tugas kecelakaan 2015.doc

Upload: alya-fitriana-nafila

Post on 10-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Perbandingan Kasus Christopher dengan Afriyani Susanti

JUM'AT, 30 JANUARI 2015 | 13:41 WIB

Afriyani Susanti. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO,Jakarta- Tabrakan maut yang terjadi di Jalan Sultan Iskandar Muda, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, pada Selasa, 20 Januari 2015, dengan tersangka Christopher Daniel Sjarief, 23 tahun, mengingatkan kita pada kasus tabrakan yang dilakukan Afriyani Susanti.

Afriyani menabrak sejumlah pejalan kaki yang baru pulang berolahraga di depan gedung Kementerian Perdagangan di Tugu Tani, Jakarta Pusat, Ahad, 22 Januari 2012. Dalam peristiwa tersebut, Afriani mengaku merasa ada masalah pada rem mobil. (Baca:Curhat Ali tentang Christopher di Luar BAP)

Mobil Daihatsu Xenia yang dikemudikan Afriyani melaju 70 kilometer per jam. Afriyani banting setir ke kiri, mobil menabrak trotoar, lalu menabrak empat orang. Mobil terus merangsek tak terkendali hingga menghantam lima orang lagi, dan baru berhenti setelah menghajar halte dan tembok kantor Kementerian Perdagangan. Sembilan pejalan kaki tewas. Afriyani dan tiga temannya di dalam mobil tidak terluka. (Baca:Pemilik Outlander Pernah Terkait Korupsi Dana Alkes)

Afriyani terbukti berada di bawah pengaruh narkoba jenis ekstasi saat mengemudi. Sebelumnya, Afriyani dituntut hukuman 20 tahun penjara karena melanggar Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan. Afriyani juga didakwa dengan dakwaan subsider Pasal 310 ayat 3 dan 311 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. (Baca:Polisi: Pelaku Tabrakan Maut Tak Bakal Lolos)

Afriyani divonis 15 tahun penjara pada 29 Agustus 2012 karena terbukti melanggar Pasal 311 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Afriyani dianggap sengaja mengemudikan kendaraan dalam keadaan yang membahayakan keselamatan orang lain. (Baca:Ahli Hukum Kritik Pasal Penjerat Christopher)

Afriyani dibebaskan dari dakwaan yang pertama, Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan. Majelis hakim memutuskan Afriyani dianggap tidak terbukti sengaja menabrak sembilan orang dalam kecelakaan di dekat Tugu Tani tersebut. "Tak ada niat korban ingin menabrak. Unsur kesengajaan tidak terbukti," ujar hakim ketua, Antonius Widyanto. (Baca:Tabrakan Pondok Indah,Christopher 'Dibedah' 4 Ahli)

Sedangkan kasus tabrakan maut di Pondok Indah, Jakarta Selatan, dengan tersangka Christopher menewaskan empat orang. Namun, dalam kasus ini, Christopher yang semula dinyatakan positif menggunakan narkoba kemudian disebut negatif memakai barang haram itu. (Baca:Pelaku Tabrakan Maut Diduga Hamba Angkara Murka)

Sebelumnya, juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Martinus Sitompul, menyebutkan jenis narkotik yang dipakai Christopher ialahlysergic syntetic diethylamideatau LSD. Belakangan, pernyataan itu dibantah. (Baca:Polisi Resmi Sebut Siapa Ortu Ali dan Christopher)

Badan Narkotika Nasional memastikan Christopher tak memakai narkoba. "Hasil uji urine di laboratorium BNN menyatakan negatif," kata juru bicara BNN, Komisaris Besar Sumirat, kepadaTempo, Rabu, 28 Januari 2015. (Baca:Polisi: Tak Ada 86 di Tabrakan Maut Pondok Indah)Kasus Xenia Maut, MA Tetap Hukum Afriyani 15 Tahun Penjara

on 30 Apr 2013 at 08:45 WIB

Masih ingat dengan Afriyani Susanti? Upaya kasasi sopir Xenia maut ini ditolak Mahkamah Agung (MA). Dengan begitu, ia tetap dibui 15 tahun penjara.

Demikian dikatakan Ketua Kamar Pidana MA Artidjo Alkostar, Senin (29/4/2013). "Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan Pengadilan Tinggi DKI telah mempertimbangkan hal-hal yuridis dengan benar," kata Artidjo.

majelis kasasi yang diketuai Artidjo dan beranggotakan Hakim Agung Sri Murwahyuni dan Salman Luthan menolak kasasi yang diajukan Afriyani. "Sedangkan jaksa tidak mengajukan kasasi," kata Artidjo.

Adapun, kasasi ini diputus pada 25 Maret 2013 lalu dengan suara bulat. Tidak ada dissenting opinion atau perbedaan pendapat di antara majelis hakim kasasi.

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 29 Agustus 2012 lalu menyatakan, Afriyani terbukti bersalah melakukan tindak pidana mengemudikan kendaraan dengan cara atau dalam keadaan yang membahayakan nyawa orang lain.

Ia terbukti melakukan kelalaian dan melanggar Pasal 311 ayat 4 Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Majelis hakim PN Jakpus membebaskan Afriyani dari dakwaan primer, yaitu pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan. Kemudian, putusan itu dikuatkan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta yang menolak banding Afriyani.

Afriyani yang mengendarai mobil Daihatsu Xenia menabrak sejumlah pejalan kaki di Jalan M Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Minggu 22 Januari 2012. 9 orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka akibat kecelakaan itu.

Selain dihukum untuk kasus kecelakaan yang menewaskan 9 pejalan kaki tersebut, sang Sopir Xenia maut juga dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat selama 4 tahun penjara. Ia divonis majelis hakim karena terbukti mengonsumsi narkoba golongan I sebelum kecelakaan terjadi. (Yus)

Beda perlakuan anak Hatta dan Afriyani saat kecelakaan maut

Hatta Rajasa gelar jumpa pers. 2013 Merdeka.com

Merdeka.com -Polisi lantang bicara ketika terjadi kecelakaan dan memakan korban jiwa. Tanpa menunggu waktu lama, polisi langsung mengumumkan status pengemudi dan menahannya. Tetapi ternyata itu tak berlaku bagi Muhammad Rasyid Amrullah, anak Menko PerekonomianHatta Rajasa.

Sejumlah keganjilan muncul, mulai dari polisi yang saling lempar ketika ditanya sampai pria-pria misterius yang berjaga di RS Polri Kramatjati. Dan anehnya lagi, Rasyid beserta mobil BMW-nya raib. Kenapa?

Sampai hari ini pun status Rasyid masih belum diketahui. Ketika dicecar, polisi berdalih masih melakukan penyelidikan. Mereka justru mengungkapkan jika putra bungsu Hatta itu trauma dan menjalani perawatan di rumah sakit.

