tugas kimia farmasi asnia & vidya
DESCRIPTION
Tugas Kimia Farmasi Asnia & VidyaTRANSCRIPT
Tugas Kimia Farmasi
Turunan Asam Arilasetat
Disusun oleh:
Asnia Yulinda Utami(4311413040)
Vidya Dwi Hastuti (4311413019)
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
Turunan asam arilasetat secara umum mempunyai gambaran struktur sebagai
berikut :
1. Mempunyai gugus karboksil atau ekivalennya seperti asam enolat, asam hidroksamat,
sulfonamide dan tetrasol, yang terpisah oleh satu atom C dari inti aromatic datar.
Pemisahan dengan lebih dari satu atom C, missal pada turunan asam propiniat atau
butirat, akan menurunkan aktivitas.
2. Adanya gugus α-metil pada rantai samping asetat dapat meningkatkan aktivitas
antiradangnya. Contoh : ibufenak, tidak mempunyai gugus α-metil dan bersifat
hepatotoksik, turunan α-metilnya (ibuprofen) mempunyai aktivitas antiradang yang lebih
tinggi disbanding ibufenak. Makin panjang jumlah atom C aktivitasnya makin menurun.
3. Adanya α-substitusi menyebabkan senyawa bersifat optis-aktif dan kadang-kadang
isomer satu (isomer S) lebih aktif disbanding yang lain. Konfigurasi yang aktif adalah
bentuk isomer S. contoh : S(+) ibuprofen lebih aktif disbanding isomer (-), sedang isomer
(+) dan (-) fenoprofen mempunyai aktivitas yang sama.
4. Mempunyai gugus hidrofob yang terikat pada atom C inti aromatic pada posisi meta atau
para dari gugus asetat.
5. Turunan ester dan amida juga mempunyai aktivitas antiradang karena secara in-vivo
dihidrolisis menjadi bentuk asamnya. Demikian pula untuk turunan alcohol dan aldehida,
secara in-vivo dioksidasi menjadi gugus karboksil.
A. DIKLOFENAK Na
Mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan analgesic-antipiretik, digunakan
terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai keadaan rematik
dan kelainan degenerative pada system otot rangka. Diklofenak diabsorpsi secara cepat
dan sempurna dalam lambung, kadar plasma tertinggi dicapai 2jam setelah pemberian
oral, dengan waktu paro eliminasi 3-6 jam. Dosis : 25-50 mg 3 dd, volume distribusi 0,15
L/kg, pKa 4,15. Diklofenak resorpsinya dari usus cepat dan lengkap, tetapi ketersedian
hayatinya rata-rata 55% akibat FPE. Penyerapan garam K lebih pesat daripada garam Na.
ikatan obat dengan protein plasma di atas 99%. Ekskresi melalui kemih berlangsung 60%
sebagai metabolit dan 20% dalam empedu dan tinja, sisanya dalam bentuk tidak berubah.
Gambar. STRUKTUR NATRIUM DIKLOFENAK
B. IBUPROFEN
Mempunyai aktivitas antirematik, antiradang dan anlgesik-antipiretik, digunakan
terutama untuk mengurangi rasa nyeri akibat keradangan pada berbagai kondidi rematik
dan arthritis. Ibuprofen diabsorpsi secara cepat dalam suasana cerna, kadar serum
tertinggi terjadi dalam 1-2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paro 1,8-2 jam.
Dosis : 400mg 3-4 dd, volume distribusi 0,164 L/kg, pKa 4,91. Ibuprofen memiliki ikatan
yang tinggi dengan protein. Obat ini dimetabolisme dan diekskresi sebagai metabolit
inaktif di urin.
Gambar. STRUKTUR IBUPROFEN
C. KETOPROFEN
Mempunyai aktivitas antiradang dan analgesic-antipiretik, digunakan terutama
untuk mengurangi rasa nyeri akibat system otot rangka. Ketoprofen diabsorpsi secar cepat
dan sempurna dalam saluran cerna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 0,5-1 jam
setelah pemberian oral, dengan waktu paro eliminasi 2-3 jam. Dosis : 50-100 mg 2 dd,
volume distribusi 0,25 L/kg, pKa 4,45.
Gambar. STRUKTUR KETOPROFEN
MEKANISME KERJA
1. ANALGESIK
Analgetika non narkotika menimbulkan efek analgesic dengan menghambat secara langsung
dan selektif enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis
prostaglandin, seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh
mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamine, serotonin, prostasiklin,
prostaglandin, ion-ion hydrogen dan kalium, yang dapat merangsang rasa sakit secara
mekanis atau kimiawi.
2. ANTIPIRETIK
Analgetika non narkotik menimbulkan kerja antipiretik dengan meningkatkan eliminasi
panas, pada penderita dengan suhu badan tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh
darah perifer dan mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah dan pengeluaran
keringat. Penurunan suhu adalah hasil kerja obat pada system saraf pusat yang melibatkan
pusat control suhu di hipotalamus.
