tugas kelompok behaviorism
DESCRIPTION
BehaviorismeTRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Alloh SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Behaviorism”.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan pembimbing, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.Bapak Betri Gusrizal yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga
penulis termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
2.Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan
sehingga tugas ini selesai.
3.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah,
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan teori dan praktik pendidikan dipengaruhi oleh aliran filsafat
pendidikan. Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dapat diaplikasikan dalam sistem
pembelajaran adalah teori behavioristik dan teori kognitif-konstruktivisme.
Dua aliran filsafat pendidikan yang memengaruhi arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dewasa ini adalah aliran behavioristik dan kognitif-konstruktivistik. Aliran
behavioristik menekankan terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar,
sedangkan aliran kognitif-konstruktivistik lebih menekankan pembentukan perilaku internal
yang sangat memengaruhi perilaku yang tampak itu.
Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik tidak mengakui adanya pemmbawaan dan keturunan atau sifat-sifat yang turun
temurun . semua pendidikan, menurut behaviorisme adalah pembentukan kebiasaan, yaitu
menurut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam lingkungan seorang anak(ilmu
pendidikan teoritis dan praktis,ngalim purwanto,PT remaja rosdakarya bandung 1985)
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
PENDAHULUAN
Behaviorisme adalah posisi filosofis yang mengatakan bahwa psikologi, menjadi ilmu, harus
fokus perhatian pada apa yang dapat diobservasi - lingkungan dan perilaku - daripada apa
yang hanya tersedia untuk individu - persepsi, pikiran, gambar, perasaan.”The latter are
subjective and immune to measurement, and therefore can never lead to an objective
science”. Yang terakhir ini bersifat subyektif dan kebal terhadap pengukuran, dan karenanya
tidak pernah dapat menyebabkan sebuah ilmu yang objektif.
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan
perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti
teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia
mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian
kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan
reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis
artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat
jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut
pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan
dan tingkahlaku adalah hasil belajar.
DAFTAR ISIPENDAHULUAN…………………………………………………………………………...I
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….II
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...III
LATAR BELAKANG……………………………………………………………………….IV
BAB I
Latar belakang munculnya teori behaviorisme……………………………………………….1
BAB II
Russian Objective Psychology:
Ivan M. Sechenov………………………………………………………………………..
Ivan Petrovich…………………………………………………………………………….
Vladimir M. Bechterev……………………………………………………………………….
BAB III
John B.Watson And Behaviorism…………………………………………………………..
BAB IV
William Mcdoughall Another type of behaviorism…………………………………………….
BAB V
Neo-Behaviorism………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Latar Belakang Munculnya Teori Behaviorisme Klasik (Classical Conditioning)
Behaviorisme merupakan suatu pandangan teoritis yang beranggapan bahwa pokok persoalan
psikologi adalah pada tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi – konsepsi mengenai
kesadaran atau mentalitas. Sedangkan Teori Operant Conditioning (Teori Kekuatan Operan)
yang ditemukan oleh BF Skinner merupakan pengembangan dari Teori Behaviorisme dan
lebih dikenal dengan istilah teori Behaviorisme Deskriptif ( Chaplin JP, 2005 ).
Ivan Petrovitch Pavlov merupakan tokoh aliran behaviorisme klasik ( Classical
Conditioning ). Dia dilahirkan di kota Ryazan, yaitu sebuah desa kecil di Rusia pada
September 1849, satu dekade sebelum dipublikasikannya teori Darwin “ Darwin’s On The
Origin of Species “ ( Chance, 2002 ).