Bandingkan dengan kasus kecelakaan Xenia maut yang menewaskan 9 pejalan kaki dan Livina maut di Jalan Ampera Raya, yang menewaskan dua orang. Lebih parahnya lagi, untuk kasus yang sama seorang perwira polisi bisa memberi pernyataan berbeda.

Saat kasus Xenia maut, beberapa jam kemudian Kasat Penegakan Hukum (Gakkum) Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Sudarmanto mengumumkan status Afriyani Susanti sebagai tersangka. Kala itu Sudarmanto pun detail menyebut pasal-pasal yang menjerat pengemudi berbadan tambun itu.

"Afriyani Susanti kami tetapkan sebagai tersangka dan dikenakan Pasal 283, 287 ayat 5, Pasal 288, Pasal 310 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4," kata Sudarmanto kala itu Minggu 22 Januari 2012.

Tetapi tidak untuk kasus anak sang menteri, Sudarmanto bermain aman untuk tidak memberikan informasi. Dia pun berlindung di balik undang-undang agar jurnalis tak terus mencecarnya. Padahal polisi sudah berjanji tak akan mengistimewakan anak Hatta.

"Masih dalam proses penyelidikan jadi kami tidak boleh memberikan informasi. Pasal 18 tentang UU Keterbukaan Informasi Publik. Di mana saat dalam penyidikan kami tidak boleh beri informasi gamblang," terang Sudarmanto kemarin.

Sudarmanto juga merahasiakan di mana mobil BMW yang dikemudikan oleh Rasyid kini berada. "Ada di suatu tempat, kenapa saya tidak bisa beri tahu, ya karena balik lagi ke Pasal 18 itu tadi," katanya.

Bahkan untuk mengungkap siapa sebenarnya Rasyid, harus corong Polri yang angkat bicara, yaitu Irjen Suhardi Alius. Padahal, dalam peristiwa kecelakaan seperti ini, biasanya polisi setingkat wilayah punya otoritas untuk mengumumkan.

Contohnya adalah kecelakaan Livina maut, secara gamblang Kasat Lantas PolresJakartaSelatan Kompol Hindarso mengumumkan status pengemudi, tepat di hari kejadian, Kamis 27 Desember 2012.

"Sopir sudah pasti tersangka. Tadi sempat digebukin warga," kata Hindarso.

Tentu kita ingin siapa saja yang bersalah baik rakyat biasa, anak pejabat, kedudukannya harus sama di hadapan hukum. Jika memang bersalah ya harus dihukum, nyali polisi tak boleh ciut.

Hatta pun sudah meminta maaf kepada keluarga perihal kejadian ini. Ketua Umum PAN itu menyerahkan sepenuhnya kasus ini pada aparat kepolisian. Dia merasa terpukul atas kejadian yang menimpa anaknya.

"Kami serahkan sepenuhnya proses ini kepada kepolisian, saya mohon doa restu saudara sekalian agar putra kami pulih, agar dia dapat menjalani proses hukum," kata Hatta saat melakukan jumpa pers di kediamannya di Cipete, Jakarta, Selasa (1/1).

Afriyani Susanti Divonis 15 Tahun

Tak terbukti membunuh.Segelas air mineral kemasan diberikan Jaksa Tamalia Rosa disodorkan pada terdakwa kasus tabrakan maut Tugu Tani, Afriyani Susanti. Tangan wanita gemuk itu langsung menerima dan air dari gelas mineral pun dia teguk perlahan.

Peristiwa itu terjadi di ruang sidang di PN Jakarta Pusat, Rabu (28/8). Beberapa saat setelah suara ketok palu majelis hakim berbunyi tanda sidang dimulai. Air mineral diberikan untuk sedikit menenangkan terdakwa yang tampak panik ketika duduk di kursi terdakwa menunggu vonis majelis hakim yang dipimpin Antonius Widiyanto.

Berkali-kali Tamalia meminta Afriyani menarik napas untuk menenangkan diri. Setelah mampu mengendalikan diri, Afriyani pun menjawab sanggup mengikuti persidangan, ketua majelis hakim pun membacakan putusan.

Majelis menguraikan Afriyani tidak terbukti melanggar Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan. Menurut majelis, unsur dengan sengaja yang terdapat dalam Pasal 338 KUHP tidak terungkap di persidangan, baik sengaja dengan maksud, sengaja dengan kepastian, maupun sengaja dengan kemungkinan.

Lebih lanjut, ketiga bentuk kesengajaan tersebut, menurut majelis hakim sama-sama memiliki satu kesimpulan, yaitu sebelum perbuatan dilakukan, telah jelas siapa yang dituju dan yang dihilangkan nyawanya walaupun dapat terjadi kemungkinan orang yang dituju tidak meninggal dan yang meninggal adalah orang lain. Bahkan, majelis juga tidak melihat niat atau tujuan secara jelas untuk menabrak korban-korban meskipun terdakwa tidak tidur semalaman, di bawah pengaruh narkoba, dan mengemudikan kendaran dengan kecepatan 91,30 km/jam.

Karena hal itu (niat, red) tidak ada dalam diri terdakwa, ketiga teori ini tidak terbukti dalam rangkaian peristiwa itu, ucap anggota majelis hakim Martin Pontobidoro.

Majelis menyatakan perbuatan Afriyani lebih tepat membahayakan nyawa orang lain sebagaimana yang didakwa dengan Pasal 311 ayat (5), Pasal 310 ayat (4), Pasal 311 ayat (4), dan Pasal 310 ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Angkutan Jalan dan Lalu Lintas. Untuk itu, majelis menjatuhkan hukuman pidana teberat, yaitu pidana maksimal ditambah dengan sepertiga.

Mengadili, menjatuhkan pidana penjara selama 15 tahun, ucap Hakim Ketua Antonius Widijantono.

Mendengar vonis itu, seorang keluarga korban bernama Mulyadi, ayah almarhum Buchari memotong ucapan ketua majelis hakim dan merangsek maju ke bangku depan pengunjung. Ia pun berteriak bahwa dia tidak menerima putusan tersebut. Saya tidak terima 15 tahun. 20 tahun baru setimpal, teriaknya sambil berjalan ke bangku barisan terdepan tapi keburu diamankan petugas Kepolisian.

Usai sidang ditutup, keluarga korban mengamuk dan membuat gaduh ruang sidang. Mereka pun meracau dan mengancam pengacara Afriyani. Bahkan mereka mengejar Afriyani yang sudah masuk ke mobil tahanan dan menghadangnya.

Menanggapi putusan majelis hakim, penuntut umum Tamalia mengatakan enggan mengomentari putusan hakim. Pihaknya akan berpikir untuk banding atau tidak dalam waktu yang telah diberikan selama tujuh hari itu.

Sementara itu, Pengacara Afriyani Zainal Usman Kota memberikan penghargaan kepada majelis hakim atas independensinya. Menurutnya, independensi ini ditunjukkan dengan tidak adanya sifat dari terdakwa yang dianggap sebagai sifat pembunuh sebagaimana Pasal 338 KUHP.