3. ANTI RADANG
Analgetika non narkotik menimbulkan efek antiradang dengan menghambat biosintesis dan
pengeluaran prostaglandin dengan cara memblok secara terpulihkan enzim siklooksigenase
sehingga menurunkan gejala keradangan. Mekanisme lain adalah menghambat enzim-enzim
yang terlibat pada biosintesis mukopolisakarida dan glikoprotein, meningkatkan pergantian
jaringa kolagen dengan memperbaiki jaringan penghubung dan mencegah pengeluaran
enzim-enzim lisosom melalui stabilisasi membran yang terkena radang
HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS DENGAN SIFAT FARMAKOKINETIK
1. ABSORPSI
Obat-obat antiinflamasi diserap di usus halus setelah pemberian oral. Dimana pH usus
halus adalah ±8 yang bersifat basa sehingga obat-obat dengan pKa tinggi akan benyak
berada dalam bentuk tak terionkan atau keadaan bebas dan akan lebih mudah diabsorpsi
dan dihantarkan menuju tempat target. Ibuprofen memiliki pKa paling tinggi yaitu 4,91
dibandingkan dengan diklofenak (4,15) dan ketoprofen (4,15) sehingga ibuprofen diserap
lebih baik dibandingkan ibuprofen dan diklofenak.
2. DISTRIBUSI
Distribusi dari diklofenak, ibuprofen, dan ketoprofen dapat dilihat dari ikatan protein
plasma dan volume distribusinya. Ikatan proten dariketiga obat tersebut sama yaitu 99%
sehingga kemampuan terdistribusinya hampir sama. Volume distribusi dari masing-
masing obat tersebut adalah : diklofenak (0,15 L/kg), ibuprofen (0,164 L/kg), dan
ketoprofen (0,25 L/kg). ketoprofen memiliki volume distribusinya yang paling besar dan
polar sehingga obat akan lebih mudah terdistribusi ke jaringan dan konsentrasi obat
dalam plasma akan lebih kecil. Senyawa non polar akan lebioh mudah melewati transport
transmembran dan mudah berikatan dengan reseptor dan akhirnya berefek farmakologis.
Semakin cepat obat didistribusikan maka akan lebih cepat membentuk ikatan obat-
reseptor dan cepat menimbulkan aktivitas biologis.
3. METABOLISME
Diklofenak terakumulasi dalam cairan sinovial setelah pemberian oral, yang mungkin
menjelaskan durasi efek terapeutik yang jauh lebih lama daripada waktu paruhnya dalam
plasma (1-2 jam). Diklofenak dimetabolisme di hati oleh isozim sitokrom P450 subfamili
CYP2C menjadi 4-hidroksidiklofenak. Metabolit utama, serta bentuk terhidroksilasi lain;
setelah mengalami glukurodinasi dan sulfasi, metabolit tersebut diekskresi dalam urin
(65%) dan empedu (35%). Ibuprofen banyak (99%) terikat pada protein plasma, tetapi
hanya menduduki sebagian dari seluruh tempat ikatan obat pada konsentrasi biasa.
Ibuprofen melintas dengan lambat ke dalam ruang sinovial dan mungkin tetap berada
pada konsentrasi yang lebih tinggi jika konsentrasi dalam plasma menurun. Sedangkan
ketoprofen terkonjugasi dengan asam glukoronat dalam hati, dan konjugat ini diekskresi
dalam urin. Sehingga penderita gangguan ginjal akan mengeliminasi obat ini dengan
lambat.
4. EKSKRESI
Obat-obat antiinflamasi mengalami eliminasi lewat ginjal. Penurunan kadar obat dalam
plasma terutama disebabkan oleh proses metabolisme dan ekskresi yang dinyatakan
sebagai waktu paruh eliminasi. Obat yang mengalami metabolisme dengan cepat akan
memiliki waktu paruh yang pendek, sehingga ekskresinya dari dalam tubuh juga
berlangsung dengan cepat. Dari ketiga obat tersebut, ibuprofen memiliki waktu paruh
paling pendek yaitu 1,8-2 jam dibandingkan dengan diklofenak (3-6 jam) dan ketoprofen
(2-3 jam). Sehingga ibuprofen akan diekskresi lebih cepat dari dalam tubuh dibandingkan
dengan diklofenak dan ketoprofen. Eliminasi suatu obat dari tubuh juga dipengaruhi oleh
klirens obat tersebut. Klirens adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mempermasahkan prosesnya. Umumnya, jaringan tubuh atau organ dianggap sebagai
suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) di obat terlarut di
dalamnya. Dari konsep ini, klirens diartikan sebagai suatu volume cairan (yang
mengandung obat) yang dibersihkan dari obat per satuan waktu. Jadi jika klirens suatu
obat besar maka obat tersebut akan cepat dieliminasi oleh tubuh.