Pavlov sebenarnya seorang ahli fisiologi sejak tahun 1980 dan pada tahun 1904 ia
mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang fisiologi, Penelitian yang dilakukannya adalah
mengenai kelenjar ludah dengan menggunakan anjing sebagai subyek. Dalam hal ini anjing
di operasi kelenjar ludahnya sedemikian sehingga memungkinkan peneliti untuk mengukur
air liur yang keluar sebagai respon ( reaksi ) apabila ada perangsang makanan ke mulutnya
( kemampuan daya deskriminasi anjing ). Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu
dioperasikan berpasangan dengan stimulus lain pada saat yang sama untuk memunculkan
respon refleks. Stimulus lain itu dikondisikan agar memunculkan respon refleks yang
dimaksud. Kedalam mulut anjing diberikan daging ( stimulus asli ) dan secara refleks anjing
akan merespon dengan mengeluarkan air liur ( respon asli ), dan jika dengan pemberian
daging dibunyikan bel ( stimulus kondisi ), yang terjadi adalah stimulus asli bersama – sama
dengan stimulus kondisi direspon. Sesudah percobaan di ulang – ulang, bunyi bel tanpa
pemberian daging direspon dengan mengeluarkan air liur, Dalam hal ini terjadi proses
conditioning antara stimulus kondisi dengan respon asli yang menjadi respon kondisi ( Cown,
1996 ).
Makanan ( daging ) disini berperan memperkuat ( reinforcing ) keluarnya air liur ketika bel
berbunyi disebut penguat positif ( positive reinforcer ), yaitu stimulus atau penguat yang
kehadirannya meningkatkan peluang terjadinya respon yang dikehendaki. Jika dalam
eksperimen pemberian makanan dihentikan, selama beberapa waktu anjing tetap
mengeluarkan air liur setiap mendengar bel tetapi hubungan itu semakin lemah sampai
akhirnya bel tidak lagi mengeluarkan air liur. Hal ini dikatakan proses pemadaman (
extinction ), yang menunjukkan penguatan berkelanjutan. Tanpa reinforcement tingkah laku
respon yang bukan otomatis ( refleks ) akan semakin hilang. Behaviorisme klasik ini
menghasilkan tipe tingkah laku responden,yang oleh Skinner dianggap dianggap kurang
penting karena kurang menggambarkan fungsi integral manusia dalam lingkungannya. Dalam
kehidupan yang sebenarnya, umumnya reinforcement tidak segera dikenali dan akan timbul
sesudah tingkah laku terjadi.
Dari eksperimen yang dilakukan tersebut Pavlov menyimpulkan bahwa :
Refleks bersyarat ( conditioned re flex / CR ) yang telah terbentuk itu dapat hilang karena
perangsang yang mengganggu ( hilang untuk sementara )
Refleks bersyarat ( conditioned reflex / CR ) dapat dihilangkan dengan proses pensyaratan
kembali ( reconditioning, berconditionering ), jalannya melakukan pensyaratan kembali ini
sama dengan ketika menimbulkan refleks bersyarat, hanya saja disini tidak diberi
reinforcement.
Namun dalam eksperimennya Pavlov masih mengalami kelemahan karena adanya
keterbatasan daya deskriminasi dari anjing yang di cobanya itu maksimum hanya mampu
mengingat sampai pada tiga macam perangsang ( Suryabrata, 2004 ).
Enam konsep operan conditioning :
1. Penguatan yang positif dan negatif
2. Shapping adalah proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah laku
yang diharapkan
3. Pendekatan suksesif adalah proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan
penguatan pada saat yang tepat hingga respon-pun sesuai dengan yang diharapkan
4. Ektention adalah proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakan penguatan
5. Signing of respon adalah respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
Teori Behavioristik : Pavlov, Watson, Guthrie, Skinner.
Mereka berpendapat; belajar itu tergantung kepada lingkungan atau kondisional.
Contoh :
a. Belajar dari Pavlov mengenai percobaan tentang anjing.
Dimana setiap kali anjing diberi makanan, lampu merah dinyalakan dan kejadian ini terus-
menerus berlangsung hingga suatu saat lampu merah dinyalakan, tetapi tidak ada makanan.
Percobaan ini mengkondisikan anjing bahwa lampu merah tanda makanan datang sehingga
anjing tersebut mengeluarkan air liur.
b. Belajar dari Watson mengenai percobaan menghilangkan ketakutan anak pada kelinci
Dimana mendekatkan kelinci secara perlahan pada sang anak, dan ini dilakukan terus-
menerus hingga sang anak merasa aman dengan kelinci.