Namun, Zainal menyayangkan kesimpulan hakim yang diambil secara prematur. Yaitu mengenai mengemudikan kendaraan dengan cara membahayakan orang lain. Menurutnya, hal itu harus dilakukan pembuktian lebih lanjut atau uji empirisnya.

Jadi tidak serta merta berdasarkan karena lelah. Pengertian lelah itu kan sifat internal orang itu sendiri. Jadi harus diambil tes psikologisnya dulu, lanjutnya.

Zainal menambahkan bahwa seharusnya majelis lebih mempertimbangkan besaran hukuman yang dijatuhkan. Pasalnya, terdakwa telah melakukan perdamaian dan memberikan uang santunan kepada keluarga korban.

Sementara itu, pengacara keluarga korban Rory Sagala lebih bijak menyikapi putusan hakim. Bagaimanapun juga kita menghargai proses hukum. Mengenai langkah selanjutnya, itu kita serahkan kepada jaksa. Untuk reaksi dari keluarga korban mereka memang tidak terima, imbuhnya.

Penanganan Kasus Afriyani, Novie, Andhika, dan Rasyid

Jumat, 4 Januari 2013 | 17:40 WIB

Terkait Penahanan Rasyid Rajasa Tergantung Penyidikan Dihubungi Polisi, Saksi Insiden BMW Rasyid Rajasa Cari Waktu Tak Dicekal, Polisi Yakin Rasyid Tidak Akan Kabur Mengapa Rasyid Rajasa Tak Dirawat di RS Polri?

0

JAKARTA, KOMPAS.com Pada tahun 2012 dan awal tahun 2013, terdapat empat kasus kecelakaan yang cukup besar di wilayah DKI Jakarta. Di antara empat kasus kecelakaan tersebut, tiga kasus kecelakaan menelan korban nyawa manusia.

Kecelakaan pertama terjadi pada tanggal 22 Januari 2012 di Tugu Tani, Jakarta Pusat. Saat ituAfriyani Susanti (29) yang mengendarai Daihatsu Xeniabernomor polisi B 2479 XI menabrak para pejalan kaki yang baru pulang berolahraga di lapangan Monas. Dalam peristiwa tersebut, sembilan orang pejalan kaki meninggal dunia akibat tertabrak mobil yang dikendarai Afriyani.

Peristiwa kedua terjadi pada 11 Oktober 2012 oleh Novie Amelia (25) di Jalan Hayam Wuruk, Olimo, Jakarta Barat. Mobil Honda Jazz merah bernomor polisi B 1864 POP yang dikendaraiNovie menabrak tujuh orang pengguna jalan.

Peristiwa ketiga terjadi pada Kamis (27/12/2012).Andhika Pradikta (27) yang mengendarai mobil Nissan Grand Livinabernomor polisi B 1796 KFL menabrak warung pecel lele di Jalan Ampera, Jakarta Selatan. Kejadian tersebut menewaskan dua orang lelaki yang sedang makan di warung tersebut.

Kejadian terakhir menimpa anak Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pada Selasa (1/1/2013). Saat itu,Muhammad Rasyid Amrullah (22) yang menggunakan mobil BMW X5B 272 HR menabrak mobil Daihatsu Luxio F 1622 CY di Tol Jagorawi. Dua orang meninggal dunia, sedangkan tiga korban lainnya menderita luka-luka.

Dari keempat peristiwa tersebut, pengamat kepolisian yang juga Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, melihat ada beberapa perbedaan penanganan terhadap empat tersangka kasus penabrakan tersebut. Pada kasus Afriyani Susanti, polisi paling proporsional menangani kasus tersebut. Afriyani langsung ditetapkan menjadi tersangka dan melalui proses peradilan yang tergolong cepat.

"Kasus Afriyani merupakan kasus yang paling proporsional penanganannya oleh polisi. Mereka tegas dan cepat memutuskan dan mengadili Afriyani. Penetapan menjadi tersangka juga tidak lamban dan ditetapkan pada hari itu juga," kata Neta saat dihubungiKompas.compada Jumat (4/1/2013).

Penanganan yang sama juga dialamatkan kepada Novie Amelia dan Andhika. Polisi tidak membutuhkan waktu lama untuk menetapkan Novie maupun Andhika sebagai tersangka. Sedangkan pada penanganan kasus Rasyid, polisi terkesan lamban dan menutup-nutupi.

Neta mengungkapkan, Rasyid baru ditetapkan menjadi tersangka setelah mendapat desakan publik melalui media sosial. Polisi, kata Neta, memperlambat penahanan Rasyid dengan alasan trauma mendalam. Padahal, menurut Neta, setiap orang yang telah melakukan penabrakan pasti mengalami trauma seperti Afriyani dan Andika. Akan tetapi, mereka tidak diistimewakan dengan penundaan penahanan.

"Dalam kasus ini, pencekalan juga harus dilakukan. Kalau Rasyid tidak dicekal, dia akan kembali sekolah di London, Inggris, sehingga polisi akan kesulitan melakukan pemeriksaan. Dikhawatirkan, kejadian beberapa tahun lalu, mengenai seorang anak pejabat yang menembak orang, kemudian dengan alasan sekolah ia dibolehkan keluar negeri. Sampai sekarang kasus tersebut tidak dilanjutkan," kata Neta.

Di antara tiga kasus tersebut, kasus paling berbeda terjadi pada peristiwa di Olimo, Jakarta Barat, yang melibatkan pengendara seksi, Novie Amelia. Walaupun dia menabrak tujuh orang pengguna jalan, tidak ada korban jiwa pada kejadian tersebut.

"Untuk kasus Novie, ia bisa bebas dari hukuman kalau bisa melalui upaya damai dengan korban. Asal menanggung biaya pengobatan korban, sebenarnya bisa bebas. Tinggal sidang laka lantasnya saja," kata Neta.

Dari keempat kasus ini, menurut Neta, polisi seperti takut kepada diri sendiri jika menangani pejabat atau orang yang memiliki kekuasaan dan harta. Mereka terkesan lamban dalam penetapan maupun penahanan terhadap tersangka Rasyid.

Dituntut 7 Bulan, Novi Amalia Sindir Anak HattaJAKARTA- Persidangan lanjutan terhadap terdakwa kecelakaan lalu lintas Novi Amalia digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa (17/9). Sidang yang sempat molor dua pekan ini beragendakan pembacaan tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum. Sebelum sidang dimulai, Novi, model hot itu dengan senang hati melayani permintaan para pewarta foto untuk berpose. Novi beberapa kali berpindah tempat dan berganti pose. Ia pun sempat menyarankan kepada pewarta foto agar berfoto di depan pintu. "Di sini saja, bagus," kata Novi.

