tugas ips analisa teks

17
[TUGAS IPS] Mencari 5 contoh artikel perilaku positif dan negatif masyarakat dalam perubahan social budaya di era globalisasi IPS 15 Maret 2015

Upload: sean

Post on 14-Dec-2015

75 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tugas ips

TRANSCRIPT

Page 1: tugas ips analisa teks

[TUGAS IPS]Mencari 5 contoh artikel perilaku positif dan negatif masyarakat dalam perubahan social budaya di era globalisasi

IPS

15 Maret 2015

Page 2: tugas ips analisa teks

Sumber : http://gadodabis.blogspot.com/

Perilaku/Sikap Positif

Sikap positif menunjukkan bentuk penerimaan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap positif mengandung unsur-unsur sebagai berikut.

1) Penerimaan secara terbuka (open minded); sikap ini merupakan langkah pertama dalam upaya menerima pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap terbuka akan membuat kita lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama yang bersikap kolot, dan akan lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan zaman.2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif; sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap terbuka. Setelah kita dapat membuka diri dari hal-hal baru, langkah selanjutnya adalah kita harus memiliki kepekaan (antisipatif) dalam menilai hal-hal yang akan atau sedang terjadi kaitannya dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi. Sikap antisipatif dapat menunjukkan pengaruh yang timbul akibat adanya arus globalisasi dan modernisasi. Setelah kita mampu menilai pengaruh yang terjadi, maka kita harus mampu memilih (selektif) pengaruh mana yang baik bagi kita dan pengaruh mana yang tidak baik bagi kita.3) Adaptif, sikap ini merupakan kelanjutan dari sikap antisipatif dan selektif. Sikap adaptif merupakan sikap mampu menyesuaikan diri terhadap hasil perkembangan modernisasi dan globalisasi. Tentu saja penyesuaian diri yang dilakukan bersifat selektif, artinya memiliki pengaruh positif bagi si pelaku.4) Tidak meninggalkan unsur-unsur budaya asli, seringkali kemajuan zaman mengubah perilaku manusia, mengaburkan kebudayaan yang sudah ada, bahkan menghilangkannya sama sekali. Kondisi ini menyebabkan seseorang/masyarakat kehilangan jati diri mereka, kondisi ini harus dapat dihindari. Semaju apa pun dampak modernisasi yang kita lalui, kita tidak boleh meninggalkan unsur-unsur budaya asli sebagai identitas diri.

Perilaku Negatif

Berbeda dari sikap positif yang menerima terjadinya perubahan akibat dampak modernisasi dan globalisasi, sikap negatif menunjukkan bentuk penolakan masyarakat terhadap arus modernisasi dan globalisasi. Sikap negatif mengandung unsur-unsur berikut ini.

1) Tertutup dan was-was; sikap ini umumnya dilakukan oleh masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada, sehingga mereka merasa was-was, curiga, dan menutup diri dari segala pengaruh kemajuan zaman. Sikap seperti ini pernah ditunjukkan oleh negara Cina dengan politik Great Wall-nya. Sikap apatis dan menutup diri ini tentu juga kurang baik, karena sikap ini akan menjauhkan diri dari kemajuan dan perkembangan dunia, kondisi ini akan menyebabkan masyarakat negara lain yang terus tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman.

Page 3: tugas ips analisa teks

2) Acuh tah acuh; sikap ini pada umumnya ditunjukkan oleh masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi. Masyarakat awam pada umumnya tidak terlalu repot mengurusi dampak yang akan ditimbulkan oleh modernisasi dan globalisasi. Mereka pada umumnya memercayakan sepenuhnya pada kebijakan pemerintah atau atasan mereka (hanya sebagai pengikut saja). Sikap ini cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif.3) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi; sikap ini ditunjukkan dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi/filter. Kondisi ini akan menempatkan segala bentuk kemajuan zaman sebagai hal yang baik dan benar, padahal tidak semua bentuk kemajuan zaman sesuai dengan budaya masyarakat kita. Jika seseorang atau suatu masyarakat hanya menerima suatu modernisasi tanpa adanya filter atau kurang selektif, maka unsur-unsur budaya asli mereka sedikit demi sedikit akan semakin terkikis oleh arus modernisasi yang mereka ikuti. Akibatnya, masyarakat tersebut akan kehilangan jati diri mereka dan ikut larut dalam arus modernisasi yang kurang terkontrol.