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
BAB II
IVAN M SCHENOV (1829-1905)
The first behaviorists were Russian. Para behavioris pertama Rusia. The very first was Ivan
M. Sechenov (1829 to 1905). Yang pertama adalah Ivan M. Sechenov (1829-1905). He was a
physiologist who had studied at the University of Berlin with famous people like Müller,
DuBois-Reymond, and Helmholtz. Dia adalah seorang ahli ilmu faal yang pernah belajar di
Universitas Berlin dengan orang-orang terkenal seperti Müller, DuBois-Reymond, dan
Helmholtz. Devoted to a rigorous blend of associationism and materialism, he concluded that
all behavior is caused by stimulation. Dikhususkan untuk campuran ketat asosiasionisme dan
materialisme, ia menyimpulkan bahwa perilaku semua disebabkan oleh stimulasi.
In 1863, he wrote Reflexes of the Brain . Pada tahun 1863, ia menulis Refleks Otak. In this
landmark book, he introduced the idea that there are not only excitatory processes in the
central nervous system, but inhibitory ones as well. Dalam buku ini tengara, dia
memperkenalkan gagasan bahwa tidak ada hanya proses rangsang pada sistem saraf pusat,
tapi yang penghambatan juga.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Teori pelaziman klasik adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi
dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah
pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di
beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan
tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang
makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang
tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak
sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang
terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan.
Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan
pribadi dihiraukan.
Vladimir M. Bechterev (1857-1927)
Vladimir M. Bekhterev (1857 to 1927) is another early Russian behaviorist. Vladimir M.
Bekhterev (1857-1927) adalah behavioris Rusia awal. He graduated in 1878 from the
Military Medical Academy in St. Petersburg, one year before Pavlov arrived there. Dia lulus
pada 1878 dari Akademi Kedokteran Militer di St Petersburg, satu tahun sebelum Pavlov tiba
di sana. He received his MD in 1881 at the tender age of 24, then went to study with the likes
of DuBois-Reymond and Wundt in Berlin, and Charcot in France. Ia menerima MD pada
tahun 1881 di usia 24, kemudian pergi untuk belajar dengan orang seperti DuBois-Reymond
dan Wundt di Berlin, dan Charcot di Perancis.
He established the first psychology lab in Russia at the university of Kazan in 1885, then
returned to the Military Medical Academy in 1893. Dia mendirikan laboratorium psikologi
pertama di Rusia di universitas Kazan pada 1885, kemudian kembali ke Akademi Kedokteran
Militer pada tahun 1893. In 1904, he published a paper entitled "Objective Psychology,"
which he later expanded into three volumes. Pada 1904, ia menerbitkan sebuah makalah
berjudul "Psikologi Tujuan", yang kemudian diperluas menjadi tiga volume.
He called his field reflexology , and defined it as the objective study of stimulus-response
connections. Ia menyebut refleksologi bidangnya, dan didefinisikan sebagai studi tujuan
stimulus-respon koneksi. Only the environment and behavior were to be discussed! Hanya
lingkungan dan perilaku itu harus didiskusikan! And he discovered what he called the
association reflex -- what Pavlov would call the conditioned reflex. Dan ia menemukan apa
yang disebut refleks asosiasi - apa Pavlov akan memanggil refleks terkondisi.
BAB III
JOHN B.WATSON AND BEHAVIORISM
J.B Watson lahir pada tanggal 9 januari 1878 di . Ia dilahirkan dari rahim
seorang wanita yang taat beragama, bernama Emma Kesiah Roe Watson. Ia juga
merupakan individu yang memusatkan perhatian kepada agama. Meskipun demikian,
ayahnya bukanlah sesorang yang mempunyai pandangan yang sama dengannya.
Ayahnya merupakan seorang peminum dan pemain wanita, yang akhirnya
meninggalkan rumah ketika Watson berusia 13 tahun.