Tanpa diarahkan, alumnus RSKO ini menampilkan beberapa gaya. Begitu juga ekspresi wajah yang berbeda-beda. Dari busana, kali ini Novi hadir lebih tertutup, tidak lagi berpakaian dengan lingkar dada rendah. Dia memakai atasan blazer warna hitam, dipadu celana legging warna hitam. Oleh JPU, Novi didakwa terbukti bersalah melanggar pasal primer Pasal 312 dan pasal sekunder Pasal 310 ayat 2 UURI no 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan ancaman pidana selama tujuh bulan. "Yang memberatkan terdakwa adalah tindakannya yang meresahkan masyarakat. Sementara yang meringankan karena terdakwa menyesali perbuatannya, kooperatif, sudah melakukan perdamaian dengan para korban dan belum pernah dihukum, " ujar Jaksa Bunjamin. Novi langsung terkejut mendengar tuntutan itu. Ia menilai jaksa berlebihan. "Harapan saya semoga saya dibebaskan dari tuntutan. Karena saya sudah bertanggung jawab mengganti semua biaya yang korban minta. Saya dan korban juga sudah berdamai," katanya. Rendy Anggara Putra, pengacara Novi lebih berang lagi. Rendy menyebut, ada ketidakadilan dalam kasus ini. Ia pun mencoba membandingkan dengan kasus yang dialami Rasyid Rajasa, terdakwa kasus kecelakaan BMW maut di Tol Jagorawi beberapa waktu lalu. Rasyid, kata Rendy, hanya divonis 5 bulan penjara dengan masa percobaan 6 bulan. Sebelumnya, jaksa menuntut anak bungsu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa 8 bulan kurungan penjara dengan masa percobaan 12 bulan. "Padahal kalau dilihat dari korbannya, kasus anak menteri itu menyebabkan korban meninggal. Sementara korban Novi tidak meninggal. Ini ada apa? Kami kira jaksa tidak profesional. Apalagi sidang pembacaan tuntutan sudah ditunda selama dua kali," tutur Rendy. "Apa karena dia anak pejabat dan Novi bukan siapa-siapa?" sungutnya lagi.(rez)Model Cantik Novi Amelia Divonis 7 Januari 2014

Model cantik terdakwa kasus kecelakaan lalu lintas Novi Amelia kembali menjalani sidang lanjutan. Sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa ini berlangsung sekitar pukul 13.30 WIB.

Dalam sidang tersebut, kuasa hukum Novi yakni Rendy Anggara Putra menyampaikan pembelaaan atas replik Jaksa Penuntut Umum (JPU). Rendy menyampaikan beberapa poin terkait pembelaan terhadap kliennya, atas insiden tabrakan di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, pada 11 Oktober 2012 lalu.

Menurut Rendy, perbuatan yang dilakukan kliennya itu bukan tindakan yang disengaja dan tidak menghilangkan nyawa seseorang. Untuk itulah, Rendy meminta kepada Majelis Hakim dalam sidang tersebut agar membebaskan tuntutan 7 bulan penjara kepada kliennya itu.

"Kami mohon kepada majelis hakim untuk membebaskan klien kami. Karena perbuatan terdakwa dalam kecelakaan itu tidak menyebabkan korban jiwa," kata Rendy ketika membacakan duplik atau pembelaan dalam sidang tersebut, Selasa (17/12/2013).

Mendengar pembacaan pembelaan dari tim kuasa hukumnya, Novi yang mengenakan blazer dan celana panjang berwarna hitam terlihat menunduk di kursi terdakwa.

Tak lama usai tim kuasa hukum Novi membacakan duplik, Ketua Majelis Hakim Harijanto mengatakan sidang tersebut akan kembali dilanjutkan pada Selasa 7 Januari 2014 mendatang dengan agenda pembacaan putusan hasil sidang.

"Dengan ini, pembacaan duplik dari pihak terdakwa sudah kita dengarkan. Maka sidang kita tunda dan kembali dilanjutkan pada 7 Januari 2014 dengan pembacaan putusan," ucap Harijanto seraya mengetukkan palu pertanda sidang telah ditutup.

JPU Pengadilan Negeri Jakarta Barat menuntut Novi selama 7 bulan penjara. Novi didakwa melanggar pasal primer Pasal 312 dan pasal sekunder Pasal 310 ayat 2 Undang-Undang RI no 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan ancaman pidana selama 7 bulan penjara. (Tnt/Yus)

Kronologi Novi Amelia Tabrak 7 Orang di Taman Sari

byMr.JUPErOctober 12th, 2012 at 9:11 am

Jakarta (CiriCara.com) Sebanyak 7 orang menjadi korban tabrak mobil Honda Jazz di kawasanTaman Sari, Jakarta Barat, Kamis (11/10/2012) sore. Mobil ini dikendarai seorang wanita yang hanya mengenakan bikini. Diketahui wanita itu bernamaNovi Amelia.

Kejadian ini bermula saat sebuah mobilHonda Jazz bernopol B 1864 POPmelaju dari arah Hayam Wuruk. Kendaraan berwarna merah ini awalnya melaju normal dan kemudian memutar di kawasan Jembatan Ketapang. Tiba-tiba, kendaraan itu memutar dan berhenti di lampu merah.

Saat lampu masih menyala merah, tiba-tiba mobil bergerak ke arah kanan.Mobil langsung menabrak tukang siomay dan tukang kopi.Mobil terus melaju hinggamenabrak Aiptu Sugiyantoyang mencoba menolong. Mobil masih berjalan hingga menabrak mikrolet.

Bagian depan mobil itu hancur, namun terus dipaksakan jalan sehinggamenabrak empat pejalan kaki lainnya. Akhirnya di Kawasan Limo, Jakarta Barat, mobil yang disopiri Novi ini berhenti karena ban depan sudah rusak dan petugas pun mencegat mobil itu.

Sekitar pukul17.35 WIB, ada sejumlah warga yang mencoba menghakimi Novi namun akhirnya dicegah petugas.Petugas terkejut melihat Novi yang hanya mengenakan pakaian dalam saja. Tidak lama, Novi pun dibawa ke Polsek Taman Sari menggunakan mobil PJR.

Dugaan sementara,Novi Amelia mengalamistressehingga menabrakkan mobilnya ke pejalan kaki. Pihak polisi belum bisa meminta keterangan dari Novi karena ia terus berteriak-teriak. Saat ini Novi sudah di bawa ke Rumah Sakit Husada untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan.

Sepertinya dia stres. Karena pas menabrak dia tidak pakai baju, hanya daleman. Pas disuruh pakai baju juga tidak mau, tutur Kanit Laka Lantas Polres Jakarta Barat, AKP Rahmat Dalizar, Kamis (11/10/2012).

Beruntung,tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Ketujuh korban yang ditabrak oleh Novi tersebut hanya mengalami luka ringan dan sudah mendapatkan perawatan. Belum diketahui secara pasti apa penyebab kejadian ini.

