual beli ini bukanlah untuk kegiatan spekulasi dan tidak membuka jalan bagi spekulasi. Dan bay kali bi kali tsb, harus dibatasi tahapan kedua ini. Maka bolog tidak boleh lagi melakukan bay salam ketiga, dst.

Page 52: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Dalam salam paralel bank bertindak sebagai :1. Pembeli (Muslim) kepada petani2. Penjual (Muslam Ilaih) kepada Bulog

Dalam salam paralel, BulogSebagai muslam ilaih 2

PENJUAL

MembeliMembeli

Page 53: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Istihsan• Di Indoneia Seluruh transaksi jual beli dikenakan pajak

(PPn), kecuali pada jual beli murabahah di LKS atas dasar istihsan, yakni pengecualian dari umum.

• Pengecualian ini harus dilakukan karena jual beli murabahah di bank berbeda dengan jual beli biasa bukan bank. Jual Beli di bank Islam bentuknya adalah pembiayaan (kredit) pada bank konvensional

• Bank Islam dalam hal ini berfungsi sebagai lembaga intermediasi, sebagaimana bank pada umumnya. Maka tidak perlu ada pajak PPn, sebagaimana BK tanpa PPn

Page 54: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Harga pembelian beras/padi dari petani harus jelas, demikian pula harga penjualan kepada nasabah/bulog juga harus jelas dicantumkan dalam masing-masing akad, baik akad salam pertama maupun akad salam kedua

• Nasabah (bolog) tidak perlu mengetahui harga pembelian bank kepada petani.

Page 55: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SKEMA PEMBIAYAAN BAI’AS-SALAMdan Bay’ (M0del akad 2)

1 3

Pemesanan Barang (beras)Oleh Bank dgnBayaran tunai(Terjadi akadSalam )

PRODUSEN (Petani

2 Bayar cash di awalPada waktu akad

Beras dijual bankKpd bulog secara Cash’ jadi akadnyaBay’

Bolug orGrosir

4bayar

5Serahkan barang

Bank Islam

Dalam akad ini, tidak ada lagi salam paralel, tetapi salam dan bay’ biasa. Bay dilakukan untuk ihtiyath (hati-hati),yaitu menghindari bay’ kali-bi kali

Page 56: Jual beli murabahah, salam dan istishna

SKEMA PEMBIAYAAN BAI’AS-SALAMdan Bay’ Murabahah (Model akad 3)

1 3

Pemesanan Barang (beras)Oleh Bank dgnBayaran tunai(Terjadi akadSalam 1)

PRODUSEN (Petani

2 Bayar cash di awalPada waktu akad Beras dijual secara

Murabahah kpd bulog

Grosir

4BayarSecaraCicilan orcash

5Serahkan barang

Bank Islam

Page 57: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Alternatif Akad salam paralel, tetapi sulit terjadinya…

4.KIRIM PESANAN

PRODUSEN NASABAH

2. PEMESANAN 3. KIRIM 2. BAYAR 1. NEGOSIASI BARANG NASABAH DOKUMEN Cash PESANAN DGN & BAYAR TUNAI KRITERIA

BANK ISLAM

12

Grosir

Page 58: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Alternatif Akad salam paralel yang mungkin terjadi…Grosir mana yang mau?

4.KIRIM PESANAN

PRODUSEN NASABAH

2. PEMESANAN 3. KIRIM 5. BAYAR 1. NEGOSIASI BARANG NASABAH DOKUMEN PESANAN DGN & BAYAR TUNAI KRITERIA

BANK ISLAM

12

Grosir

PraktikKali

Bi Kali

Page 59: Jual beli murabahah, salam dan istishna

ISTISHNA’(PURCHASE BY ORDER/MANUFACTURE)

Page 60: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Secara etimologi istishna’ berarti minta dibuatkan.

• Secara terminologi berarti , “suatu kontrak jual beli antara pembeli (mustasni’) dan penjual (shani’) di mana pembeli memesan barang (mashnu’) dengan kriteria yang jelas dan harganya dapat diserahkan secara bertahap”.

Page 61: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Menurut ulama fiqh, istishna’ sama dengan salam dari segi obyek pesanannya yaitu sama-sama harus dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri/kriteria khusus

• Perbedaannya ; pembayaran salam di awal sekaligus, sedangkan pembayaran istisna’ dapat di awal, di tengah maupun di akhir.