Watson menempuh jenjang pendidikan di University of Chicago dan
memperoleh gelar PhD pada tahun 1903. Tahun 1908 Watson diterima di Johns
Hopksins University, dimana perhatiannya berada pada kemugkinan “objective
psychology” yang disusun secara sistematik melalui program yang koheren.
Pada tahun 1913 Watson menulis sebuah makalah yang bejudul “psychology
as the behaviorist view it”. Watson mengusulkan agar membahas psikologi
berdasarkan kesadaran dan proses mental. Di berbagai karyanya Watson menyatakan
bahwa psikologi haruslah menjadi sebuah ilmu yang obyektif,sehingga penyelidikan
tentang tingkah laku dalam psikologi semakin diperketat.
Watson berhasil mengawali perubahan perkembangan psikologi. Sehingga
behaviorisme secara bertahap berkembang. Teori behaviorisme menurut Watson lebih
menitikberatkan pada kemampuan prilaku terhadap stimuli lingkungan. Psikologi
behaviorisme merupakan disiplin ilmu yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi
terhadap stimuli lingkungan. Inti utama behaviorisme merupakan organisme yang
mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut yang dikendalikan oleh
prinsip-prinsip asosiasi.
Pada tahun 1930 teori behaviorisme menjadi sistem yang dominan dalam
psikologi Amerika, dimana teori dari J.B Watson menjelaskan ilmu psikologi yang
positif dan objektif sehingga ia dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di
Amerika Selatan.
BAB IV
William Mcdoughall Another type of behaviorism
Pengertian psikologi menurut MC Dougals
walaupun dougalls menghabiskan banyak waktu berdebat dengan Watson , dia diantara yang
pertama mendefinisikan psikologo sebagai ilmu pengetahuan. Sebagai contohnya pada taun
1905, dia berkata , “Psikologi mungkin menjadi yang terbaik dan lebih meliputi banyak hal
yang dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan positif tingkah laku makhluk hidup. pada taun
1908 dia menerangkan secara terprinci dalam point: “Psikologi harus berhebti untuk
menghadapi kesetrelilan dan terbatas. Konsep dari ilmu oengetahuan sebagai ilmu
pengetahuan kesadaran dan harus berani menegaskan itu dinyatakan untuk menjadi ilmu
pengetahuan positif dalam pikiran dan semua ospek dan bermacam macam fungsi ataua saya
akan mempersiapkan untuk berkata. Ilmu pengetahuan yang positif yang digambarkan oleh
aliran atau kelakuan , psikolologi tidak harus hormat mawas diri gambaran dari aliran
kesadaran sebagai tugas , tetapi hanya sebagai bagian dari persiapan kerja. Sebagai gambaran
dari mawas diri.sebagai “Psikologi murni” tidak pernah bias mengangkat sebuah ilmu
pengetahuan atau paling sedikit tidak pernah bias bangkit ke tngkatan yang bias menjelaskan
ilmu pengetahuan dan tidak pernah bias dalam dirinya sendiri menjadi banyak nilai yang
besar untuk ilmu pengetahuan social. Memerlukan dasar oleh semua dari mereka adalah
dengan perbandingan fisiologi psikologi memercayakan denan luas pada metode objek
pengamatan tingkah laku dari manusia atau binatang dari semua variasi dibawah semua
keadaan kesehatan yang memungkinkan dan penyakit. dengan bahagia ini lebih bermurah
hati dari konsep psikologi adalah memulai untuk menang. Demikian , beberapa waktu yang
sama , Watson membuat pernyataan pertama dari khalayak ramai, dari kelakuan. Dougall
juga sanya jawab dari mawas dan menyebutnya untuk pelajaran objektif kelakuan dari
keduanya baik manusia atau bukan manusia. Ketidak-sukaan Watson walaupun tidak
menyangkal kejadian atau peristiwa-peristiwa mental yang penting. Dougall berpikir bahwa
salah satu yang bias dipelajari sebagai kejadian pribadi, oleh pengamatan pengaruh mereka
pada kelakuan. Menurut perbedaan pendapat kita sebelumnya diantara seorang radikal dan
metode kelakuan. Mc Dougall menjadi tokoh metodolog.