Sebelum Kecelakaan, Pengemudi Maut Livina dari Klub Malam di Kemang

- detikNews

0SHARES

0

HYPERLINK "http://news.detik.com/berita/2129605/sebelum-kecelakaan-pengemudi-maut-livina-dari-klub-malam-di-kemang"

0

HYPERLINK "http://news.detik.com/berita/2129605/sebelum-kecelakaan-pengemudi-maut-livina-dari-klub-malam-di-kemang"

0

HYPERLINK "http://news.detik.com/berita/2129605/sebelum-kecelakaan-pengemudi-maut-livina-dari-klub-malam-di-kemang"

0

0

HYPERLINK "http://news.detik.com/berita/2129605/sebelum-kecelakaan-pengemudi-maut-livina-dari-klub-malam-di-kemang"

0

HYPERLINK "http://news.detik.com/berita/2129605/sebelum-kecelakaan-pengemudi-maut-livina-dari-klub-malam-di-kemang"

0

HYPERLINK "http://news.detik.com/berita/2129605/sebelum-kecelakaan-pengemudi-maut-livina-dari-klub-malam-di-kemang"

0Mobil Livina yang dikendalikan Andika (Foto: Pandu/detikcom)Jakarta- Pengemudi Livina yang terlibat kecelakaan di Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Andhika Pradipta (27), telah diperiksa oleh pihak Polres Jakarta Selatan. Dari hasil pemeriksaan, sebelum kecelakaan, Andhika baru keluar dari sebuah klub malam yang ada di daerah Kemang, Jakarta Selatan.

\\\"Pada saat dalam pemeriksaan Andhika menuturkan dirinya keluar Pukul 00.00 dari Tipsy, di Kemang,\\\" kata kuasa hukum Andhika, Hidayat Bostam, kepada wartawan dalam jumpa pers di Ruang manajer RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Sabtu (29\/12\/2012).

Hidayat menuturkan Andhika pada awalnya tidak ngebut. Namun Andhika menabrak kendaraan lain, panik, dan kemudian memacu kendaraannya dalam kecepatan tinggi.

\\\"Dirinya berkendara dengan kecepatan 40-60 KM. Lalu dia nabrak mobil didepannya, penumpang disampingnya Hwancheol kaget lalu teriak, Andika jadinya kaget dan panik lalu matikan lampu dan nginjek gas sambil lihat kaca spion merasa ada yang mengejar dari belakang lalu dia nabrak tambal ban,\\\" tutur Hidayat.

\\\"Akibatnya dia terbentur lalu dia merasa pusing, dia nginjek gas terus tahu-tahu nabrak motor dan pedagang makanan lalu berhenti setelah nabrak mobil Panther,\\\" sambungnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di Jl Ampera, Jakarta, sekitar pukul 00.30 WIB, Kamis (28\/12). Saat itu Nissan Livina B 1796 KFL menyerempet Daihatsu Taruna B 8162 RR. Kemudian mobil Livina itu dikejar oleh Taruna. Dalam pengejaran tersebut, Livina menabrak sejumlah motor, gerobak pecel lele serta tujuh orang yang sedang berada di dekat gerobak. Dua orang tewas dalam kejadian tersebut.

Andhika, Pengemudi Livina Maut, Dijerat 4 Pasal DakwaanJAKARTA, KOMPAS.com- Andhika Pradipta (27), pengemudi Nissan Grand Livina yang menewaskan dua orang dalam kecelakaan di Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan, akhir tahun lalu, dijerat dengan 4 pasal. Ia dinyatakan secara sah dan terbukti sengaja mengendarai kendaraan dengan cara atau keadaan yang membahayakan orang lain sehingga pada akhirnya menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian.

Hal itu disampaikan oleh jaksa penuntut umum (JPU) Arya Wicaksana dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Selasa (26/3/2013). Menurut jaksa, setelah kecelakaan, Andhika juga tidak berupaya memberikan pertolongan dan justru berusaha untuk lari.

"Dengan sengaja tidak menghentikan kendaraannya, tidak memberikan pertolongan atau tidak melaporkan kecelakaan lalu lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia terdekat," kata Arya saat membacakan dakwaannya.

Andhika didakwa atas 4 pasal dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yakni Pasal 311 ayat 5, Pasal 229 ayat 4, Pasal 229 ayat 2, dan Pasal 231 ayat 1 huruf a, b, dan c.

Kecelakaan yang melibatkan Andhika terjadi pada Kamis (27/12/2012) sekitar pukul 00.15 di Jalan Ampera Raya, Ragunan, Jakarta Selatan. Andika beserta rekannya yang merupakan warga negara Korea, Hwancheol (27), keluar dari Tipsy Cafe di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Di tengah perjalanan sambil asyik mengobrol, tiba-tiba mobil Nissan Grand Livina berpelat B 1796 KFL yang dikemudikan Andhika menyerempet sebuah mobil Daihatsu Taruna.

Dalam posisi panik dan takut, Andhika mencoba untuk melarikan diri dengan memacu mobil dalam kecepatan tinggi. Karena dalam keadaan di bawah pengaruh alkohol, mobil yang dikemudikan Andhika menabrak sebuah warung pecel lele. Insiden itu menewaskan 2 pembeli di warung tersebut dan melukai 5 orang lain. Dua korban tewas dalam kecelakaan tersebut adalah Maulana, warga Kemang Timur, dan Hardianto, warga Semarang.Mobil Andhika juga merusak 8 unit sepeda motor dan sebuah mobil Toyota Avanza.

Sidang Livina Maut, Andika Terancam 12 Tahun Bui

Sidang perdana Kasus Livina maut, dengan terdakwa Andhika Pradipta Bayu Angin digelar Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (26/3/2013) sore.

Jaksa Penuntut Umum, Arya Wicaksana, dalam dakwaannya menjerat terdakwa dengan pasal berlapis lantaran ada unsur kesengajaan dalam mengemudi sehingga menyebabkan orang lain meninggal dunia.

"Dalam kecelakaan yang terjadi pada Kamis (27/3) lalu di Jalan Ampera Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terdakwa menabrak sebuah warung pecel lele. Akibatnya dua orang atas nama Hardianto dan Maulana meninggal dunia," kata Jaksa Arya dalam persidangan.

Atas perbuatan itu, jaksa mendakwa terdakwa dengan Pasal 311 ayat 5 UU 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan Angkutan Jalan. Ancaman hukuman 12 tahun penjara.

"Dakwaan kedua, terdakwa Andhika mengemudi dalam keadaan atau kondisi yang membahayakan sehingga mengakibatkan korban luka berat. Andhika terancam pidana sesuai Pasal 311 ayat 4 dengan hukuman maksimal 10 tahun penjara," ujar dia.

Sambung jaksa di hadapan majelis hakim, selain menewaskan dua orang, terdakwa juga menabrak enam orang lainnya hingga luka berat. Keenam orang tersebut adalah M. Zaid, Ahmad Kudhori, Indah Mutiara, Alex Firnando, Zainudin, dan Aditia Arifianto.

"Terdakwa Andhika didakwa Pasal 311 ayat 2 dengan ancaman hukuman 2 tahun karena menyebabkan kerusakan material. Dakwaan terakhir adalah Pasal 312 dengan ancaman 3 tahun penjara karena tidak memberikan pertolongan kepada korban yang ditabrak dan malah mencoba kabur," urai Arya.