Page 62: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Bai’Al-Istishna’ ialah kontrak penjualan antara mustashni’ (pembeli) dan shani’(supplier), dengan cara pemesanan pembuatan barang, seperti bangunan, jalan raya, pakaian, furniture, sepatu, dsb. Kedua belah pihak sepakat atas harga serta sistim pembayaran. Apakah pembayaran dilakukan di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan pada masa yang akan datang.(Wahbah Az-Zuhayli)

• Menurut rumusan fatwa DSN MUI Istisna’ ialah ”akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan/pembeli (mustashni’) dan penjual/pembuat (shani’)

BAI AL-ISTISHNA’ MENURUT WAHBAH AZ-ZUHAYLIY

Page 63: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Dasar Hukum Bai’Al-Istishna

• Al Qur’an “Hai orang –orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah

tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…. ….” (Al Baqarah:282)

• Al HaditsDari Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqarradhah(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (hr Ibnu Majah(

والبيع : المقارضة البركة فيهن وخلط الى ثالثة اجل( ) ماجه ابن للبيع ال للبيت باالشعير البر

Page 64: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Hadits Nabi Muhammad Saw : “Pendapatan yang paling afdhal adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mambrur”. (H.R.Ahmad, Abu Zar dan Thabrani).

عمل الرجل بيده و كل بيع مبرور

األفضل كسبSabda NabiMuhamad

Saw

Page 65: Jual beli murabahah, salam dan istishna

ان أطيب الكسب كسب التجار الذين اذا حدثوا لم يكذبوا واذا وعدوا لم يخلفوا واذا ائتمنوا لم يخونوا واذا اشتروا لم يذموا واذا باعوا لم يمدحوا واذا كان عليهم لم يمطلوا واذا كان لهم لم

]1يعسروا[

[1] Muhammad Ali As-Sayis, Tafsir Ayat al-Ahkam, Juz 2, tp, tt, hlm 86.

Sebaik-baik usaha adalah usaha perdagangan (jual-beli), yakniApabila mereka berbicara tidak dusta, apabila berjanji tidak mengingkari,Apabila diberi amanah tidak berkhianat, apabila membeli tidak mencela,Apabila menjual tidak memuji-muji barang jualannya, apabila berhutang

tidak melambatkan pembayaran, dan apabila berpiutang tidak mempersulit (mendesak-desak/memaksa agar cepat ditunaikan dan diselesaikan)

Page 66: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Hadits Riwayat Tarmizi

م� �ح¢ا ح�ر� � ص�ل �ال �م�ين� إ ل �م�س� �ن� ال �ي �ز£ ب ائ �ح� ج� �لص�ل ا�م�ون� ع�ل�ى ل �م�س� ام¢ا و�ال �ح�ل� ح�ر� و� أ

� ¢ أ �ال ح�ال�ح�ل� و� أ

� ¢ أ �ال م� ح�ال ط¢ا ح�ر� ر� � ش� �ال وط�ه�م� إ ر� ش�ام¢ا (رواه الترمذي عن عمرو بن عوف )ح�ر� .

• “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf).

Page 67: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Pendapat UlamaMenurut mazhab Hanafi, Bai’ al-istishna’ dibenarkan atas dasar/ dalil istihsan

Selain dalil Istihsan, istisna’ juga dapat diterima dengan dalil ‘urf

Page 68: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Mazhab Hanafi menyetujui kontrak Istishna’ atas dasar Istihsan karena alasan berikut :

1. Masyarakat telah mempraktekkan Bai’ Al -Istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa keberatan sama sekali. Hal ini menjadikan al-istishna’ sebagai kasus Ijma atau konsensus secara umum.

2. Dalam syariah dimungkinkan adanya penyimpangan terhadap qiyas berdasarkan ijma’ ulama

Page 69: Jual beli murabahah, salam dan istishna

3.Keberadaan Bai’ Al Istishna’ didasarkan atas kebutuhan masyarakat. Banyak orang membutuhkan barang yang tidak ada dipasar sehingga mereka cenderung melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka

4.Bai’ Al Istishna’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak bertentangan dengan nash aturan syariah.

Page 70: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Dari Istihsan mengkristal menjadi ijma’

• Masyarakat telah mempraktekkan Bai’ Al -Istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa ada keberatan sama sekali dari para ulama sepanjang sejarah. Hal ini menjadikan al-istishna’ sebagai kasus Ijma dewasa ini atau menjadi konsensus secara umum.

Page 71: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Rukun Bai’Al-Istishna’ :1. Mustashni’ (pembeli)

2. Shani’(Penjual)

3. Mashnu’ (Barang)

4. Tsaman (Harga)

5. Shighat (Ijab Kabul)

Page 72: Jual beli murabahah, salam dan istishna

RukunIstishna’

Pembeli(bank)

Penjual/Produsen/Pembuat barang

BarangYang dipesan

Page 73: Jual beli murabahah, salam dan istishna

RukunIstishna’