BAB V
NEO-BEHAVIORISM
Neobehaviorisme muncul sebagai teori revisi yang telah dicetuskan ahli psikologi pendidikan
yang ada pada masa abad ke-19 yakni ilmuwan itu bernama Watson, dan Skinner. Dan teori
pembelajaran yang telah dicetuskan adalah teori behaviorisme, teori ini lebih cenderung pada
proses belajar yang didasarkan pada tingkah laku seorang siswa. Sedangkan teori yang telah
ditawarkan oleh Robert Gagne yang baru ini (revisi atau penguat dari teori sebelumnya),
lebih membidik pada hasil dari tingkah laku seorang siswa setelah melakukan proses belajar
yang tentunya melalui S-R (Stimulus dan Respon)nya siswa tersebut dalam menghasilkan
output yang diharapkan mampu mencapai perkembangan setelah melewati proses tersebut.
Dalam makalah ini akan dibahas teori belajar Neobehaviorisme, prinsip-prinsip dan
hubungannya dengan hakikat belajar serta pengaruh dalam proses belajar. Apabila ada
kesalahan dalam penulisan maupun isi, penulis mengharap permaafan seluas samudra.
Penulis hanyalah seorang yang dhoif dalam menuliskan sebuah makalah, penulis bukanlah
sang creator ulung yang mampu menghasilkan sekardus karya tulis yang berbobot. Oleh
karena itu, kritikan, saran, cacian, makian, dan hinaan selalu penulis harapkan dalam
membenahi makalah ringkas ini.
II. Pembahasan
A. Teori Neobehavioristik
Robert M Gagne membedakan delapan tipe belajar, yang dipusatkan kepada hasil belajar
yang diperoleh dan disusun secara hierarkis dan sistematik dimana tipe belajar yang satu
menjadi landasan bagi tipe belajar yang berikutnya. Delapan tipe belajar tersebut adalah:
1. Signal Learning (Belajar isyarat)
Signal learning ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov dan timbul setelah sejumlah
pengalaman tertentu. Respon yang timbul bersifat umum, kabur, emosional dan timbulnya
refleks dan tak dapat dikuasai. Contohnya: melihat ular timbul rasa takut, melihat orang
tersenyum timbul rasa senang.
2. Stimulus-respon learning (belajar stimulus-respon)
Dalam pola belajar ini, dibentuk hubungan antara suatu perangsang dan suatu raksi,
berdasarkan efek yang mengikuti pemberian reaksi tertentu. Pola ini hampir sama dengan
yang dikemukakan oleh Skinner.
3. Chaining (Rantai atau rangkaian)
Rangkaian terjadi jika terbentuk hubungan antara beberapa S-R oleh sebab yang satu terjadi
setelah yang satu lagi, berdasarkan continuity (pembiasaan).
4. Verbal association (Assosiasi verbal)
Terbentuknya hubungan antara suatu perangsang dengan suatu reaksi verbal. Contohnya: jika
anak diperlihatkan suatu bangun geometris, maka dia akan bisa mengatakan ”persegi” atau
”jajar genjang” karena dia sudah mengenal bentuk bentuk geometris.
5. Discrimination learning (belajar diskriminasi)
Hasil dari cara belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antara objek-objek
yang terdapat dalam lingkungan fisik yang real. Contohnya: siswa dapat mengenal berbagai
merk mobil berdasarkan ciri- cirinya sehingga siswa mampu mendiskriminasikan jenis-jenis
mobil tersebut.
6. Concept learning ( belajar konsep )
Untuk memahami suatu konsep, seseorang harus bisa mendiskriminasi untuk membedakan
apa yang masuk dan apa yang tidak masuk dalam konsep itu. Misalnya, orang yang tidak
mempunyai persepsi yang jelas tentang variasi dalam bentuk ukuran, dan warna tanaman,
akan mengalami kesulitan dalam menggolong-golongkan suatu tanaman.