Dalam kasus itu, jaksa membeberkan peristiwa yang merenggut dua nyawa itu bermula ketika pria warga Rawalumbu, Bekasi itu sedang mengemudikan mobil Nissan Grand Livina No Pol B-1798-KFL dari arah Kemang sekitar pukul 00.15 WIB menuju jalan Ampera, bersama dengan temannya, Hwan yang duduk di sebelah kiri terdakwa.

"Saat sedang melintas di Jalan Kemang Selatan terdakwa menabrak sebuah Daihatsu Taruna yang dikendarai Ferry Halim di Kafe Piccadilly. Saat itu posisinya Ferry hendak keluar dari Kafe Piccadilly sehingga bagian belakangnya tertabrak," ujar dia.

Setelah kejadian itu, terdakwa panik lalu kabur, dengan memacu mobilnya sekitar 80 kilometer per jam. Selain itu dia sengaja mematikan lampu mobil dan berjalan zig-zag. Tujuannya, agar tidak terlihat.

"Dengan kecepatan seperti itu, Andhika menabrak Zaid dan Kudhori yang sedang ada di tambal ban. Bukannya berhenti terdakwa malah tetap melaju mobilnya hingga menabrak sebuah warung pecel di depan Gedung Arsip Nasional."

Jaksa menambahkan saat di warung pecel itu lah enam korban yang sedang makan terpental, belakangan saat dilarikan ke Rumah Sakit Fatawati nyawa Maulana dan Hardianto tidak tertolong. (Ein)

Dikenai Pasal Pembunuhan, Vonis Pengemudi "Livina Maut" Diperberat

JAKARTA, KOMPAS.com Andhika Pradipta Bayo (27), terdakwa kasus kecelakaan mobil Nissan Grand Livina B 1796 KFL di Jalan Ampera, Jakarta Selatan, pada akhir Desember 2012, dianggap dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain. Hukumannya diperberat dari tuntutan jaksa.

Dari vonis yang dijatuhkan Hakim Ketua Matheus Samiaji, pelaku tabrakan yang menyebabkan dua orang tewas dan lima lainnya luka-luka itu masih memikirkan untuk menempuh banding. Kuasa Hukum Andhika, Hidayat Bostam, belum memastikan untuk memutuskan banding atas vonis majelis hakim.

"Kami masih berembuk, apakah banding. Tadi Andhika bilang masih pikir-pikir, kan masih ada waktu 7 hari," ujar Hidayat kepada wartawan seusai sidang pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (17/6/2013) petang.

Hidayat mengaku terkejut dengan adanya Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan yang masuk dalam penilaian hakim. Pasal itu di luar dakwaan jaksa penuntut umum. Hal ini yang memberatkan vonis untuk Andhika dibandingkan dengan tutuntan 2 tahun penjara oleh jaksa.

"Kami kaget tuntutan 2 tahun jadi 3 tahun karena ada Pasal 338 itu. Kami sebagai kuasa hukum merasa keberatan," ujar Hidayat.

Sebelumnya, Matheus Samiaji selaku hakim ketua yang memimpin persidangan mengatakan bahwa Andhika terbukti bersalah dan menjatuhkan vonis 3 tahun. Hakim menilai Andhika memenuhi pelanggaran Pasal 338 KUHP karena perbuatannya dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain.

"Jika tidak terima putusan ini, boleh menolak dengan mengajukan banding. Tujuh hari kalau tidak dipanggil, lewat, berarti menerima putusan itu," ujar Matheus di persidangan.

Kecelakaan yang melibatkan Andhika terjadi di Jalan Ampera pada 27 Desember 2012 sekitar pukul 00.30 WIB. Mobil yang dikendarai Andhika menyerempet mobil Daihatsu Taruna B 8162 RR sehingga Andhika dikejar oleh pengemudi Taruna. Andhika berusaha menghindar hingga akhirnya menabrak sejumlah motor, gerobak pecel lele, serta tujuh orang di dekat gerobak. Dua orang tewas dalam kejadian tersebut.

Dalam sidang sebelumnya, jaksa menuntut Andhika dengan empat dakwaan. Andhika didakwa atas empat pasal dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, yakni Pasal 311 Ayat 5, Pasal 229 Ayat 4, Pasal 229 Ayat 2, dan Pasal 231 Ayat 1 huruf a, b, dan c.

Akhir Kisah Kecelakaan Sang Anak Menteri

JAKARTA, KOMPAS.com Kasus kecelakaan dengan korban dua orang tewas yang melibatkan Rasyid Amrullah Rajasa (22), putra bungsu Menteri Koordinator Perekonomian RI, Hatta Rajasa, usai sudah. Rasyid telah terbukti melanggar dua pasal, yakni Pasal 310 Ayat (2) dan Pasal 310 Ayat (4) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Nomor 22 Tahun 2009.

Dalam sidang vonis yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin (25/3/2013), majelis hakim menjelaskan, terdakwa terbukti melanggar kedua pasal tersebut. Adapun dua pasal itu berisi bahwa pengemudi kendaraan bermotor yang mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan kerusakan serta mengakibatkan korban meninggal dunia.

"Kelalaian yang dialami terdakwa menyebabkan terjadinya kecelakaan. Terdakwa telah terbukti melakukan kesalahan atas pasal primer atau subsider," ujar Ketua Majelis Hakim Suharjono saat membacakan poin pertimbangan hakim.

Adapun fakta persidangan terdahulu memang menunjukkan kelalaian yang dimaksudkan hakim. Pada pertengahan Desember 2012, Rasyid datang ke Jakarta lantaran tengah berlibur dari sekolahnya di London, Inggris, sekaligus ingin merayakan hari pergantian tahun baru. Menjelang pukul 23.00 WIB, Rasyid diantar seorang sopir pergi ke sebuah kafe di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Namun, sesampainya di Kemang untuk bertemu dengan rekan-rekannya, Rasyid menyuruh sopir untuk pulang. Rasyid mengaku ingin agar sang sopir juga bisa merayakan malam pergantian tahun baru bersama sanak keluarganya sendiri. Alhasil mobil Jeep BMW X5 B 272 HR warna hitam itu pun dikendarai oleh Rasyid seorang diri.

"Di Kemang juga tidak minum alkohol. Saya hanya makan-makan, minum jus, dan air mineral saja," ujar Rasyid dalam sidang keduanya.

Pukul 01.00 WIB,kongko-kongkotersebut pun bubar. Rasyid kemudian mengantarkan sang kekasih ke rumahnya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, dengan mobil BMW X5 itu. Sayangnya, hakim tidak menanyakan lebih lanjut terkait aktivitas Rasyid dalam rentang waktu pukul 01.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB. Keterangan saksi melompat langsung pada waktu terjadinya kecelakaan, yakni sekitar pukul 05.45 WIB. Rasyid hendak pulang ke rumahnya di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. Ia pun melajukan mobil mewahnya ke tol dalam kota dan memutar ke Tol Jagorawi yang rencananya akan keluar di Tol TB Simatupang.