Contoh perilaku negatif masyarakat seperti apatis terhadap pemilu

Sumber : http://aryaverdiramadhani.blogspot.com/2008/10/vj41x2008-keapatisan-politik-dalam.html

Saat pemilihan umum (baik legislatif maupun pilpres) akan diselenggarakan dalam waktu yang tidak lama lagi, masing-masing kandidat telah mulai menunjukkan gerak-geriknya. Untuk yang individu, ada yang telah berteriak lantang tanpa ragu akan maju, sampai yang masih malu-malu tapi mau. Partai-partai juga semakin gencar menunjukkan eksistensinya. Segala ruang media dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dari yang elegan, misal lewat iklan televisi, radio, internet, dll, sampai dengan yang kampungan, misal memasang bendera partai--yang besarnya bisa mentupi gedung bertingkat-- di sembarang tempat (paling sering di atas pohon tinggi). Tak bisa dipungkiri memang, selama Negara kita masih berlandaskan demokrasi, maka selama itu pula pemilihan umum masih dibutuhkan dan menjadi tonggak utama jalannya pembaharuan dan perubahan (ke arah positif) buat Negara. Akan tetapi, menurut pengamatan penulis, nampaknya kecenderungan rakyat untuk memilih cenderung tidak antusias. Terutama di kalangan pemuda. Hal ini dibuktikan melalui suatu penelitian di 10 kota besar kota di Indonesia yang baru-baru ini penulis ikuti. Tidak antusias, membosankan, biasa aja, pesimis, dan kata-kata lain yang bernada sama keluar dari mulut pemuda untuk menjawab pendapat mengenai pemilihan umum atau politik pada umumnya.

***

Page 4: tugas ips analisa teks

Melihat perkembangan politik di Indonesia maka ada beberapa hal yang (mungkin) membuat pemuda (rakyat?) menjadi cenderung apatis dalam memandang politik ataupun pemilu. Dalam ilmu politik ada hal yang disebut dengan Keterlibatan psikologis, yaitu sebagai derajat ketertarikan atau perhatian seseorang pada politik dan kepercayaan bahwa partisipasi politiknya bermanfaat. Semakin kuat keterlibatan psikologis seseorang maka semakin cenderung ia untuk berpartisipasi dalam politik (misalnya dengan turut serta memberikan suara dalam pemilu), sedangkan non-pemilih cenderung memiliki keterlibatan psikologis yang rendah dimana investasi emosional mereka dan dukungan terhadap proses politik berada di bawah rata-rata pemilih. Dikaitkan dengan kondisi pemuda saat ini, banyaknya yang cenderung menjadi non-pemilih (golput) pada saat pemilu dapat disebabkan mereka memiliki keterlibatan psikologis yang rendah karena tidak percaya jika sumbangan suaranya akan bermanfaat bagi dirinya maupun peyelenggaraan negara. Hal ini dapat disebabkan adanya pengetahuan terdahulu (prior knowledge) bahwa keterlibatan diri dalam politik tidak akan membuat perubahan dalam kehidupannya. Dalam bahasa gaulnya “ngapain gue milih, tetap aja BBM mahal” atau “golput aja lah, politikus di mana-mana cuma bisa janji, aplikasi nya NOL”, dan sebagainya. Oleh hal-hal semacam itulah mereka menjadi terkesan tidak peduli dan apatis terhadap kehadiran pemilu. Selama para kandidat masih mengulang pola lama, yaitu hanya janji manis tanpa aplikasi, maka selama itu pula lah pemuda (rakyat) akan apatis.

Pendapat : Sebaiknya seluruh masyarakat ikut peduli terhadap negara kita, kita tidak boleh bersikap acuh tak acuh atau kecewa melainkan tetap bersemangat untuk ikut memajukan negara ini contohnya dengan mengikuti pemilu tersebut.