7. Rule learning (belajar aturan)
Cara belajar ini menghasilkan suatu kaidah yang terdiri atas penggabungan beberapa konsep.
Pengungkapan hubungan atau relasi tetap di antara konsep-konsep itu, biasanya dituangkan
dalam bentuk suatu kalimat.
8. Problem solving (pemecahan masalah)
Cara belajar ini mnghasilkan suatu prinsip yang dapat dipergunakan dalam pemecahan suatu
problem. Problem yang dihadapi akan dapat dipecahkan dengan menghubung-hubungkan
beberapa kaidah sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu kaidah yang lebih tinggi, yang
oleh Gagne disebut ”higher- order rule” dan kerap dilahirkan sebagai hasil berpikir, bila
orang menghadapi suatu problem untuk dipecahkan.
Sistematika ”delapan tipe belajar” kemudian diganti oleh Gagne dengan sistematika lain atau
yang biasa disebut dengan Neobehaviorisme, sehingga sistematika terdahulu tidak aktual lagi
namun tetap mempunyai suatu nilai historis, karena di dalamnya terkandung dua keyakinan
yaitu bentuk/jenis belajar berjumlah lebih dari satu dan hasil belajar yang satu menjadi
landasan belajar hasil yang lain.
B. Sifat atau Ciri-ciri Neobehaviorisme sebagai Hasil Belajar
Sistematika ”lima jenis belajar” dikemukakan oleh Gagne meliputi lima kategori hasil
belajar, yang masing-masing mencakup sejumlah kemampuan internal yang bercirikan sama
dan sekaligus berbeda sifatnya dari kemapuan internal dalam kategori lain. Kelima kategori
hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne adalah sebagai berikut:
1. Informasi verbal
2. Kemahiran intelektual
3. Pengaturan kegiatan kognitif
4. Ketrampilan motorik
5. Sikap
Perlu diselidiki sampai seberapa jauh terdapat hubungan antara sistematika ”delapan tipe
belajar” dan sistematika ”lima jenis belajar” yang keduanya dikembangkan oleh Gagne. Dari
uraian di atas, jelas bahwa kedua sistematika itu tidak bisa dilepaskan satu sama lain,
meskipun sistematika ”lima jenis belajar” lebih bermanfaat untuk diterapkan dalam
menganalisa proses belajar mengajar di sekolah, karena dibedakan dengan tegas aspek hasil
dan aspek proses dalam suatu jenis belajar.
C. Pengaruh Teori Neobehaviorisme
Kalau dilihat historis dari pada teori Gagne atau neobehaviorisme ini, teori yang mampu
berkembang menjadi aliran psikologi belajar dan berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran Neobehavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Sebenarnya teori ini hampir ada kesamaan dengan teori sebelumnya, namun teori ini lebih
cenderung melihat hasil dari proses belajar mengajar tersebut, tentunya setelah melalui
pengaruh yang telah ada dalam behaviorisme, nah, teori neobehaviorisme ini hadir sebagai
teori yang melihat nilai daripada hanya sebatas tingkah laku. Karena di balik tingkah laku itu
terdapat nilai yang dalam hal ini dikaji oleh teori Gagne atau neobehaviorisme.
Teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka
peserta didik atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan
ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan
atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang
perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk
perilaku yang pantas diberi hadiah.
Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa teori behaviorisme yang hadirnya sebelum teori
ini (neobehaviorisme) lebih mengutamakan penguasaan material saja tanpa melihat nilai yang
diterapkan di dalamnya. Sedangkan teori nebehaviorisme ini menbidik nilai penerapan dari
tingkah laku peserta didik setelah ia belajar. Dan inilah merupakan salah satu pengaruh yang
terdapat dalam teori neobehaviorisme ini.