Di jalur kanan Km 3+335 Tol Jagorawi, mobil yang dikendarai Rasyid terlibat benturan keras dengan mobil Daihatsu Luxio F 1622 CY yang dikemudikan Frans Joner Sirait. Dalam persidangan, Frans mengungkapkan, mobil yang dikendarainya adalah mobil sewaan dengan tujuan UKI, Cawang, Jakarta Timur-Bogor, Jawa Barat. Frans mengangkut 10 penumpang, yakni 5 di bagian belakang, 4 orang di bangku tengah, dan 1 orang di bangku depan. Lima orang penumpang yang duduk di bangku paling belakang itu terlempar ke jalan lantaran pintu belakang Luxio terbuka setelah terbentur. Dua dari lima orang tersebut, Harun (50) dan Muhammad Reihan (1,5), meninggal dunia.

Rasyid mengaku tak melihat benturan itu karenaair bagdi dalam mobilnya tiba-tiba mengembang sehingga menutupi penglihatannya. Ia mengaku baru tersadar terlibat kecelakaan saat keluar mobilnya. "Saya keluar mobil saya lihat ada ibu-ibu gendong anaknya. Saya hanya bilang saya bertanggung jawab," ujar Rasyid dalam sidang.

Petugas kepolisian dan Jasa Marga pun datang ke lokasi beberapa saat kemudian. Lima orang penumpang yang menjadi korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Polri Bhayangkara Raden Said Sukamto, Kramat Jati, Jakarta Timur. Adapun Rasyid, Frans, serta kedua mobil dibawa ke pul Laka Lantas yang ada di tepi tol tersebut.

"Restorative justice" untuk RasyidDalam masa persidangan, sebanyak 27 saksi dimasukkan ke dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), namun hanya 17 orang saksi yang hadir. Tak ada satu pun saksi yang bisa membuktikan bahwa meninggalnya dua orang tersebut dipicu oleh benturan keras mobil BMW X5 milik Rasyid. Bahkan, saksi sopir Luxio sendiri pun mengaku tidak sadar bahwa mobilnya terbentur. Frans Joner Sirait hanya merasa terdorong ke depan.

Salah seorang saksi ahli malah mengatakan bahwa modifikasi yang dilakukan Frans Joner Sirait terhadap posisi duduk bagian belakang Daihatsu Luxio-nya menyebabkan pintu mudah terbuka jika terjadi benturan. Hal itulah yang menyebabkan penumpangnya terlempar ke luar.

Dalam sidang dengan agenda vonis, Suharjono kembali mengatakan, pihaknya menggunakan teori pemidanaanrestorative justicedalam memutus vonis terhadap Rasyid. Teori tersebut, dikatakan hakim, adalah perspektif hukum yang ikut memasukkan pertangungjawaban terdakwa kepada korbannya sebagai bahan pertimbangan.

"Tindakan keluarga dengan memberikan santunan maupun pembiayaan perawatan dan pergantian kendaraan yang rusak sebagai bentuk karakter pertanggungjawaban dan restitusi, rekonsiliasi, dan restorasi," ujarnya.

Alhasil, meski dua pasal kecelakaan hingga menyebabkan korban luka ringan, korban meninggal dunia, dan kerusakan barang telah terpenuhi, hakim hanya memvonis Rasyid pidana penjara 5 bulan atau denda uang sebesar Rp 12 juta dengan masa percobaan hukuman selama 6 bulan, lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum, yakni 8 bulan penjara dengan masa percobaan 12 bulan dan subsider 6 bulan.

Ini Tiga Kecelakaan Maut Di Jakarta: Dari Afriyani, Si Seksi Novi Amalia Hingga Christopher

EditorKamis, 22/01/2015 13:30 WIB

Mobil Mitsubishi Outlander

Antara

Kabar24.com,JAKARTA - Kawasan Monumen Nasional (Monas) di Jakarta Pusat selalu menjadi salah satu alternatif warga Ibu Kota untuk berbagai aktivitas pagi, terutama olah raga, namun Minggu pagi yang cerah sekitar pukul 11 WIB itu, maut menjemput beberapa orang yang berjalan kaki dari monumen tersebut.

Hari itu, 22 Januari 2012, tepat tiga tahun yang lalu, sembilan nyawa melayang di tempat dan beberapa lainnya luka-luka akibat ditabrak mobil. Mereka adalah warga yang baru saja berolahraga di Monas kemudian bersama-sama jalan kaki menuju rumahnya di daerah Tanah Tinggi, Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Nahas menjemput seketika dan keluarga tak menyangka akan kehilangan anggotanya untuk selama-lamanya. Publik sangat terkejut pada Minggu yang tenang itu tiba-tiba ada kejadian ini.

Polisi menduga pengemudi mobil B 2479 XI, Afriyani Susanti tidak konsentrasi dalam menyetir sehingga mengakibatkan kecelakaan maut yang menewaskan beberapa orang dan melukai lima orang pejalan kaki dari arah Monas. Polisi semakin mencium ketidakberesan dalam diri pengemudi karena tidak fokus ketika ditanyai.

Tapi simak kronologi kejadian ini. Kecelakaan maut terjadi pada Minggu (22/1) pagi pukul 11.12 WIB. Lokasi kejadian di Jl MI Ridwan Rais arah Tugu Tani. Lokasi tepatnya di depan Gedung Kementerian Perdagangan Jakarta Pusat. Kendaraan yang dikemudikan Apriyani Susanti berjalan dari arah utara (Lapangan Banteng) ke selatan (arah Tugu Tani).

Kecepatan kendaraan cukup kencang diperkirakan di atas 70 kilometer perjam. Di depan Gedung Kementerian Perdagangan, kendaraan oleng kemudian banting setir ke kiri. Kendaraan menabrak pejalan kaki di trotoar serta merusak halte bus di depan Gedung Kementerian Perdagangan, tak jauh dari Patung Tani arah Senen dan Menteng.

Korban-korban bergelimpangan waktu itu. Darah membasahi lokasi di pinggir jalan raya yang sehari-hari padat dan macet itu. Serpihan kaca danbodymobil berserakan di lokasi.

Polisi kemudian mengumumkan bahwa Afriyani mengonsumsi narkoba jenis ekstasi di klab malam sebelum kejadian. Setelah pesta semalam suntuk, dia bersama beberapa temannya akan kembali ke rumahnya, namun menabrak beberapa orang hingga tewas.

Apriyani kemudian menjadi tersangka dan menjadi terdakwa yang diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hakim memvonis hukuman 15 tahun penjara. Dia terbukti melanggar Pasal 311 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Dia dianggap dengan sengaja mengemudikan kendaraan dalam keadaan yang membahayakan keselamatan orang lain. Putusan ini lebih rendah dari tuntutan jaksa yang menjerat dengan pasal pembunuhan dengan hukuman maksimal 20 tahun penjara. Hukuman itu kemudian diprotes keluarga korban.