Contoh perilaku negatif masyarakat seperti tertutup dan curiga (dalam contoh ini, dijelaskan mengenai sikap negara yang tertutup dan curiga terhadap globalisasi mempunyai pengaruh terhadap kestabilan Negara tersebut juga melalui teori kurva j yang dicetuskan oleh Ian Bremmer)

Sumber : http://lesprivate.org/the-j-curve-strategi-memahami-mengapa-bangsa-bangsa-berjaya-dan-jatuh/

Ada hubungan yang bertentangan antara kestabilan sebuah negara dengan keterbukaannya, baik terhadap pengaruh-pengaruh dunia luar maupun terhadap suara-suara dari dalam negeri sendiri. Negara-negara tertentu seperti Korea Utara, Burma, Belarusia, Zimbabwe dikatakan stabil tertutup. Pengaruh sekecil apapun kepada warga mereka dari luar dapat mendorong negara-negara yang paling kaku ini kedalam bahaya kestabilan. Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Jepang, Swedia adalah contoh negara-negara stabil karena mereka diperkuat oleh kekuatan-kekuatan globalisasi.Negara-negara ini mampu bertahan terhadap konflik politik, karena warga mereka dan para investor internasional tahu bahwa masalah politik dan sosial didalam negeri akan terpecahkan secara damai melalui lembaga-lembaga yang saling independen pun bahwa wakil-wakil rakyat hasil pemilihan umum akan secara terbuka menerima resolusi itu sebagai sesuatu yang sah. Lembaga-lembaga tersebut, bukan orang-orang yang berada didalamnya, dianggap penting disebuah negara seperti itu.

Agar sebuah negara yang “stabil karena tertutup” dapat menjadi “stabil karena terbuka”, negara itu harus melewati sebuah babak peralihan dengan ketidakstabilan yang kritis. Ada negara seperti Afrika Selatan, yang berhasil lolos dari babak seperti itu. Yang lain, seperti Yugoslavia, malahan runtuh.

Page 5: tugas ips analisa teks

Kurva J adalah sebuah alat yang dirancang untuk membantu para pembuat kebijakan mengembangkan kebijakan-kebijakan luar negeri yang lebih berwawasan dan lebih efektif. Sebagai sebuah model untuk resiko politik, Kurva J dapat membantu kita meramalkan reaksi negara-negara terhadap kejutan-kejutan politik dan ekonomi, dan dimana kerentanan mereka sewaktu globalisasi mengikis kestabilan negara-negara otoriter.

Secara umum, stabilitas negara-negara dibagian kiri kurva J bergantung kepada pemimpin-pemimpin individual. Stabilitas negara-negara dibagian kanan kurva bergantung pada lembaga atau institusi-parlemen yang independen dari eksekutif, lembaga yudikatif yang independen dari keduanya, LSM, serikat buruh, kelompok warga. Pergerakan dari kiri kekanan disepanjang kurva J menunjukkan bahwa sebuah negara yang stabil karena ketertutupannya harus melalui sebuah babak ketidakstabilan yang berbahaya atau kritis sewaktu negara itu membuka diri terhadap dunia luar.

“Keterbukaan” mengukur sampai sejauh mana sebuah negara selaras dengan arus-arus globalisasi yang saling silang. Proses-proses ketika orang, gagasan, informasi, barang-barang, dan jasa melintasi batas-batas antar negara dengan kecepatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

“Kestabilan” memiliki dua komponen yang sangat penting. Yaitu kemampuan negara untuk bertahan terhadap guncangan-guncangan dan kemampuannya untuk tidak membuat guncangan-guncangan. Sebuah negara hanya tidak stabil jika keduanya tidak ada. Kestabilan membentengi sebuah negara terhadap pergolakan-pergolakan politik, ekonomi dan sosial. Kestabilan memungkinkan sebuah negara tetap menjadi sebuah negara. Beberapa tingkat kestabilan suatu negara dapat didefinisikan sebagai sangat stabil (Perancis), stabil moderat (Cina), stabil rendah (Nigeria), dan tanpa kestabilan (Somalia).