III. Kesimpulan
Penulis ingin mengatakan sekali lagi dengan tegas bahwa, “Pendekatan neobehaviorisme ini
menekankan pada teori yang melihat hasil dari konsep yang hanya memandang tingkah
laku.” Dan hasil dari tingkah laku tersebut dijadikan dasar atau tolak ukur atau barometer
Sebagai aplikasi dari teori ini, tingkah laku individu pada dasarnya dikontrol oleh Delapan
tipe belajar dan hasis-hasilnya yang telah disebutkan di atas. Uraian lebih lengkap mengenai
teori ini dapat ditemukan dalam teori tentang belajar, namun yag terpenting dalam bahasan
teori ini adalah aplikasi dalam proses belajar-mengajar.
Neobehaviorisme
Dalam pendekatan ini, proses belajar memperhatikan perilaku yang tidak hanya langsung
dapat dilihat, namun juga yang dapat disimpulkan. Tidak hanya memperhatikan faktor
stimulus dan respons, tetapi juga memperhitungkan proses internal dalam diri manusia.
Dengan demikian, ada intervening variabel yaitu internal diri manusia (individual
differences) yang mempengaruhi proses belajar. Neobehavioris meyakini bahwa pengalaman
subjektif atau cognitive information process dibutuhkan untuk menjelaskan bagaimana
individu belajar dalam situasi sosial.
Social learning theory atau teori belajar sosial adalah salah satu pendekatan neobehaviorisme
yang berusaha memahami bagaimana individu menggunakan perilaku sosial yang sesuai.
Perilaku yang spesifik adalah hasil belajar sosial dari kultur yang berbeda, tergantung pada
proses identifikasi dan imitasi masing-masing. Dalam observational learning yang
dikembangkan oleh Albert Bandura, strategi belajar sosial menekankan proses belajar dengan
memperhatikan orang lain. Proses belajar ini disebut juga modeling.
Sementara itu, Cognitive Behavior Modification (CBM) yang dikembangkan Meichenbaum
mengungkapkan strategi neobehavioris yang menekankan pada belajar sosial dan strategi
metakognitif yang menekankan pada regulasi diri. Strategi belajar sosial yang menggunakan
modeling dan self-instructional verbalization secara bersama-sama. Strategi belajar ini
melatih self control dan kreativitas siswa.
c. Cognitivisme
Pendekatan cognitivisme menekankan bahwa siswa tidak hanya belajar menyelesaikan
masalah, tapi juga mengalami perubahan struktur kognitif internal sebagai hasil belajar.
Menurut teori kognitif, proses belajar melibatkan penambahan atau reorganisasi dari struktur
kognitif. Salah satu tokohnya, yaitu Piaget, mengungkapkan pemikirannya bahwa setiap anak
akan melalui tahap-tahap perkembangan kognitif. Tahap-tahap tersebut berlangsung secara
urut menuju tahap berikutnya dan tidak dapat melompat.
Menurut Piaget, proses perkembangan kognitif berlangsung mengikuti prinsip mencari
keseimbangan, dengan menggunakan dua cara, yaitu (1) Teknik asimilasi: digunakan apabila
individu memandang bahwa hal-hal baru yang dihadapi dapat disesuaikan dengan struktur
kognitif yang dimiliki; (2) Teknik akomodasi: digunakan apabila individu memandang bahwa
hal-hal baru yang dihadapinya tidak dapat disesuaikan dengan struktur kognitifnya sehingga
ia harus mengubah struktur kognitifnya.
Dalam pendekatan ini, belajar dipandang sebagai proses yang aktif dan konstruktif, siswa
mengorganisir dan memaknai sesuatu. Selain itu, kurikulum disusun mulai dari materi
konkrit menuju materi yang lebih abstrak dan ide yang rinci. Dengan demikian orientasi
proses belajar adalah memahami, bukan sekadar mengingat.
Di samping teori perkembangan kognitif, termasuk dalam pendekatan ini adalah proses
pengolahan informasi dalam struktur kognitif manusia (information processing). Information
Processing Model (IPM) menekankan pada peranan persepsi yang selektif pada memori.
Proses belajar meliputi penerimaan informasi, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pada
saat informasi tersebut dibutuhkan.