Tabrakan Novi Amalia

Kisah tragis Afriyani kini hanya tinggal kenangan. Orang hanya bisa mengingatnya melalui informasi dan data di mesin-mesin penyimpan data atau ditayangan televisi yang mungkin berkenan memutarnya kembali. Lama-lama kalau tidak diingat dan dibuka lagi orang akan melupakannya karena adanya peristiwa-peristiwa menghebohkan selanjutnya. Karena kasus tabrakan ini bukan yang pertama dan terakhir.

Simak kembali peristiwa sebuah mobil yang menabrak sejumlah pengguna jalan di sepanjang Jalan Gajah Mada dekat Ketapang sampai Olimo, Jakarta Barat, Kamis (11/10/2012) petang. Setelah aksinya berhasil dihentikan, pengemudi mobil itu seorang wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam.

Mobil yang dikemudikan Novi Amalia itu meluncur dari arah Kota sekitar pukul 17.00 WIB menuju Jalan Hayam Wuruk. Kemudian setiba di Jembatan Ketapang, mobil tersebut berputar arah. Mobil sempat berhenti di lampu merah Ketapang, lalu tiba-tiba tancap gas dan menabrak seorang tukang kopi bersepeda.

Setelah menabrak tukang kopi, mobil itu juga menabrang tukang siomay dan dua polisi yang ingin menolong kedua korban tabrakan tersebut. Setelah menabrak polisi, mobil bernomor polisi B 1864 POP itu menabrak mikrolet M12 jurusan Senen-Kota, untuk kemudian melaju sampai Olimo. Di Olimo, mobil warna merah tersebut juga menabrak beberapa pengendara.

Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Namun kejadian ini sangat menggemparkan, membahayakan, meresahkan dan mengerikan bagi pengguna jalan lainnya. Siapa saja kini berpotensi menjadi korban kecelakaan lalu lintas karena adanya orang-orang yang tidak sedang dalam kondisi sehat dan normal pikiran dan jiwanya.

Penjelasan polisi di Rumah Sakit Polri, Jakarta Timur pada Jumat (12/10/2012) memperkuat asumsi betapa mengerikan dan terancamnya jiwa orang lain ketika sedang dalam perjalanan. Menurut polisi, berdasarkan pemeriksaan di Badan Narkotika Nasional (BNN) pengemudi seksi yang menabrak tujuh orang di Taman Sari, Jakarta Barat, terbukti positif sebagai pemakai narkoba jenis ekstasi.

Kepada polisi, Novi yang juga berprofesi sebagai model tersebut mengaku memakai ekstasi lima hari sebelum kejadian. Obat terlarang itu didapat dari apartemennya yang berada di kawasan Jakarta Pusat.

Namun tak sedikit orang yang menilai proses hukukmnya mengecewakan. Korbannya tujuh orang luka-luka termasuk dua Polisi Lalu Lintas, namun proses hukumnya di PN Jakarta Pusat sempat terganggu karena terdakwa sering mengamuk dan adanya upaya untuk menempatkannya menjalani rehabilitasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO).

Perhatian publik terhadap perkembangan pennyelesaikan secara hukum kasus ini pun sempat beralih ke soal penyebaran foto Novi. Pengalihan isu itu mungkin saja untuk melemahkan perhatian publik dan semangat polisi memproses kasus pidananya.

Christopher Daniel Sjarief

Maut di jalan kembali terjadi di Jl Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (20/1/2015) malam sekitar pukul 20.15 WIB. Lokasi kecelakaan berada di Jalur Busway sebelum Halte Transjakarta Tanah Kusir, Pondok Indah, Kebayoran Lama.

Kecelakaan beruntun yang melibatkan empat mobil dan enam sepeda motor menewaskan empat orang. Pengemudinya.

Christopher Daniel Sjarief positif mengonsumsi narkoba jenisLycergic Syntetic Diethylamide(LSD) sebelum terjadi tabrakan itu.

"Tersangka (Christopher) terbukti mengonsumsi narkoba LSD termasuk Golongan I," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Martinus Sitompul.

Christopher mengonsumsi narkoba bersama teman-temannya berdasarkan hasil pemeriksaan darah. Namun, Martinus menyatakan darah Christopher tidak mengandung alkohol. Saat ini, penyidik kepolisian menelusuri asal narkoba yang dikonsumsi kedua pemuda tersebut.

LSD acid, trips atau tabs termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar setengah perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam.

Timbul rasa yang disebuttrippingyaitu seperti halusinasi tempat, warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu hingga timbul obsesi terhadap yang dirasakan dan ingin hanyut di dalamnya. Menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama-kelamaan membuat perasaan khawatir yang berlebihan (paranoid).

Denyut jantung dan tekanan darah meningkat, diafragma mata melebar dan demam, disorientasi, depresi, pusing. panik dan rasa takut berlebihan. Pengunanya juga seringflashback(mengingat masa lalu) selama beberapa minggu atau bulan kemudian. Selain itu, gangguan persepsi seperti merasa kurus atau kehilangan berat badan.

Tiga kecelakaan itu disebabkan pengemudi yang mengonsumsi narkoba. Maut semakin mengancam pengguna jalan raya akibat adanya orang-orang yang mengonsumsinya kemudian mengendarai atau mengemudi kendaraan. Tanpa ada tindakan tegas kepada pengedar, bandar dan pengonsumsinya, banyak orang meyakini kecelakaan serupa akan terjadi di masa datang.

Tiga kecelakaan itu juga semestinya menumbuhkan kesadaran bahwa orang-orang yang kecanduan narkoba adalah algojo dan eksekutor maut di jalan raya dan harus ditempatkan sebagai ancaman serius bagi kehidupan ini. Kecelakaan di Jalan Arteri Pondok Indah ini terjadi hanya dua hari setelah enam terpidana mati kasus narkoba dieksekusi di LP Nusakambangan dan Boyolali pada Minggu (18/1/2015).

Karena itu, kecelakaan maut tersebut tampaknya harus diarahkan untuk memicu dan memacu bangsa ini terus-menerus menggelorakan perang kepada narkoba, bukan hanya dalam bentuk slogan, ceramah, spanduk dan pamlet. Tanpa tindakan paling tegas dan paling maksimal, akan semakin banyak orang yang dieksekusi hanya dalam hitungan detik dan menit di jalan raya oleh orang-orang yang kecanduan narkoba.

Padahal, untuk mengeksekusi enam terpidana mati kasus narkoba dibutuhkan proses panjang, berlarut-larut dan melelahkan; dari kepolisian, kejaksaan hingga proses pengadilan. Bahkan ketika pengadilan sudah memutuskan vonis mati pun, terpidana masih dikasih hak untuk banding, kasasi, peninjauan kembali hingga grasi.