Unsur sejarah, geografi, budaya dan faktor-faktor lain menjadi unsur-unsur kestabilan sebuah negara sehingga negara tersebut memiliki kekuatan atau kerentanan masing-masing. Akibatnya tiap negara memiliki kurva J masing-masing, walaupun tiap kurva tetap memiliki bentuk dasar yang sama.

Tidak ada negara, entah stabil ataupun tidak, memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya guncangan.Akan tetapi negara-negara yang kurang stabil jauh lebih cenderung menciptakan guncangan mereka sendiri dan selanjutnya mengalami guncangan dari wilayah di

Page 6: tugas ips analisa teks

luar batas negara. Guncangan dinegara yang tidak stabil juga cenderung lebih dahsyat dalam ukurannya.

Jauh lebih aman berada disisi kiri kurva J daripada di titik paling rendah. Semua negara terus bergerak pada kurva J. Dinegara-negara disisi kiri kurva, ada ketegangan yang terus menerus antara tarikan alami menuju keterbukaan yang lebih besar dan upaya negara otoriter untuk terus menerus melakukan konsolidasi kembali atas kekuasaan mereka. Kurva J bergerak keatas dan kebawah. Ada banyak faktor yang dapat secara tiba-tiba dan dahsyat menggeser kurva J sebuah negara naik dan turun. Bencana kekeringan, gempa bumi, dana pinjaman IMF, dll.

Ujung kiri adalah bagian kurva J yang paling kontraintuitif : negara-negara yang sering digolongkan sebagai negara paling melarat dan paling terpuruk diluar dugaan ternyata stabil. Jelas bahwa negara-negara otoriter yang terkonsolidasi tidak begitu stabil dibanding negara-negara demokrasi liberal yang sangat mapan. Akan tetapi yang paling tahan lama diantara negara-negara tertutup ini menikmati kestabilan dengan tingkat yang lebih tinggi daripada negara-negara lain dibagian kiri kurva J yang menyisakan sedikit keterbukaan terhadap dunia luar. Contoh negara disebelah kiri kurva J yaitu negara Korea Utara, Kuba dan Irak.

Iran, Arab Saudi, dan Rusia adalah tiga negara paling kompleks didunia dan berpotensi menjadi tidak stabil. Seperti Korea Utara, Kuba dan Irak, mereka dapat ditemukan dibagian kiri kurva J. Namun Iran, Arab Saudi dan Rusia lebih terbuka terhadap dunia luar daripada negara-negara yang berada dibagian kiri kurva J lainnya, oleh sebab itu, cenderung sering bergeser ke kedua arah disepanjang kurva. Menanjak kearah otoriterisme yang terkonsolidasi dan turun menuju ke situasi yang bisa serba kacau (chaos). Ketidakstabilan ini dan peran penting negara-negara ini sangat besar dalam politik dan pasar global membuat nilai pertaruhan untuk masa depan negara-negara ini luar biasa tinggi.

Kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk membantu menggerakkan negara-negara ini melalui ketidakstabilan menuju ke bagian kanan kurva, membuat mereka lebih terbuka secara politik dan ekonomi, dan mengantar negara-negara tertutup ini kedalam harmoni dengan arus-arus globalisasi yang berlawanan, tidak boleh dilakukan hanya demi kepuasan sendiri. Pergeseran sebuah rezim ke titik paling rendah dalam kurva J yaitu titik dengan ketidakstabilan dan ketidakpastian paling besar dan berbahaya bagi seluruh kawasan dan negara-negara diluar itu, khususnya ketika negara itu salah satu aktor penting dikawasannya, seperti Iran atau Mesir. Sebuah rezim yang hampir runtuh mungkin beruntung ketika kenaikan pendapatan menaikan kurva secara keseluruhan.