Page 74: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Syarat Bai’Al-Istishna’ 1. Kedua belah pihak yang bertransaksi berakal, cakap hukum

dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli2. Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.3. Shani’ menyatakan kesanggupan untuk membuat barang itu4. Apabila bahan baku berasal dari Mushtasni’, maka akad ini

bukan lagi Istishna’,tetapi berubah menjadi Ijarah5. Apabila isi akad mensyaratkan shani’ hanya bekerja saja,

maka akad ini juga bukan lagi Istishna’,tetapi berubah menjadi Ijarah

6. Manshnu’ (barang yang dipesan) mempunyai kriteria yang jelas seperti jenis, ukuran(tipe), mutu dan jumlahnya.

7. Barang yang dipesan tidak termasuk kategori yang dilarang syara’ (najis, haram /tidak jelas)atau menimbulkan kemudharatan (menimbulkan maksiat)

Page 75: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Istishna’ Pararel

• Pada awalnya bahan baku yang dipesan berasal dari si pembuat barang. Jika bahan baku berasal dari pihak pemesan atau pihak lain, tidak disebut pemesanan tetapi disebut menyewa tukang (Ijarah). Namun perkembangan yang terjadi kemudian, bisa saja pembeli/pemesan mengizinkan Shani (bank) menggunakan sub kontraktor untuk melaksanakan kontrak tersebut. Dengan demikian bank dapat membuat kontrak Bai’ Al Istishna’ kedua untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak kontrak pertama.

• Kontrak baru ini disebut Bai’ Al Istishna’ Paralel.• Bai’ Al Istishna Paralel merupakan salah satu model

pembiayaan dalam transaksi perbankan syariah

Page 76: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Bank IslamPegawai Kantor

Bupati Tukang Jahit

A

C

B

1. A memesan 1000 pakaian seragam Pemda, kpd B (bank Islam), dengan pembayaran cicilan i.e 2 kali bayar , maka terjadilah akad istisna’ pertama Dalam akad itu A menyerahkan sebagian harga sebagai DP 2. B (Bank Islam) memesan pembuatan 1000 pakaian seragam kpd Tukang jahit, Maka terjadilah akad istishna’ kedua Dalam akad itu B juga menyerahkan DP kepada C .3. Setelah pakiaan selesai dibuat, C menyerahkannya kpd A

1 2

3

Bayar DPBayar DP

Page 77: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Harga jual kepada nasabah kedua (pada istishna’ paralel), adalah harga beli ditambah keuntungan, namun jumlah keuntungan yang diambil bank tidak wajib diberitahukan kepada nasabah, lainnya halnya dengan murabahah yang harus diberitahukan kepada nasabah

Page 78: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Buatah contoh kasus istishna’ paralel pada pembuatan jalan raya, gedung kuliah untuk Universitas, gedung perkantoran, dan furniture

Page 79: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Perbandingan antara Bai’ As salam dan Bai’ Al Istishna’:

Subyek SALAM ISTISHNA’ Aturan dan Keterangan

Pokok kontrakPembeliPenjual

Muslam fiihMuslimMuslam ilaih

MashnuMustashni’Shani’i

Barang ditangguhkan dg spesifikasi

Harga Dibayar saat kontrak Bisa saat kontrak, dicicil, atau diakhir

Cara penyelesaian pembayaran merupakan perbedaan utama antara aa’ dan salam.

Produk Umumnya pada pemesasan barang yang tidak bisa dibuat oleh penerima pesan

Umumnya pada pemesasan barang yang dapat dibuat oleh penerima pesan

Contoh Salam : hasil pertanian, perikanan dan peternakanContoh istishna’ : bangunan, pakaian, furniture, jalan raya

Kontrak Salam parallel Istishna’ parallel Baik salam parallel maupun istishna’ parallel sah asalkan kedua kontrak scr hukum terpisah

Page 80: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Fatwa MUI-DSN tentang Istishna’• Fatwa tentang jual beli Istishna’ ditetapkan pada tanggal 4

April 2000 dengan No: 06/DSN_MUI/IV/2000, berisi ketetapan sebagai berikut :

Ketentuan Pembayaran, meliputi :Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya,

baik berupa uang, barang, atau manfaat.Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan

Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Page 81: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Ketentuan tentang Pembayaran:• 1.Alat bayar harus diketahui jumlah dan

bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat.

• 2.Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.

• 3.Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang (ibra’).

Page 82: Jual beli murabahah, salam dan istishna

Ketentuan tentang Barang:1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.3. Penyerahannya dilakukan kemudian.4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan

berdasarkan kesepakatan.5.Pembeli (pembeli, mustashni’) tidak boleh menjual barang

sebelum menerimanya.6.Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis

sesuai kesepakatan.7.Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan

kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad.

Page 83: Jual beli murabahah, salam dan istishna

• Ketentuan Lain:• 1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai

dengan kesepakatan, hukumnya mengikat.• 2.  Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak

disebutkan di atas berlaku pula pada jual beli istishna’.

3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Pengadilan Agama setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Namun para pihak dapat memilih Badan Arbitrasi Syari’ah