Isolasi internasional tidak dapat dipertahankan selama-lamanya, walaupun beberapa pemimpin terkesan bertekad untuk berusaha sekuat tenaga. Masalah utama yang dihadapi oleh para pemimpin yang membuka (sedikit) rezim tertutup mereka adalah percepatan yang dialami oleh proses globalisasi. Otokrat manapun yang menceburkan diri kedalam proses ini membuka negaranya kepada kekuatan-kekuatan yang tidak mampu ia kendalikan. Sementara, seandainya isolasi harus dipertahankan, tidak lagi hanya perbatasan negara yang harus disekatdari penagaruh-pengaruh asing; rezim-rezim seperti itu juga harus menyekat perbatasan-perbatasan yang tidak kelihatan.

Page 7: tugas ips analisa teks

Sebuah masalah lain dengan rezim otoriter yang dengan sengaja mengisolasi diri dalam abad keduapuluh satu adalah bahwa kebijakan itu makin lama makin mahal. Penciptaan lapangan kerja untuk membuat rakyat yang berpotensi resahtetap bisa makan dan sibuk menuntut perekonomian kokoh yang terus tumbuh sejalan dengan waktu.

Peralihan kepemimpinan menghadirkan tantangan-tantangan khusus dinegara-negara sebelah kiri, bahkan dinegara-negara dengan isolasi tidak seketat Korea Utara. Seorang penguasa baru harus melakukan konsolidasi ulang atas kendali rezimnya terhadap rakyat dan mendapatkan kesetiaan dari kelompok elite yang mendukung sturktur khusus untuk melestarikan status quo yang tidak mustahil telah mati bersama kemangkatan pemimpin terdahulu.

Beberapa negara dibagian kiri kurva, banyak diantara mereka bersahabat dengan Amerika Serikat, mengakui kesia-siaan upaya mempertahankan kestabilan dengan memelihara isolasi yang tanpa batas. Pemerintah-pemerintah ini berharap memperkenalkan reformasi, tetapi laju yang dapat mereka kelola. Pakistan dan Mesir dapat menjadi contoh.

Afrika Selatan dan Yugoslavia merupakan negara yang berada di titik paling rendah Kurva J. Keduanya memasuki titik paling rendah pada kurva J dalam setengah dasawarsa yang sama. Afrika Selatan berhasil selamat berada di sisi kanan kurva, sementara Yugoslavia terjerumus dalam peperangan. Serta sangat sulit menemukan pemimpin yang mampu menjadikan Yugoslavia menuju kestabilan.  Militerisme Milosevic semakin memicu kekuatan-kekuatan sentrifugal yang menarik Yugoslavia ke berbagai arah. Sementara otoritas politik dan moral Mandela di Afrika Selatan diakui secara luas, sehingga berbagai kelompok ras, suku dan etnis yang berbeda bersedia bersatu dalam proyek bersama.

Bagian kanan kurva tentunya menunjukkan kestabilan setiap negara dengan konsep keterbukaannya terhadap berbagai pengaruh luar baik dalam hal politik, ekonomi, sosial dan kultural. Negara-negara ini secara hukum juga mengabadikan perlindungan atas hak-hak warga negara dan hak asasi manusia. Lembaga-lembaga pemerintahannya yang saling independen terhadap yang lain juga memperkuat stabilitas negara itu.

Negara-negara yang masuk dalam bagian kanan kurva J antara lain; Turki, Israel dan India. Masyarakat di negara-negara ini memiliki banyak kesamaan yang mendasar. Mereka merupakan masyarakat yang dinamis, modern, sudah terbiasa dengan ekonomi pasar, demokrasi partai dan perubahan. Sangat berbeda dengan negara-negara di bagian kiri Kurva yang sangat enggan dengan konsep kewirausahaan maupun ekonomi yang membangun kerakyatan.

Sehingga dalam analisis sederhana memberi gambaran bahwa perjalanan kurva semestinya terus mengalami perubahan, hanya saja negara-negara yang membiarkan dirinya larut dalam kestabilan yang menutup diri sesungguhnya kurang memberi definisi secara utuh terhadap kemajuan bangsa. Akan tetapi lebih menunjukkan keterbatasan gerak suatu masyarakat atas nama kestabilan, dengan bahasa lain semua masyarakat dalam bagian kurva kiri seakan-akan direkayasa untuk menutup mata dari melihat dunia secara nyata dan penuh inspirasi. Sementara dalam bagian kanan kurva, menggambarkan adanya keterbukaan kepemimpinan untuk memberi pemahaman yang luas tentang pentingnya melihat keragaman secara luas. Namun, eksistensi negara-negara tersebut baik dalam bagian kiri kurva maupun bagian kanan kurva pasti akan terus

Page 8: tugas ips analisa teks

mengalami perubahan, semestinya setiap pemimpin dengan bijaksana merekayasa dinamika bangsa semata-mata untuk kemaslahatan manusia secara nyata, bukan dengan manipulasi dan sebatas mempertahankan kekuasaan yang diktator.

Namun, apabila melihat lebih jauh lagi, konsep kurva J sesungguhnya bukan mengukur tentang demokrasi tapi bagaimana proses kestabilan dan keterbukaan suatu negara. Dubai dan Singapore turut memperkenalkan konsep kepemimpinan otoriter yang berhasil mengalami keterbukaan dalam tataran gagasan, informasi dan kemajuan dengan pihak luar, namun mereka juga masih utuh mempertahankan kestabilan dan kemakmuran bagi masyarakatnya. Sehingga, rezim otoriter ini juga cukup membuktikan bahwa situasi sosial, politik dan ekonomi mereka dapat melakukan transisi yang sukses dari bagian kiri ke bagian kanan kurva J tanpa ketidakstabilan yang mencapai krisis. Pemerintah mereka tahu dapat menganut keterbukaan tanpa takut menjadi tidak stabil.

Cina tetap berada di bagian kiri kurva J, karena pemerintahannya dikuasai partai tunggal, partai komunis Cina. Namun partai ini telah membuka perekonomian Cina bagi investasi langsung dari luar negeri, dan negara itu telah bergabung dalam World Trade Organization. Cina mencoba membungkus penindasan politik dengan ketebukaan ekonomi. Namun jauh lebih mudah mengelola beberapa juta warga dengan pendapatan  bersaing dengan Eropa Barat paling kaya daripada mencoba mengendalikan 1.3 miliar orang, dengan ratusan juta di antaranya masih hidup dalam kemiskinan.

Semua perubahan ini telah mengantarkan liberalisasi dan menaikkan kemakmuran, baik di dalam negeri Cina maupun di seluruh Asia Timur. Reformasi ekonomi Cina menggambarkan upaya partai untuk merekayasa perpindahan dari bagian kiri ke bagian kanan kurva J tanpa jatuh ke dalam kekacauan politik.

Sementara Amerika sebagai negara adidaya semestiya terus melakukan analisa-analisa dalam menentukan kebijakan-kebijakan secara menyeluruh, karena ketidakterbukaan negara-negara di bagian kiri kurva J tentu juga disebabkan gerakan yang anti Amerika dan sikap kecurigaan yang berlebihan dengan kekuasaan Amerika. Sehingga, Amerika benar-benar membutuhkan kebijaksanaan tidak hanya melanggengkan posisi adidaya tapi bagaimana mewujudkan kestabilan yang merata atau paling tidak mengupayakan pergeseran pada bagian-bagian kurva.

Buku ini cukup menggambarkan dinamika dan persoalan di negara-negara yang berada di bagian kiri maupun bagian kanan kurva J yang tentunya sangat berbeda-beda. Kurva J memberikan banyak pelajaran berharga tentang betapa pentingnya stabilitas dan keterbukaan untuk menjadi negara di bagian kanan kurva J yang terus menanjak ke arah kemajuan.

Pada dasarnya semua negara-negara di dunia mengakui bahwa kestabilan jangka panjangnya akan sangat bergantung pada kemakmuran rakyat dan mengakui bahwa kompromi dengan keterbukaan harus dibuat guna mendapatkan dan mempertahankan kemakmuran dunia masa kini.

Page 9: tugas ips analisa teks

Pendapat :Masyarakat maupun negara sebaiknya bersikap lebih terbuka terhadap globalisasi atau dunia, karena globalisasi mempunyai efek positif bagi beberapa sector seperti sektor teknologi dan informasi maupun ekonomi suatu negara.

Contoh perilaku negatif masyarakat terhadap globalisasi seperti tidak selektif terhadap arus globalisasi (dalam contoh ini, dijelaskan maraknya budaya K-Pop yang terjadi di Indonesia dapat melunturkan budaya bangsa)

Sumber : http://philosopheryn.blogspot.com/2014/09/globalisasi-ancaman-terhadap-ideologi.html

Derasnya arus Globalisasi yang dihadapi Indonesia pada era modern tentu sangat berpengaruh terhadap nasionalisme bangsa Indonesia. Khususnya generasi muda dalam menghadapi arus besar globalisasi budaya seperti K-Pop. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Edison A. Jamli dkk. Kewarganegaraan. 2005).Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Globalisasi mempunyai pengaruh yang positif dan juga pengaruh negatif, dimana pengaruh-pengaruh tersebut tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Namun secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka pandangan masyarakat secara global.

Seperti halnya budaya K-pop dapat menyebabkan generasi muda lupa akan lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya yang cenderung meniru budaya Korea Selatan. Efek lainnya adalah generasi muda lupa akan produk dalam negeri sehingga mengikis rasa cinta produk dalam negeri, hal inilah yang kemudian mematikan produksi industri musik nasional. Sehingga tidak menutup kemungkinan mengubah budaya ketimuran Indonesia ke budaya liberalisme Korea Selatan. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.

Page 10: tugas ips analisa teks

Globalisasi sendiri tidak selamanya negatif, termasuk globalisasi budaya K-pop sendiri karena dapat menyebabkan generasi muda meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari Korea Selatan yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa. Namun realisasi positif ini sepertinya belum berlaku bagi generasi muda di Indoensia.

Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka pandangan masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Pendapat : Kita sebaiknya bersikap selektif terhadap arus globalisasi yang masuk (tidak menerima secara mentah-mentah informasi yang masuk, melainkan mengambil budaya yang baik dan bermanfaat sedangkan yang buruk tidak ikut diambil).

Contoh positif perilaku masyarakat terhadap globalisasi seperti tidak meninggalkan budaya asli (dalam contoh ini, terdapat sikap positif di bidang sandang, kesenian, maupun bahasa)

Sumber : http://mesaenimerosis.blogspot.com/2014/01/perubahan-sosial-budaya.html

1. Pakaian

Perubahan mode pakaian pada masyarakat bisa saja terjadi. Dahulu semua masyarakat menggunakan

pakaian adat khasnya. Namun, seiring dengan kemajuan dari perkembangan masyarakat tersebut

membuat sedikit demi sedikit anggota masyarakat mulai meninggalkan pakaian adatnya dan

menggunakan pakaian yang menjadi trend di daerah itu. Seperti contoh, sekarang adalah jamannya

demam Korea. Bagi penggemar beratnya, mereka selalu mencari dan menggunakan pakaian yang biasa

digunakan orang Korea. Namun, masyarakat tetap tidak meninggalkan pakaian adat mereka dan tetap

menggunakannya dalam acara tertentu. Seperti pakaian adat Bali yang digunakan setiap kali mereka

sembahyang di pura.

2. Kesenian

Kesenian bisa saja berubah atau tergantikan seiring perkembangan zaman. Saat ini, banyak kesenian di

Indonesia yang mulai punah karena anak bangsa tidak suka dengan kesenian tersebut. Bahkan mereka

lebih suka mempelajari kesenian asing dengan alasan trendy. Namun, masih banyak kesenian populer

Indonesia yang masih bisa bertahan sampai sekarang.

Page 11: tugas ips analisa teks

3. Bahasa Daerah

Indonesia memiliki banyak sekali bahasa daerah. Namun, banyak juga bahasa yang mulai punah. Itu

mungkin disebabkan karena mereka lebih berminat untuk menggunakan Bahasa Indonesia atau bahasa

Inggris dibandingkan bahasa daerahnya sendiri. Tetapi bahasa daerah masih banyak digunakan oleh

masyarakat asli yang tinggal di daerah tersebut.

Pendapat : Masyarakat sebaiknya tetap melakukan sesuai dengan artikel di atas (walaupun budaya

asing mulai masuk, tetapi budaya asli tetap dipertahankan)

Contoh positif perilaku masyarakat terhadap globalisasi seperti selektif dalam berbagai bidang

Sumber : http://rizkyarlin.blogspot.com/2014/03/sikap-selektif-terhadap-pengaruh-globalisasi.html

a.       Bidang PolitikDalam bidang politik, negara-negara maju, terutama Amerika Serikat selalu mempropagandakan isu demokrasi, kebebasan, keterbukaan, dan hak asasi manusia. Untuk memaksakan keempat isu tersebut, mereka menggunakan segala cara, dari tekanan diplomatik, menekan lewat embargo ekonomi hingga intervensi langsung terhadap negara yang tidak menuruti seruannya. Hal ini yang perlu diwaspadai. Demokratisasi, kebebasan, keterbukaan, dan hak asasi manusia adalah hal-hal yang baik namun pelaksanaannya harus disesuaikan dengan situasi, kondisi, serta kepribadian bangsa.

1)      DemokrasiPelaksanaan demokrasi harus kita laksanakan sesuai dengan jiwa dan pandangan hidup bangsa serta dasar negara pancasila. Dalam hal ini, Demokrasi Pancasila yang berlandaskan falsafah kekeluargaan tidak mengenal adanya diktator mayoritas atau tirani minoritas.

2)      Kebebasan dan keterbukaanKebebasan dan keterbukaan di sini harus diberi batasan yang jelas. Kebebasan yang tanpa batas akan menghasilkan anarki atau kekacauan, baik ekonomi, politik, serta stabilitas nasional. Pada masa reformasi ini, kadang kita lihat kebebasan dan keterbukaan dilakukan secara berlebihan sehingga stabilitas negara terganggu. Sejauh mana kebebasan dan keterbukaan bisa dilakukan harus mengacu pada peraturan, norma yang dijunjung tinggi dalam masyarakat serta etika bermasyarakat dan berbangsa. Sehingga kebebasan dan keterbukaan yang kita laksanakan buka nberubah kekacauan, melainkan kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

3)      Hak asasi manusiaHak asasi manusia bersifat universal, namun pelaksanaannya tergantung pandangan hidup serta nilai-nilai sosial budaya bangsa. Tidak bisa kita dipaksa melaksanakan HAM ala Amerika atau negara-negara barat lainnya, karena pandangan hidup kita berbeda.

b.      Bidang EkonomiUntuk menghadapi tekanan dari negara maju sebagai dampak globalisasi tersebut, maka kita harus berpegang pada hal-hal berikut ini.

Page 12: tugas ips analisa teks

1)      Sistem ekonomi harus berpegang pada pasal 33 UUD 1945, yaitu demokrasi ekonomi atau ekonomi kekeluargaan. Ekonomi liberal dan ekonomi pasar bebas jelas tidak cocok dengan jiwa dan semangat pasal 33 UUD 1945.

2)      Pengembangan ekonomi harus berbasis pertanian (termasuk perikanan dan kelautan), karena wilayah kita yang luas serta subur

3)      Industri harus berdasarkan pada bahan baku setempat sehingga ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor bisa dihindari.

4)      Perekonomian harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat.5)      Menghindari utang luar negeri karena dengan utang yang banyak akhirnya kita akan didikte

terhadap negara pengutang. Sejarah krisis ekonomi salah satu penyebabnya adalah banyaknya utan luar negeri kita terhadap negara-negara maju.

c.       Bidang sosial budaya

Untuk menghadapi pengaruh negatif globalisasi, kita harus meningkatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila. Misalnya meningkatkan penghayatan terhadap ajaran agama yang kita anut, kesusilaan, dan lain-lain.

Pendapat : Bersikap selektif sangatlah diperlukan dalam era globalisasi ini, sebaiknya diterapkan pernyataan-pernyataan seperti yang terdapat di artikel di atas.